UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 21 JANUARI – 04 FEBRUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ANDISTI RIZKY MARSELINA, S.Farm.
1206312813
ANGKATAN LXXVI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 21 JANUARI – 4 FEBRUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
ANDISTI RIZKY MARSELINA, S.Farm.
1206312813
ANGKATAN LXXVI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada periode 21 Januari – 4 Februari 2013. Kegiatan PKPA bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi UI. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu kepada:
1. Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D. selaku Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada umumnya, serta Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada khususnya;
2. Dra. Engko Sosialine, Apt., M.Biomed. selaku Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengenal direktorat ini;
3. Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si. selaku pembimbing dan Kasubdit Produksi Kosmetika dan Makanan beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis;
4. Dra. Nadirah Rahim, Apt., M.Kes. selaku Kasubdit Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis;
5. Drs. Riza Sultoni, Apt., MM. selaku Kasubdit Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis;
6. Dita Novianti S.A, S.Si., Apt., MM. selaku Kasubdit Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat beserta staf yang telah banyak membantu dan membimbing penulis;
7. Drs. Hayun, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI;
8. Dr. Harmita, Apt. selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang selalu sabar membimbing, memberi saran, dan mendukung penulis;
9. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing, memberi saran, dan mendukung penulis;
10. Seluruh staf dan karyawan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas segala keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanakan PKPA;
11. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan penyusunan laporan ini;
12. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran, dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;
13. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 Fakultas Farmasi UI atas dukungan dan kerjasama selama ini;
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut serta membantu selama penyusunan laporan ini.
Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
vii Universitas Indonesia
Nama : Andisti Rizky Marselina, S. Farm
NPM : 1206312813
Program Studi : Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Periode 21 Januari – 04 Februari 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bertujuan memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas dan fungsi serta peranan seorang apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri dari empat subdirektorat, yaitu Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional; Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan; Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus; serta Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat. Kemudian, tugas khusus yang diberikan berjudul Pemberdayaan Masyarakat (Wanita) Terhadap Penggunaan Kosmetik Pemutih Melalui Media Gimmick. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan wanita usia produktif (20-35 tahun) dan mengingatkan wanita tentang cara pemilihan dan pentingnya penggunaan kosmetik yang aman. Pemberdayaan wanita dapat dilakukan melalui berbagai media komunikasi, salah satunya ialah media
gimmick dalam bentuk tas kosmetik agar lebih menarik dan mudah diingat.
Kata Kunci : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Kosmetika, Gimmick
Tugas Umum : xi + 51 halaman; 4 gambar; 5 tabel, 7 lampiran Tugas Khusus : iii + 21 halaman; 1 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 5 (2005 – 2010) Daftar Acuan Tugas Khusus : 22 (1992 – 2013)
viii Universitas Indonesia
Name : Andisti Rizky Marselina, S.Farm
NPM : 1206312813
Program Study : Apothecary profession
Title : Pharmacist Internship Program at Directorate of Production and Distribution Pharmaceutical Directorate General of Pharmaceutical and Medical Devices Health Ministry Republic of Indonesia Period January 21th –Februari 4th 2013
Professional Practice Pharmacists in Directorate of Production and Distribution Pharmaceutical Directorate General of Pharmaceutical and Medical Devices Health Ministry Republic of Indonesia aims to acquire knowledge and insight about duties and functions of Directorate General of Pharmaceutical and Medical Devices and gains knowledge and insight about the duties, functions and role of a pharmacist in Directorate of Production and Distribution Pharmaceutical. Directorate of Production and Distribution Pharmaceutical consists of four Sub, the Subdirectorate of Production and Distribution of Drugs and Traditional Medicine; Subdirectorate Cosmetics and Food Production; Subdirectorate Production and Distribution of Narcotic Drugs, Psychotropic Substances, Precursors, and Specialty Pharmaceutical Supply, and Subdirectorate Independence Drugs and Raw Materials . Then, given a special assignment called Community Empowerment (Women) Against the Use of Cosmetic Whitening Through Gimmick Media. Special assignment aims to improve the health of women of reproductive age (20-35 years) and remind women about the importance of election and use of safe cosmetics. Women empowerment can be done through a variety of communication media, one of which is in the form of gimmick media cosmetic bag to make it more attractive and easy to remember.
Keywords : Health Ministry Republic of Indonesia, Production and Distribution Pharmaceutical, Cosmetics, Gimmick
General Assignment : xi + 51 pages; 4 figures; 5 tables, 7 appendices Specific Assignment : iii + 21 pages, 1 appendices
Bibliography of General Assignment: 5 (2005 – 2010) Bibliography of Specific Assignment: 22 (1992 – 2013)
ix Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
2 TINJAUAN UMUM 4
1.1 Profil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 4
1.2 Profil Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 10
3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN 17
3.1 Visi dan Misi 17
3.2 Tugas Pokok dan Fungsi 17
3.3 Tujuan 18
3.4 Sasaran 18
3.5 Strategi 18
3.6 Struktur Organisasi 19
3.7 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional 19
3.8 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan 20
3.9 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus 21
3.10 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat 22
3.11 Sub Bagian Tata Usaha 23
3.12 Komponen Kegiatan 25
3.13 Sumber Daya 33
4. PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN 33
5. PEMBAHASAN 37
5.1 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional 38
5.2 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan 38
5.3 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus 40
5.4 Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat 42
6. KESIMPULAN DAN SARAN 43
6.1 Kesimpulan 43
6.2 Saran 43
x Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Diagram Batang Jumlah Pegawai Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Berdasarkan Golongan ... 30 Gambar 3.2 Diagram Lingkaran Jumlah Pegawai Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Berdasarkan Golongan ... 30 Gambar 3.3 Diagram Batang Jumlah Pegawai Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 31 Gambar 3.4 Diagram Lingkaran Jumlah Pegawai Direktorat Bina Produksi dan
xi Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian ... 29 Tabel 3.2 Pegawai Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
berdasarkan Golongan ... 29 Tabel 3.3 Pegawai Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 31 Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia ... 33 Tbel 5.1 Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 2010-2011... 37
xii Universitas Indonesia
Lampiran 1 Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan. ... 45 Lampiran 2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan ... 46 Lampiran 3 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. ... 47 Lampiran 4 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kefarmasian. ... 48 Lampiran 5 Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian ... 49 Lampiran 6 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ... 51 Lampiran 7 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Soejoeti, 2005).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kesamaan akan hak asasi manusia, yakni setiap orang berhak atas kesehatan. Pembangunan kesehatan dibangun dengan asas perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak, dan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Oleh karena itu, setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan, maka pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan, yaitu pembangunan mutu SDM di berbagai sektor serta masih menitikberatkan pada program-program upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat, dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas (Endra, 2010).
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam tahap kedua (2010-2014), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya kesehatan gender, meningkatnya tumbuh
kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar daerah (Peraturan Presiden RI No. 5, 2010).
Salah satu kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan yang dilakukan untuk mendukung pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah dengan mencanangkan program teknis. Salah satu program teknis yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI membentuk Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/Per/VIII/2010 tanggal 19 Agustus 2010 yang merupakan salah satu dari empat Direktorat yang terdapat pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Direktorat ini memiliki tugas melakukan penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Sasaran hasil program kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil pada tahun 2014 adalah presentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100% (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Dasar keilmuan yang dimiliki oleh apoteker ikut berperan dalam pencapaian sasaran program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam fungsi pemerintahan, apoteker memiliki peran dalam penanganan sediaan farmasi dan alat kesehatan, namun seringkali peran apoteker dalam bidang pemerintahan belum memadai. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan apoteker akan pentingnya peran dalam pemerintahan. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan yang lebih dalam mengenai peran dan fungsi apoteker di bidang pemerintahan agar upaya peningkatan derajat kesehatan lebih optimal, salah satunya dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Apoteker bagi para calon apoteker yang kelak akan turut berkontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan di Indonesia. Dengan dilakukannya praktek kerja ini, diharapkan calon apoteker dapat mengetahui perannya dalam pemerintahan untuk bidang kesehatan dengan lebih dalam.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah :
1. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
3. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai peranan seorang apoteker dalam Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Profil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Gedung Kementerian Kesehatan terletak di Jl. HR. Rasuna Said Blok X.5 Kavling 4-9 Kuningan, Jakarta Selatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
2.1.1 Dasar hukum
Dasar hukum terbentuknya organisasi ini adalah
1. Perpres RI No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
2. Perpres RI No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
3. Permenkes RI No. 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
2.1.2 Visi dan misi (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Visi yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan RI adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Dalam rangka mendukung visi tersebut, maka Kementerian Kesehatan memiliki misi:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
2.1.3 Nilai-nilai (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Untuk mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, maka Kementerian Kesehatan RI menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai, yaitu:
1. Pro rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kefarmasian.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
3. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), transparansi, dan akuntabel.
2.1.4 Kedudukan, tugas, dan fungsi (Kementerian Kesehatan RI, 2010a)
Kementerian kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan. 2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan. 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah.
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
2.1.5 Tujuan (Kementerian Kesehatan RI, 2010a)
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2.1.6 Strategi (Kementerian Kesehatan RI, 2011a)
Kementerian Kesehatan memiliki strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.
2.1.7 Sasaran strategis kementerian kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2010b)
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-2014, yaitu: 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan cara:
a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun; b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup;
c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup;
d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup;
e. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita dari 18,4% menjadi dibawah 15%;
f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) sebesar 90%;
g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED) sebesar 100%;
h. Persentase Rumah Sakit Kabupaten Kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Komprehensif (PONEK) sebesar 100%; i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%. 2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:
a. Menurunnya prevalensi tuberkulosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk;
b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi per 1.000 penduduk;
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi di bawah 0,5%;
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% menjadi 90%;
e. Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%; f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.
3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.
6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
7. Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular.
8. Seluruh Kabupaten/kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
2.1.8 Wewenang kementerian kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011b) Dalam menyelenggarakan fungsinya, Kementerian Kesehatan RI memiliki kewenangan antara lain:
1. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan secara makro
2. Penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang kesehatan
3. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan
4. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan
5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang kesehatan
6. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di bidang kesehatan
7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan
8. Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan.
9. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan 10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan 11. Penyelesaian perselisihan antar provinsi di bidang kesehatan
12. Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, anak
13. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat 14. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan 15. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan
16. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan
17. Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi
18. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan
19. Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan
penanggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa
20. Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat esensial (buffer stock nasional)
21. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :
a. Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu.
2.1.9 Struktur organisasi kementerian kesehatan
Susunan organisasi Kementerian Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan terdiri atas :
1. Sekretariat Jenderal
2. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
5. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 6. Inspektorat Jenderal
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
8. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 9. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi
10. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat 11. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan
12. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi 13. Staf Ahli Bidang Mediko Legal
14. Pusat Data dan Informasi 15. Pusat Kerja Sama Luar Negeri
16. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan 17. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 18. Pusat Komunikasi Publik
19. Pusat Promosi Kesehatan 20. Pusat Inteligensia Kesehatan 21. Pusat Kesehatan Haji
2.2 Profil Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010a) 2.2.1 Kedudukan, tugas, dan fungsi
Direktorat Jenderal merupakan unsur pelaksana yang dipimpin oleh Direktur Jenderal di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan.
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2.2.2 Tujuan (Kementerian Kesehatan RI, 2010a)
Menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, serta keterjangkauan obat, dan perbekalan kesehatan, termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.
2.2.3 Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/Menkes/PER/VIII/2010 Pasal 528, struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal.
2. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 3. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian.
4. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. 5. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
2.2.3.1 Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran. 2. Pengelolaan data dan informasi.
3. Penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional, dan hubungan masyarakat.
4. Pengelolaan urusan keuangan.
5. Pelaksanaan urusan kepegawaian, tata perusahaan, kearsipan, gaji, rumah tangga, dan perlengkapan.
6. Evaluasi dan Penyusunan laporan. Sekretariat Jenderal terdiri atas : 1. Bagian Program dan Informasi.
2. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat. 3. Bagian Keuangan.
4. Bagian Kepegawaian dan Umum. 5. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.3.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan. 2. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan. 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan.
5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri atas: 1. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat.
2. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 3. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
4. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
5. Subbagian Tata Usaha.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.3.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelayanan kefarmasian.
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional.
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional.
5. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri atas : 1. Subdirektorat Standardisasi.
2. Subdirektorat Farmasi Komunitas. 3. Subdirektorat Farmasi Klinik.
4. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional. 5. Subbagian Tata Usaha.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.3.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas: 1. Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan.
2. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
3. Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
4. Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi. 5. Subbagian Tata Usaha.
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.3.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian, dan analisis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
5. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
6. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas: 1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional. 2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan.
3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus.
4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat. 5. Subbagian Tata Usaha.
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
3.1 Visi dan Misi
Visi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah Industri Farmasi dan Makanan yang Memenuhi Syarat dan Mampu Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri serta Bersaing di Era Globalisasi. Dalam mendukung visi tersebut, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki misi (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011):
1. Menciptakan iklim industri yang kondusif melalui penyusunan regulasi, standar dan pedoman yang dapat mengakomodir pengembangan di bidang farmasi dan makanan.
2. Melaksanakan pelayanan publik yang prima dalam bidang produksi dan distribusi kefarmasian dan makanan.
3. Melaksanakan pembinaan sarana produksi dan distribusi farmasi dan makanan.
4. Menciptakan kemandirian di bidang kefarmasian.
3.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian (Kementerian Kesehatan RI, 2010a).
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki fungsi antara lain:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian, dan analisis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
5. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
6. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
3.3 Tujuan
Tujuan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2011 – 2014 adalah sebagai arah dalam penyelenggaraan program produksi dan distribusi kefarmasian serta pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011).
3.4 Sasaran
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011), yaitu:
1. Tersedianya bahan baku obat dan obat tradisional.
2. Tersusunnya standar kefarmasian di bidang obat, obat tradisional, kosmetik, dan makanan.
3. Industri farmasi prakualifikasi WHO.
3.5 Strategi (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011)
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki strategi sebagai berikut:
1. Menyusun dan mengembangkan standar dan persyaratan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian dan makanan.
2. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan yang terpadu.
3. Meningkatkan kapasitas SDM yang kompeten dan profesional. 4. Membentuk aliansi strategis dan mengintegrasikan sumber daya.
3.6 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri dari (Kementerian Kesehatan RI, 2010a):
1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional 2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus
4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat 5. Subbagian Tata Usaha
6. Kelompok Jabatan Fungsional
3.7 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
(Kementerian Kesehatan RI, 2010a) 3.7.1 Tugas dan fungsi
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
3. Pelaksanaan pemberian izin sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
4. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
5. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
3.7.2 Struktur organisasi
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional terdiri atas:
1. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi
Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
2. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi.
Seksi Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
3.8 Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan (Kementerian
Kesehatan RI, 2010a) 3.8.1 Tugas dan fungsi
Subdirektorat Poduksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan dibidang produksi kosmetika dan makanan.
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang produksi kosmetika dan makanan.
2. Penyiapan bahan penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi kosmetika dan makanan.
3. Pelaksanaan pemberian izin sarana produksi kosmetika.
4. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi kosmetika dan makanan.
5. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang produksi kosmetika dan makanan.
3.8.2 Struktur organisasi
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan terdiri atas: 1. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan
Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi kosmetika dan makanan. 2. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika
Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan dibidang sarana produksi kosmetika.
3.9 Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus (Kementerian Kesehatan RI,
2010a)
3.9.1 Tugas dan fungsi
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
3. Pelaksanaan perizinan produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
4. Penyiapan bahan bimbingan dan pengendalian di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus. 5. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
perizinan produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor, dan sediaan farmasi khusus.
3.9.2 Struktur organisasi
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus terdiri atas:
1. Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
Seksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
2. Seksi Sediaan Farmasi Khusus
Seksi Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perizinan, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang sediaan farmasi khusus dan makanan.
3.10 Subdirektorat Kemandirian Obat Dan Bahan Baku Obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2010a) 3.10.1 Tugas dan fungsi
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat menyelenggarakan fungsi antara lain:
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
2. Penyiapan bahan penyusunan norma standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
3. Penyiapan bahan koordinasi serta pelakasanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
4. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
5. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan dibidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
3.10.2 Struktur organisasi
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat terdiri atas: 1. Seksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat
Seleksi Analisis Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
2. Seksi Kerjasama
Seksi Kerjasama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi, pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas sektor, pengendalian serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerjasama di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
3.11 Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat dengan perincian sebagai berikut:
3.11.1 Umum
1. Pencatatan surat-menyurat (surat masuk dan surat keluar) dengan sistem arsip untuk keperluan.
2. Distribusi surat masuk dan surat keluar ke Subdit-Subdit maupun eksternal Direktorat.
3. Pengetikan (komputerisasi) surat-surat terutama untuk keperluan pimpinan. 4. Menyusun daftar kepustakaan untuk keperluan Direktorat.
5. Kearsipan dengan pola atau sistem arsiparis.
3.11.2 Kepegawaian
Membuat data dan informasi kepegawaian antara lain:
1. Daftar nama-nama pejabat berdasarkan nomor urut kepangkatan berikut nama jabatan, eselon, dan golongan.
2. Daftar seluruh pegawai berdasarkan nomor urut kepangkatan dan nama jabatan serta alamat.
3. Informasi tentang kenaikan pangkat maupun memasuki masa pensiun.
4. Menyusun dan menyimpan berkas-berkas yang berkaitan dengan pegawai untuk seluruh pegawai.
5. Menyusun dan menyimpan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) seluruh pegawai berdasarkan urutan tahun penilaian.
6. Menyusun dan menyimpan data KP4 (Surat Keterangan Untuk Mendapat Tunjangan Keluarga) maupun daftar riwayat hidup seluruh pegawai.
7. Mengurus kenaikan pangkat pegawai.
8. Membantu pengurusan kenaikan pangkat berkala.
9. Membantu pengurusan pembuatan SIMKA (Sistem Informasi Kepegawaian).
3.11.3 Kerumahtanggaan direktorat
1. Melakukan inventarisasi barang-barang inventaris milik negara.
2. Melakukan pendataan yang berkaitan dengan pemeliharaan barang-barang inventaris kerjasama dengan bagian umum dan kepegawaian Setditjen (Sekertaris Direktorat Jenderal) Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
3. Melakukan pendataan barang-barang inventaris yang akan diusulkan penghapusannya secara administratif yang selanjutnya diteruskan ke Bagian Umum dan Kepegawaian Setditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 4. Menyiapkan bahan-bahan untuk keperluan rapat atau tamu-tamu Direktur. 5. Menata dan mengatur ruang penyimpanan berkas/barang inventaris di
Gudang Direktorat.
6. Membantu penyelesaian secara administrasi untuk pembayaran telepon Direktorat.
3.12 Komponen Kegiatan
3.12.1 Capacity building 1. Komponen output
Peningkatan kemampuan dan kompetensi petugas pusat dan daerah. 2. Detail kegiatan
a. Harmonisasi dan peningkatan kemampuan dalam rangka pembinaan produksi dan distribusi (Produksi dan Distribusi) kefarmasian.
b. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
c. Training of Trainer (TOT) pembinaan bidang produksi dan makanan. d. TOT pembinaan bidang obat dan obat tradisional.
e. TOT pembinaan bidang kosmetik/makanan.
f. TOT penyuluh keamanan pangan dan TOT pengawas pangan bagi petugas kabupaten/kota.
g. TOT tentang bahan berbahaya.
h. Refreshing training system pelaporan dinamika obat PBF.
3.12.2 Pembinaan Industri 1. Komponen output
Peningkatan kemampuan pelaku usaha di bidang kefarmasian dan makanan dalam memenuhi persyaratan dan daya saing.
2. Detail kegiatan
b. Peningkatan kemampuan industri obat tradisional. c. Peningkatan kemampuan industri obat.
d. Peningkatan kemampuan industri kosmetika dan makanan. e. Coaching/pendampingan bagi KUKM obat tradisional.
f. Pembinaan industri farmasi dalam rangka dukungan akselerasi pelaksanaan prakualifikasi.
3.12.3 Aliansi strategi 1. Komponen output
Terlaksananya pembinaan secara terpadu untuk seluruh stakeholder pada bidang kefarmasian dan makanan.
2. Detail kegiatan
a. Penyusunan roadmap/blueprint bidang bahan baku obat.
b. Penyusunan roadmap/blueprint bidang kosmetika dan makanan. c. Aliansi strategis dalam kemandirian di bidang obat.
d. Aliansi strategis dalam kemandirian di bidang obat tradisional. e. Aliansi strategis bidang narkotika, psikotropika, dan prekursor. f. Aliansi strategis di bidang prakualifikasi.
g. Koordinasi lintas sektor di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. h. Rapat konsultasi bina produksi dan distribusi kefarmasian.
3.12.4 Bahan Baku Obat 1. Komponen output
Tersedianya masterplan pengembangan kemandirian bahan baku dan uji coba pembuatan bahan baku eksipien.
2. Detail kegiatan
a. Studi kelayakan produksi antibiotika (kemandirian di bidang obat). b. Rapat koordinasi dalam rangka persiapan produksi bahan baku obat. c. Studi kelayakan pengembangan bahan baku obat.
d. Penyusunan masterplan dan AMDAL unit produksi. e. Desain dan rancang bangun peralatan.
g. Persiapan produksi bahan baku obat (bimtek).
h. Uji coba pemanfaatan bahan baku obat pada produksi dalam negeri (subsidi pembiayaan).
3.12.5 Penyusunan pedoman/standar 1. Komponen output
Tersedianya standar yang dapat digunakan untuk pembinaan, pengawasan, dan pelayanan di bidang kefarmasian dan makanan.
2. Detail kegiatan
a. Penyusunan dan pengembangan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) obat tradisional.
b. Penyusunan dan pengembangan NSPK obat dan bahan baku obat. c. Pengembangan kodex kosmetika Indonesia.
d. Penilaian komponen perizinan impor/ekspor narkotika, psikotropika dan
Special Access Scheme (SAS).
e. Sertifikasi ISO 9001:2008 untuk 5 jenis pelayanan perizinan. f. Kajian monografi baru Farmakope Herbal Indonesia.
g. Penyusunan pedoman penilaian SAS.
3.12.6 Penguatan regulasi dan sosialisasi 1. Komponen output
Tersedianya dan tersosialisasikannya NSPK di bidang kefarmasian dan makanan.
2. Detail kegiatan
a. Penyebaran informasi tentang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) bermutu, aman, dan bergizi.
b. Dukungan narasumber produksi dan distribusi kefarmasian.
c. Sosialisasi pedoman pelaksanaan pembinaan produksi obat dan bahan baku obat.
d. Pemberdayaan masyarakat di bidang kosmetika dan makanan melalui media cetak.
f. Sosialisasi pedoman penggunaan bahan tambahan pangan
2.13.7 Penguatan Infrastruktur/Sarana 1. Komponen output
Tersedianya dukungan sarana dan prasarana pelaksanaan tugas dan fungsi produksi dan distribusi kefarmasian.
2. Detail kegiatan
a. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran.
b. Pemeliharaan software Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan sistem pelaporan dinamika obat Pedagang Besar Farmasi (PBF).
c. Evaluasi kinerja dan monitoring kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
d. Pemantapan sistem pelaporan dinamika PBF.
e. Penyusunan program dan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
f. Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
g. Alat pengolah data Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. h. Review penerapan SIPNAP dan sistem pelaporan dinamika obat PBF. i. Implementasi SIPNAP dan sistem pelaporan dinamika obat PBF. j. Penerapan E-Licensing dalam rangka pelayanan dinamika obat PBF. k. Penerapan sistem pelaporan industri farmasi.
l. Evaluasi pelaksanaan SAS.
m. Penyelesaian sistem pelaporan dinamika obat PBF dengan sistem registrasi obat.
2.13.8 Reposisi dan revitalisasi obat generik 1. Komponen output
2. Detail kegiatan
a. Peningkatan kapasitas SDM dalam rangka pengembangan kebijakan di bidang revitalisasi dan reposisi obat generik.
b. Peningkatan kapasitas SDM provinsi dan kabupaten dalam pembinaan industri kabupaten dalam pembinaan industri farmasi.
c. Pertemuan peningkatan kapasitas industri farmasi dalam penetapan bioekuivalensi dan bioavailabilitas obat generik.
d. Penyusunan daftar pemasukan terekomendasi dalam menjamin kualitas bahan baku obat generik.
e. Pembinaan industri farmasi dalam implementasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini.
f. Sosialisasi dan promosi obat generik.
g. Bimbingan teknis pada industri dan advokasi percepatan izin edar obat generik.
h. Pertemuan pembekalan mengenai hak atas kekayaan intelektual terkait obat generik.
i. Pembuatan profil spesifikasi obat generik.
3.13 Sumber Daya
3.13.1 Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang bertugas di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai akhir tahun 2012 berjumlah 34 orang.
Tabel 3.1 Jumlah pegawai direktorat bina produksi dan distribusi kefarmasian
Jabatan Jumlah sumber daya manusia
Struktural 12
Fungsional -
Staf 22
Tabel 3.2 Pegawai direktorat bina produksi dan distribusi kefarmasian berdasarkan golongan No Golongan Jumlah 1 I 0 2 II 4 3 III 23 4 IV 7 Jumlah 34
Gambar 3.1 Diagram batang jumlah pegawai direktorat bina produksi dan
distribusi kefarmasian berdasarkan golongan
Gambar 3.2 Diagram lingkaran jumlah pegawai direktorat bina produksi dan
distribusi kefarmasian berdasarkan golongan 0 5 10 15 20 25 I II III IV JUM LA H PENDIDIKAN 0 4 23 7 I II III IV
Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat dikelompokkan menurut tabel di bawah ini.
Tabel 3.3 Pegawai Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Gambar 3.3 Diagram batang jumlah pegawai direktorat bina produksi dan
distribusi kefarmasian berdasarkan jenjang pendidikan 0 2 4 6 8 10 12 14 16 JUM LA H PENDIDIKAN
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 SD 0 2 SLTP 1 3 SLTA 3 4 D3 2 5 S1 4 6 APOTEKER 16 7 DOKTER 0 8 S2 8 JUMLAH 34
Gambar 3.4 Diagram lingkaran jumlah pegawai direktorat bina produksi dan
distribusi kefarmasian berdasarkan jenjang pendidikan
3.13.2 Sarana dan Prasarana
Laporan Barang Milik Negara (BMN) pada Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian menggunakan data yang berasal dari Sistem Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN).
0 1 3 2 4 16 0 8 SD SLTP SLTA D3 S1 APOTEKER DOKTER S2
BAB 4
PELAKSANAAN DAN PENGAMATAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dilaksanakan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 21 Januari - 04 Februari 2013, yang dilakukan setiap hari kerja, yaitu Senin hingga Jum’at pada pukul 08.00 - 16.00 WIB. Berikut jadwal kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dirangkum dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia
No Hari dan Tanggal Jam Uraian Kegiatan
1 Senin, 21 Januari 2013
10.00 - 11.30 1. Penerimaan mahasiswa PKPA Fakultas Farmasi Universitas Indonesia di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Penjelasan umum mengenai struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan oleh Bapak Kamit Waluyo, SH.
3. Pembagian mahasiswa PKPA menjadi empat kelompok dan ditempatkan di empat direktorat yang berada di bawah Direktorat
4. Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, yaitu :
a. Kelompok I (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan) b. Kelompok II (Direktorat Bina
12.00 – 13.00 14.00 - 16.05
Pelayanan Kefarmasian)
c. Kelompok III (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan)
d. Kelompok IV (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian) 5. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 6. Penerimaan mahasiswa PKPA UI oleh staf
Tata Usaha Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
7. Penjelasan umum tentang struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian oleh Bapak Drs. Suhata.
8. Pretest mengenai antibiotik dan obat generik. 2 Selasa, 22 Januari 2013 08.30 - 11.00 12.00 - 13.00 15.25 - 16.00
1. Penjelasan dan pengarahan mengenai Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekusor dan Sediaan Farmasi Khusus oleh Bapak Drs. Riza Sultoni, Apt., MM. selaku Kasubdit. 2. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 3. Penjelasan dan pengarahan tentang
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan oleh Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, M.Si., Apt. selaku Kasubdit. 4. Pemberian tugas umum
5. Pemberian tugas harian mengenai Undang-undang terkait kesehatan, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan, Harmonisasi ASEAN, dan Codex Alimentarius.
3 Rabu, 23 Januari 2013
07.30 - 10.00 1. Membaca dan mendiskusikan tugas harian mengenai Undang-undang terkait kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan,
10.00 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 15.30 15.30 – 16.30
Peraturan Pemerintah, Harmonisasi ASEAN, dan Codex Alimentarius.
2. Mengerjakan tugas umum
3. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 4. Melanjutkan pengerjaan tugas umum 5. Posttest hasil diskusi tugas harian dan
pemberian tugas khusus dari Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan oleh Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., MM. 4 Jum’at, 25 Januari
2013
08.00 - 12.00
12.00 – 13.00 13.00 – 16.00
1. Penyerahan tugas umum kepada pembimbing Ibu Dra. Nur Ratih Purnama, M.Si., Apt.
2. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 3. Penjelasan dan pengarahan tentang
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional oleh Ibu Dra. Nadirah Rahim, Apt., M.Kes selaku Kasubdit. 5 Senin, 28 Januari 2013 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 –16.00
1. Pengerjaan tugas khusus
2. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 3. Melanjutkan pengerjaan tugas khusus 4. Penyerahan tugas umum ke Bu Ratih 6 Selasa, 29 Januari
2013
08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 –16.00
1. Pengerjaan tugas khusus
2. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 3. Melanjutkan pengerjaan tugas khusus 7 Rabu, 30 Januari 2013 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 14.30 14.30 – 16.00
1. Pengerjaan tugas khusus
2. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 3. Melanjutkan pengerjaan tugas khusus 4. Diskusi mengenai Subdit Kemandirian
Bahan Baku Obat bersama staf 8 Kamis, 31Januari
2013
08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 –16.00
1. Pengerjaan tugas khusus
2. ISHOMA (istirahat, sholat dan makan) 3. Melanjutkan pengerjaan tugas khusus 9 Jumat, 1 Februari
2013
08.00 – 12.00 12.00 – 13.00
1. Pengerjaan tugas khusus
BAB 5 PEMBAHASAN
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tolak ukur kesejahteraan suatu negara sehingga upaya peningkatan derajat kesehatan menjadi fokus utama pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dengan visinya adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
Tabel 5.1 Angka Harapan Hidup Indonesia tahun 2010 dan 2011
Tahun Laki-laki (tahun) Perempuan (tahun)
2010 67 71
2011 69 74
Sumber: Biro Pusat Statistik
Berdasarkan data angka harapan hidup masyarakat Indonesia tahun 2010 dan 2011 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kemenkes RI telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Kemenkes RI melaksanakan tugas dan fungsinya dalam empat Direktorat Jenderal (Ditjen), salah satunya adalah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar Alkes) yang didirikan pada tanggal 5 Desember 2002. Sebelum Ditjen ini terbentuk, segala tugas dan fungsi yang berkaitan dengan kefarmasian ditangani oleh Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM) yang kemudian memisahkan diri menjadi Badan POM dan dibawahi oleh Sekretaris Negara. Namun, dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Ditjen Binfar Alkes tetap menjalin kerjasama dengan Badan POM.
Ditjen Binfar Alkes terdiri dari empat direktorat, antara lain Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, serta Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Kami sebagai mahasiswa yang mengikuti praktek kerja profesi apoteker ditempatkan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian untuk mengetahui lebih dalam mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi direktorat ini.