• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komisioning dan SLO Transmisi.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komisioning dan SLO Transmisi.pdf"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1

DAFTAR ISI

1.

MEKANISME PROSEDUR KOMISIONING DAN SLO ... 7

1.1

Definisidan Istilah ... 7

1.1.1 Pengertian Pengujian ... 7

1.1.2 Pengertian Inspeksi ... 8

1.1.3 Pengertian Komisioning ... 9

1.1.4 Pengertian SLO ... 9

1.2

Jenis dan Lingkup Kegiatan ... 11

1.2.1 Jenis dan LingkupKegiatan Komisioning ... 11

1.2.2 Jenis dan lingkup kegiatan SLO ... 31

1.2.3 Perbandingan Kegiatan Komisioning & SLO ... 39

1.3

Prosedur Komisioning dan SLO ... 41

1.3.1 Bagan Alir (Flowchart) pelaksanaan Komisioning ... 41

1.3.2 Bagan Alir (Flowchart) pelaksanaan SLO ... 43

1.3.3 Standar yang terkait dengan Komisioning... 44

1.3.4 Rujukan yang terkait dengan SLO ... 45

1.4

Pengorganisasian ... 46

1.4.1 Pengorganisasian pada Komisioning ... 46

1.4.2 Pengorganisasian pada SLO ... 49

2.

PERSYARATAN DAN PELAKSANAAN KOMISIONING DAN SLO . 50

2.1

Persyaratan Administrasi ... 50

(2)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2

2.1.1 Persyaratan Administrasi Komisioning ... 50

2.1.2 Persyaratan Administrasi SLO ... 51

2.2

Persyaratan Personal ... 52

2.2.1 Persyaratan Personel pada Pelaksanaan Komisioning ... 552

2.2.2 Persyaratan Personel pada Pelaksanaan SLO ... 53

2.3

Persyaratan Fasilitas ... 53

2.3.1 Persyaratan untuk Alat Ukur/ Uji ... 53

2.3.2 Persyaratan untuk Alat Kerja ... 54

2.4

Persyaratan K2, K3, dan LH ... 55

2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 55

2.4.2 Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) ... 59

2.4.3 Hubungan Antara K2 dan K3 ... 66

2.4.4 Lingkungan Hidup (LH) ... 67

2.4.5 PersyaratanAspek K2/K3 ... 71

2.4.6 Persyaratan Aspek Lingkungan Hidup ... 78

3.

TATA CARA KOMISIONING PROYEK INSTALASI TRANSMISI-GI 79

3.1

Pelaksanaan Komisioning ... 79

3.1.1 Pelaksanaan Komisioning Gardu Induk ... 89

3.1.2 Pelaksanaan Komisioning Transmisi ... 93

3.2

Contoh Tata Cara Komisioning Individual Trafo pada Bay Trafo ... 96

3.3

Pengujian Saat Kondisi Berbeban ... 11112

4.

TATA CARA SLO PROYEK INSTALASI TRANSMISI-GI ... 117

(3)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3

4.2

Review Dokumen ... 119

4.3

Review Desain ... 11190

4.4

Evaluasi Hasil Uji ... 11201

4.5

Pemeriksaan Dan Pengujian ... 12122

5.

EVALUASI DAN PELAPORAN KOMISIONING DAN SLO ... 11244

5.1

Evaluasi Komisioning dan SLO ... 11244

5.2

Laporan Pelaksanaan Komisioning dan SLO ... 11266

(4)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan Komisioning Instalasi Transmisi dan GI Baru ... 112

Gambar 1.2 Flowchart Pelaksanaan Komisioning ... 442

Gambar 1.3 Skema SLO Instalasi Ketenagalistrikan oleh LIT Terakreditasi ... 43

Gambar 1.4 Skema SLO Instalasi Ketenagalistrikan oleh LIT Belum Terakreditasi ... 44

Gambar 1.5 Susunan Tim Organisasi Komisioning sesuai SPLN ... 46

Gambar 1.6 Basic Communication pada Pelaksanaan Komisioning ... 47

Gambar 1.7 Organisasi dan Basic Communication pada Kegiatan SLO ... 49

Gambar 2.1 Kepatuhan dalam menerapkan K3 dan kelalaian yang berakibat celaka ... 57

Gambar 2.2 Alur Empat Pilar keselamatan Ketenagalistrikan ... 662

Gambar 2.3 Ruang Lingkup Keselamatan Ketenagalistrikan Di PT PLN (Persero) ... 63

Gambar 2.4 Sarana K3 untuk keselamatan pekerja ... 65

Gambar 2.5 Hubungan antara K2 dan K3 ... 66

Gambar 2.6 Jenis dokumen lingkungan ... 68

Gambar 2.7 Penentuan Kegiatan Wajib AMDAL ... 68

Gambar 2.8 Pemeriksaan ROW Dalam Rangka Komisioning dan SLO ... 772

Gambar 2.9 Contoh Konduktor yang tidak layak untuk Dipasang ... 772

Gambar 2.10 Kepatuhan memakai APD ... 73

Gambar 2.11 Contoh Sarung tangan tahan tegangan ... 74

Gambar 2.12 Contoh sepatu tahan tegangan ... 74

Gambar 2.13 Tester tegangan ... 75

Gambar 2.14 Contoh Helm pengaman ... 75

Gambar 2.15 Grounding kabel ... 76

Gambar 2.16 Pole strap ( tali ikat ) untuk Full Body Harnest/Safety Belt ... 76

Gambar 2.17 Full body harnest... 77

(5)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5

Gambar 2.19 Contoh Rambu – rambu Tanda Bahaya ... 78

Gambar 3.1 Contoh Project Schedule of SUTT 150 kV Jeranjang - Sekotor ... 80

Gambar 3.2 Contoh Surat Pernyataan BAPPK (ganti contoh yg jaringan) ... 82

Gambar 3.3 Format Form Turn Over Package ... 87

(6)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan antara kegiatan pengujian, inspeksi, komisioning, dan SLO ... 10

Tabel 2.1 Kegiatan Sektor Ketenagalistrikan yang Wajib AMDAL ... 69

Tabel 2.2 Contoh UKL pada transmisi. ... 70

Tabel 3.1 Contoh Master Schedule Pelaksanaan Komisioning PLTU (ganti contoh yg jaringan) ... 80

Tabel 3.2 Dokumen yang direview pada Komisioning Instalasi Transmisi ... 93

Tabel 3.3 Peralatan yang diperiksa pada Komisioning Instalasi Transmisi ... 94

Tabel 3.4Pengukuran Suhu pada Transmision Line saat pengujian Kondisi Berbeban ... 114

Tabel 3.5 Pemeriksaan kestabilan dan arah dari penunjukan relay pada pengujian kondisi berbeban ... 115

Tabel 3.6 Kategori Hasil Ukur dengan Thermovisi ... 116

Tabel 4.1 Contoh LIT terdaftar di DJK-ESDM ... 118

Tabel 4.2 Masa Berlaku Sertifikasi Laik Operasi Instalasi Tenaga Listrik ... 118

Tabel 5.1 Contoh Ikhtisar Hasil Inspeksi Komisioning PHB Bus Kopel GI 150 kV ... 125

(7)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7

1. MEKANISME PROSEDUR KOMISIONING DAN SLO

1.1 Definisi dan Istilah

1.1.1 Pengertian Pengujian

Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, pengujian adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk rnengukur dan menilai unjuk kerja suatu instalasi.

Menurut kamus umum, pengujian adalah penilaian yang dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan atau kemampuan dari responden (produk/benda yang diuji). Menurut IEC, pengujian produk dapat dibagi menjadi 5, yaitu:

a) Pengujian Jenis (Type Test)

Uji jenis ialah pengujian yang lengkap untuk menentukan apakah hasil produksi telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam standar ini.

Pengujian ini bila telah dilakukan tidak perlu diulang, kecuali bila ada perubahan bahan atau konstruksi yang kemungkinan dapat merubah karakteristiknya.

b) Pengujian Rutin (Routine Test)

Uji rutin ialah pengujian yang dilakukan secara rutin yang ditentukan dalam standar ini pada setiap hasil produksi oleh produsen. Pengujian ini harus dilakukan oleh pabrik pembuat terhadap setiap hasil produksi.

c) Pengujian Contoh (Sample Test)

Uji contoh ialah pengujian yang dilakukan terhadap contoh-contoh yang diambil dari satu kelompok hasil produk untuk menentukan apakah kelompok tersebut mempunyai sifat-sifat yang sama dengan uji jenis (Type Test) produk tersebut seperti yang ditentukan dalam standar/ kontrak.

Pengujian ini umumnya dilaksanakan pada saat serah terima barang. Pengujian ini sebagai verifikasi terhadap hal-hal yang seharusnya telah

(8)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8 dilaksanakan oleh pabrik pembuat. Pengambilan contoh-uji dan kriteria penilaian uji serah terima sesuai aturan standar.

d) Pengujian Khusus (Special Test)

Yaitu pengujian yang dilakukan sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli, karena menyangkut waktu (lama), biaya (mahal) dan resiko (rusak). Contoh : Pengujian temperature rise Trafo, Tangen Delta.

e) Uji sesudah Instalasi (Test After Installation)

Yaitu pengujian yang dilakukan setelah produk dipasang ditempat, untuk membuktikan bahwa produk dan atau sistem bekerja (berfungsi) seperti yang direncanakan, setelah mengalami bermacam kondisi perubahan termasuk goncangan transportasi.

Didalam kenyataan ada beberapa peralatan yang tidak dapat diuji dilapangan sehingga harus di uji di pabrik. Jenis peralatan, item uji dan waktu pengujiannnya harus di tulis di dalam kontrak. Pengujian ini biasanya disebut dengan Factory Acceptance Test (FAT), yaitu pengujian serah terima yang dilakukan di pabrik. Pengujian ini dapat meliputi pengujian rutin (routine test) dan pengujian khusus (special test).

1.1.2 Pengertian Inspeksi

Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, inspeksi adalah pemeriksaan suatu desain produk, jasa, proses, atau pabrik dan penentuan kesesuaiannya terhadap persyaratan tertentu atau persyaratan umum berdasarkan pembuktian secara profesional.

Menurut kamus, Inspeksi adalah suatu pemeriksaan atau pengujian individu terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan enjinering, inspeksi bisa melibatkan pengukuran, tes, dan alat ukur yang diterapkan untuk karakteristik tertentu terhadap obyek (peralatan, instrumen, instalasi) atau kegiatan, misalnya: organisasi, proyek1.

Hasilnya biasanya dibandingkan dengan persyaratan dan atau standar tertentu, untuk menentukan apakah item atau kegiatan ini sejalan dengan target. Inspeksi biasanya non-destruktif.

(9)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9

1.1.3 Pengertian Komisioning

Kegiatan komisioning dapat mempunyai maksud yang berbeda, maka definisi komisioning juga ada beberapa macam, diantaranya ialah;

Menurut International Electrical Vocabullary (IEV), Komisioning ialah suatu kegiatan inspeksi, umumnya dilakukan oleh suatu organisasi (tim) atau badan penguji resmi. Didalamnya terdapat kegiatan pengukuran, pengujian dan pembuktian terhadap karakteristik tertentu dari suatu obyek atau aktivitas. Umumnya hasilnya akan dibandingkan terhadap persyaratan standar atau khusus untuk menentukan apakah hasil uji tersebut sesuai. Inspeksi umumnya adalah pengujian tidak merusak.2

Masih menurut International Electrical Vocabullary (IEV), Komisioning adalah pengujian terhadap peralatan atau mesin, yang dilaksanakan di lapangan, untuk membuktikan kesesuaian pemasangannya dan operasinya.3

Menurut SPLN, Komisioning adalah suatu rangkaian kegiatan yang terus-menerus, dimulai sejak saat pemasangan selesai (construction essentialy complete) sampai saat serah terima (taking over), dengan tujuan membawa sistem dari kondisi non-aktif ke kondisi aktif dengan melaksanakan kegiatan pemeriksaan, pembersihan, uji individual, uji sub-sistem dan uji sistem dan uji unit untuk pembuktian terhadap persyaratan kontrak, keamanan serta keandalan operasi dan ramah lingkungan.4

Jadi uji Komisioning dilakukan di lapangan untuk membuktikan karakteristik peralatan secara individu, sub-sistem dan sistem sebelum peralatan dioperasikan secara komersial. Uji komisioning juga wajib dilakukan bila terjadi perubahan pada hardware (antara lain: rekondisi, perubahan instalasi, perubahan kapasitas, dan relokasi) dan atau software yang mempengaruhi performance.

1.1.4 Pengertian SLO

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, yang pada beberapa pasal 44 menyatakan bahwa: Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan, untuk mewujudkan kondisi aman, andal dan akrab lingkungan (A3), maka setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik operasi (SLO).

2IEV.841-22-53

3Ibid,151-04-21 dan 411-53-06

(10)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10 Menurut KepMen ESDM No.05/2014, Sertifikasi Instalasi Tenaga Listrik adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta verifikasi instalasi tenaga listrik untuk memastikan suatu instalasi tenaga listrik telah berfungsi sebagaimana kesesuaian persyaratan yang ditentukan dan dinyatakan siap dioperasikan.

Menurut Kep.Dir No 004.K/DIR/2013, Sertifikat Laik Operasi (SLO) adalah Pengakuan formal dari lembaga inspeksi pada peralatan dan instalasi tenaga listrik bahwa instalasi dan peralatan tersebut sudah memenuhi peraturan keselamatan ketenagalistrikan berdasarkan evaluasi data inspeksi yang sistematis.

Aturan mengenai SLO, selengkapnya dituangkan pada Permen ESDM No 0045 th 2005 dan Permen ESDM No 0046 th 2006 dan Permen ESDM No 05 th 2014. Seperti yang telah dijelaskan pada bab ”Landasan Hukum”.

Secara umum perbedaan antara kegiatan pengujian, inspeksi, komisioning dan SLO adalah sbb:

Tabel 1.1 Perbedaan antara kegiatan pengujian, inspeksi, komisioning, dan SLO

PENGUJIAN INSPEKSI KOMISIONING SLO

Perlu alat uji Tidak perlu alat uji Alat uji

(kondisional) Tidak perlu alat uji Bisa Destruktif maupun Non Destruktif Umumnya Non Destruktif Umumnya Non Destruktif, memungkinkan Destruktif Non Destruktif Tidak membutuhkan koordinasi dan ijin dari sistem

Tidak membutuhkan koordinasi dan ijin dari pengelola sistem

Membutuhkan koordinasi dan ijin dari pengelola sistem

Membutuhkan koordinasi dan ijin dari pengelola sistem Uji komponen (individual) Uji komponen (individual) s.d sub sistem Uji komponen (individual) s.d sistem

Uji kinerja sistem *) Dilakukan di pabrik/ lab Dilakukan di pabrik/lapangan, ketika pemasangan Dilakukan di lapangan sesudah konstruksi Dilakukan di lapangan sebelum operasi komersial Untuk memenuhi spesifikasi teknik

Monitoring mutu dan progress pekerjaan Untuk memenuhi kontrak Untuk memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku Dilakukan oleh petugas yang ahli di bidangnya

Dilakukan sehubungan dengan jabatan

Dilakukan oleh Tim resmi dari beberapa pihak

Dilakukan oleh LIT resmi, termasuk pemerintah

(11)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11 *) Pelaksanaan SLO dilakukan setelah komisioning selesai dilaksanakan, namun untuk menghemat waktu dan biaya, pelaksanaan SLO dimungkinkan bersamaan dengan pelaksanaan Komisioning.

Bagi PLN, SLO diperlukan sebagai acuan serah terima proyek untuk operasi komersil (comercial operation). Instalasi yang tidak lulus persyaratan SLO, tidak diberikan SLO, artinya tidak boleh beroperasi secara komersil. Mata uji untuk laik operasi ini tidak selengkap mata uji komisioning, karena yang diperlukan adalah kesesuaian antara sistem grid yang existing dengan sistem baru yang akan masuk grid. Apabila komisioning tidak dilaksanakan maka tidak pernah diketahui fungsi dan kinerja peralatan, sub-sistem dan sistem sehingga tidak layak untuk dioperasikan.

Tidak adanya rekaman hasil komisioning mengakibatkan secara statistik PLN tidak dapat mengetahui data awal sebagai referensi kualitas, fungsi dan kinerja peralatan, baik secara individu, sub-sistem dan sistem.

Sedangkan Instalasi yang tidak punya SLO, secara hukum tidak boleh beroperasi secara komersil.

1.2 Jenis dan Lingkup Kegiatan

1.2.1 Jenis dan Lingkup Kegiatan Komisioning

Jenis dan lingkup kegiatan komisioning adalah meliputi : 1. Komisioning instalasi transmisi dan GI baru 2. Komisioning instalasi transmisi dan GI lama a) Komisioning instalasi transmisi dan GI baru

Komisioning dilakukan untuk meyakinkan bahwa transmisi dan GI yang di periksa dan diuji secara individual, sub-sistem maupun sebagai sistem telah berfungsi sebagaimana mestinya dan memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat dinyatakan siap untuk dioperasikan dan/atau untuk diserah terimakan.

(12)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12 Komisioning dilakukan oleh kontraktor setelah konstruksi instalasi transmisi dan GI baru selesai dilakukan, kecuali disebutkan lain.5

Berikut kegiatan komisioning transmisi dan GI.6

Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan Komisioning Instalasi Transmisi dan GI Baru

b) Komisioning instalasi transmisi dan GI lama

Komisioning instalasi transmisi dan GI lama biasa dilakukan bila instalasi direkondisi, dilakukan perubahan kapasitas, direlokasi atau dilakukan perubahan/modifikasi yang signifikan sehingga berubah dari desain awal. Komisioning dapat diterapkan secara menyeluruh atau parsial terhadap sistem dalam instalasi transmisi dan GI, untuk memeriksa dan menguji terhadap suatu sistem.

5 SPLN No. 73 tahun 1987, hlm. 2 6 Ibid, hlm. 10

(13)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13 Tabel Mata Uji Inspeksi Komisioning (Diambil dari Ikhtisar Inspeksi PLN JASER):

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18

2. Bay Kopel/ Seksi

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 23

3. Bay Trafo Tenaga atau Kapasitor, Reaktor

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 31

1.2.2 Jenis dan lingkup kegiatan SLO

Jenis dan lingkup kegiatan SLO adalah meliputi : 1. SLO instalasi transmisi dan GI baru. 2. SLO instalasi transmisi dan GI lama.

Lingkup kegiatan SLO instalasi transmisi dan GI baru dan lama secara rinci dalam lampiran 1 Peraturan Menteri ESDM No.0045 tahun 2005, tanggal 29 Desember 2005; dan Peraturan Menteri ESDM No 05 Tahun 2014 Tanggal 04 Februari 2014 ; Mata Uji (Test items) Laik Operasi Instalasi Transmisi/GI dan Distribusi Tenaga Listrik seperti terlampir dibawah ini.

a) SLO instalasi transmisi dan GI baru

Lingkup kegiatan SLO instalasi transmisi dan GI baru, antara lain review dokumen, review desain, evaluasi hasil uji, pemeriksaan dan pengujian untuk memenuhi terhadap persyaratan aman, andal serta akrab lingkungan agar secara legal memenuhi perundang-undangan dan dapat beroperasi secara komersial.

b) SLO instalasi transmisi dan GI lama

SLO instalasi transmisi dan GI lama dilakukan bila; instalasi sudah berakhir waktu masa berlaku SLOnya, instalasi direkondisi, dilakukan perubahan kapasitas, direlokasi atau dilakukan perubahan/modifikasi yang signifikan sehingga berubah dari desain awal.

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 39

1.2.3 Perbedaan Jenis dan Lingkup Kegiatan Komisioning & SLO

Perbedaan antara tujuan kegiatan komisioning dan SLO adalah sebagai berikut :

Komisioning SLO

Tujuan utamanya untuk memeriksa

pemenuhan kewajiban kontraktor terhadap pemilik instalasi sesuai yang tertulis dalam buku kontrak berdasarkan peraturan-peraturan, standar dan ketentuan lain yang disepakati bersama

Tujuan utamanya untuk memenuhi

kepatuhan tehadap perundang-undangan, peraturan dan standar dengan tujuan agar instalasi penyedia tenaga listrik beroperasi secara aman, andal dan akrab lingkungan serta

Produk akhir kegiatan komisioning adalah Laporan Teknik Komisioning

Produk akhir kegiatan SLO adalah Sertifikat Laik Operasi

Dibutuhkan untuk serah terima proyek Dibutuhkan sebagai syarat untuk beroperasi secara komersial

Sedangkan perbedaan lingkup kegiatan antara komisioning dan SLO terhadap mata uji secara umum adalah seperti tabel dibawah ini.

LINGKUP KEGIATAN

KOMISIONING TRANSMISI/GI LINGKUP KEGIATAN SLO TRANSMISI/GI

1. Pemeriksaan dokumen dan kelengkapannya 1.1 Sama dengan PerMen No.05 Tahun 2014 1.2 Dokumen Agraria dan Ijin Penggunaan 1.3 Dokumen Uji Jenis dan Uji Rutin 1.4 Review prosedur pengujian komisioning 1.5 Prosedur Serah Terima Material 1.6 Prosedur Pengujian Individu 1.7 Prosedur Pengujian Sub- Sistem 1.8 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan

Konstruksi (BAPPK) 1.9 Prosedur Pengujian Sistem

1. Review dokumen

2. Review desain

2.1 Desain Koordinasi Isolasi 2.2 Desain hubung Singkat

2.3 Protection Setting Calculation Note (Laporan Studi Perhitungan Setelan Proteksi)

2.4 Desain Sistem Pembumian

2.5 Desain Pengaman Terhadap sambaran Langsung Petir

(40)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 40 3. Pemeriksaan Secara Visual

3.1 Sama dengan PerMen No. 05 Tahun 2014 3.2 Pemeriksaaan K2 dan K3

3.2.1 Pemeriksaan Sistem Pencegahan Kebakaran

3.2.2 Alat Pemadam Kebakaran (APAR, APAT)

3.2.3 Alat Pelindung Diri (APD) 3.2.4 Alat dan Instalasi P3K

3.2.5 Rambu : nama lokasi, tanda bahaya, amar (petunjuk)

3.2.6 Pagar Pengaman Kawasan 3.2.7 Pagar Pengaman Instalasi dan

Pembumian

3.2.8 Instalasi pengaman sambaran langsung petir (Serandang Hubung & Gedung)

3.2.9 Lokasi evakuasi keadaan darurat

3. Pemeriksaan secara visual 3.1 Papan Nama

3.2 Cara pemasangan

3.3 Perlengkapan/perlindungan sistem K3 3.4 Tingkat hubung pendek

3.5 Pembumian peralatan

3.6 Kelengkapan peralatan instalasi

4. Pengujian Komisioning

4.1 Sama dengan PerMen No. 05 tahun 2014 4.2 Instalasi pembumian sesuai desain 4.3 Sistem telekomunikasi, teleproteksi, dan

SCADA.

4.4 Sistem pengukuran transaksi energi

4.5 Bay Trafo Tenaga: trafo, kabel incoming, bay incoming atau PHB Incoming

4.6 Bay kapasitor: kapasitor. 4.7 Bay Reaktor: reaktor.

4.8 PHB outgoing pada trafo distribusi 4.9 Trafo pemakaian sendiri dan PHBnya 4.10 Stabilitas pengaman diferensial sebelum

pengujian bertegangan 4.11 Sistem intertrip

4.12 Sistem pemilihan tegangan pengukuran 4.13 Sistem interlock pembumian

4.14 Sistem kontrol bus transfer 4.15 Sistem catu daya darurat

4.16 Pengujian ketahanan isolasi saluran transmisi 4.17 Subsistem

4. Evaluasi hasil komisioning.

5. Pengujian sistem

5.1 Sama dengan Permen No.05 Tahun 2014 5.2 Pengujian sistem telekomunikasi telefoni dan

radio.

5.3 Pengujian tele proteksi hingga ke Gardu Seberang

5.4 Matching dengan instalasi eksisting 5.5 Pengujian SCADA – server Burnout Test 5.6 Pengujian SCADA – HMI ke Bay

(41)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 41 5.7 Pengujian SCADA hingga Master Station

5.8 Penerbitan Rekomendasi Laik Bertegangan (sebelum uji pembebanan)

6. Pengujian dampak lingkungan

6.1 Sama dengan PerMen No 05 Tahun 2014 6.2 Instalasi Pengolahan Limbah

6.3 SOP Pengelolaan Limbah

(42)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 42

1.3 Prosedur Komisioning dan SLO

1.3.1 Bagan alir (flowchart) pelaksanaan Komisioning

Diagram di bawah memperlihatkan proses dan interaksi kontraktor sebagai pelaksana konstruksi dan komisioning, PLN-JMK sebagai pelaksana supervisi konstruksi dan PLN Jaser sebagai pelaksana supervisi komisioning. Setelah komisioning pada instalasi tenaga listrik baru, telah selesai dilakukan dengan baik, maka akan berlanjut menuju proses SLO.

(43)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 43 Apabila pada saat pemberian tegangan ditemukan kerusakan material dan harus diganti dengan material yang sama maka hanya perlu dilakukan penerbitan rekomendasi laik bertegangan baru.

Apabila pada saat pemberian tegangan ditemukan kerusakan material dan harus diganti dengan material yang tidak sama atau ada desain konstruksi yang harus diperbaiki maka perlu dilakukan proses dari awal.

1.3.2 Bagan alir (flowchart) pelaksanaan SLO

Diagram di bawah memperlihatkan proses dan interaksi antara pemilik instalasi, Pemerintah, dan LIT yang sudah terakreditasi sebagai pelaksana inspeksi SLO.

Gambar 1.3 Skema SLO Instalasi Ketenagalistrikan oleh LIT Terakreditasi7

(44)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 44 Untuk Lembaga Inspeksi Teknik yang belum terakreditasi sebagai pelaksana inspeksi SLO, diagramnya adalah sebagai berikut :

Gambar1.4 Skema SLO Instalasi Ketenagalistrikan oleh LIT Belum Terakreditasi

1.3.3 Standar yang terkait dengan Komisioning

Standar sangat diperlukan dalam pelaksanaan Komisioning sangatlah penting sebagai acuan, referensi dan pedoman agar komisioning dapat berjalan dengan baik menghindari kesalahpahaman dan interpretasi yang berbeda antara pihak yang terkait dalam pekerjaan komisioning.

Beberapa standard yang diperlukan pada kegiatan komisioning adalah sebagai berikut : SKEMA TATA CARA SERTIFIKASI LAIK OPERASI INSTALASI KETENAGALISTRIKAN

PEMILIK INSTALASI PEMERINTAH /DESDM LEMBAGA INSPEKSI TEKNIK (BELUM TERAKREDITASI) PERMOHONAN

SERTIFIKAT KE DESDM c.q. DJLPE

KONTRAK UJI LAIK OPERASI

KETENTUAN, SYARAT, DAN ITEM TESTS UJI

LAIK OPERASI UJI LAIK OPERASI INSTALASI

WAKTU (HARI) HASIL EVALUASI ? PENERBITAN SERTIFIKAT LAIK OPERASI LAIK TIDAK LAIK 1 1 *) 21 **) 7 4 TOTAL 35 PERBAIKAN PENUGASAN KEPADA LEMBAGA INSPEKSI YANG DIPILIH PEMILIK

INSTALASI

PRESENTASI LAPORAN HASIL UJI DI DESDM

c.q. DJLPE

1

PENGAWASAN TEKNIK (WITNESSING)

SKEMA TATA CARA SERTIFIKASI LAIK OPERASI INSTALASI KETENAGALISTRIKAN

PEMILIK INSTALASI PEMERINTAH /DESDM LEMBAGA INSPEKSI TEKNIK (BELUM TERAKREDITASI) PERMOHONAN

SERTIFIKAT KE DESDM c.q. DJLPE

KONTRAK UJI LAIK OPERASI

KETENTUAN, SYARAT, DAN ITEM TESTS UJI

LAIK OPERASI UJI LAIK OPERASI INSTALASI

WAKTU (HARI) HASIL EVALUASI ? PENERBITAN SERTIFIKAT LAIK OPERASI LAIK TIDAK LAIK 1 1 *) 21 **) 7 4 TOTAL 35 PERBAIKAN PENUGASAN KEPADA LEMBAGA INSPEKSI YANG DIPILIH PEMILIK

INSTALASI

PRESENTASI LAPORAN HASIL UJI DI DESDM

c.q. DJLPE

1

PENGAWASAN TEKNIK (WITNESSING)

(45)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 45

Reference Abbreviation

Name and Address

ANSI American National and Standards Institute, Inc. 1430 Broadway New York, New York 10018 USA

ASME American Society of Mechanical Engineerings 345 East 47th Street New York, N.Y. 10017 USA

ASTM American Society for Testing and Materials 1916 Race Street Philadelphia, Pennsylvania 19103

IEC International Electrotechnical Commission 1, rue de Varembe Geneva, Switzerland

IEEE Institute of Electrical and Electronics Engineers 345 East 47th Street New York, NY 100117 USA

NEMA Nasional Electrical Manufacturers Association 2101 L St., N.W. Washington, DC 20037 USA

NFPA National Fire Protection Association Batterymarch Park, Quincy, MA 02269 USA

OSHA Occupational Safety and Health Act. 20010 Century Blvd, Germantown, Md 20767 USA

SNI Standard Nasional Indonesia

SPLN Standard of Perusahaan Umum Listrik Negara Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan (LMK) Jl. Listrik Negara, Duren Tiga Jakarta Selatan, Indonesia

ANSI/NETA ATS - 2013 Standard For Acceptance Testing Specifications For Electrical

1.3.4 Rujukan yang terkait dengan SLO

Standar sangat diperlukan dalam pelaksanaan SLO sebagai acuan dan pedoman agar pelaksanaan SLO dapat berjalan dengan baik guna menghindari kesalahpahaman dan interpretasi yang berbeda antara pihak yang terkait dalam pekerjaan SLO.

Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 0045 tahun 2005 pasal 17 ayat 1, No. 0046 tahun 2006 dan No. 05 tahun 2014. Hierarki standar yang digunakan adalah SNI Bidang Ketenagalistrikan, Standar Internasional atau standar negara lain yang tidak bertentangan dengan standar ISO/IEC.

(46)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 46

1.4 Pengorganisasian

1.4.1 Pengorganisasian pada Komisioning

Sebelum komisioning dilaksanakan maka secara administrasi harus dibentuk susunan organisasi Tim Komisioning PLN.

Susunan organisasi Tim Komisioning PLN diatur dalam SPLN No. 73 tahun 1987 seperti yang terlihat dibawah ini:

Gambar1.5 Susunan Organisasi Tim Komisioning yang diusulkan

KETUA TIM KOMISIONING SPV BID SIPIL STAF JASER STAF PLN UIP/UPK STAF Wilayah/ P3B/ AP SPV BID LISTRIK STAF JASER STAF PLN UIP/UPK STAF Wilayah/ P3B/ AP Kontraktor

(47)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 47

Basic communication pada pelaksanaan komisioning seperti diagram dibawah ini.

Gambar1.6 Basic Communication pada Pelaksanaan Komisioning

1.4.1.1 Tugas dan Tanggungjawab

A. Tugas dan tanggungjawab Tim Supervisi Komisioning PLN, meliputi : 1. Mengevaluasi BAPPK atas peralatan yang telah selesai dibangun dan siap

dikomisioning

2. Mengevaluasi dan menyetujui usulan program, materi, Jadwal komisioning dari Kontraktor termasuk prosedur ujinya

3. Mengkoordinasikan, menyaksikan dan mengawasi pelaksanaan komisioning. 4. Melakukan evaluasi dan membuat laporan supervisi komisioning untuk PLN. B. Tugas dan tanggungjawab Kontraktor, meliputi :

1. Menyerahkan dan menjelaskan kepada PLN daftar peralatan yang akan diuji disertai hasil uji prakomisioning serta program komisioning, yang terdiri dari :

a. Jadwal

b. Macam (lingkup pekerjaan) c. Metode/prosedur

d. Lembar uji berita acara

Untuk mendapat persetujuan, sebelum komisioning dilaksanakan

TIM SUPERVISI KOMISIONING KONTRAKTOR: TIM KOMISIONING APB/ AP2B/ APD/ AP P3B/ WILAYAH/ DISTRIBUSI/ AP

(48)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 48 2. Melaksanakan komisioning instalasi bersama Tim Supervisi Komisioning PLN

sesuai program yang telah disetujui

3. Menyerahkan dokumen dan data komisioning yang telah disetujui Tim Supervisi Komisioning PLN, antara lain :

a. Data dan hasil pencatatan seluruh pengujian yang telah dilakukannya b. Data kelainan, kekurangan dan perubahan yang terjadi (deficiency list) dari

peralatan

c. Rekomendasi penyempurnaan operasi (bisa ke PLN atau ke Vendor) 4. Menjamin perbaikan atau penggantian peralatan/perlengkapan sampai dapat

diterima PLN

5. Membuat laporan komisioning

Catatan: sebenarnya kontraktor terdiri dari kontraktor pelaksana pembangunan dan pabrikan. Dalam hal seperti ini, kontraktor dianggap sekaligus mewakili pabrikan. Dalam hal PLN menggunakan jasa konsultan (commissioning engineering consultant), maka tugas konsultan adalah membantu Tim Supervisi Komisioning PLN

C. Tugas dan Tanggungjawab UIP 1. Menyampaikan dokumen kontrak

2. Menyiapkan fasilitas K2 dan K3 di proyek dan instalasi

3. Penghubung Tim Supervisi Komisioning dengan kontraktor, konsultan, dan Lembaga Supervisi Konstruksi

4. Menyetujui proposal dokumen Standard Operating Procedure (SOP) dari Unit Operasi

(49)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 49

1.4.2 Pengorganisasian pada SLO

Bentuk organisasi pelaksanaan kegiatan SLO dan basic communication sangat sederhana seperti terlihat pada bagan dibawah ini:

Gambar1.7 Organisasi dan Basic Communication pada Kegiatan SLO

Wewenang dan tugas organisasi dalam pelaksanaan kegiatan SLO adalah sebagai berikut:

a) Pemilik instalasi tenaga listrik :

- Mengajukan permohonan untuk dilakukan inspeksi SLO - Menyampaikan dokumen-dokumen yang diperlukan - Menyelesaikan aspek finansial

- Menyaksikan pemeriksaan dan pengujian SLO b) Lembaga Inspeksi Teknik - Tim SLO :

- Memproses permohonan SLO dari pemilik instalasi tenaga listrik - Membentuk /menugaskan inspektur pelaksana SLO

- Membuat evaluasi, laporan, dan rekomendasi inspeksi SLO - Menerbitkan Sertifikat Laik Operasi (untuk LIT yang terakreditasi)

- Mendampingi inspektur DJK dan menyampaikan tembusan laporan SLO c) Kementerian ESDM– DJK :

- Menunjuk LIT sebagai pelaksana Sertifikasi - Menyaksikan pelaksanaan Sertifikasi

- Menerbitkan Nomor Registrasi SLO untuk LIT yang terakreditasi. - Menerbitkan Sertifikat Laik Operasi untuk LIT yang belum terakreditasi - Memonitor SLO yang sudah diterbitkan dan menerima laporan dari LIT yang

sudah terakreditasi

(50)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 50

2. PERSYARATAN DAN PELAKSANAAN KOMISIONING DAN SLO

Persyaratan-persyaratan yang akan dibahas berikut ini melibatkan persyaratan untuk lembaga inspeksi teknis yang melakukan komisioning untuk SLO dan persyaratan proyek yang akan memperoleh SLO.

2.1 Persyaratan Administrasi

2.1.1 Persyaratan Administrasi Komisioning

Kontraktor harus memberikan kepada Tim Supervisi Komisioning PLN beberapa persyaratan administrasi untuk memulai pelaksanaan komisioning, antara lain :

a) Dokumen kontrak termasuk dokumen hasil Contract Discussion Agreement (CDA) b) Spesifikasi teknik peralatan

c) Dokumen design engineering d) Gambar konstruksi, logic diagram

e) Protection setting calculation note yang sudah disetujui pengelola jaringan f) Test Report / FAT / Inspection Test Plan (JADWAL KOMISIONING)

g) Commissioning Schedule

h) Menyiapkan prosedur komisioning

i) Menyediakan komisioning personil yang berkompeten j) Alat Uji yang sesuai, aman dan terkalibrasi

k) Menyiapkan proposal SOP

Sementara, tugas manajemen proyek dalam pemenuhan persyaratan administrasi komisioning, antara lain :

a) Mengajukan permohonan pelaksanaan komisioning dan penyelesaian administrasi dengan Lembaga Inspeksi Teknik

b) Menyiapkan ruang kantor untuk Tim Komisioning PLN berikut fasilitas pendukungnya

c) Menyiapkan dokumen BAPPK atas laporan dari tim supervisi konstruksi d) Menyetujui proposal dokumen Standard Operating Procedure (SOP)

e) Menyiapkan dokumen AMDAL/ UKL-UPL yang telah disetujui oleh BPLH setempat atau instansi yang terkait

f) Menyiapkan dokumen agraria, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari pemerintah setempat

(51)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 51 g) Menyiapkan Ijin penggunaan pesawat angkat/ angkut dari Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi

h) Menyiapkan anggaran pelaksanaan komisioning untuk tim PLN Supervisi Komisioning

Sedangkan tugas PLN Jaser dalam pemenuhan persyaratan administrasi komisioning, antara lain:

a) Menyiapkan personel dan mobilisasinya

b) Menerbitkan Surat Tugas / SK Tim Supervisi Komisioning PLN c) Menerbitkan rekomendasi laik bertegangan

d) Membuat laporan Supervisi Komisioning

Manfaat dari dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai dasar dan referensi dalam : I. Merencanakan pelaksanaan komisioning

II. Melaksanakan komisioning

III. Mengendalikan mutu, waktu dan biaya dari kegiatan komisioning IV. Bahan evaluasi, justifikasi dan pelaporan

2.1.2 Persyaratan Administrasi SLO

Sesuai PerMen No.05/ 2014 Pasal 12, bahwa Pemilik instalasi mengajukan permohonan kepada LIT dengan dilengkapi data sbb :

a) Izin usaha penyediaan tenaga listrik, izin operasi, atau identitas pemilik Instalasi pemanfaatan tcnaga listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah;

b) Lokasi instalasi;

c) Jenis dan kapasitas instalasi; d) Gambar instalasi dan tata letak; e) Diagram satu garis;

f) Spesifikasi peralatan utama instalasi; dan g) Spesifikasi teknik dan standar yang digunakan. Untuk lebih lengkapnya, dapat ditambahkan:

h) Pelaksana pembangunan, pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan i) Jadwal pelaksanaan pembangunan, pemasangan dan pengujian

j) Perhitungan teknik k) Daftar bahan instalasi

(52)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 52 m) Menyiapkan anggaran untuk pelaksanaan SLO

Sesuai PerMen No.05/ 2014 Pasal 34, ayat 1b bahwa Perusahaan Jasa Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik mengajukan permohonan kepada LIT dengan dilengkapi data sbb :

a) SIUJK dan SBUJK untuk lembaga jasa konstruksi tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah

Sementara itu, persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh PLN Jaser (sebagai LIT) untuk memenuhi persyaratan administrasi SLO, antara lain:

- Surat penugasan dari Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM - Surat permintaan dari pemilik instalasi tenaga listrik

- Menerbitkan surat tugas kepada Tim Komisioning PLN

- Mengundang Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM untuk menyaksikan pelaksanaan SLO

Manfaat dari dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai dasar dan referensi dalam : I. Merencanakan pelaksanaan SLO

II. Melaksanakan SLO

III. Bahan evaluasi, justifikasi dan pelaporan

2.2 Persyaratan Personal

Sesuai undang-undang, bahwa setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi. Dengan demikian, jelas bahwa setiap personil yang terlibat dalam kegiatan komisioning dan/atau SLO wajib bersertifikat. Sertifikat keahlian untuk operator ketenagalistrikan dapat diperoleh melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dibawah MESDM, sedangkan sertifikat ahli lingkungan (K3 dan LH) serta sertifikat keahlian untuk operator alat berat seperti crane, buldozer, dump truck dll dapat diperoleh melalui LSP dibawah Depnaker (Departemen Tenaga Kerja).

2.2.1 Persyaratan Personel pada Pelaksanaan Komisioning

Personel yang terlibat pada pelaksanaan komisioning, diantaranya :

Penguji yaitu personel yang menyiapkan dan melaksanakan pengujian dalam rangka komisioning untuk pengujian individu dan sub sistem. Penguji harus kompeten pada bidangnya dan harus dapat menjaga keselamatan kerja diri sendiri. Penguji harus terampil dan mempunyai pengalaman tentang jenis instalasi yang diujinya.

(53)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 53 Commisioning engineer yaitu personel yang menyiapkan prosedur pengujian dalam rangka komisioning untuk pengujian sistem. Personel tersebut harus kompeten pada bidangnya dan harus dapat menjaga keselamatan kerja diri sendiri,orang lain disekitarnya, atau yang berada ditempat lain, termasuk instalasi sehubungan dengan kegiatan komisioning. Commisioning engineer bertanggungjawab menyiapkan Job

Safety Analysis (JSA). Penguji dan commisioning engineer adalah personel yang

berkualifikasi dalam pengujian peralatan, yaitu profesional engineer, factory technician atau licenced electrician yang sudah berpengalaman dalam sistem instalasi ketenagalistrikan.

2.2.2 Persyaratan Personel pada Pelaksanaan SLO

Personel yang terlibat pada pelaksanaan SLO, diantaranya : penguji, pemilik instalasi, operator instalasi serta personel yang ditugaskan oleh LIT dan DJK.

Personel tersebut harus kompeten dibuktikan dengan sertifikat pada bidangnya dan harus dapat menjaga keselamatan kerja diri sendiri selama melaksanakan kegiatan inspeksi.

2.3 Persyaratan Fasilitas

Persyaratan untuk fasilitas yang dipergunakan pada pelaksanaan komisioning dan SLO melibatkan fasilitas alat uji/ ukur dan fasilitas alat kerja sebagai berikut:

2.3.1 Persyaratan untuk Alat Ukur/ Uji

Alat ukur/uji utama yang dimaksud adalah alat yang digunakan sebagai pengujian dan pengukuran, misalnya;

a.

Mekanik :Tekanan (manometer), tekanan atmosfir (barometer), kelembaban udara (humidity meter), jarak (distance meter), suhu (thermometer), waktu (sBAPPKwatch), Tightness meter, concrete hammer.

b.

Elektrik : Arus (ampere meter), tegangan (volt meter), resistans (ohm meter), resistans isolasi (mega ohm meter), daya listrik (watt meter), energy listrik (reference energy meter), frekuensi (frekuensi meter), urutan fasa (phase sequence), factor daya (cos phi meter), tangent delta (tangent delta meter), Timer, alat ukur sudut (phase angle meter), alat uji tegangan tinggi (HV Test Set), injeksi arus / tegangan 1 phase/ 3 phase.

(54)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 54

c.

Kimia dan lingkungan : pH (pH meter), pikno meter electrolyte, kebisingan (noise meter), Oil breakdown voltage tester, gas leakage tester, gas dew point analyzer, gas water content, Oil DGA, Oil tangent delta tester.

Peralatan tersebut diatas harus jelas merk, tipe, pabrik pembuat, manual book dan no. seri serta harus mempunyai sertifikat kalibrasi yang masih berlaku ketika digunakan.

Selain itu, ada beberapa material yang harus diuji di laboratorium untuk diketahui parameternya. Misal : untuk mengetahui parameter minyak trafo, dll.

2.3.2 Persyaratan untuk Alat Kerja

Alat kerja adalah peralatan yang digunakan dalam melaksanakan tugas komisioning dan SLO. Peralatan tersebut antara lain yaitu APD (alat pelindung diri) yang sesuai, alat tulis/rekam, pedoman, instruksi kerja dan formulir serta alat bantu kerja, misalnya Tool set.

APD yang digunakan harus memenuhi standar keselamatan. APD dan Tool Set yang memiliki isolasi > 300 V harus dibuktikan dengan kalibrasi berkala.

Khusus untuk pekerjaan yang berhubungan dengan tegangan harus bersertifikat uji dari Tim PDKB. Di PLN sertifikat diterbitkan oleh TIM PDKB berdasarkan laporan pengujian dari lembaga Uji terakreditasi. Sedangkan alat rekam, pedoman, instruksi kerja dan formulir dll, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari kedua belah pihak, yaitu pihak kontraktor dan pemilik instalasi.

(55)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 55

2.4 Persyaratan K2, K3, dan LH

2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

K3 adalah upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja .

Keselamatan kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan), maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, / cacat bahkan tewas). Juga rusaknya sistem tenaga listrik (Energi tidak dapat tersalurkan akibat rusaknya peralatan ), dan citra Perusahaan akan turun.

a. Pengertian Kecelakaan

Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta

b. Standar K3

Kebutuhan terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang dominan.Contohnya dalam sejarah perkembangan K3, setelah Revolusi Industri dengan ditemukannya mesin uap.Para petani di desa masuk ke kota dan bekerja di pabrik. Karena tingkat pendidikan mereka yang rendah dan latar belakang pekerjaan yang sangat berbeda, maka pada saat tersebut banyak sekali terjadi kecelakaan dan penyakit.

Beberapa pengusaha yang terpanggil dengan melihat akibat dari kecelakaan-kecelakaan tersebut, membuat peraturan untuk melindungi tenaga kerja.Peraturan-peraturan tersebut merupakan standar kerja tertua di industri.

Sejak itu, lingkungan kerja menjadi lebih baik, misalnya peraturan yang melarang anak-anak untuk bekerja dan wanita untuk bekerja malam, dengan demikian kecelakaan kerja dapat dihindari.

Tolok ukur / kriteria / standar dapat berupa :  Peraturan perundangan

(56)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 56 c. Tujuan Dari Standar K3

a) Pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan.

b) Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan perundangan. c) Menggambarkan efektifitas manajemen K3

d) Mengurangi biaya produksi e) Kompetisi berimbang

f) Meningkatkan kepercayaan mitra kerja g) Meningkatkan kepercayaan konsumen

d. Pencegahan Terhadap Terjadinya Kecelakaan

Bagaimana suatu standar dapat ikut berperan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.Umumnya kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan oleh faktor penyebab langsung seperti keadaan lingkungan kerja, mesin dan kelengkapan peralatan, bahan/material, tidak memenuhi, maka diperlukan acuan dasar, tolok ukur dan standar kriteria aman mulai dari proses material menjadi barang dan bahkan sampai pemanfaatannya.

Untuk mempermudah menekan kecelakaan secara konsisten, maka disusun ikhtisar kerangka dasar keselamatan peralatan dan bahan baku serta bagian-bagian dimana unsur sumber bahaya banyak didapat. Dengan memperhatikan standar yang berbeda maka faktor keamanan dapat diprediksi jauh sebelum peralatan dibuat sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.Semakin canggih peralatan dan teknologi yang dipakai, peranan K3 semakin penting.

(57)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 57 Gambar 2.1 Kepatuhan dalam menerapkan K3 dan kelalaian yang berakibat celaka

(58)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 58 e. Menunjukkan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan

Suatu industri yang secara nyata beroperasi pasti berusaha untuk mematuhi peraturan perundangan. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan akan menimbulkan kerugian dengan kemungkinan mengalami tuntutan bahkan kemungkinan dicabut ijin usahanya.

f. Pendekatan Yang Direkomendasikan

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan pendekatan yang pada umumnya sebagai berikut.

Dibuat suatu daftar peraturan yang terdiri dari dua jenis :

 Daftar peraturan yang dapat berdiri sendiri. Berisi semua rincian secara langsung dalam peraturan (suatu instrumen undang-undang) atau aturan-aturan tambahan.

 Daftar peraturan yang umum sifatnya. (khusus untuk tempat kerja aman dan peralatan kerja) dan membutuhkan dukungan pedoman praktek yang rinci dan diungkapkan dalam SOP (Standard Operational Procedure).

g. Komunikasi K3

Pada saat ini, pengertian komunikasi banyak macamnya, antara lain:

a) Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. b) Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua

orang atau lebih.

c) Komunikasi adalah suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang bertujuan agar setiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu.

Dari batasan seperti di atas, jelas bahwa tujuan utama dari komunikasi adalah untuk menimbulkan saling pengertian, bukan hanya sekedar persetujuan. Berkomunikasi itu sulit.Lebih banyak kondisi dimana pesan-pesan yang diterima tidak dimengerti atau kurang dimengerti daripada pesan-pesan yang diterima secara lengkap. Kesulitan ini muncul karena orang berpendapat bahwa mereka

(59)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 59 telah mengerti apa yang sedang dibicarakan dan menganggap berkomunikasi itu adalah hal mudah.

Kesalahpahaman tidak jarang terjadi dalam komunikasi karena keterbatasan kemampuan untuk merumuskan gagasan kedalam lambang yang dimengerti oleh komunikan. Oleh karena itu, dalam komunikasi, pemilihan lambang merupakan hal yang sangat penting.

Pemilihan lambang. Lambang terdiri dari :

 Bahasa; terdapat ribuan bahasa. Manusia harus selektif memilihnya.  Tanda; seperti rambu-rambu K3, tanda petunjuk jalan.

 Gambar, peta, diagram, grafik statistika; misalnya diagram strukur organisasi.

 Isyarat; kerlingan mata, angkat bahu, menggelengkan kepala, menggerakkan bahu, mengerutkan dahi/muka.

2.4.2 Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)

Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-angkah pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan ) dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.

Upaya untuk mewujudkan “ A 3 “ dapat dilakukan dengan ; a) Standarisasi

b) Penerapan 4 pilar K2 c) Sertifikasi

d) Penerapan SOP / IK e) Pelaksanaan SLO

f) Adanya pengawas pekerjaan dan pengawas K3 g) Penggunaan APD sesuai fungsi dan kegunaannya Landasan Hukum / Dasar Hukum dari K2 adalah :

a) UU No.1 / 1970 tentang

(60)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 60 c) UU No.30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan

d) UU No. 32 / 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup e) PP No.14 / 2012 ttg Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

f) PP No.50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3) g) PP No.27 Tahun 2012 Tentang keselamatan Lingkungan

h) Keppres No.22 / 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja i) Kep Direksi No.090.K/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Instalasi j) Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Umum k) Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Kerja

l) Kep Direksi No.134.K/DIR/2007 tentang Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

m) Permen ESDM No.05 Tahun 2014 Tentang tata cara Akreditasi dan Sertifikasi KetenagaListrikan

Ketentuan Keselamatan ketenagalistrikan menurut Undang-Undang ketenagalistrikan No 30 / 2009 :

1. Tentang ketenagalistrikan

2. Memperhatikan Keselamatan Ketenagalistrikan Pasal 44

1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

2. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi:

a. Andal dan aman bagi instalasi;

b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya; dan c. Rarnah lingkungan

3. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaat

b.

tenaga listrik;

c.

pengamanan instalasi tenaga listrik; dan

d.

pengamanan pemanfaat tenaga listrik.

4. Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik operasi.

(61)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 61 5. Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib mernenuhi ketentuan

standar nasional Indonesia.

6. Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi.

7. Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi, standar nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 50 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang Sanksi-sanksi

Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) yang rnengakibatkan matinya seseorang karena tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 51 ayat 1

Pasal 44 UU no. 30 tahun 2009 dijabarkan pada PP No.14 / 2012 Bab V

1. Pasal 42 Keselamatan ketenagalistrikan

Keselamatan Ketenagalistrikan untuk mewujudkan kondisi:

a.

Andal dan aman bagi instalasi (Keselamatan Instalasi)

b.

Aman dari bahaya bagi manusia

 Tenaga Kerja (Keselamatan Kerja)  Masyarakat Umum (Keselamatan Umum)

c.

Akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan,pengelolaan limbah B3) 2. Pasal 43 Standarisasi

Standarisasi (Material, Peralatan, Pemasangan, Pengujian) 3. Pasal 44 Peralatan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Peralatan tenaga listrik wajib dibubuhi tanda SNI dan tanda Keselamatan 4. Pasal 45 Instalasi Tenaga Listrik

5. Pasal 46 ayat 2 tentang sertifikasi laik operasi

a.

Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL (sesuai permen ESDM 05/2014 tentang Sertifikasi Laik Operasi),

(62)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 62

b.

SLO untuk instalsi pembangkit masa berlakunya 5 tahun

c.

SLO untuk instalasi transmisi, Gardu Induk, TM 20 Kv masa berlakunya 10 tahun

d.

Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan untuk PLN dan mitra kerja berlaku 3 tahun

Pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang mempunyai potensi bahaya : - Standarisasi Proses ( Pemasangan, material ,peralatan dsb)

- Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning , SLO dsb) - Standarisasi Produk (Spesifikasi teknik material , alat kerja dsb)

Empat Pilar K2 terdiri dari : - Pilar 1 : Keselamatan Kerja - Pilar 2 : Keselamatan Umum - Pilar 3 : Keselamatan Lingkungan - Pilar 4 : Keselamatan Instalasi

(63)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 63 Gambar 2.3 Ruang Lingkup Keselamatan Ketenagalistrikan Di PT PLN (Persero)

(64)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 64 Keselamatan Ketenagalistrikan sesuai Ruang Lingkup seperti gambar diatas adalah sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup keselamatan ketenagalistrikan untuk pembangkit dari proses produksi sampai keluar Trafo Step Up pada sisi ujung bushing ( Konektor ) tegangan tingginya.

2. Sedangkan Ruang Lingkup untuk Penyaluran / Transmisi terhitung dari ujung bushing tegangan tinggi Trafo step Up pembangkit melalui Jaringan Transmisi SUTET/SUTT dan di GITET/GI dan diturunkan sampai dengan Trafo Step Down sampai dengan Kubikel Icamimg 20 kV.

3. Sedangkan untuk Kosumen tegangan tinggi ( KTT ) ruang lingkup keselamatannya sampai dengan PMT ( Pemutus bila Trafo milik konsumen) dan ada juga yang sampai Ujung bushing sisi Primer walau trafo milik konsumen ( Semua tergantung dari perjanjian Kontraknya )

4. Sedangkan untuk Ruang Lingkup Distribusi terhitung dari Kubikel 20 kV yang disalurkan lewat jaringan SUTM 20 kV , serta disalurkan melalui Trafo Step Down untuk melayani pelanggan tegangan rendah sampai ke Meter Pelanggan ( APP ) / Fuse pembatas dan KWH meter

5. Sedangkan untuk konsumen tegangan menengah ruang lingkup sampai dengan Trafo step down pada Ujung bushing sisi primer 20 kV

6. Dan sesuai dengan Permen ESDM No.05 Tahun 2014 tanggal 14 Pebruari 2014 setiap Instalasi Tenaga Listrik wajib di SLO oleh badan yang di tunjuk oleh Kementerian untuk melakukan Sertifikasi laik Operasi

7. Dan bila terjadi sesuatu ( Kebakaran ) yang disebakan oleh Konsleting Listrik / Shot sirkit pada instalasi di luar dari item 1 sd 5 diatas , bukan merupakan tanggung jawab PLN.

(65)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 65 Gambar 2.4Sarana K3 untuk keselamatan pekerja

Keselamatan kerja adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi pekerja dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan Instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang menimpa pekerja.

Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi masyarakat umum dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perusahaan.

Keselamatan lingkungan adalah upaya untuk mewujudkan kondisi akrab lingkungan dari Instalasi, dengan memberikan perlindungan terhadap terjadinya pencemaran dan / atau pencegahan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi.

Keselamatan instalasi adalah upaya untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi Instalasi, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan pengamanan terhadap terjadinya gangguan dan kerusakan yang mengakibatkan Instalasi tidak dapat berfungsi secara normal dan atau tidak dapat beroperasi.

(66)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 66

2.4.3 Hubungan Antara K2 dan K3

Hubungan antara K2 dan K3 dapat dijelaskan sebagai berikut :

(67)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 67 K3 merupakan bagian dari K2. Perbedaan K3 dan K2 adalah :

- K3 mempelajari dan melindungi sebatas keselamatan dan kesehatan kerja baikitu pegawai maupun mitra kerja

- Sedangkan K2 lebih luas lagi, diantaranya mempelajari dan melindungi Keselamatan Kerja, Keselamatan Umum, Keselamatan Lingkungan, dan Keselamatan Instalasi

2.4.4 Lingkungan Hidup (LH)

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (UUNo.32 Tahun2009tentang PerlindungananPengelolaanLingkunganHidup)

Dasar Hukum:

- UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

- UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungandan Pengelolaan Lingkungan Hidup

- PP No. 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL

- KepMenLHNo. 11 Tahun 2006 Tentang Kriteria Wajib AMDAL - PP. No. 27 Tahun 2012 Tentang Ijin Lingkungan

Tujuan:

Terciptanya pembangunan berkelanjutanyang berwawasan lingkungan di bidang ketenagalistrikan yang Andal, Aman dan Akrab Lingkungan.

Membutuhkan:

1. Dokumen AMDAL/UKL & UPL

2. Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

3. Evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

4. Pembinaan teknis/ Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

(68)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 68

JENIS DOKUMEN LINGKUNGAN SESUAI DENGAN RENCANAUSAHA DAN/ATAU KEGIATAN [WAJIB AMDAL, WAJIB UKL-UPL, WAJIB SPPL]

UU. No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Gambar 2.6Jenis dokumen lingkungan

(69)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 69 Tabel 2.1 Kegiatan Sektor Ketenagalistrikan yang Wajib AMDAL

JENIS KEGIATAN BESARAN

1.Transmisi 2.PLTD/G/U/GU 3.PLTA - DenganTinggiBendung, atau - DenganGenangan, atau - DenganAliranLangsung 4.PLTP 5.PLTN 6.PusatListrikJenisLain > 150 KV ≥ 100 MW (dalamsatulokasi) ≥ 15 M atau ≥ 200 Ha ≥ 50 MW ≥ 55 MW SemuaBesaran 10 MW

SUMBER: KEPMEN LH NO. 11 TAHUN 2006

Catatan : dibawah besaran sebagaimana tersebut pada tabel 2.2 wajib menyusun UKL-UPL

UKL-UPL DAN SPPL

Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggungjawab usaha dan ataukegiatan yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai DampakLingkungan Hidup (AMDAL).

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan PemantauanLingkungan Hidup(SPPL) adalah pernyataankesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untukmelakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampaklingkungan hidup dari usaha dan/ataukegiatannya di luar usahadan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.

DELH/DPLH

Kriteria kegiatan wajib DELH dan DPLH:

 Telah memilikiizinusaha dan/atau kegiatan sebelum ditetapkannya UU Nomor 32Tahun 2009

(70)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 70  Telah melakukan kegiatan tahap konstruksi sebelum ditetapkannya UU Nomor

32 Tahun 2009

 Lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuaidengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan

 Tidakmemiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen lingkungan hidup tetapi tidak sesuai

DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup yang merupakan bagian dari proses audit lingkunganhidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudahmemiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumenAmdal.

DPLH (Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup) dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yangsudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memilikiUKL-UPL.

Tabel 2.2Contoh UKL pada transmisi. KEGIATAN TRANSMISI

Pengendalian Pencemaran

Udara Tidak ada

Pengendalian Pencemaran Air Tidak ada

Pengelolaan Aspek Sosial

Melaksanakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat

Mengukur besaran Medan Magnit dan Medan Listrik

Pengelolaan Limbah B3 dan Pemeriksaan Limbah

SesuaiPP 18 Tahun1999

Sesuai PP No.0045 tahun 2005tgl.29 Desember 2005

Pengukuran tingkat kebisingan Sesuai PP No.0045 tahun 2005tgl.29 Desember 2005

(71)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 71

2.4.5 PersyaratanAspek K2/K3

Lingkup aspek K2 dan K3 pada pelaksanaan komisioning dan SLO meliputi personel, peralatan, instalasi, dan lingkungan.

Sedangkan fungsi dari aspek K2 dan K3 pada pelaksanaan komisioning dan SLO adalah tercapainya Zero accident dengan cara melaksanakan dan mematuhi kaidah-kaidah K2/K3 untukpersonel, peralatan, instalasi,dan lingkungan.

Untuk mencapai zero accident perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Personel

- Personel yang terlibat pada kegiatan komisioning dan SLO menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai fungsi dan kegunaannya

- Personel yang ditugaskan harus kompeten di bidangnya - Setiap pekerjaan wajib ada pengawas K3

- Mematuhi prosedur komisioning peralatan yang telah disahkan - Mematuhi SOP/IK K2/K3

b. Peralatan

- Tersedia Alat Pelindung Diri (APD) - Tersedia sarana / prasarana P3K - Tersedia Fire fighting system

- Relay dan proteksi telah terpasang dan berfungsi - Tersedia grounding yang memadai

- Memasang rambu-rambu dan pembatas tanda bahaya - Melakukan koordinasi dengan pihak terkait

- Memasang tagging

- Tersedianya sarana komunikasi yang memadai c. Instalasi

- Relay dan proteksi telah terpasang dan berfungsi - Proteksi mekanik telah terpasang dan berfungsi - Terpasang grounding yang memadai

(72)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 72 d. Lingkungan

- Penerangan yang cukup

- Lapangan kerja yang bersih dan tertata

- Tersedia akses jalan menuju obyek yang akan diuji

- Mempertimbangkan kondisi cuaca dalam melaksanakan pengujian

BERBAHAYA

Gambar 2.8 Pemeriksaan ROW Dalam Rangka Komisioning dan SLO

Gambar 2.9 Contoh Konduktor yang tidak layak untuk Dipasang

a) Peralatan Keselamatan Kerja Yang Terkait Pada Pelaksanaan Komisioning dan SLO

Pada saat pelaksanaan komisioning dan SLO peralatan keselamatan kerja wajib digunakan karena dalam kontrak kerja, setiap pekerja wajib menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan pekerjaan.

(73)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 73 Peralatan keselamatan kerja yang digunakanharus yang standar sesuai ketentuan perusahaan, misal :

- Helm

- Sepatu safety

- Full Body Harnest / Safety Belt - Sarung Tangan

- Grounding Stick - Tester Tegangan

- Rambu – rambu tanda Bahaya - Rambu pembatas bahaya - Dll

PENJELASAN TEKNIS

HIGH VOLTAGE SAFETY

PRODUK-PRODUK

Gambar 2.10 Kepatuhan memakai APD

MERK MERK

(74)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 74

PENJELASAN TEKNIS

HIGH VOLTAGE SAFETY

PRODUK-PRODUK

Gambar 2.11 Contoh Sarung tangan tahan tegangan

PENJELASAN TEKNIS

Gambar 2.12 Contoh sepatu tahan tegangan

MERK MERK

(75)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 75 PENJELASAN TEKNIS

HIGH VOLTAGE SAFETY

PRODUK-PRODUK

AC 3 KV ~ 34.5 KV Deteksi AC minimum 3 KV = 3,000 V

Gambar 2.13 Tester tegangan

PENJELASAN TEKNIS

HIGH VOLTAGE SAFETY

PRODUK-PRODUK

Gambar 2.14 Contoh Helm pengaman MERK

MERK

MERK MERK

(76)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 76 Gambar 2.15 Grounding kabel

(77)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 77

SKYLOTEC Fall Protection

* Body Harness

* Lanyards

* Safety Belts

* Rescue Device

Gambar 2.17 Full body harnest

(78)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 78 Gambar 2.19 Contoh Rambu – rambu Tanda Bahaya

b. Persyaratan Personel Yang Harus Dipenuhi Terkait Dengan K2/K3 Pada Pelaksanaan Komisioning Dan SLO

Personil yang terkait dengan K2/K3 pada pelaksanaan komisioning dan SLO adalah petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya dan mendapatkan surat penugasan dari atasan langsung sertaterdaftar dalam anggota tim komisioning dan SLO.

Dalam setiap pelaksanaan komisioning dan SLO wajib ada pengawas K3 di setiap titik lokasi pekerjaan. Pengawas K2/K3 yang ditunjuk wajib bersertifikat “K3 Pengawas”dari lembaga yang terakreditasi. Pengawas K2/K3tidak boleh merangkap sebagai pelaksana komisioning dan SLO. Pengawas K2/K3 harus fokus mengawasi keselamatan kerjapada saat pekerjaan berlangsung.

Pengawas K2/K3 tidak boleh meninggalkan tempat pada saat pelaksanaan komisioning dan SLO. Apabila pengawas K2/K3 berhalangan, harus mendelegasikan ke petugas yang mempunyai kompetensi untuk menggantikan sementara.

2.4.6 Persyaratan Aspek Lingkungan Hidup

Lingkup aspek lingkungan hidup (LH) pada pelaksanaan komisioning dan SLO adalah pencemaran terhadap lingkungan hidup yang dapat berupa padat, cair, gas, dan suara.

Fungsi aspek lingkungan hidup (LH) pada pelaksanaan komisioning dan SLO adalahmenciptakan suasana tertib lingkungan, ramah lingkungan, aman terhadap lingkungan dengan melakukantindakan-tindakan pencegahan, pemantauan, dan pengelolaan mengenai akibat yang ditimbulkan terhadap lingkungan hidup dari kegiatan komisioning dan SLO. Misalnya, melakukan sosialisasi dan komunikasi kepada pekerja, masyarakat, dan instansi terkait agar pelaksanaan komisioning dan SLO berjalan dengan baik.

Gambar

Tabel 1.1 Perbedaan antara kegiatan pengujian, inspeksi, komisioning, dan SLO
Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan Komisioning Instalasi Transmisi dan GI Baru
Diagram  di  bawah  memperlihatkan  proses  dan  interaksi  kontraktor  sebagai  pelaksana  konstruksi  dan  komisioning,  PLN-JMK  sebagai  pelaksana  supervisi  konstruksi  dan  PLN  Jaser  sebagai  pelaksana  supervisi  komisioning
Diagram di bawah memperlihatkan proses dan interaksi antara pemilik instalasi,  Pemerintah, dan LIT yang sudah terakreditasi sebagai pelaksana inspeksi SLO
+7

Referensi

Dokumen terkait