GURU PROFESIONAL DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN Pertemuan Ke-5
A. Pendahuluan
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah, ini berarti seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Untuk itu seorang guru perlu memiliki kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar sebagai dasar kompetensi. Bila guru tidak memiliki kepribadian, tidak menguasai bahan pelajaran dan cara-cara mengajar, maka guru akan gagal menunaikan tugasnya, sebelum berbuat lebih banyak dalam pendidikan dan pengajaran. Oleh Karena itu, kompetensi mutlak dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan atau keterampilan dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan demikian kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan keguruan, dan pemilikan keterampilan serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya”.
Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum cukup layak untuk disebut guru profesinal, masih banyak guru yang belum menjadikan profesi guru sebagai profesi panggilan jiwa, kebanyakan oknum hanya mengejar materi untuk tujuan memperkaya diri, sehingga mengenyampingkan urusan profesionalisme dan kualitas mengajarnya.
Berdasarkan alasan tersebut, menjadi sangat penting untuk dikaji mengenai pengertian profesi guru, pengertian guru profesional, bagaimana kode etik guru profesional. Agar sebagai calon-calon guru mampu mengetahui dan mencapai kemampuan guru profesional dalam mengelola pembelajaran dan mampu menjadi generasi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dalam bab ini akan dipaparkan kajian sekitar guru profesional dalam mengelola pembelajaran.
B. Pengertian Profesi
Profesi guru adalah orang yang Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas - tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
Profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih (b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai
petugas kemashalatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.
Profesi Guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan anak didik.
Dengan demikian pada dasarnya profesi guru merupakan pekerjaan berat, sehingga pemerintah wajib meningkatkan posisi guru dari sekadar okupasional menjadi sebuah profesi. Hal ini karena berkaitan langsung dengan kelangsungan generasi bangsa yang harus dididik dengan hati dan dilatih dengan serius agar estafet pembangunan berjalan dengan lancar. (Suyosubroto: 2000)
C. Guru Profesional
1. Mutu Manajemen Kelas
Tidak ada guru, tidak ada pendidikan. Tidak ada pendidikan, tidak ada proses pencerdasan. Tanpa proses pencerdasan yang bermakna, peradaban manusia akan mandeg. Statemen ini bermakna bahwa proses perdaban dan pemanusiaan akan lumpuh tanpa kehadiran guru dalam mentrasformasikan proses pembelajaran anak bangsa. (Danim:2006:63).
Produk kerja guru menjadi simbol kemajuan peradaban. Mereka merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesional tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Secara leksikal, sebutan guru tidak termuat dalam Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesungguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata educator (bahasa Inggris). Dalam Kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang padanannya dalam bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis di bidang pendidikan. Kata guru (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata teacher (bahasa Inggris). Dalam Kamus Webster, kata teacher bermakna sebagai the person who teach, especially in school atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah.
Guru cenderung menyebut status, sedangkan pendidik merujuk pada salah satu guru, di samping sebagai penilai, pelatih, pembimbing, dan sebagainya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup:
(1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling, atau guru bimbingan karier, (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; (3) guru dalam jabatan pengawas. Sebagai perbandingan atas “cakupan” sebutan guru ini, di Filipina, seperti tertuang dalam Republik Act 7784, kata guru (teachers) dalam makna luas adalah semua tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas-tugas pembelajaran di kelas untuk beberapa mata pelajaran, termasuk praktik atau seni vokasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (elementary and secondary level). Istilah guru juga mencakup individu-individu yang melakukan tugas bimbingan dan konseling, supervisi pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah-sekolah negeri dan swasta, teknisi sekolah, administrator atau kepala sekolah, dan tenaga layanan bantu sekolah, dan tenaga layanan bantu sekolah (supporting staf) untuk urusan-urusan administratif. Guru juga bermakna lulusan pendidikan yang telah lulus ujian negara (government examination) untuk menjadi guru, meskipun belum secara aktual bekerja sebagai guru. (Danim:2006:63).
Secara formal, untuk menjadi profesional guru dipersyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk memenuhi kriteria profesional itu, guru harus menjalani profesionalisasi atau proses menuju derajat profesional yang sesungguhnya secara terus-menerus, termasuk kompetensi mengelola kelas. Dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 dibedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-4 dilakukan melalui pendidikan program S-1 atau program D-1 pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan atau program pendidikan non kependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olahraga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Peningkatan jenjang fungsional idealnya merupakan fungsi peningkatan kinerja, termasuk kinerja dalam manajemen kelas yang memungkinkan optimasi proses pembelajaran.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru (PPPG) meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. PPPG dilakukan sejalan dengan tuntunan guru sebagai penyandang
jabatan fungsional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karir meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam pelaksanaan pembinaan profesi dan karir guru.
Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru.
Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran dan keilmuan. Tautan antara keduanya tercermin dalam kinerjanya selama transformasi pembelajaran. Pada konteks transformasi inilah guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola semua sumber daya kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana kelas, siswa, dan interaksinya. Di sinilah esensi bahwa guru harus kompeten di bidang manajemen kelas atau lebih luas lagi disebut sebagai manajemen pembelajaran. (Danim:2006:64)
2. Kompetensi Guru
Kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab guru merupakan sebagian dari kompetensi profesionalisme guru. Moh Uzer Usman (2000:7). Mengemukakan tiga tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. (a) mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, (b) mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, (c) melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. DG Armstrong dalam Nana Sudjana (2000 : 69) mengemukakan ada lima tugas dan tanggung jawab pengajar, yakni tanggung jawab dalam (a) pengajaran, (b) bimbingan belajar, (c) pengembangan kurikulum, (d) pengembangan profesinya, dan (e) pembinaan kerjasama dengan masyarakat.
Mohamad Ali (2000:4-7) mengemukakan tiga macam tugas utama guru, yakni (a) merencanakan tujuan proses belajar mengajar, bahan pelajaran, proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran tercapai atau tidak, (b) melaksanakan pengajaran, (c) memberikan balikan (umpan balik).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan tentang tugas guru yaitu (a) tugas pengajaran, bimbingan dan latihan kepada siswa, (b) pengembangan profesi guru, (c) pengabdian masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Muhammad Ali, (2000: 220) menyatakan bahwa kompetensi meliputi tugas, keterampilan, sikap, nilai, apresiasi diberikan dalam rangka keberhasilan hidup atau penghasilan hidup. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, dan penerapan dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja.
Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan sebagai alat pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dalam memperhatikan perilaku peserta didik belajar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut :
1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsipperkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator
esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut: 1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi :
1) Pengenalan peserta didik secara mendalam.
2) Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah.
3) Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan.
4) Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara professional.
3. Sikap Profesional
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan adalah “satu upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirital keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (Pasal 1 ayat 1).
Pendidikan akan terlaksana dengan baik jika seorang guru menekuni profesinya dengan sikap yang profesional. Menurut Mohamad Surya (2010: 204) profesional ini meliputi:
a. Menguasai landasan kependidikan
Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
b. Menguasai bahan pengajaran
Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Menguasai bahan pengayaan.
c. Menyusun program pengajaran Menetapkan tujuan pembelajaran
Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran Memilih & mengembangkan strategi belajar mengajar Memilih dan mengembangkan media pengajaran Memilih dan memanfaatkan sumber belajar d. Melaksanakan program pengajaran
Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat Mengatur ruangan belajar
Mengelola interaksi belajar mengajar
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yaitu: Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran.
Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Berdasarkan paparan masing-masing ahli dapatlah penulis simpulkan tentang kompetensi guru yang berkaitan dengan tugas mengajar yaitu:
a. Kompetensi guru dalam melaksanakan bimbingan belajar b. Kompetensi guru dalam melakukan administrasi pembelajaran. c. Kompetensi guru dalam menguasai bahan / materi pelajaran. d. Kompetensi guru dalam menyusun program pengajaran.
e. Kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran.
f. Kompetensi guru dalam menguasai evaluasi pembelajaran.
Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di negara-negara maju. Misalnya, di Amerika Serikat isu tentang profesionalisasi guru ramai dibicarakan mulai pertengahan tahun 1980-an. Hal itu masih berlangsung hingga sekarang.
4. Berbakat
Guru membutuhkan pertolongan. Benar jugalah pernyataan bahwa “guru itu dilahirkan, bukan dibentuk”. Beberapa orang memang benar-benar dilahirkan sebagai guru, mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah memikirkan bagaimana caranya mengajar, meskipun demikian mereka itu guru-guru yang sangat baik hampir menurut ukuran apapun. Orang-orang semacam itu tidak banyak memerlukan pertolongan dalam memperbaiki pengajaran mereka. Mereka sungguh-sungguh boleh dikatakan guru-guru yang berbakat; tidak dapat diragukan lagi mereka itu mampu memberikan inspirasi.
Ada juga orang-orang yang tidak akan pernah menjadi guru yang terampil, bagaimana pun banyaknya perhatian yang mereka curahkan guna memperbaiki diri. Ada kemungkinan mereka itu memiliki ciri-ciri pribadi atau sifat-sifat intelektual yang bertolak belakang dengan pengajaran yang baik. Orang-orang yang demikian, tidak dapat ditolong agar mampu mengajar secara lebih baik. Ada beberapa sifat manusiawi yang sukar sekali diubah. Hampir tidak mungkin membuat manusia menjadi jauh “lebih pandai”, meskipun kita berkeinginan demikian. Juga sukar sekali mengubah seorang yang sungguh-sungguh introvert menjadi seorang yang extrovert, atau mengubah seorang yang sukar berbicara di depan umum menjadi seorang orator yang cakap.
Namun demikian, bagi sebagian besar orang yang berminat menjadi guru yang efektif, kini telah tersedia metode-metode yang benar-benar dapat meningkatkan keterampilan mengajar. Ada cara memandang pengajaran yang memungkinkan guru meningkatkan kualitas keputusan intelektual tentang kegiatan instruksionalnya. Pendekatan yang digunakan dalam buku ini di dasarkan pada konsep pengajaran semacam itu, yaitu : suatu model instruksional yang memberikan kemungkinan kepada guru untuk (1) memilih kegiatan instruksional yang kiranya membawa hasil, dan (2) menilai tepat tidaknya pilihanya itu, sehingga lambat laun ia dapat memperbaiki kualitas pengajarannya. Guru-guru yang memperbaiki diri dengan menggunakan model-model semacam itu sepantasnya dipandang sebagai profesioanal saja. Mereka merupakan pelaksana-pelaksana yang kompeten yang dapat menggunakan spesialisasinya untuk memperbaiki diri. Barangkali mereka itu tidak memilki bakat sebesar guru “yang dilahirkan”, tetapi sebagai hasil akhirnya, mereka dapat juga menjadi inspirasi bagi para kolegannya maupun para siswanya.
D. Kode Etik Guru
Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional, modern dalam nuansa pendidikan dengan dukungan kesejahteraan yang memadai dan berada dalam lindungan kepastian hukum.
Saat ini telah lahir UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, sebagai suatu landasan konstitusional yang sekaligus sebagai payung hukum yang memberikan jaminan bagi para guru dan dosen secara profesional, sejahtera dan terlindung. Oleh karena itu, diperlukan adanya sumpah seorang guru agar mereka benar- benar mempunyai tanggung jawab atas pofesinya.
Menurut Achmad Sanusi (”PR”/6/10), Adanya sumpah profesi dan kode etik guru sebagai rambu-rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya, guru harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada siswa. Jangan sampai terjadi malpraktik pendidikan.
Direktur Program Pascasarjana Uninus, H. Achmad Sanusi (”PR”/6/10) menyatakan, "Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan sumpah profesi." Saya sebagai guru merasa tertarik meluruskan pernyataan tersebut. Sebab, sebenarnya sebelum saya diangkat menjadi guru pun kode etik itu sudah ada.
Isi kode etik tersebut adalah:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila,
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional,
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menjunjung berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan,
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya,.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
E. Tugas Guru Profesional
Guru memiliki tugas yang beragam yang terimplementasikan dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (civic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
1. Tugas profesi
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
2. Tugas manusiawi
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
3. Tugas kemasyarakatan
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis, harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan dimana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbol-simbol dan tanda-tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga pendidik dalam rangka melaksanakan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional. (Lestari:2012).
F. Peran Dan Fungsi Guru Profesional 1. Guru sebagai sumber belajar
Guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanya siswa berkaitan dengan materi pembelajaran yang diajarkan, guru yang profesional akan menjawab dengan penuh keyakinan. 2. Guru sebagai fasilitator
Guru berperan memberi pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator membawa konsekuen terhadap pola hubungan guru-siswa “top-down” ke hubungan kemitraan. Hubungan kemitraan guru dan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswa dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator harus memahami relasi yang dibangun yaitu kemitraan.
3. Guru sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan menciptakan iklim belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
4. Guru sebagai demonstrator
Guru sebagai demonstrator adalah peran guru agar dapat mempertunjukkan kepala siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua pengertian dalam konteks guru sebagai demonstrator :
Demonstrator berarti guru harus menunjukkan sifat-sifat terpuji dalam setiap aspek kehidupan, dan guru merupakan sosok ideal yang dapat diteladani.
Demonstrasi guru harus dapat menunjukkan bagaimana cara agar setiap materi pelajaran bisa dipahami dan dihayati oleh siswa.
5. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki : pertama, guru harus memahami anak didik yang di bimbingnya. Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan proses pembelajaran.
6. Guru sebagai motivator
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar, oleh karena untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru di tuntut kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi siswanya.
7. Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir pembelajaran tetapi juga dilakukan terhadap proses, kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
8. Guru sebagai mediator
Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan adanya guru yang mampu menjadi mediator atau penengah. Dalam kegiatan belajar sering terjadi dialog yang terkadang tidak terkendali atau kurang sehat maka seorang guru harus menjadi seorang penengah yang baik sehingga interaksi kelas akan tetap berjalan dengan tertib. (Lestari:2012)
G. Simpulan
1. Profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
2. Kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab guru merupakan sebagian dari kompetensi profesionalisme guru.
3. Adanya sumpah profesi dan kode etik guru sebagai rambu-rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya, guru harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada siswa. Jangan sampai terjadi malpraktik pendidikan.
BAHAN BACAAN
Ali, Muhammad. 1992. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Danim, Sudarwan. 2010. Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas. Bandung: Pustaka Setia.
Lestari, Devi. 2012. Peran dan Fungsi Guru Profesional. http://dvilestari.blogspot.com/2012/10/peran-dan-fungsi-guru-profesional.html Diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 20.00 WIB
Pantiwati, y. 2001. Upaya peningkatan Profesionalisme kepemimpinan. Malang : PSSJ PPS Universitas Malang.
Suyosubroto, B. 2000. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Surya, Mohamad, dkk. 2010. Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Usman, Moh. Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya. http://dianpemuda.files.wordpress.com/2010/04/belajar-di-ruang-terbuka.jpg