• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan Pada Bencana Gunung API

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan Pada Bencana Gunung API"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT PENAN

PUSAT PENANGGULANGAN

GGULANGAN K

KRISIS

RISIS

DEPART

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBL

EMEN KESEHATAN REPUBLIK

IK INDON

INDONESIA

ESIA

J

(2)
(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN I.

I. PENDAHULPENDAHULUAN UAN ... ... ... ... 11  A.

 A. Latar Belakang ...Latar Belakang ... ... ... ... 11 B.

B. Tujuan Tujuan ... ... ... ... ... 22 C.

C. Sasaran Sasaran ... ... ... ... ... 22 D.

D. Landasan Landasan Hukum Hukum ... ... ... ... 33 E.

E. Definisi Definisi ... ... ... ... ... 44 II. KEBIJ

II. KEBIJ AKAKAN AN DAN DAN STRATEGISTRATEGI... ... 77  A.

 A. Kebijakan ...Kebijakan ... ... ... ... 77 B.

B. Strategi Strategi ... ... ... ... ... ... 77 III. PERMASALAHAN KESEHATAN AKIBAT BENCANA GUNUNG API III. PERMASALAHAN KESEHATAN AKIBAT BENCANA GUNUNG API

DAN

DAN UPAYA UPAYA PENANGGULANGANNYA...PENANGGULANGANNYA... ... 99  A.

 A. Gunung Api di Indonesia ...Gunung Api di Indonesia ... ... ... ... 99 B.

B. Bahaya Bahaya Akibat Akibat Letusan Letusan Gunung Gunung Api...Api... ... ... 1010 C.

C. Permasalahan Permasalahan Kesehatan Kesehatan yang yang timbul timbul akibat akibat letusan letusan gunung gunung api api 1212 D.

D. Upaya Upaya Penanggulangan Penanggulangan Bidang Bidang Kesehatan...Kesehatan... ... 1313 E.

E. Sistem Sistem Informasi...Informasi... ... ... ... ... 1414 F.

F. Prinsip-prinsip EvakuasPrinsip-prinsip Evakuasi Medik Pada i Medik Pada Saat TerjSaat Terjadi Bencana Gununadi Bencana Gunungg  Api ...

 Api ... ... ... ... ... ... 1515 IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA JALUR EVAKUASI BIDANG

IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA JALUR EVAKUASI BIDANG KESEHA

KESEHATAN..TAN... ... ... ... ... ... 1818  A.

 A. Tersedianya Peta Daerah RawTersedianya Peta Daerah Rawan Bencana Gunung Api... ... an Bencana Gunung Api... ... 1919 B.

B. Penyusunan Peta PenPenyusunan Peta Penduduk Rentan dduduk Rentan dan Keloman Kelompok Risikopok Risiko

Tinggi... 20 Tinggi... 20 C.

C. Penyusunan Penyusunan Peta Peta Sumber Sumber Daya Daya Kesehatan Kesehatan ... ... ... 2121 D.

D. Menentukan Menentukan Lokasi Lokasi Penampungan Penampungan Dan Dan Pos Pos Kesehatan Kesehatan ... ... 2222 D.1.

D.1. Tempat Tempat Penampungan Penampungan Sementara Sementara ... .. .. 2424 D.2.

D.2. Tempat Tempat Penampungan Penampungan Aman Aman ... ... ... 2525 E.

E. Menyusun Menyusun Skema Skema Jalur Jalur Evakuasi Evakuasi ... ... ... ... 2626 F.

F. Menentukan JaMenentukan Jalur Lintas Kenlur Lintas Kendaraan Evakdaraan Evakuasi Buasi Bidangidang

Kesehatan/Ambulans... 29 Kesehatan/Ambulans... 29 G.

G. Langkah-Langkah PenyLangkah-Langkah Penyusunan Peta Jalur Evusunan Peta Jalur Evakuasi Bidangakuasi Bidang Kesehatan

Kesehatan Pada Pada Bencana Bencana Gunung Gunung Api Api ... ... ... 2929 H.

H. Sumber Sumber Informasi Informasi Lintas Lintas Program Program ... ... ... 3232 I.

I. Sumber Sumber Informasi Informasi Lintas Lintas Sektor Sektor ... ... ... ... 3232 V.

V. MONITORING MONITORING DAN DAN EVALEVAL UASI UASI ... ... .. .. 3737  A.

 A. Monitoring ...Monitoring ... ... ... ... ... 3737 B. Evaluasi

(4)

VI.

VI. PENUTUP PENUTUP ... ... ... ... ... 3939 DAFTA

DAFTAR R PUSTAKPUSTAK A A ... ... ... 40... 40 LA

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

 A. L atar B elakang

Indonesia merupakan wilayah yang paling rawan terhadap bencana di kawasan Asia Tenggara, hal ini terkait dengan kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografi yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Bencana gunung api adalah salah satu jenis bencana alam yang dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta bendadan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

Salah satu kegiatan pada periode pra bencana adalah mitigasi (pengurangan resiko bencana/peredaman bencana) yaitu segala upaya yang dilakukan untuk meminimalkan masalah kesehatan yang timbul sebelum terjadi bencana. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan struktural (pembangunan dan rehabilitasi fisik sarana kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dsb) dan non struktural (penetapan lokasi pembangunan sarana kesehatan di daerah aman, pengaturan konstruksi sarana kesehatan baru, pembuatan pedoman cara penguatan dan desain ulang bangunan sarana kesehatan yang sudah ada sesuai dengan kondisi wilayah, pengaturan jalur evakuasi di setiap pelayanan kesehatan, dsb).

Sebagaimana diketahui bahwa di Indonesia terdapat sekitar 129 Gunung Api dan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 beberapa diantaranya menunjukkan peningkatan aktivitasnya dari status waspada sampai siaga seperti Gunung Merapi, Gunung Slamet dan Gunung Dieng di Jawa Tengah, Gunung Semeru, Gunung Kelud dan Gunung Bromo di Jawa Timur, Gunung Papandayan, Gunung Guntur di Jawa Barat, Gunung Krakatau di Lampung dan Banten, Gunung Kerinci di Jambi, Gunung Talang di Sumatra Barat, Gunung Soputan, Gunung Karangetang, Gunung Lokon di Sulawesi Utara, Gunung Dempo di Sumatera Selatan, Gunung Ibu di Maluku Utara dan Gunung Batu Tara di Nusa Tenggara Timur. Bahkan Gunung Merapi pada tanggal 13 Mei sampai 21 Juni 2006 berada dalam kondisi Status Awas.

(6)

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana maka perlu dibuat sebuah pedoman peta jalur evakuasi pada daerah gunung api terutama bidang kesehatan, yang bermanfaat untuk mempermudah evakuasi penduduk rentan menuju tempat penampungan yang aman, pos kesehatan, puskesmas dan rumah sakit setempat. Dengan adanya jalur tersebut diharapkan akan mempermudah bagi petugas kesehatan untuk menolong korban bencana menuju pos kesehatan, puskesmas serta rumah sakit, selain itu akan menjadi acuan bagi masyarakat dalam menentukan ke arah atau jalur lintas yang harus mereka lalui ketika terjadi bencana sehingga penduduk dapat sampai di daerah yang aman.

B. Tujuan

Tujuan umum Pedoman ini adalah memberikan panduan umum bagi institusi kesehatan di daerah dalam menyusun peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api.

Tujuan khusus Pedoman ini adalah memberikan panduan untuk : - Menyusun peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi - Menyusun peta sumber daya kesehatan

- Menentukan lokasi tempat penampungan dan pos kesehatan - Membuat skema jalur evakuasi

- Menentukan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan - Melakukan monitoring dan evaluasi

C. Sasaran

Sasaran Pedoman Peta Jalur Evakuasi bidang kesehatan adalah petugas kesehatan di daerah yang mempunyai risiko terhadap bahaya gunung api di Indonesia.

(7)

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No. 100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495). 2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana.

3. Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah.

4. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2007 tahun Pedoman Umum Mitigasi Bencana.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 46 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan tata kerja PBBD.

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/SK/I/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana.

9. Kepmendagri 131/2003 : Pedoman Pencegahan Penanggulangan Bencana di Daerah.

10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 783/Menkes/SK/X/2006 tentang Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.

12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/Menkes/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain.

13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.

14. Pedoman Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana di Daerah Tahun 2007.

(8)

E. Defi nisi

1. Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan, yang disebabkan baik oleh faktor alam, non alam, sosial, ataupun kegagalan teknologi yang mengakibatkan timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta faktor psikologis.

2. Gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di permukaan yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang berasal dari bagian dalam bumi.

3. Bencana gunung api adalah salah satu jenis bencana alam akibat erupsi gunung api.

4. Daerah rawan bencana adalah suatu daerah yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk  jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

5. Evakuasi adalah upaya untuk memindahkan korban secara aman dari lokasi yang tertimpa bencana ke wilayah yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan.

6. Evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api adalah upaya untuk memindahkan korban atau pasien ke sarana kesehatan terdekat yang berada di luar kawasan rawan bencana gunung api untuk mendapatkan pertolongan atau pelayanan kesehatan lebih baik.

7. Evakuasi medik adalah upaya untuk memindahkan penderita gawat darurat dari suatu tempat ke tempat lain namun mempunyai fasilitas yang dibutuhkan oleh penderita yang dirujuk.

8. Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan adalah jalur yang dapat dilalui untuk memindahkan korban (kelompok risti) ke lokasi pengungsian atau pasien ke sarana kesehatan yang telah ditentukan untuk mendapatkan pertolongan atau pelayanan kesehatan lebih baik.

9. Peta Daerah Rawan Bencana Gunung Api adalah peta petunjuk yang menggambarkan TINGKAT KERAWANAN suatu daerah terhadap bencana gunung api disertai JALUR EVAKUASI yang telah ditentukan.

(9)

10. Kawasan rawan bencana gunung api adalah kawasan yang diidentifikasi berpotensi terlanda bencana erupsi gunung api

11. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu

12. Kerawanan adalah suatu kondisi dalam masyarakat tertentu yang menggambarkan tingkat ketidakmampuan masyarakat tersebut untuk menanggulangi masalah kedaruratan.

13. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak ancaman.

14. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat penampungan pengungsi yang terletak dalam  kawasan rawan bencana yang digunakan sebagai meeting point  atau titik kumpul untuk mempermudah proses evakuasi ke TPA pada saat terjadi peningkatan status aktivitas gunung api dan diutamakan untuk menampung penduduk yang tidak termasuk kelompok risti (kel. risti sangat dianjurkan untuk segera dievakuasi ke TPA).

15. Tempat Penampungan Aman (TPA) adalah tempat penampungan pengungsi yang berada di luar wilayah rawan bencana yang biasanya lebih luas dan memiliki fasilitas lebih baik daripada TPS.

16. Skema Jalur Evakuasi adalah skema yang menggambarkan pengaturan ALUR MOBILISASI penduduk rentan  dan kel. risti  selama proses evakuasi.

17. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

18. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

(10)

19. Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, mensiapsiagakan sumber daya kesehatan, menanggapi kedaruratan kesehatan, memulihkan (rehabilitasi), mengumpulkan data, menganalisis dan menyajikan informasi serta membangun kembali (rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak akibat bencana secara lintas program dan lintas sektor.

20. Penduduk rentan terhadap bencana adalah kondisi penduduk yang karena faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup berada dalam kerawanan dampak bencana.

21. Kelompok risiko tinggi adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi atau rentan untuk mengalami permasalahan kesehatan yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, lanjut usia dan orang cacat.

22. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

23. Pusat Penanggulangan Krisis Regional adalah unit fungsional di daerah yang ditunjuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan pada kejadian bencana.

24. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit.

25. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung (saluran atas) sampai alveoli (saluran bawah) termasuk  jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga bawah dan pleura. 26. Sistem peringatan dini adalah sistem yang menghasilkan informasi

mengenai keadaan darurat/kedaruratan melalui rangkaian proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta diseminasi informasi tentang keadaan darurat atau kedaruratan.

(11)

BAB II

KEBIJAK AN DAN STRATEGI  A. Keb ijak an

1. Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana lebih difokuskan kepada upaya sebelum terjadi bencana.

2. Penyebarluasan informasi mengenai penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana gunung api pada masyarakat perlu dilakukan dengan memantapkan sistem informasi dan jejaring komunikasi.

3. Peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api menjadi panduan untuk mengarahkan penduduk rentan ke sarana kesehatan terdekat yang aman dan merupakan kegiatan lintas program serta lintas sektor.

4. Pemerintah Daerah berperan dalam menentukan kebijakan untuk penyusunan peta jalur evakuasi khususnya bidang kesehatan.

5. Pengaturan jalur lintas evakuasi ditentukan untuk menciptakan keteraturan dalam pelaksanaan evakuasi bidang kesehatan.

6. Peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan dan masyarakat. 7. Monitoring dan evaluasi

B. Strategi

1. Meningkatkan upaya pengurangan dampak kesehatan dan jatuhnya korban sebelum terjadi bencana.

2. Memperkuat sistem informasi dan jejaring komunikasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana gunung api.

3. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk menyusun peta jalur evakuasi bidang kesehatan.

4. Melakukan penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi

5. Mendukung tersusunnya jalur lintas evakuasi bidang kesehatan di setiap wilayah rawan bencana gunung api.

(12)

6. Menyiapkan sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi dampak kesehatan akibat bencana gunung api.

7. Mengaktifkan pelayanan kesehatan di daerah rawan gunung api.

8. Memperhatikan sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana gunung api.

9. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, pelatihan dan gladi lapang.

10. Mendorong terciptanya kesadaran masyarakat terhadap bahaya gunung api dan upaya penanggulangannya.

(13)

Erupsi eksentrik Lapisan Pipa Dapur Erupsi samping Lubang kepundan Erupsi Leleran Kawah BAB III

PERMASAL AHAN KESEHATAN AKIBAT BENCANA GUNUNG API DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

 A. Gunung Api di Indo nesia

Di Indonesia terdapat 129 gunung api aktif dan 500 gunung api tidak aktif di wilayah Indonesia. Sebagian besar (61%) dari gunung api aktif tersebut merupakan tipe A yaitu gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Sebanyak 23% merupakan tipe B, yaitu gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan. Dan 16% merupakan tipe C, yaitu gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau pada tingkat lemah.

Gambar 1.

(14)

Sebaran gunung api di Indonesia berdasarkan tipenya dapat dilihat pada tabel berikut:

Daerah Tipe-A Tipe-B Tipe-C Jumlah

1. Sumatera 13 12 6 31 2. Jawa 21 9 5 35 3. Bali 2 - - 2 4. Lombok 1 - - 1 5. Sumbawa 2 - - 2 6. Flores 16 3 5 24 7. Laut Banda 8 1 - 9 8. Sulawesi 6 2 5 13 9. Kep. Sangihe 5 - - 5 10 Halmahera 5 2 - 7 Jumlah 79 29 21 129

Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi DESDM

Gunung api ini membentuk sabuk memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada satu rangkaian dan menerus ke arah utara sampai Laut Banda dan bagian utara Pulau Sulawesi. Rangkaian ini sangat panjang mencapai kurang lebih 7.000 kilometer di mana di dalamnya terdapat gunung api dengan karakter yang beragam. Saat ini lebih dari 10% populasi penduduk Indonesia berada di daerah kawasan rawan bencana gunung api. Selama 100 tahun terakhir, lebih dari 175 ribu jiwa manusia menjadi korban akibat letusan gunung api.

B. Bahaya Akib at Letusan Gunung Api

Bahaya letusan gunung api dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya. Yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Bahaya primer adalah bahaya yang langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya yang

(15)

terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Kedua jenis bahaya tersebut masing-masing mempunyai risiko merusak dan mematikan.

1. Bahaya langsung (primer) letusan gunung api yaitu: a. Leleran lava (lava flow)

Lava adalah magma yang mencapai permukaan, berupa cairan kental dan bersuhu tinggi (antara 700 – 1.200°C). Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng/lembah dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut sudah dingin, maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya menjadi ladang batu.

b. Awan panas (piroclastic flow)

 Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng. Suhunya sangat tinggi antara 300 - 700°C dan kecepatan luncurnya pun sangat tinggi yaitu > 70 km/jam.

c. Hujan abu lebat

Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dengan arah yang tergantung pada arah angin. Karena ukurannya halus, maka berbahaya bagi pernafasan dan mata serta dapat mencemari air tanah, merusak tetumbuhan (terutama daun), korosif pada atap seng karena mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam.

d. Lontaran material (bom vulkanik)

Jatuhnya lontaran bisa mencapai ratusan meter jauhnya, sangat bergantung dari besarnya energi letusan. Suhunya tinggi (> 200°C) dan ukurannya besar (garis tengah >10 cm) sehingga dapat membakar sekaligus melukai bahkan mematikan mahluk hidup.

(16)

e. Lahar letusan/ lahar primer

Lahar letusan/ lahar primer terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.

f. Gas racun

Gas racun yang muncul dari gunung api tidak selalu didahului oleh letusan tetapi dapat keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada meskipun kerap kali diawali oleh letusan. Gas utama yang biasa muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2 dan CO.

Yang paling sering dan merupakan penyebab utama kematian adalah CO2. Sifat gas jenis ini lebih berat dari udara sehingga

cenderung menyelinap di dasar lembah atau cekungan terutama bila malam hari dan cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar.

g. Tsunami gunung api

Umumnya terjadi pada gunung api pulau. Ketika terjadi letusan, materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut ke arah pantai sehingga menimbulkan gelombang pasang.

2. Bahaya sekunder yaitu :

Lahar hujan yaitu bila suatu gunung api meletus, akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan yang disebut lahar.

C. Permasalahan Kesehatan yang tim bul akibat letus an gunung api Masalah kesehatan yang timbul akibat letusan gunung api antara lain : 1. luka bakar

2. gangguan napas 3. gejala keracunan gas 4. penyakit mata

(17)

Melihat besar dan luasnya potensi bahaya yang ditimbulkan maka apapun yang berada dekat dengan gunung api rentan terhadap bahaya, termasuk manusia, tanaman pangan dan ternak, bangunan, ekologi dan sumber air bersih. Oleh karena itu masyarakat dan khususnya petugas kesehatan yang bertugas di daerah yang rawan bencana gunung api seharusnya sadar dengan bahaya yang dihadapi. Sosialisasi mengenai bahaya yang dapat diakibatkan oleh aktivitas gunung api dan upaya penanggulangannya perlu digiatkan.

D. Upaya Penanggul angan Bid ang K esehatan

Penentuan status gunung api ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Berkaitan dengan tingkatan aktivitas gunung api (Level I – IV), kegiatan yang dapat dilakukan oleh jajaran kesehatan antara lain:

TINGKAT AKTIVITAS GUNUNG API

KEGIATAN BIDANG KESEHATAN

Level I (Normal)

Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.

- Melaksanakan dan mengikuti pelatihan

penanggulangan krisis kesehatan akibat

bencana

- Menyusun jalur evakuasi bidang kesehatan

- Berperan serta dalam gladi penanggulangan bencana gunung api di daerahnya

- Melakukan surveilans kesehatan terhadap

penduduk rentan

- Melakukan koordinasi dengan lintas sektor

Level II (Waspada)

Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang

tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.

- Berkoordinasi dengan sektor terkait - Menyiagakan sarana kesehatan - Mempersiapkan logistik kesehatan

- Melakukan supervisi Tempat Penampungan - Memperhatikan sistem peringatan dini yang

(18)

Level III (Siaga)

Peningkatan semakin nyata dimana hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung.

Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan

cenderung diikuti letusan.

- Menyiagakan sarana kesehatan seperti

membuka pelayanan kesehatan di Puskesmas selama 24 jam

- Mendirikan pos kesehatan di tempat-tempat penampungan

- Melakukan surveilans kedaruratan - Melakukan evakuasi medik

- Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam memantau perkembangan aktivitas gunung api

Level IV (Awas)

Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap.

Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.

- Mengaktifkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

- Melakukan pelayanan kesehatan lapangan - Melakukan evakuasi medik

- Melakukan surveilans kedaruratan

- Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam penanggulangan krisis kesehatan

E. Sistem informasi

Informasi status gunung api ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Departemen Energi Sumber Daya Mineral. Setiap ada informasi tentang peningkatan status gunung api, akan disampaikan kepada Pemerintah Daerah Setempat. Setelah menerima informasi siaga gunung api, Dinas Kesehatan segera menyiagakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana dan menyebarluaskan informasi tersebut secara cepat kepada  jajaran kesehatan setempat (Tim Penanggulangan Bencana) selanjutnya melaporkan informasi kesiapsiagaan kepada Departemen Kesehatan dengan menggunakan tata cara yang telah ditetapkan sebelumnya. (Lampiran 1)

Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana (Lampiran 2 dan Lampiran 5) disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui dan dikonfirmasi kebenarannya. Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan krisis (Lampiran 3) dilakukan segera setelah informasi awal diterima. Informasi perkembangan penanggulangan krisis (Lampiran 4)

(19)

disampaikan untuk memberikan informasi selanjutnya tentang dampak bencana dan upaya penanggulangannya.

F. Prinsi p-pri nsip Evakuasi Medik Pada Saat Terjadi Bencana Gunung  Api

Jika terjadi bencana letusan gunung api dan terdapat korban, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

1. Melokalisasi korban

2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat penampungan yang aman

3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian) 4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan

5. Mempersiapkan korban untuk transportasi ke pos medis lanjutan 6. Menghubungi pos medis lanjutan untuk persiapan menerima korban 7. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.

 Agar lebih jelas, alur proses pemindahan korban tersebut di atas dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Tempat Penampungan Korban

Sumber:Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Daerah Kerja Daerah Kerja Daerah Kerja

Tempat penampungan sementara : Perawatan dilapangan

Daerah Pusat Bencana

(20)

Di bawah situasi tertentu di mana lokalisasi korban sulit dilakukan (seperti korban yang terjebak dalam bangunan runtuh), pembebasan korban akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk, maka tenaga medis lapangan diturunkan untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan dilakukan. Tenaga medis yang melakukan prosedur ini harus sudah dilatih khusus untuk itu dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi-situasi yang sangat mendesak.

Memindahkan korban ke pos pelayanan medis lanjutan/rumah sakit rujukan harus dilakukan dengan berhati-hati. Perjalanan yang dilakukan dapat berbahaya, kecuali apabila terhadap penderita telah dilakukan stabilisasi, tenaga yang mendampingi terlatih dan telah diperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi selama transportasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, petugas kesehatan dianjurkan untuk memperhatikan faktor-faktor keselamatan diri sehingga tidak menjadi korban. Bagi petugas kesehatan yang bekerja pada saat terjadinya peningkatan akitivitas gunung api harus menggunakan alat pelindung diri antara lain masker, kacamata pelindung (gogle), sepatu pelindung dan jaket pelindung panas. Selain itu petugas kesehatan juga dituntut untuk mampu mengidentifikasi lokasi apakah aman atau tidak sebelum masuk ke dalam suatu area bencana.

 Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area aman atau terlarang adalah sebagai berikut : (lihat gambar 3)

a. Daerah Pusat Bencana : terbatas hanya untuk tim penolong profesional yang dilengkapi dengan peralatan memadai.

b. Area sekunder : hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan kontrol,

(21)

komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos medis lanjutan, pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan yang dipergunakan untuk evakuasi dan keperluan teknis.

c. Area tersier  : Area ini berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat memasuki daerah berbahaya.

Gambar 3. Area Terlarang

Sumber: Penatalaksanaan Korban Bencana Massal

 Ar ea Ters ier   Ar ea Sekun der

(22)

BAB IV

TAHAPAN PENYUSUNAN PETA JAL UR EVAKUASI BIDANG KESEHATAN

Sebagaimana yang telah dibahas pada sebelumnya, bahwa peningkatan aktivitas gunung api dapat membahayakan semua yang berada disekitarnya termasuk manusia dan lingkungannya sehingga mengakibatkan krisis kesehatan. Oleh karena itu, untuk menghindari dampak kesehatan dan  jatuhnya korban maka perlu dilakukan penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api. Peta jalur evakuasi ini tidak saja berguna bagi masyarakat dan petugas kesehatan yang bermukim dan bekerja di lokasi rawan bencana tapi juga sebagai informasi bagi pendatang yang belum mengenal baik daerah tersebut. Oleh karena itu peta evakuasi ini harus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat yang berada di daerah rawan bencana gunung api.

Di pemukiman penduduk dan tempat penampungan sekitar gunung api juga sebaiknya terdapat suatu alat peringatan dini yang dapat menginformasikan kepada masyarakat jika terjadi kecenderungan peningkatan aktivitas gunung api. Alat peringatan dini ini dapat berupa perangkat canggih (misalnya alarm/sirene) atau tradisional (misalnya kentongan) yang mudah dipakai dan dipahami maksudnya. Segera setelah diperoleh informasi mengenai aktivitas gunung api yang membahayakan dari sektor terkait, alat peringatan dini baik yang dikelola oleh petugas berwenang maupun oleh masyarakat secara mandiri akan memberikan tanda untuk bersiap dievakuasi.

Komponen dalam Penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan pada Bencana Gunung Api adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya peta daerah rawan bencana gunung api dengan jalur evakuasinya.

2. Penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi . 3. Penyusunan peta sumber daya kesehatan

4. Penetapan lokasi tempat penampungan dan pos kesehatan 5. Menyusun skema jalur evakuasi

(23)

 A. Ters edi anya Peta Daer ah Raw an Bencana Gunu ng Api

Peta daerah rawan bencana gunung api adalah peta petunjuk yang menggambarkan tingkat kerawanan suatu daerah apabila terjadi letusan atau peningkatan aktivitas gunung api pada suatu daerah disertai gambar  jalur yang telah ditentukan untuk melakukan proses evakuasi ke tempat

penampungan yang aman.

Di dalam peta tersebut juga dituliskan istilah Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang menggambarkan tingkat kerawanan terhadap bencana gunung api dari tingkatan rendah ke tinggi, yaitu:

1. Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)

 Adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir. Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu dan lontaran batu. Pada kawasan ini masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan jika terjadi erupsi atau hujan abu .

2. Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)

 Adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran massa berupa awan panas, aliran lava, lahar dan terlanda lontaran berupa jatuhan piroklastik dan lontaran batu. Pada kawasan ini masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan aktivitas gunung api.

3. Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)

 Adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu dan lontaran batu. Pada kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian tetap.

Peta daerah rawan yang dilengkapi dengan petunjuk mengenai jalur evakuasi dapat diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi Sumber Daya Mineral. + 90% gunung api di Indonesia telah dibuatkan peta daerah rawan bencana gunung api

Bila kita ingin melengkapi peta tersebut dengan kondisi topografi suatu wilayah, maka dapat diperoleh dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

(24)

Gambar 4. Contoh peta rawan bencana gunung api oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana DESDM

B. Penyusu nan Peta Pendud uk Rentan dan Kelomp ok Risiko Ting gi

Langkah selanjutnya adalah membuat peta demografi yang memberikan informasi mengenai data penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi. Penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi pada bencana gunung api berguna untuk :

1. Memperkirakan jumlah penduduk rentan bencana

2. Memperkirakan jumlah kelompok risiko tinggi dalam penduduk rentan (bayi, anak dibawah lima tahu (balita), ibu hamil (bumil), ibu meneteki (buteki), lanjut usia (lansia), cacat dan sakit berat)

3. Mengetahui tingkat kesehatan penduduk rentan 4. Mengetahui mobilitas penduduk rentan

5. Mengetahui pemukiman yang rawan terkena dampak bahaya gunung api

6. Memperkirakan distribusi evakuasi penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi ke tempat penampungan dan sarana kesehatan jika terjadi

(25)

Informasi yang dibutuhkan dalam menyusun peta penduduk rentan bencana gunung api, yaitu:

1. Jumlah penduduk rentan

2. Jumlah kelompok risiko tinggi dalam penduduk rentan 3. Tingkat kesehatan penduduk

4. Aktivitas penduduk 5. Kultur/budaya

Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas dapat memberikan data jumlah kelompok risiko tinggi dalam satu desa/dusun, terutama yang rawan bencana gunung api. Selain itu, cakupan imunisasi dan status gizi penduduk di daerah rawan juga sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat kerentanan terhadap masalah kesehatan jika terjadi pengungsian.

C. Penyusu nan Peta Sumber Daya Kesehatan

Penyusunan peta sumber daya kesehatan merupakan komponen penting dalam Penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan pada Bencana Gunung Api. Penyusunan peta ini berguna untuk:

1. Mengetahui letak/lokasi sarana kesehatan

2. Mengetahui jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan di setiap sarana kesehatan

3. Mengetahui kesiapan logistik kesehatan

4. Mengetahui akses penduduk rentan ke fasilitas kesehatan

5. Mengetahui sarana kesehatan yang rawan terkena dampak bahaya bencana gunung api.

Informasi yang dibutuhkan mengenai sumber daya kesehatan antara lain: 1. Lokasi sarana kesehatan:

a. Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) b. Pondok Bersalin Desa (polindes) c. Puskesmas Pembantu (pustu)

(26)

e. Rumah Sakit (RS) f. Rumah Bersalin g. Klinik 24 jam h. Apotik

2. Jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan: a. dokter spesialis b. dokter umum c. perawat d. bidan e. surveilans f. sanitarian g. tenaga SAR h. tenaga PMI i. tenaga farmasi

 j. masyarakat umum terlatih, dll 3. Sarana komunikasi:

a. komunikasi radio b. komunikasi telepon c. komunikasi satelit d. email dan handphone 4. Sarana transportasi:

a. ambulance

b. puskemas keliling (pusling) c. transportasi sungai atau laut 5. Logistik kesehatan:

a. buffer stok obat dan bahan habis pakai b. emergency kit

c. alat dan bahan sanitasi / kesling

d. makanan pendamping air susu ibu (MP ASI)

D. Menentukan Lo kasi Penampung an dan Pos K esehatan

Ketika status gunung api aktif berada dalam kondisi normal, perlu dilakukan perencanaan tempat penampungan yang aman bagi para penduduk yang bermukim di daerah rawan bencana gunung api. Hal ini untuk mengantisipasi bila terjadi peningkatan aktivitas gunung api dan

(27)

diberlakukan status ’SIAGA’, sehingga penduduk harus dievakuasi dari wilayah tersebut. Penetapan area ini sebagai salah satu tindakan penyelamatan untuk memberi perlindungan kepada masyarakat di daerah rawan dari segala risiko potensial yang diperkirakan dapat terjadi (perluasan bencana, material berbahaya, dll).

Dalam menentukan lokasi penampungan pengungsi ada beberapa hal yang perlu dinilai yaitu :

1. Tempat tersebut tidak berpotensi dialiri lava atau lahar dan awan panas atau material berbahaya lain akibat bencana gunung api. Untuk itu perlu dikoordinasikan dengan sektor terkait seperti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi Sumber Daya Mineral.

2. Terdapat fasilitas jalan dari pemukiman ke tempat penampungan untuk memudahkan evakuasi. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum diperlukan untuk memperoleh data mengenai infrastruktur di daerah rawan gunung api.

3. Terdapat fasilitas publik seperti sekolah, rumah ibadah, puskesmas dll. Koordinasi dengan Pemda setempat diperlukan untuk memperoleh data tersebut.

4. Tersedia sarana air bersih, MCK, penerangan/listrik, dll yang mencukupi (penjelasan pada lampiran 6).

Tidak jarang terjadi kesulitan dalam proses evakuasi penduduk menuju tempat penampungan dengan alasan yang beraneka ragam. Masyarakat di sekitar gunung api terkadang kurang merespon bahkan bersikap apatis karena menganggap getaran-getaran kecil dari gunung api adalah hal yang biasa. Sehingga himbauan untuk mengungsi ke tempat yang berada  jauh dari lokasi tempat tinggal mereka terkadang tidak mendapat

tanggapan yang baik. Selain itu, berada jauh dari tempat mereka bermukim dan bekerja dianggap kurang menguntungkan dari segi ekonomi keluarga.

(28)

Salah satu solusi untuk menghadapi situasi tersebut adalah dengan mendirikan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu tempat penampungan pengungsi yang terletak di sekitar pemukiman dalam wilayah rawan bencana. Tentu saja jika terjadi kecenderungan peningkatan yang lebih membahayakan maka pengungsi yang berada di TPS harus dievakuasi ke tempat penampungan yang berada diluar daerah rawan yaitu Tempat Penampungan Aman (TPA). Dan jika terjadi penurunan aktivitas gunung api, masyarakat dapat dengan mudah kembali ke rumah masing-masing.

Di setiap tempat penampungan baik TPS maupun TPA dibentuk Pos Kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan memantau perkembangan kesehatan pengungsi. Pembentukan Pos Kesehatan di tempat penampungan dapat pula berfungsi sebagai pusat informasi kesehatan di lapangan untuk melaporkan segala permasalahan kesehatan ke Puskesmas atau jenjang diatasnya.

Oleh karena itu, Pos Kesehatan yang berada di tempat penampungan dilengkapi dengan sarana komunikasi. Selain itu sarana transportasi seperti ambulans juga dibutuhkan untuk melakukan pelayanan rujukan. Jelasnya mengenai tempat penampungan akan diurai sebagai berikut:

D.1. Tempat Penampung an Sementara

Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat penampungan pengungsi yang terletak dalam kawasan rawan bencana. TPS berfungsi sebagai meeting point  atau titik kumpul untuk mempermudah proses evakuasi ke TPA pada saat status aktivitas gunung api meningkat. Yang harus diperhatikan adalah bahwa TPS diutamakan untuk menampung penduduk yang tidak termasuk kelompok risiko tinggi, sedangkan bagi kelompok risiko tinggi sangat dianjurkan untuk segera dievakuasi ke TPA.

Selain itu, keberadaan TPS juga memudahkan bagi petugas kesehatan untuk memantau perkembangan kesehatan penduduk rentan mengingat banyaknya kemungkinan dampak kesehatan yang timbul akibat peningkatan aktivitas gunung api.

(29)

Di TPS sebaiknya tersedia :

1. Pos Kesehatan untuk pelayanan kesehatan pengungsi.

2. Pos Komunikasi dengan sarana yang mudah digunakan (HT, telepon).

3. Pos Keamanan untuk melindungi dan mengatur proses evakuasi pengungsi

4. Sarana air bersih dan air minum. 5. Sarana sanitasi dan MCK.

6. Sarana pendukung lain seperti listrik dan dapur umum.

7. Sarana transportasi baik ambulans maupun truk/kendaraan lain. 8. Alat peringatan dini

D.2. Tempat Penampungan Aman

Tempat Penampungan Aman (TPA) merupakan tempat penampungan pengungsi yang berada diluar wilayah rawan bencana. TPA biasanya lebih luas untuk menampung pengungsi dalam jumlah yang lebih banyak dan memiliki fasilitas lebih baik dari TPS.

Di Tempat Penampungan Aman sebaiknya tersedia:

1. Pos Koordinasi dengan alur komando yang jelas untuk mengkoordinir semua hal yang terkait penanganan pengungsi. 2. Pos Kesehatan untuk pelayanan kesehatan pengungsi.

3. Pos Komunikasi dengan sarana yang lebih lengkap (radio komunikasi, telepon, satelit).

4. Pos Keamanan untuk memberikan perlindungan bagi pengungsi di tempat penampungan.

5. Sarana air bersih dan air minum.

6. Sarana sanitasi dan MCK baik yang bersifat temporer maupun permanen.

7. Sarana transportasi baik ambulans maupun truk/kendaraan lain. 8. Sarana pendukung lain seperti listrik dan dapur umum.

(30)

9. Gudang logistik termasuk terdapat bahan dan alat kesling seperti bahan-bahan desinfektan dan alat vektor kontrol.

 Adapun standar minimal untuk memenuhi kebutuhan pengungsi pada saat emergensi dapat dilihat di Lampiran 6.

E. Menyus un Skema Jalur Evakuasi

Meningkatnya aktivitas gunung api terutama pada status ”awas” seringkali menimbulkan kepanikan masyarakat di sekitar gunung api dan dapat berakibat pada terjadinya “bencana kedua” seperti kemacetan, kecelakaan lalu lintas atau kendaraan evakuasi tersesat ke daerah yang tidak aman. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu dibuat suatu skema evakuasi dan  jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan. Skema evakuasi menggambarkan pengaturan alur mobilisasi penduduk rentan termasuk kelompok risiko tinggi selama proses evakuasi. Sedangkan jalur lintas kendaraan evakuasi/ambulans merupakan akses yang aman bagi evakuasi penduduk yang memiliki permasalahan kesehatan dan petugas kesehatan menuju ke sarana kesehatan yang telah ditentukan jika terjadi peningkatan aktivitas gunung api.

Contoh  skema jalur evakuasi gunung api dapat dilihat pada Gambar 5 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Penduduk rentan yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II harus dievakuasi langsung ke TPA jika terjadi peningkatan aktivitas gunung api pada level SIAGA. Di KRB II TPS hanya sebagai titik kumpul dan penduduk harus segera dievakuasi (maksimal 2 x 24 jam).

Penduduk rentan yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I dievakuasi ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) jika status gunung api dinyatakan SIAGA. Namun perlu diperhatikan bahwa kelompok risiko tinggi yang berada di KRB I harus dievakuasi ke TPA mengingat kerentanan kelompok tersebut terhadap masalah kesehatan. Selain itu, pembentukan TPS sebagai titik kumpul akan memudahkan proses evakuasi jika terjadi peningkatan ke level AWAS.

(31)

STATUS SIAGA STATUS AWAS STATUS SIAGA

Kawasan Rawan Bencana I

Tempat Penampungan Aman

Kawasan Rawan Benc ana II

Tempat Penampungan

Sementara Gambar 5.

Skema Jalur Evakuasi ke TPS dan TPA Saat Terjadi Peningkatan Status Gunung Api

DESA SIAGA A Penduduk rentan Kelompok Risti DESA SIAGA B Penduduk rentan Kelompok Risti Tempat Penampungan Sementara DESA SIAGA C Penduduk Rentan DESA SIAGA C Penduduk Rentan

(32)

 C   O N T   O H  S  E  M A   J  L   U R E  V  A  K   U  S I    G  U N  UN  G M E  R A  P  I   D I   K  A  B  .M A   G E  L  A  N  G  J  W A  T  E  N  G A  H

SKEMATIK ARAH EVAKUASI BENCANA ALAM GUNUNG MERAPI DIKECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG

WILAYAH PALING RAWAN/TITIK KUMPUL DESA SENGI 1. Dsn Gowok Sabrang 503jw 2. Dsn Gowok Pos 611 jw 3. Dsn Gowok Ringin 463 jw 4. Dsn Ngampel 616 jw 5. Dsn Sengi 864 jw 6. Dsn Candi Tengah 224 jw 7. Dsn Candi Pos 173 jw Jumlah : 3.454 jiwa DESA PATEN 1. Dsn Babadan 1260 jw 2. Dsn Jombong 291 jw 3. Dsn Gondang 526 jw 4. Dsn Paten 747 jw 5. Dsn Bandung 464 jw Jumlah : 3.288 jw DESA KRINJING 1. Dsn. Trono 262 jw 6. Dsn Semen 139 jw 2. Dsn. Pugeran 212 jw 7. Dsn Gendalan 140 jw 3. Dsn. Trayem 131 jw 8. Dsn Kepil 206 jw 4. Dsn. Tempel 143 jw 9. Dsn Dadapan 111 jw 5. Dsn. Krajan 247 jw 10. Dsn Ngaglik 260 jw Jumlah : 1.851 jw DESA KALIBENING 1. Dsn,Windusari 519 jw 2. Dsn. Ngentak 269 jw 3. Dsn. Argosono 132 jw 4. Dsn. Cepek 202 jw 5. Dsn. Gintung 91 jw 6. Dsn. Gendangan 212 jw 7. Dsn. Kalibening KL 494 jw 8. Dsn. Kalibening WT 250 jw 9. Dsn. Demo 325 jw Jumlah : 2.494 jw DESA NGARGOMULYO 1. Dsn Ngandong 125 jw 2. Dsn Karanganyar 106 jw 3. Dsn Batur Ngisor 159 jw 4. Dsn Gemer 208 jw 5. Dsn Batur Duwur 218 jw 6. Dsn Tanen 531 jw 7. Dsn Kembang 202 jw 8. Dsn Tangkil 198 jw 9. Dsn Braman 223 jw 10.Dsn Sabrang 299 jw 11.Dsn Bojong 209 jw Jumlah : 2.478 jw DESA TLOGOLELE BOYOLALI (8 Dsn) Jumlah : 2.529 jw DESA MANGUNSUKO 1. Dsn Dukuh 278 jw 2. Dsn Mangunsuko 312 jw 3. Dsn Bendo 297 jw 4. Dsn Grogol 291 jw 5. Dsn Kajangkoso 268 jw Jumlah : 1.476 jw DESA KENINGAR 1. Dsn Gondang Rejo 103 jw 2. Dsn Banaran 358 jw Jumlah : 461 jw WILAYAH RAWAN TPS

1. Balai Desa Paten 2. Gedung SD Paten

1. Balai Desa Sumbar 2. Gedung SD Mangunsoko 3. Gd. SLTP Kanisius Sbr

1. Balai Desa Kalibening 2. Gedung SD Kalibening

WILAYAH AGAK AMAN

TPS 2

1. Aula Kantor Kec Sawangan 2. Gedung. SD Krogowanan 3. Balai Desa Krogowanan

4. Balai Desa Sawangan 5. SLTP Sawangan

1. Balai Desa Dukun

2. Gedung SD BanyodonoI,II,III&IV 3. Gedung KPRI Widodo Dukun 4. SLTPN Dukun

5. PAY Dukun 6. Gedung SD Banyubiru 7. Balai Desa Banyubiru 8. Gedung SDN Dukun II 9. Balai Desa Ngadipuro 1. BD Mangunsuko

2. Gd M Mangunsuko 1. Balai Desa Sengi

1. Gedung SD Sengi

2. Balai Desa Sewukan 2. Gedung SD Sewukan

WILAYAH LEBIH AMAN

TPA 1.2. Aula Kantor Kec. MungkidGedung KPRI Mungkid

3. Balai Muslimin Citram Mu ngkid (Cadang an TPA)

Tempat Penampungan Akhir (TPA): 1. Gd. Pengungsian Desa Tanjung Muntilan

2. Gd. Pengungsian Desa Pucungrejo Muntilan (cada ngan tetap) 3. Gd. Perikanan Muntilan

4. Balai Desa Gunungpring (cadangan) 5. Balai Desa Tanjung (cadangan) 6. Aula kantor Kec. Mungkid (cadangan tetap) 7. Gd MWC NU Gunungpring(cadangan) Ket : Jumlah Penduduk Kec. Dukun

Jumlah Desa paling rawan : 7 Desa Jumlah Dusun paling rawan : 45 Desa Jumlah Jiwa paling rawan : 14.180 jiwa

2   8 

(33)

Jalur evakuasi pasien ke sarana kesehatan mengikuti jalur evakuasi yang telah ditetapkan. Sedangkan alur rujukan pasien dimulai dari Puskesmas terdekat atau Pos Kesehatan yang ada di tempat penampungan ke Rumah Sakit dan jika diperlukan perawatan lebih baik maka dirujuk .

Semua komponen (A-F) diatas bila digabungkan akan tersusun suatu Peta Jalur Evakuasi Bencana Gunung Api Bidang Kesehatan yang menyajikan:

1. Inform asi Kawasan Rawan Bencana

2. Data Penduduk Rentan Dan Kelomp ok Risiko Tinggi 3. Data Sumber Daya Kesehatan

4. Lok asi Tempat Penampungan Dan Pos Kesehatan

5. Alur mobilisasi dan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan ke sarana kesehatan

F. Menentukan Jalur Lintas Kendaraan Evakuasi Bidang Kesehatan/  Am bu lan s

Penentuan jalur lintas kendaraan evakuasi dengan mempetimbangkan  jalur evakuasi yang telah ditentukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana. Agar jalur lintas kendaraan evakuasi tersebut mudah dilihat dan diikuti oleh masyarakat dan petugas kesehatan perlu disiapkan petunjuk arah berupa rambu yang harus memiliki ukuran sesuai dan warna yang terang serta penempatan yang tepat. Hal ini perlu dikoordinasikan dengan lintas sektor seperti Dinas Perhubungan/LLAJ.

G. Langkah-Langkah Penyusu nan Peta Jalur Evakuasi Bid ang Kesehatan Pada Bencana Gunung Api

 Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka pembuatan peta jalur evakuasi untuk adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi gunung api aktif yang berada di wilayahnya.

(34)

3. Melakukan identifikasi kebutuhan data dan informasi dari subdin/ bidang/ bagian yang bertanggung jawab terhadap program-program kesehatan untuk penanggulangan bencana gunung api.

4. Melengkapi data tersebut di atas (poin 3) dengan meminta informasi/data pendukung ke sektor-sektor lain.

5. Melakukan pertemuan lintas program dan lintas sektor untuk mendiskusikan data/informasi yang akan dipergunakan dalam penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan. Misalnya : data kawasan rawan bencana dan jalur evakuasi, data penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi, data sumber daya kesehatan, data tempat penampungan pengungsi/titik pos kesehatan dan skema evakuasi.

6. Menyusun peta jalur evakuasi bidang kesehatan yang terdiri dari : peta daerah rawan dan jalur evakuasi (berpedoman pada data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen ESDM), penyusunan peta penduduk rentan dan kelompok risiko tinggi, penyusunan peta sumber daya kesehatan, penyusunan peta titik-titik lokasi pengungsian dan pos kesehatan serta penentuan skema evakuasi dan jalur lintas kendaraan evakuasi bidang kesehatan/ambulans.

7. Membuat proposal yang ditujukan pada sektor yang berwenang untuk mengaplikasikan peta jalur evakuasi bidang kesehatan tersebut.

8. Melakukan sosialisasi pada instansi masing-masing dan masyarakat di lokasi bencana.

Bagan penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bencana Gunung Api dapat dilihat pada Gambar 6.

(35)

Gambar 6.

Bagan Penyusunan Peta Jalur Evakuasi

Identifikasi Gunung api aktif 

Menetapkan Gn api yg akan dibuat peta jalur evakuasi bidang kesehatan

Koordinasi lintas program Koordinasi lintas sektor  Data penduduk rentan dan kelompok risti Mengumpulkan data dan informasi

pendukung ke sektor-sektor lain Identifikasi data

dan informasi dari tiap program

Data daerah rawan bencana gunung api dan  jalur evakuasi Data sumber daya kesehatan Data tempat penampungan dan titik poskes

Skema Evakausi

Menyusun peta jalur evakuasi bidang

kesehatan

Peta jalur evakuasi bdiang kesehatan

Membuat proposal untuk mengaplikasikan peta

 jalur evakuasi

Mensosialisasikan peta  jalur evakuasi

(36)

H. Sumber Informasi Lintas Program

Informasi yang didapat dari unit/program bidang kesehatan antara lain : No Unit / Program Inform asi yang dip eroleh

1. Pelayanan Medik - data lokasi dan jumlah rumah sakit - data fasilitas pelayanan di rumah sakit - data jumlah dan kompetensi SDM rumah

sakit

- Keunggulan rumah sakit (spesifikasi) - sistem rujukan (SPGDT)

2. Bina Kesehatan

Masyarakat - lokasi dan data jumlah puskesmas /pustu /polindes /posyandu /sarana kesehatan lainnya.

- lokasi dan data jumlah dan kompetensi SDM puskesmas/

pustu/polindes/posyandu

- lokasi dan data kelompok risiko tinggi 3. Pelayanan farmasi

- lokasi gudang farmasi - lokasi apotik

- lokasi toko obat

I. Sumber Infor masi Lint as Sektor

Berikut ini adalah beberapa instansi yang dapat dilibatkan dalam penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan pada Bencana Gunung Api dan informasi yang dapat diperoleh :

No Institusi Informasi yang diperoleh 1. SEKRETARIS

DAERAH

- database kecamatan, kelurahan, dan dusun

- informasi daerah seperti : status kawasan, tata ruang dan aset-aset pemerintah daerah lainnya

(37)

No Institusi Informasi yang diperoleh 2. BADAN

PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD)

- organisasi BPBD (Propinsi) dan (Kabupaten): Ketua, kontak person,  jumlah personil, fasilitas dan

kemampuan

- data sejarah bencana 3. Pusat Vulkanologi &

Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, D ESDM

- peta rawan bencana gunung api - zona kawasan rawan bencana - jalur evakuasi eksisting

- pos pengamatan gunung

- infrastruktur teknologi pengamatan kegunungapian

4. BAKOSURTANAL - peta dasar topografi (Rupa Bumi) pada skala operasional 1:25.000 atau lebih besar

- peta tematik dasar (penutupan lahan, lereng dll)

5. Dinas Kesehatan - distribusi puskesmas & RS - distribusi posyandu, fasilitas

kesehatan lain

- informasi fasilitas kesehatan :

ambulance, stok darah, stok obat, dll. - jumlah dokter, perawat, dan tenaga

medis

- jumlah kelompok risiko tinggi - cakupan imunisasi dan status gizi 6. Dinas Perhubungan - distribusi terminal ;

besar-sedang-kecil

- sarana angkutan - pe-rambuan - kondisi lalu lintas 7. Dinas Pekerjaan

Umum

- data fasilitas infrastruktur di tiap lokasi

- jumlah alat berat dan kendaraan operasional

(38)

No Institusi Informasi yang diperoleh

- fasilitas mobile infrastruktur (jembatan darurat, dll)

- peta jalur SABO (tanggul lahar) pada tiap gunung dll

- status kelas jalan, jembatan

- pembangunan barak penampungan - ruas-ruas jalan alternatif untuk

evakuasi atau pengalihan rute - ruas-ruas jalan rawan bencana - informasi mengenai metode survei

kondisi jalan

- ketersedian peralatan disaster relief unit (DRU) di daerah rawan bencana 8. Dinas Sosial - berkaitan dengan SATLAK &

SATKORLAK

- perlengkapan untuk penanggungan bencana gunung berapi: mobil

pengangkut, kendaraan operasional,  jumlah tenda, radio, kantong mayat,

dapur umum, mobil tangki, jadup, beras dll

9. Dinas Pendidikan - distribusi sekolah ; SD-SMP-SMA dst - distribusi sekolah berdasar kategori

(swasta atau negri)

- statistik jumlah guru dan murid - data fasilitas tiap sekolah

10. Departemen Agama - distribusi tempat peribadatan (alokasi tempat penampungan sementara pengungsi), tempat ini biasanya

memiliki fasilitas sanitasi dan sumber air dll yang lebih baik

- distribusi pesantren dan

kelompok/yayasan keagamaan lainnya

(39)

No Institusi Informasi yang diperoleh

11 BUMN - PLN: fasilitas penerangan

- telkom: fasilitas komunikasi

12. BUMD - instalasi air bersih

- distribusi pasar-pasar PEMDA 13. TNI (AD-AL-AU) - distribusi Koramil, Korem

- fasilitas tiap kesatuan; personil,  jumlah peleton, kendaraan

operasional lapangan, dll

- perlengkapan yang dimiliki untuk tindakan penyelamatan korban di lapangan

14. Polisi - distribusi Polsek dan Polres (database berisi jumlah personil,  jumlah kendaraan operasional,

satuan wilayah tugas dll) - sistem koordinasi lapangan 15. PMI & LSM - personil relawan

- stok darah dan obat - dapur umum

- perlengkapan untuk tindakan evakuasi dan preventif

16. RAPI/ORARI - pos Komunikasi

- penyebarluasan informasi

perkembangan dan aktivitas gunung api

(40)

Gambar 7.

Contoh Peta Jalur Evakuasi Bencana Gunung Merapi oleh Pemda Kabupaten Sleman

(41)

BAB V

MONITORING DAN EVAL UASI

Setelah peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api disusun maka perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan lintas sektor terkait. Kegunaannya adalah untuk menilai apakah peta yang dibuat telah sesuai dengan kondisi di lapangan.  A. Monit ori ng

Daerah yang berpotensi dilalui material gunung api dapat berubah seiring dengan perubahan lingkungan baik oleh alam maupun aktivitas manusia. Lava yang dierupsikan sangat mempengaruhi lingkungan yang dilaluinya misalnya lava yang mengalir melalui aliran sungai dapat menyebabkan pendangkalan. Oleh karena itu, koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana mengenai kondisi terbaru peta daerah rawan dan jalur evakuasi perlu selalu dilakukan.

Monitoring terhadap pertambahan jumlah dan perpindahan penduduk seharusnya dilakukan secara berkala sehingga penyusunan peta penduduk rentan merupakan informasi terbaru yang bisa mengakomodir situasi terkini. Demikian pula dengan data kelompok risiko tinggi dalam penduduk rentan. Dengan data terbaru dan akurat akan menentukan penyusunan langkah penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana secara cepat, tepat dan efisien.

Pemantauan tempat penampungan yang telah ditetapkan juga dilakukan untuk menilai terutama ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi serta kelayakan bangunan fisik jika digunakan sebagai tempat penampungan. Penilaian yang dilakukan mengacu kepada Standar Minimal yang telah ditetapkan. (Lihat Lampiran 6)

Pemantauan terhadap perkembangan aktivitas gunung api dan peta jalur evakuasi sebelum terjadi bencana dilakukan dengan lintas sektor yang terkait. Monitoring terhadap masalah kesehatan di daerah r awan dilakukan pertemuan lintas program secara berkala sehingga setiap kekurangan

(42)

dapat segera diketahui dan diperbaiki, sedangkan melalui evaluasi dapat ditentukan perbaikan strategi penyusunan perencanaan.

Penilaian sistem informasi dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi antara lain:

a. Apakah sistem informasi telah terselenggara dengan baik.

b. Apakah sistem informasi telah mencakup semua jenjang dan semua tingkat mulai dari Pos Kesehatan. (Lihat Lampiran 1)

c. Apakah sistem informasi mampu menyajikan indikator status kesehatan, ketersediaan sumber daya dan faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan.

Monitoring tidak monoton hanya dilakukan dengan memantau perkembangan data yang ada. Namun bisa juga diimplementasikan dengan kegiatan gladi peta evakuasi sehingga dapat dinilai efektifitas suatu peta jalur evakuasi gunung api. Selain itu kegiatan gladi juga bisa dimanfaatkan untuk mensosialisasikan peta tersebut pada masyarakat dan petugas kesehatan sehingga membangun kesadaran akan bahaya gunung api sekaligus memberikan pengetahuan mengenai jalur evakuasi yang ada di daerahnya.

Bagi daerah yang berpotensi terhadap bencana letusan gunung api, Pemerintah Daerah seyogyanya membuat rencana kontigensi.

B. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai efektifitas peta jalur evakuasi bidang kesehatan akibat bencana gunung api yang telah disusun sehingga dihasilkan peta yang tepat guna. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing program kesehatan dalam membangun kemandirian penduduk rentan bencana dalam mewaspadai masalah kesehatan yang timbul akibat bencana gunung api.

(43)

BAB VI P E N U T U P

Pedoman penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan pada bencana gunung api merupakan salah satu elemen penting untuk meminimalisir permasalahan kesehatan yang timbul akibat bahaya peningkatan aktivitas gunung api. Dengan adanya peta ini, masyarakat dan petugas kesehatan diarahkan untuk melalui jalur lintasan yang aman serta tujuan yang tepat selama berlangsungnya proses evakuasi.

Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi panduan jajaran kesehatan di daerah rawan bencana gunung api mengenai penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan sehingga dapat berkontribusi sesuai dengan tupoksinya. Selain itu, buku ini juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjadi sasaran proses evakuasi karena pengaplikasian peta jalur evakuasi di lapangan membutuhkan kerja sama dengan masyarakat sehingga sosialisasi peta evakuasi dan masukan dari masyarakat merupakan satu hal yang tidak dapat diabaikan.

Demikian buku Pedoman Penyusunan Peta Jalur Evakuasi Bidang Kesehatan pada Bencana Gunung Api disusun dan masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu semua masukan baik saran mapun kritik dibutuhkan untuk menutupi kekurangan yang ada.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1.  A.W. Cob ur n, R.J.S. Spence, A. Po mo ni s. Mitigasi Bencana - Program Pelatihan Manajemen Bencana. UNDP-DHA. Cambridge United Kingdom. 1994.

2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana - Panduan bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Indonesia. Jakarta. 2007.

3. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Pedoman Penyusunan peta Dalam Penanggulangan Bencana di Puskesmas. Jakarta. 2006. 4. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen

ESDM. Pengenalan Gunung Api.

5. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen ESDM. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Merapi, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2002

6. Paturusi Idrus A, Pusponegoro Aryono D, Hamurwono Guntur B. Penatalaksanaan Korban Bencana Massal. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004.

7. Wikipedia Indonesia

8. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana. 2006.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Dasar. . Pedoman Evakuasi Medik. 2002

10. Sekretariat Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. 2005.

(45)

LAMPIRAN 1

DAFTAR GUNUNG API DI INDONESIA YANG DI PANTAU

PUSAT VULKANOL OGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI

BADAN GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL LOKASI

NO NAMA GUNUNG

KECAMATAN KAB/KOTA PROVINSI

1

Gunung Seulawah

 Agam Kec. Seulimeum Kab. Aceh Besar NAD

2 Gunung Puet Sague Kec. Meureudeu Selatan Kab. Sigli NAD

3 Gunung Tutong Kab. Aceh Tengah NAD

4

Kec. Kotanopan, Kec.

Napal Kab. Tapanuli Selatan Sumut

5 Gunung Marapi Kab. Agam, Kab. Batusangkar Sumbar

6 Gunung Tandikat Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam Sumbar

7 Gunung Talang Kec. Kota Anau Kab. Solok Sumbar

Kab. Kerinci Jambi

8 Gunung Kerinci

Kab. Solok Sumbar

9 Gunung Sumbing Kab. Sarolangun -Bangko Jambi

10 Gunung Kaba Kec. Curup Kab. Rejang Lebong Bengkulu

11 Gunung Dempo

Kec. Pagaralam, Kec. Jerai, Kec. Muaropinang, Kec. Tanjungsakti

Kab. Lahat Sumsel

12 Gunung Krakatau Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan Lampung.

13 Gunung Sibayak Kab. Karo Sumut

14 Gunung Rajabasa

Kec. Penengahan, Kec.

Kalianda Kab. Lampung Selatan Lampung.

15 Gunung Gede Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi Jabar

16

Gunung

Tangkubanparahu Kab. Subang, Kab. Bandung Jabar

17 Gunung Papandayan Kab. Garut Jabar

18 Gunung Guntur Kab. Garut Jabar

19 Gunung Galunggung Kab. Tasikmalaya dan Kab. Garut Jabar

20 Gunung Patuha Kec. Ciwidey Kab. Bandung Jabar

21 Gunung Salak Kab. Sukabumi, Kab. Bogor Jabar

22 Gunung Ciremai

Kab. Cirebon, Kab. Kuningan, Kab.

Majalengka Jabar

23 Gunung Lawu

Jatim dan Jateng

24 Gunung Slamet

Kab. Pemalang, Kab. Banyumas, Kab. Brebes, Kab. Tegal, Kab. Pubalingga

Jateng

25 Gunung Dieng Kab. Banjarnegara Jateng

26 Gunung Sundoro Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo Jateng

27 Gunung Sumbing Kab. Magelang, Kab. Temanggung,

Kab. Wonosobo, Kab. Purworejo. Jateng

28 Gunung Merbabu

Kab. Magelang, Kab. Salatiga, Kab.

Boyolali Jateng

(46)

LOKASI

NO NAMA GUNUNG

KECAMATAN KAB/KOTA PROVINSI

31 Gunung Bromo Kec. Sukapura Kab. Probolinggo Jatim

32 Gunung Lamongan Kec.Klakah Kab. Lumajang Jatim

33 Gunung Raung Kab. Bondowoso, Kab. Jember, Kab.

Banyuwangi Jatim

34 Gunung Ijen Kec.Licin, Kec. Sempol Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso Jatim

35 Gunung Batur Kec. Kintamani Kab. Bangli Bali

36 Gunung Anak Ranakah Kab. Manggarai NTT

37 Gunung Agung Kec. Rendang Kab. Karangasem Bali

38 Gunung Rinjani Kac. Aikmel Kab. Lombok Timur NTB

39 Gunung Tambora Kab. Dompu, Kab. Bima NTB

40 Gunung Sangeang Api Kecamatan Wera Timur Kab. Bima NTB

41 Gunung Inie Lika Kab. Flores Tengah NTB

42 Gunung Ebulobo

Kec. Wae dan

Mauponggo Kab. Ngada NTT

43 Gunung Iya Kab. Ende NTT

44 Gunung Kalimutu Kab. Ende NTT

45 Gunung Rokatenda kecamatan Awa Kab. Sikka NTT

46 Gunung Egon Kecamatan waigete Kab. Sikka NTT

47

Gunung Lewotobi

Laki-laki Kac. Wolanggitang Kab. Flores Timur NTT

48

Gunung Lewotobi

Perempuan Kac. Wolanggitang Kab. Flores Timur NTT

49 Gunung Lereboleng Kec. Wulanggitang Kab. Flores Timur NTT

50 Gunung Ili Boleng

Kec. Adonora Timur, Kec.

 Adonora Barat Kab. Larantuka NTT

51 Gunung Inie Rie Kab. Ngada NTT

52 Gunung Ili Werung Kec. Atedai Kab. Flores Timur NTT

53 Gunung Batutara Kab. Flores Timur NTT

54 Gunung Sirung Kec. Pantar Barat Kab. Kalabahi NTT

55 Gunung Hobal Kec. Atedai Kab. Flores Timur NTT

56 Gunung Niuwerkerk Kepulauan Banda Maluku

57 Gunung Api Kepulauan Banda Maluku

58 Gunung Wurlali Kec. Kisar Kab. Maluku Tenggara Maluku

59

Gunung Emperor of

China Kepulauan Banda Maluku

60 Gunung Serawerna Kab. Maluku Tengah. Maluku

61 Gunung Lawarkawra Kab. Maluku Tengah Maluku

62 Gunung Serua Kab. Seram Maluku

63 Gunung Banda Api Kab. Maluku Tengah Maluku

64 Gunung Manuk Banda Neira Maluku

65 Gunung Colo Kab. Poso Sulteng

66 Gunung Ambang

Kab. Bolaang Mongondow, Kab.

Minahasa Sulut

67 Gunung Soputan Kec. Tombatu Kota Minahasa Sulut

68

Gunung Lokon

Empung Kec. Tomohon Kota Minahasa Sulut

(47)

LOKASI

NO NAMA GUNUNG

KECAMATAN KAB/KOTA PROVINSI

71 Gunung Ruang Kec. Tagulandang Sulut

72 Gunung Karangetang

Kec. Siau Barat, Kec.

Siau Timur Kab. Sangir Talaud Sulut

73 Gunung Banua Wuhu Kab. Kepulauan Sangihe Sulut

74 Gunung Awu Kab. Sangir Talaud Sulut

75 Gunung Ibu Kec. Ibu Utara Kab. Halmahera Barat Malut

76 Gunung Gamalama Malut

77 Gunung Gamkonora Kec. Ibu Kab. Maluku Utara Malut

Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Departemen ESDM

(48)

LAMPIRAN 2

 Alur penyampaian d an k onfirmasi in formasi awal kejadian bencana

Keterangan :

 Arus Penyampaian Informasi  Arus Konfirmasi Menteri Kesehatan Puskesmas/ Masyarakat Lokasi Bencana Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi PPK Eselon II Eselon I

(49)

LAMPIRAN 3

FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN B ENCANA (FORM B-1)

 A. JENIS B ENCANA ………. B. DESKRIPSI BENCANA ... ... C. LOKA SI BENCANA 1. Dusun : ... 2. Desa/Kelurahan : ... 3. Kecamatan : ... 4. Kabupaten/Kota : ... 5. Provinsi : ... 6. Letak Geografi : a. Pegunungan b. Pulau/Kepulauan c. Pantai d. Lain-lain (sebutkan) : ... D. WAKTU KEJADIA N BENCANA

.../ .../200... Pukul ... E. JUMLAH KORBAN

1. Meninggal : ... jiwa 2. Hilang : ... jiwa 3. Luka Berat : ... jiwa 4. Luka Ringan : ... jiwa

5. Pengungsi : ... jiwa ... KK 6. Lokasi pengungsian : ...

F. FASIL ITAS UMUM

1. Akses ke lokasi kejadian bencana :

□ Mudah dijangkau, menggunakan ... □ Sukar, karena ...

2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan : ... 3. Keadaan jaringan listrik :

□ Baik □ Terputus

□ Belum tersedia/belum ada

G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK 1. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan

Kondisi Bangunan Fungsi Pelayanan Sarana Kesehatan

Rusak Tidak Ya Tidak a. RS

b. Puskesmas c. Pustu

d. Gudang Farmasi e. Polindes

2. Sumber air bersih yang digunakan □ Cukup

(50)

H. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAK UKAN

1. ... 2. ... 3. ... 4. dst

I. BA NTUAN SEGERA YANG DIPERLUKA N

1. ... 2. ... 3. ... 4. dst .../.../200... Kepala Puskesmas ... (...) NIP.

(51)

LAMPIRAN 4

FORM PELAPORAN PENILAIAN KEBUTUHAN CEPAT KESEHATAN KEJADIAN BENCANA

(FORM B-2)  A. J ENIS BENCANA :

………. B. DESKRIPSI BENCANA : ... ... ... C. LOKASI BENCANA 1. Dusun : ... 2. Desa/Kelurahan : ... 3. Kecamatan : ... 4. Kabupaten/Kota : ... 5. Provinsi : ...

6. Letak Geografi : a. Pegunungan c. Pulau/Kepulauan

b. Pantai d. Lain-lain (sebutkan) : ... D. WAKTU KEJADIAN BENCANA :.../.../200... Pukul ...

E. JUMLAH PENDUDUK YANG TERANCAM : ... Jiwa ... KK F. JUMLAH KORBAN

1. Meninggal : ... jiwa, Balita : ... jiwa 2. Hilang : ... jiwa

3. Luka Berat : ... jiwa 4. Luka Ringan : ... jiwa

5. Pengungsi : ... jiwa ... KK Lokasi pengungsian : ...

Jumlah kelompok rentan pada pengungsi :

Bayi : ... jiwa Balita : ... jiwa Ibu Hamil : ... jiwa Ibu Menyusui : ... jiwa Lansia : ... jiwa

6. Jumlah korban yang dirujuk ke :

 Puskesmas ...

Jumlah : ... jiwa

Rumah Sakit ...

Jumlah : ... jiwa G. SARANA K ESEHATAN YANG RUSAK

1. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan

Kondisi Bangunan Fungsi Pelayanan Sarana Kesehatan

Rusak Tidak Ya Tidak

a. RS

b. Puskesmas c. Pustu

d. Gudang Farmasi e. Polindes

2. Sumber Air Bersih :

a. Sumur Gali : ... buah b. SPT : ... buah c. PMA : ... buah d. PAH : ... buah

Gambar

Gambar 2. Tempat Penampungan Korban
Gambar 3. Area Terlarang
Gambar 4. Contoh peta rawan bencana gunung api oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana DESDM

Referensi

Dokumen terkait

Institusi penyelenggara pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (IPDS-JP) wajib melaksanakan penelitian yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi

Ancaman tersebut menyebabkan ketidakseimbangan ekologis yang dapat menjadikan karang lebih mudah terpapar oleh jenis ancaman lain yang lebih ³DODPLDK´ 6HEDJDL

Mengenai konteks kesetaraan peran dalam pekerjaan bagi wanita dan pria kini tengah diperdebatkan terkait dengan strain role perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

serah hak, atau pemegang amanah, selepas menolak apa-apa jumlah wang yang dibayar kepada pemiutang bercagar berkenaan dengan cagarannya, dan bukan aset yang

Diantara kisah orang yang punya kemauan kuat yang tertulis dalam sejarah dan patut disyukuri ialah sikap Abu Bakar shidiq radhiyallahu 'anhu dalam kisah yang masyhur setelah

Tabel 2 memperlihatkan bahwa rata-rata (mean) kualitas kehidupan kerja perawat dan pegawai lainnya di Puskesmas Pangandaran di bawah nilai titik tengah (average ) yang

Pada saat melakukan perhitungan olah gerak kapal (seakeeping) yang perlu ditentukan bagi seorang desainer, harus menentukan spektrum gelombang yang mendekati atau

2) tumpuan dan tujuan tempat seluruh tindakan diarahkan kepadanya. 3) Kehadiran Allah selalu berada dalam kehidupan kita. Sangat penting bagi kita memberikan