• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BINGKAI KEPRAMUKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BINGKAI KEPRAMUKAAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

BINGKAI KEPRAMUKAAN

Oleh :

Komang Handi Dwi Darma Santhi

Disusun dalam rangka :

Lomba Penulisan Esai (Gelapata V)

UKM PRAMUKA UNIVERSITAS UDAYANA

Alamat: Jalan Pramuka, Nomor 4, Singaraja, Bali

Website: www.smansasingaraja.sch.id/pramuka Email: pramuka@smansasingaraja.sch.id

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Essai ini diajukan untuk mengikuti Lomba Penulisan Esai (Gelapata V) yang diselenggarakan oleh Racana Udayana Mahendradatta-UKM Pramuka Universitas Udayana Tahun 2014.

Judul Esai : Pendidikan Karakter dalam Bingkai Kepramukaan

Data Penulis

a. Nama Lengkap : Komang Handi Dwi Darma Santhi

b. NIS :12629

c. Gugus Depan : 05.068 – 05.067 SMAN 1 Singaraja

Guru Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Sang Made Ari Jayadiputra, S.Pd

b. Jabatan : Pembina Gugus Depan

GERAKAN PRAMUKA

GUGUS DEPAN BULELENG 05.067

GUGUS DEPAN BULELENG 05.068

BERPANGKALAN PADA SMA NEGERI 1 SINGARAJA

Alamat: Jln. Pramuka, No.4, Singaraja-Bali Tlpn/Fax. (0362) 22144/32193

Website: www.smansasingaraja.sch.id/pramuka E-mail: pramuka@smansasingaraja.sch.id

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan esai yang berjudul “Pendidikan Karakter dalam Bingkai Kepramukaan”.

Esai ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Penulisan Esai (Gelapata V) yang diselenggarakan oleh UKM Pramuka Universitas Udayana.

Esai ini mungkin tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh civitas akademika SMA Negeri 1 Singaraja, terutama para teman-teman dan pembimbing yang tergabung di Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Smansa Singaraja (KIR-SS) yang telah memberikan bantuan moral dan material dalam penyusunan esai ini.

Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini memiliki berbagai kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka menyempurnakannya. Akhirnya semoga esai ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Singaraja, 18 April 2014 Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

Isi Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Program Kerja Pramuka Berbasis Nilai Pendidikan Karakter ... 5

2.2 Pelaksanaan Kegiatan Pramuka Berbasis Praktek di Masyarakat ... 7

2.3 Pelaksanaan Kegiatan Pramuka Berbasis Praktek di Masyarakat ... 8

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 12

3.2 Saran-saran ... 13

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh ciri khas yang dimiliki, salah satunya adalah karakter. Karakter dapat didefinisikan sebagai suatu sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau kelompok, serta nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia lainnya, lingkungan, dan negaranya. Ciri khas tersebut terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter saat ini tengah hangat diperbincangkan. Perbincangan mengenai pendidikan karakter ini dilatarbelakangi oleh karakter bangsa Indonesia yang kian lama kian terkikis dan bertolak belakang dengan karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Pendidikan karakter juga bisa dipergunakan sebagai upaya pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, perlu untuk ditambahkannya aspek pendidikan karakter bangsa dalam proses pembelajaran kepada peserta didik sebagai wujud pengembangan karakter.

Karakter adalah sesuatu yang sangat penting, terutama bagi sebuah negara. Hal ini dikarenakan, karakterlah yang menjadi jati diri dari suatu bangsa, yang membuatnya berbeda dari bangsa lain. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain.

Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesunggungnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Karakter dan jati diri bangsa Indonesia sebenarnya sudah lahir dan terbentuk melalui proses sejarah yang cukup panjang, yang dilalui bangsa Indonesia. Hal ini tercatat dalam perjuangan bangsa Indonesia ketika berjuang dalam menghadapi penjajah, saat masyarakat telah membangun kehidupan atas dasar spiritualisme, kegotongroyongan, musyawarah untuk mufakat, toleransi, saling menghargai, dan tolong menolong antarsesama, ditambah dengan semangat juang yang tinggi. Hingga sampailah pada dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, nilai, ciri khas dan karakter itu dirumuskan oleh para pendiri bangsa

(6)

ke dalam lima prinsip yang kita kenal dengan sebutan Pancasila. Pancasila inilah yang menjadi karakter dan kepribadian bangsa Indonesia.

Namun, kenyataan yang ada justru menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Hal ini ditandai dengan munculnya konflik horizontal dan vertikal, yang ditandai dengan adanya kekerasan dan kerusuhan di mana-mana.

Di kalangan pelajar, perilaku degradasi moral ini tidak kalah memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan adanya berbagai perilaku yang bertentangan dengan etika, moral dan hukum yang sering diperlihatkan oleh pelajar. Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian juga masih dilakukan oleh pelajar. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Atau yang paling ekstrim adalah tawuran antarpelajar.

Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan dan kerja sama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri.

Dalam kurikulum baru saat ini, yaitu kurikulum 2013, pramuka ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ekstrakulikuler wajib yang diberikan kepada siswa, baik dari SD, SMP, maupun SMA. Dengan adanya kebijakan dalam kurikulum 2013 yang baru diberlakukan ini, tentunya diharapkan agar pendidikan kepramukaan dapat berperan dalam mengembangkan nilai-nilai positif dalam kehidupan, seperti cinta tanah air, suka menolong, pengabdian, disiplin, dan jujur serta siswa mampu berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan kemasyarakatan.

Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ibnu Hamad, alasan kegiatan Pramuka dimasukkan ke dalam ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah pada kurikulum 2013 adalah karena Pramuka memiliki nilai universalisme. Jika dilihat dari sudut pandang pada tingkat nasional, Pramuka juga dapat mempererat ikatan nasionalisme. Dengan hal

(7)

tersebut semangat kemandirian dan cinta tanah air dapat dimulai sedini mungkin dengan adanya kegiatan Pramuka sebagai suatu wadah yang mampu meningkatkan rasa nasionalisme (Sindonews, 2013).

Pendidikan karakter sangat baik diterapkan, terutama bagi siswa atau pelajar. Dengan penerapan pendidikan karakter secara sistematis dan berkelanjutan, seorang siswa akan menjadi cerdas dalam hal emosi atau emotional

quotient (EQ). Kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting dalam

mempersiapkan seorang siswa dalam menyongsong masa depan. Hal ini dikarenakan, seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Selain itu, pendidikan karakter adalah kunci keberhasilan dari setiap individu. (Kita Kogara, 2012)

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka penulis memiliki keinginan untuk menyusun sebuah esai yang berjudul “Pendidikan Karakter dalam Bingkai Kepramukaan.” Adapun masalah yang diangkat adalah “Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter melalui bingkai kegiatan kepramukaan?”

(8)

BAB II PEMBAHASAN

Mewujudkan Gerakan Pramuka sebagai wadah pembinaan karakter kaum muda, tentulah bukan angan-angan kosong, tetapi sesuatu yang dapat direalisasikan, karena

1. Adanya goodwill dari pemerintah yang mempunyai pengharapan besar terhadap peran yang dapat dimainkan pendidikan kepramukaan dalam membentuk watak dan kepribadian kaum muda.

2. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Peringatan Hari Pramuka ke 52 Tahun 2013 meminta, agar revitalisasi Gerakan Pramuka terus diarahkan ke pemantapan gerakan dalam memperkuat karakter bangsa. Karakter dan watak bangsa, yang unggul, akan mampu mempertahankan nilai-nilai bangsa. Peran generasi muda sebagai subyek sejarah, aktor kritis, dan kreator, yang menentukan wajah masa depan bangsa harus dibina, kata Presiden.

3. Pemantapan Gerakan Pramuka dalam memperkuat karakter bangsa dapat dilakukan melalui empat konsensus bangsa Indonesia, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan pengharapan akan mampu mempertahankan cita-cita generasi muda menjadi generasi, yang cerdas, tangguh, unggul, inovatif, dan mandiri.

4. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, makin memperkuat legalitas Gerakan Pramuka, mengingat sebelumnya penyelenggaraan pendidikan kepramukaan hanya diatur dengan “Keputusan Presiden” dan peraturan perundang-undangan lain dibawahnya.

5. Pendidikan kepramukaan diyakini mampu mendukung pembentukan karakter kaum muda agar: memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani; Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada

(9)

Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.

2.1 Program Kerja Pramuka Berbasis Nilai Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). (Tadkiroatun Musfiroh, 2008).

Dengan demikian, pendidikan karakter dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan karakter yang baik pada siswa sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

Kepramukaan adalah proses pendidikan yang melengkapi pendidikan di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, ahklak dan budi pekerti luhur.

Kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan di alam terbuka (outdoor

activity) yang mengandung dua nilai, yaitu :

a. Nilai formal, atau nilai pendidikannya yaitu pembentukan watak (character building), dan

b. Nilai materiil, yaitu nilai kegunaan praktisnya.

Dasar Penyelenggaraan Gerakan Pramuka sebagai Landasan Hukum diatur berdasarkan :

A. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka B. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961

Tentang Gerakan Pramuka

C. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118 tahun 1961 Tentang Penganugerahan Pandji kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja Muda karana

(10)

D. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka

E. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009 Tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka

Landasan Hukum Gerakan Pramuka merupakan landasan gerak setiap aktivitas dalam menjalankan tatalaksana organisasi dan manajemen di Gerakan Pramuka.

Adapun prinsip-prinsip dasar kepramukaan, adalah : a. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Peduli terhadap bangsa, negara, sesama manusia dan alam serta isinya. c. Peduli terhadap diri sendiri.

d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Terdapat 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. (Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, 2012)

Ketika pendidikan kepramukaan dijadikan sebagai salah satu kebijakan dalam perubahan kurikulum 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lembaga pemerintah juga harus ikut memikul beban dan tanggung jawab dalam menyiapkan pembina pramuka yang berkualitas. Berkualitas yang dimaksudkan adalah seorang pembina yang mampu mengemas latihan kepramukaan atau latihan kepanduan, bukan pembina yang melaksanakan pelajaran kepramukaan. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, hendaknya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan koordinasi dengan Kwartir Nasional.

Pramuka dapat dijadikan wadah pendidikan berkarakter karena pramuka selalu memegang teguh nilai-nilai Tri Satya, yakni kewajiban-kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa, negara, diri sendiri, dan lingkungan sekitarnya.

Jika kita mengacu pada arti kiasan lambang gerakan pramuka yakni nyiur, ia dapat tumbuh dimana saja yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekeliling dimanapun ia berada dan dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Pramuka adalah wadah pelatihan dan

(11)

pendidikan yang menghasilkan atau mencetak generasi yang mampu hidup berdampingan dengan sekelilingnya dan dalam keadaan apapun yang tidak hanya bisa bergantung kepada orang lain.

Ada 23 karakter peserta didik yang tercantum dalam Dasa Darma Pramuka, yaitu : religius, cinta alam, kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan, ksatria, patuh, suka bermusyawarah, rela menolong, tabah, rajin, terampil, gembira, hemat, cermat, bersahaja, disiplin, berani, setia, bertanggung jawab, dapat dipercaya, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Dari paparan di atas, secara tersirat maupun tersurat pendidikan karakter sudah ada dalam pramuka. Pramuka telah mengajarkan pendidikan karakter sejak berdirinya kepanduan ini, jauh sebelum isu pendidikan karakter marak di Indonesia.

Gerakan pramuka dalam melaksanakan fungsinya sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda Indonesia mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda yang bersifat positif, inovatif, dan edukatif, guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, bertanggung jawab, mampu mengisi kemerdekaan nasional dan membangun dunia yang lebih baik.

2.2 Pelaksanaan Kegiatan Pramuka Berbasis Praktek di Masyarakat

Lingkungan sekolah yang positif dapat membantu seorang siswa dalam membangun karakternya. Oleh karena itu, pihak sekolah hendaknya menciptakan lingkungan sekolah yang positif, dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendidikan karakter yang baik.

Ekstrakulikuler Pramuka hendaknya diberdayagunakan dengan baik di setiap sekolah. Dalam kegiatan Pramuka lebih ditonjolkan oleh Pembina pramuka yang dapat memberikan contoh-contoh positif yang dapat membangun karakter yang baik melalui kegiatan pramuka. Karena sebenarnya, dalam Pramuka sudah terdapat nilai-nilai karakter, seperti yang tercantum dalam Tri Satya dan Dasa Dharma. Dengan adanya nilai-nilai tersebut, maka pendidikan karakter dapat diwujudkan melalui kegiatan pramuka, salah satunya dengan pengamalan Tri Satya dan Dasa Dharma.

(12)

Hendaknya kegiatan rutin yang dilaksanakan melalui ekstrakulikuler Pramuka, tidak hanya harus diisi dengan teori, tapi juga dengan kegiatan di luar (outdoor) yang bersifat kreatif dan inovatif serta menyenangkan, sehingga siswa menjadi senang dan tidak bosan, seperti dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat positif dan dengan dukungan dari orang tua siswa. Selain itu, kegiatan dalam bentuk pengabdian masyarakat, seperti penghijauan, bersih-bersih, dan kegiatan-kegiatan peduli lingkungan yang bersifat melestarikan lingkungan juga baik untuk dilakukan.

Selain itu, peserta kegiatan ekstrakulikuler Pramuka hendaknya lebih ditekankan untuk berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter, seperti nilai kedisiplinan, nilai kerjasama, nilai toleransi dan menghargai satu sama lain.

Program kegiatan lainnya juga dapat berupa latihan simulasi berbentuk latihan perang. Pada kegiatan simulasi tersebut akan terlihat karakter dari setiap siswa yang menunjukkan mana peserta yang serius dan disiplin. Dalam kegiatan simulasi ini juga terdapat nilai kerjasama antar tim. Selain itu, kegiatan yang lainnya yang dapat dilakukan sebagai bentuk penanaman karakter adalah dengan memutarkan film mengenai kepramukaan yang berisi nilai-nilai karakter. Sehingga, dalam diri siswa secara tidak langsung dapat ditanamkan nilai-nilai karakter seperti yang ada di dalam film dan siswa pun dapat memahami dan mengamalkan karakter-karakter tersebut.

2.3 Evaluasi Program Berbasis Perilaku Siswa

Evaluasi program berbasis perilaku siswa yang dimaksudkan di sini adalah mengenai bagaimana seorang Pembina dalam kegiatan ekstrakulikuler Pramuka, menilai setiap peserta bukan seperti guru yang memberikan nilai kepada siswa di kelas. Jika guru di kelas memberikan nilai kepada siswa adalah ditinjau dari segi aspek kognitif, maka dalam ekstrakulikuler Pramuka, Pembina menilai bukan dengan angka namun dengan predikat, seperti A, B, dan C. Selain itu, karena dalam kegiatan Pramuka tidak hanya diberikan secara teori melainkan secara praktek di lapangan, Pembina pastilah akan melihat secara langsung kemampuan setiap peserta didik. Dimana penilaiannya juga berdasarkan predikat A, B, dan C.

(13)

Aspek penilaian yang diterapkan dapat ditinjau dari segi kehadiran, ketepatan waktu, kedisiplinan dalam kegiatan, ketaatan terhadap tata tertib, dan kemampuan dalam kelompok. Berikut akan dijelaskan mengenai setiap aspek-aspek tersebut.

Kehadiran adalah suatu aspek yang memiliki makna seberapa rajin, disiplin, dan semangatnya setiap peserta Pramuka di dalam mengikuti kegiatan Pramuka. Seperti misalnya ada peserta yang tidak menyukai kegiatan Pramuka, jadi ia tidak rajin datang untuk mengikuti ekstra. Tingkat kehadiran yang baik yang dimiliki oleh peserta ekstra Pramuka misalnya dapat dilihat dalam kurun waktu satu semester, jadi dari sana akan terlihat seberapa sering peserta tersebut mengikuti kegiatan rutin Pramuka yang dilaksanakan setiap minggunya. Peserta ekstra yang dapat dikategorikan rajin dan disiplin, jika ditinjau dari segi aspek ini, adalah peserta yang memenuhi nilai kehadiran minimal 85-90 persen per semesternya.

Aspek yang kedua, yakni ketepatan waktu. Yang dimaksudkan di sini adalah dalam setiap kegiatan, tentunya ada jadwal yang mengatur. Misalnya dalam kegiatan ekstra, peserta diwajibkan untuk datang paling lambat pukul 15.30 wita. Maka secara otomatis, siswa yang datang lewat dari kesepakatan waktu, dinyatakan terlambat. Agar peserta tidak mengulangi lagi keterlambatannya, maka diberlakukan sanksi, seperti lari keliling lapangan, jongkok bangun, dan memunguti sampah yang berserakan. Dengan begitu, siswa menjadi jera dan tidak ingin lagi terlambat. Akibatnya, siswa menjadi lebih rajin untuk datang lebih awal dan hal ini melatih kedisiplinan setiap siswa. Selain itu juga melatih kepedulian setiap siswa terhadap lingkungan sekitarnya.

Kedisiplinan dalam kegiatan yang dimaksud di sini, misalnya keseriusan setiap peserta ekstra selama mengikuti kegiatan rutin Pramuka, contohnya dalam kegiatan baris berbaris. Dalam kegiatan tersebut, tentunya setiap siswa harus memperhatikan petunjuk dan arahan dari pemimpin pasukannya. Dimana, siswa harus melaksanakan setiap aba-aba yang diperintahkan. Lalu, siswa yang salah dalam melaksanakan aba-aba kembali diberikan sanksi. Dari sinilah, dilatih 2 nilai karakter, yakni kedisiplinan dan menghormati atau menghargai orang lain (terlihat dengan siswa yang memperhatikan setiap arahan dari pemimpin pasukannya).

(14)

Siswa yang melaksanakan aba-aba dengan baik dan benar, maka dapat dikategorikan sebagai siswa yang disiplin.

Aspek yang lainnya adalah mengenai ketaatan terhadap tata tertib. Contohnya adalah misalnya terdapat siswa yang melanggar tata tertib, seperti tidak memakai atribut dan seragam pramuka yang lengkap, serta tidak memotong kuku, maka akan dikenakan sanksi. Siswa yang paling jarang terkena sanksi, ialah siswa yang disiplin dan taat kepada tata tertib.

Yang terakhir adalah aspek dari segi kemampuan dalam kelompok. Banyak yang dapat dinilai dari segi aspek ini, dikarenakan ini menunjukkan langsung bagaimana kemampuan peserta sebagai individu dan sebagai makhluk social dalam kelompoknya. Nilai karakter yang lebih dominan terdapat dalam aspek ini adalah nilai kebersamaan. Hal ini terlihat dari bagaimana setiap siswa dalam kelompoknya, mampu berkoordinasi dengan baik dengan teman-temannya, misalnya dalam hal penyelesaian tugas yang diberikan dan harus diselesaikan pada saat kegiatan itu juga. Selain itu, terlihat juga kemampuan setiap siswa dalam kelompoknya dalam hal penyampaian ide tau gagasan. Nilai toleransi dan menghargai pendapat terlihat dari tanggapan dari anggota kelompok yang lain, ketika salah seorang dlaam anggota kelompok tersebut menyampaikan gagasan. Terakhir dilaksanakan diskusi untuk menentukan pendapat mana yang paling pas sebagai solusi terbaik untuk menjawab masalah yang diberikan.

Sehingga dalam evaluasi program berbasis perilaku siswa, Pembina pramuka lebih menekankan untuk menilai setiap peserta atau siswanya, dari segi perilaku dari masing-masing siswa. Seperti diuraikan di atas, aspek-aspek penilaiannya dapat dilakukan dari segi kehadiran, ketepatan waktu di setiap kegiatan, kedisiplinan dalam melaksanakan kegiatan rutin, ketaatan dalam tertib, dan kemampuan setiap individu di dalam kelompoknya.

Jadi dalam kegiatan Kepramukaan, sebenarnya sudah terdapat banyak nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan pada diri setiap siswa. Jika, semua program dalam Pramuka yang berisi unsur-unsur pendidikan karakter dalam dilaksanakan dengan koordinasi yang baik dan teroganisir, maka dampaknya pun akan baik pula. Apabila semua sekolah di Indonesia menerapkan dan melaksanakannya dengan baik, maka akan tercipta generasi muda bangsa yang

(15)

berkarakter. Sehingga, Indonesia pun akan dikenal sebagai bangsa yang berkarakter.

(16)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan uraian pada pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Dengan perkembangan itu seorang siswa dengan cepat dapat menerima karakter yang baik. Lingkungan sekolah tentunya berperan besar dalam pembentukan karakter pada siswa. Intensitas pertemuan yang hampir setiap hari dengan guru dan teman-teman sekolah tentunya membuat siswa mencari-cari dirinya melalui hal yang mereka lihat, rasakan, dengar, dan tiru dari lingkungan sekitar.

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.

Dari pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat-istiadat.

Ada 23 karakter peserta didik yang tercantum dalam Dasa Darma Pramuka, yaitu : religius, cinta alam, kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan, ksatria, patuh, suka bermusyawarah, rela menolong, tabah, rajin, terampil, gembira, hemat, cermat, bersahaja, disiplin, berani, setia, bertanggung jawab, dapat dipercaya, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Sebagai organisasi sosial, gerakan pramuka menitikberatkan pada pembinaan mental dan disiplin yang tinggi kepada para anggotanya. Pramuka terbukti mampu melahirkan generasi-generasi muda atau tunas-tunas bangsa yang tangguh dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, gerakan pramuka harus terus ditumbuhkan dan dikembangkan di kalangan pelajar atau kaum muda.

(17)

3.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa :

a. Pihak sekolah hendaknya dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif, dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendidikan karakter yang baik kepada siswa setiap harinya, khususnya dari Pembina kepada peserta ekstrakulikuler Pramuka.

b. Ekstrakulikuler Pramuka hendaknya diberdayagunakan dengan baik di setiap sekolah. Dimana, Pembina pramuka dapat memberikan contoh-contoh positif yang dapat membangun karakter yang baik melalui kegiatan pramuka. Dengan adanya nilai Tri Satya dan Dasa Dharma, pendidikan karakter dapat diwujudkan melalui kegiatan pramuka, salah satunya dengan pengamalan nilai-nilai tersebut.

c. Hendaknya kegiatan rutin yang dilaksanakan melalui ekstrakulikuler Pramuka, tidak hanya harus diisi dengan teori, tapi juga dengan kegiatan di luar (outdoor) yang bersifat kreatif dan inovatif serta menyenangkan, sehingga siswa menjadi senang dan tidak bosan.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan kepramukaan, e). Prinsip dasar dan metode kepramukaan,.. Tujuan dan tugas pokok gerakan pramuka, g). Sistem pendidikan dalam gerakan pramuka. Bab IV paparan

Pola dan mekanisme pembinaan pramuka penggalang dalam upayanya mengembangkan karakter siswa senantiasa tercermin dalam berbagai macam- macam kegiatan kepramukaan.

Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai

Pendidikan Karakter dan Pendidikan Kepramukaan sebagai salah satu wadah pembentuk karakter kepedulian sosial dan kemandirian. Kegiatan dan upaya organisasi gerakan

Gerakan Pramuka adalah nama organisasi dari pendidikan kepramukaan, Sedangkan Pramuka sendiri merupakan anggota dari gerakan Pramuka yang terdiri dari para anggota muda

Gugusdepan atau disingkat gudep adalah suatu kesatuan organik terdepan dalam Gerakan Pramuka yang merupakan wadah untuk menghimpun anggota Gerakan

Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan Menurut Pasal 18 Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Prinsip Dasar Kepramukaan adalah : (a) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Nilai-Nilai Pancasila yang tercermin dalam kegiatan pendidikan kepramukaan di Gerakan Pramuka SMKN 1 Surabaya meliputi nilai spiritual dalam