• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sop Phh Dakhura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sop Phh Dakhura"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGGULANGAN HURU HARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGGULANGAN HURU HARA

DILINGKUNGAN SATUAN BRIMOB POLDA BANTEN DILINGKUNGAN SATUAN BRIMOB POLDA BANTEN

BAB I

BAB I

I.

PENDAHULUAN

I.

PENDAHULUAN

1.

umum.

1.

umum.

a.

a. bahwa bahwa Satbrimob Satbrimob bertugas bertugas melaksanakan melaksanakan kegiatan kegiatan penanggulanganpenanggulangan gangguan keamanan berkadar tinggi antara lain terorisme, huru-hara, gangguan keamanan berkadar tinggi antara lain terorisme, huru-hara, kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) serta peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR;;

pelaksanaan kegiatan SAR;; b.

b. Penanggulangan Penanggulangan Huru-Hara Huru-Hara adalah adalah rangkaian rangkaian kegiatan kegiatan atau atau prosesproses atau

atau cara cara dalam dalam mengantisipmengantisipasi asi atau atau menghadapi menghadapi terjadinyaterjadinya kerusuhan massa atau huru-hara guna melindungi warga masyarakat kerusuhan massa atau huru-hara guna melindungi warga masyarakat dari ekseskerusuhan massa.

dari ekseskerusuhan massa. c.

c. bahwa bahwa Satbrimob Satbrimob bertugas bertugas melaksanakan melaksanakan kegiatan kegiatan penanggulanganpenanggulangan gangguan keamanan berintentitas tinggi antara lain terorisme, gangguan keamanan berintentitas tinggi antara lain terorisme, huru-hara, kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau hara, kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif bahan peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR;

(KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR;

2. Dasar. 2. Dasar.

a. Undang

a. Undang – –Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentangUndang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

Indonesia Nomor 4168); b. Undang

b. Undang  – –  Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang  Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik;

(2)

c. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa;

d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Tingkat Kepolisian Daerah;

3.

Pengertian.

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

b. Kepolisian Daerah yang selanjutnya disebut Polda adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi yang berada di bawah Kapolri.

c. Kepala Kepolisian Daerah yang selanjutnya disingkat Kapolda adalah pimpinan Polri di daerah dan bertanggung jawab kepada Kapolri.

d. Korps Brimob Polri selanjutnya disingkat Korbrimob Polri adalah pelaksana tugas Pokok dibawah Kapolri yang bertugas Melaksanakan dan menggerakkan kekuatan Brimob Polri guna menanggulangi gangguan kamtibmas berkadar tinggi, utamanya kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api, bom, bahan kimia, biologi dan radio aktif bersama unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya guna mewujudkan tertib hukum serta ketentraman masyarakat diseluruh wilayah yuridis NKRI dan tugas tugas lain yang dibebankan. e. Satuan Brimob Polda yang selanjutnya disingkat Satbrimobda adalah

unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat Polda yang berada di bawah Kapolda.

f. Kepala Satuan Brimob Polda Banten disingkat Kasatbrimobda adalah unsur pengawas dan pembantu pimpinan/pelayanan pada tingkat Polda yang berada di bawah Kapolda.

g. Penanggulangan adalah rangkaian kegiatan atau proses atau cara dalam mengantisipasi atau menghadapi suatu kejadian.

h. Huru-hara adalah suatu kejadian yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lebih dalam unjuk rasa yang telah berubah menjadi tindakan kekacauan, kerusuhan dan melawan hukum.

i. Penanggulangan Huru-Hara yang selanjutnya disingkat PHH adalah rangkaian kegiatan atau proses atau cara dalam mengantisipasi atau menghadapi terjadinya kerusuhan massa atau huru-hara guna melindungi warga masyarakat dari ekses kerusuhan massa.

(3)

4. Maksud dan tujuan :

a. Agar dapat diperoleh kesamaan persepsi dan kesatuan tindak dalam melaksanakan tugas Penanggulangan Huru-Hara yang terjadi di wilayah hukum Polda Banten.

b. terselenggaranya tugas pokok dan fungsi Satuan Brimob Polda Banten dalam melaksanakan tugas Penanggulangan Huru-Hara, secara cepat dan profesional.

5. Prinsip-prinsip :

a. legalitas, merupakan tindakan yang dilaksanakan mendasari hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum;

b. proporsional, merupakan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan kadar ancaman yang dihadapi;

c. nesesitas, merupakan tindakan yang memang sungguh-sungguh dibutuhkan berdasarkan pertimbangan yang cermat dan layak sesuai dengan situasi dan kondisi dihadapi di lapangan;

d. humanis, merupakan tindakan yang dilakukan senantiasa memperhatikan aspek penghormatan, perlindungan, dan penghargaan hak asasi manusia;

e. keterpaduan, merupakan memelihara koordinasi, kebersamaan, keterpaduan dan sinergi segenap unsur atau komponen bangsa yang dilibatkan dalam penindakan

6. Tata urut

a. BAB I PENDAHULUAN b. BAB II PERSIAPAN c. BAB III PELAKSANAAN

d. BAB IV PERINTAH DAN PENGENDALIAN

e. BAB V SUSUNAN KEKUATAN DAN PERALATAN f. BAB VI PENUTUP

(4)

BAB II

II. PERSIAPAN

7. Persiapan PHH.

a. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap persiapan sebagai berikut: 1). setelah menerima perintah Kapolda, segera menyiapkan surat

perintah tugas;

2). menyiapkan kekuatan PHH yang memadai untuk dihadapkan dengan jumlah dan karakteristik massa;

3). melakukan pengecekan personel, perlengkapan atau peralatan PHH, konsumsi, dan kesehatan;

4). menentukan rute PHH menuju objek dan rute penyelamatan (escape) bagi pejabat VVIP atau VIP dan pejabat penting lainnya;

5). menentukan pos komando lapangan atau Pos Aju yang dekat dan terlindung dengan objek unjuk rasa; dan

6). menyiapkan sistem komunikasi ke seluruh unit satuan Polri yang dilibatkan.

b. Sebelum melaksanakan kegiatan PHH, Kepala Detasemen atau Kompi PHH memberikan Acara Pimpinan Pasukan kepada seluruh anggota satuan PHH yang terlibat dengan menyampaikan tentang:

1). gambaran massa yang akan dihadapi oleh satuan PHH antara lain mengenai jumlah, karakteristik, tuntutan, dan alat yang dibawa serta kemungkinan yang akan terjadi selama huru-hara;

2). gambaran situasi objek tempat terjadinya huru-hara;

3). rencana urutan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh satuan PHH; dan

4). larangan dan kewajiban yang dilakukan oleh satuan PHH. c. Larangan-larangan:

1). bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa;

2). melakukan tindakan kekerasan yang tidak sesuai prosedur; 3). membawa peralatan di luar peralatan PHH;

4). keluar dari ikatan satuan atau formasi;

5). mengucapkan kata-kata kotor, memaki-maki, dan melakukan gerakan-gerakan tubuh yang bersifat pelecehan seksual atau perbuatan asusila, dan atau memancing emosi massa;

6). melakukan perbuatan lainnya yang melanggar peraturan perundangundangan; dan

7). melakukan tindakan tanpa perintah Kepala Detasemen atau Komandan Kompi PHH.

(5)

d. Kewajiban:

1). menghormati hak asasi manusia dari setiap orang yang melakukan huru-hara;

2). melayani dan mengamankan pengunjuk rasa sesuai ketentuan; 3). setiap pergerakan pasukan PHH selalu dalam ikatan satuan dan

membentuk formasi sesuai ketentuan; 4). melindungi jiwa dan harta benda;

5). tetap menjaga dan mempertahankan situasi sampai huru-hara selesai;

6). bergerak dan bertindak berdasarkan perintah; dan

7). patuh dan taat kepada perintah Kepala Detasemen PHH secara berjenjang sesuai lingkup tanggung jawab masing-masing.

e. Setelah melakukan persiapan Detasemen atau Kompi PHH bergeser dari titik kumpul di Mako Satbrimob Polda Banten ke kesatuan kewilayahan pengguna atau langsung ke daerah sasaran yang telah ditentukan

BAB III III. PELAKSANAAN

8. Pelaksanaan lintas ganti.

a. lintas ganti satuan PHH dengan satuan Dalmas dilaksanakan dengan cara:

1). satuan PHH melaksanakan lintas ganti dengan satuan Dalmas, bila massa sudah mengarah pada tindakan melawan hukum;

2). lintas ganti dapat dilaksanakan dari samping dan dari belakang sesuai situasi dan kondisi di lapangan; dan

3). aba-aba dari Komandan Kompi atau Kepala Detasemen ”KOMPI atau DETASEMEN…. FORMASI BERSAF…. LINTAS GANTI LARI MAJU….JALAN”.

4). Detasemen PHH membentuk formasi sesuai perintah Kepala Detasemen PHH secara berjenjang sesuai lingkup tanggung  jawab masing-masing, berdasarkan situasi dan kondisi di

lapangan.

b. menyampaikan himbauan Kepolisian.

Penyampaian himbauan Kepolisian sebagaimana dilaksanakan dengan cara ”KEPADA SAUDARA –   SAUDARA PENGUNJUKRASA KAMI INGATKAN AGAR” :

(6)

1). JANGAN MELAKUKAN KEGIATAN  –  KEGIATAN YANG MENGARAH KEPADA PELANGGARAN HUKUM;

2). TINDAKAN SAUDARA –SAUDARA KAMI NILAI TELAH MELAKUKAN PELANGGARAN HUKUM;

3). UNTUK ITU SAUDARA  –  SAUDARA SEMUA HARUS KEMBALI TERTIB, SAMPAIKAN ASPIRASI SAUDARA SECARA BAIK DAN SOPAN;

4). JAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN;

5). KAMI MEMOHON UNTUK SAUDARA  –  SAUDARA SEMUA SEGERA MEMBUBARKAN DIRI DAN KEMBALI KE TEMPAT SAUDARA MASING -MASING;

6). KAMI AKAN MELAKUKAN TINDAKAN HUKUM KEPADA SAUDARA -SAUDARA YANG TIDAK MENAATINYA.

7). Penyampaian himbauan Kepolisian dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

c. melakukan tindakan tegas.

Tindakan tegas sebagaimana dilaksanakan dengan cara:

1) posisi peleton atau kompi penindak pada pelaksanaan lintas ganti merupakan satu kesatuan yang utuh dari Detasemen PHH dan selalu berada di belakang satuan PHH;

2) pelaksanaan PHH dengan tindakan tegas berdasarkan perintah Kepala Detasemen PHH secara berjenjang sesuai lingkup tanggung jawab masing-masing dan berpedoman pada taktik dan teknik PHH sesuai situasi dan kondisi di lapangan;

3) dalam hal terjadi bentrokan fisik antara satuan PHH dengan massa, formasi satuan PHH berdasarkan perintah Kepala Detasemen PHH secara berjenjang sesuai lingkup tanggung  jawab masing-masing, untuk bertahan atau mundur;

4) peleton penindak sebagai satu kesatuan yang utuh dari Detasemen PHH bertindak atas perintah Kepala Detasemen PHH secara berjenjang sesuai lingkup tanggung jawab masing-masing terhadap massa yang melakukan tindakan melawan hukum;

5) tindakan tegas dilaksanakan berdasarkan urutan tindakan:

(a). Detasemen PHH maju untuk mendorong massa dilaksanakan dengan cara Kepala Detasemen PHH memberi aba-aba ” DETASEMEN....DORONG... JALAN...” (Pasukan maju tiga langkah) dan ”DORONG MAJU.... JALAN....” (Pasukan maju sepuluh langkah);

(b). penyemprotan air, untuk mengurai massa dilaksanakan dengan cara Kepala Detasemen PHH memberi aba-aba ”AWAS… SEMPROT”; dan

(7)

(c). penembakan gas air mata untuk mengurai massa dilaksanakan dengan cara Kepala Detasemen PHH memberi aba-aba “AWAS…TEMBAK !!!”.

6) Guna efektivitas pelaksanaan tindakan tegas formasi PHH dan tindakan yang dilakukan sebagai berikut:

(a). unit pelindung dilengkapi dengan tameng pelindung dan pepper ball serta unit pemadam api ringan (APAR), persiapan dengan aba - aba...” LARI MAJU…JALAN… ” menuju ke titik api, setelah melaksanakan pemadaman api, unit pelindung dan unit pemadam kemudian kembali ke formasi awal dengan aba -aba “LARI MAJU… JALAN”;

(b). unit pelindung dilengkapi dengan tameng pelindung dan pepper ball serta unit penangkap, persiapan dengan aba-aba ”LARI MAJU… JALAN…” menuju ke   massa huru-hara guna menangkap provokator dan pelaku kerusuhan lainnya yang menyebabkan kerusakan, korban jiwa, merusak kehormatan warga masyarakat dan negara, setelah melaksanakan penangkapan kemudian di bawa ke mobil tahanan, unit pelindung dan unit penangkap kemudian kembali ke formasi awal dengan aba-aba “LARI MAJU… JALAN…” (penangkapan dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan);

(c). unit pelindung dilengkapi dengan tameng pelindung dan pepper ball serta unit kesehatan persiapan ”LARI MAJU...JALAN....”, unit pelindung dan Unit kesehatan persiapan dengan aba-aba ”LARI MAJU… JALAN…” menuju ke massa huru-hara guna memberikan penyelamatan terhadap korban huru-hara;

(d). setelah melaksanakan penyelamatan bagi korban huru-hara kemudian di bawa ke mobil ambulance, unit pelindung dan unit kesehatan kemudian kembali ke formasi awal dengan aba-aba “LARI MAJU… JALAN…” (penyelamatan dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan);

(e). kendaraan pengurai massa setelah menerima aba-aba ”PERSIAPAN”, kemudian kendaraan pengurai massa mendekat di belakang Kompi atau Detasemen PHH sambil membunyikan sirine sebagai tanda agar Kompi atau Detasemen PHH memberikan tempat atau ruang untuk kendaraan pengurai massa guna melakukan penyemprotan, kemudian diberikan aba – aba ”AWAS… SEMPROT”;

(f). setelah dilaksanakan penyemprotan oleh kendaraan pengurai massa, komandan Kompi atau Kepala Detasemen PHH Brimob Polri memerintah kepada Kompi atau Detasemen PHH Brimob Polri ”KOMPI ATAU DETASEMEN …... DORONG MAJU ….. JALAN” (pasukan maju merapat ke

(8)

tengah dan menutupi kendaraan pengurai massa ); dan

(g). setelah berhasil membubarkan massa perusuh, Kompi atau Detasemen PHH kembali ke formasi banjar berbanjar atau banjar kolone dengan aba-aba dari Komandan Kompi atau Kepala Detasemen PHH ”KOMPI ATAU DETASEMEN... FORMASI BANJAR KOLONE... LARI MAJU... JALAN”.

7) Tindakan tegas dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

d. Setiap Detasemen atau Kompi PHH, wajib memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1) setiap anggota harus tetap dalam formasi Detasemen atau Kompi PHH;

2) setiap anggota tidak diperkenankan bergerak ke luar dari formasi; 3) setiap anggota tidak boleh melakukan tindakan sendiri-sendiri

tanpa perintah;

4) setiap anggota tidak boleh melakukan tindakan kekerasan terhadap massa, pelaku tindak pidana maupun provokator yang ditangkap;

5) setiap anggota wajib memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada massa dan warga masyarakat;

6) setiap anggota tidak boleh membawa peralatan lain seperti senjata api dan senjata tajam, kecuali alat-alat yang telah ditentukan;

7) peleton penindak dan peleton atau kompi bantuan bergerak atas perintah komandan kompi atau kepala detasemen PHH;

8) tidak dibenarkan melemparkan gas air mata dan penyemprotan air tanpa perintah dari komandan kompi atau kepala detasemen PHH; dan

e. pengakhiran.

setelah massa dapat dibubarkan, pasukan segera konsolidasi, komandan kompi atau kepala datasemen pasukan melapor kepada pimpinan lapangan (kepala satuan kewilayahan) untuk menunggu perintah

f. Ciri  –  ciri kerusuhan masa yang memerlukan penanggulangan huru hara, antara lain :

1) massa pelaku huru-hara dalam jumlah besar; 2) massa sulit dikendalikan;

(9)

3) massa berhasil dipengaruhi oleh provokator atau agitator;

4) tuntutan massa dalam penyampaian aspirasi telah menyimpang dari tujuan unjuk rasa semula dan memaksakan kehendak;

5) massa tidak lagi menghormati hak dan kehormatan orang lain, bahkan bertindak melanggar hukum; dan

6) tindakan para pelaku huru-hara menimbulkan dampak kerugian  jiwa dan harta benda serta menimbulkan keresahan masyarakat. g. Pasukan penangulangan huru hara adalah anggota Detasemen

Pelopor Satuan Brimob Polda Banten yang ditugaskan sebagai Pasukan penangulangan huru hara.

BAB IV IV. PERINTAH DAN PENGENDALIAN

9. Perintah.

Perintah dan pengendalian PHH terdiri dari perintah dan pengendalian: a. teknis

1) Perintah dan pengendalian teknis mencakup penyiapan, pengerahan, dan penarikan kekuatan Detasemen PHH, yang dilaksanakan oleh Kepala Satuan Brimob Polda ( Kasatbrimob Polda ) pada tingkat Polda.

2) Penyiapan, pengerahan, dan penarikan kekuatan Detasemen PHH oleh Kasatbrimob Polda dilaksanakan dengan cara memberikan perintah kepada Kepala Detasemen PHH.

3) Kepala Detasemen PHH melaksanakan lintas ganti b. taktis.

Perintah dan pengendalian taktis disesuaikan dengan tempat dan hakikat ancaman.

BAB V V. SUSUNAN KEKUATAN DAN PERALATAN

10. Susunan kekuatan Satuan PHH terdiri dari satuan: a. Kompi.

(10)

Tingkat Kompi 165 Orang terdiri dari :

1) Kelompok Komandan Kompi terdiri dari :

(a) Komandan Kompi : 1 orang (b) caraka / radioman : 1 orang

(c) pengemudi : 1 orang

(d) Juru kamera : 2 orang (e) Pelindung Juru kamera : 2 orang

(f) Provos : 4 orang

2) Satu Kompi PHH terdiri dari 4 peleton :

(a) Tiga peleton pendesak berjumlah 96 orang, satu peleton terdiri dari 32 orang.

(1)) Satu peleton tameng sekat .

(a)) Komandan peleton : 1 orang (b)) Caraka : 1 orang ©) Komandan regu : 3 orang (d)) Tiga regu : 27 orang (2)) Satu peleton tongkat panjang hitam.

(a)) Komandan peleton : 1 orang (b)) Caraka : 1 orang ©) Komandan regu : 3 orang (d)) Tiga regu : 27 orang (3) Satu peleton tameng fiberglas.

(a)) Komandan peleton : 1 orang (b)) Caraka : 1 orang ©) Komandan regu : 3 orang (d) Tiga regu : 27 orang

(b) Satu peleton tindak berjumlah 30 orang terdiri dari :

(1)) Kamdan peleton : 1 orang

(2)) Caraka : 1 orang

(3)) Pelempar gas air mata : 6 orang (4)) Unit penangkap : 8 orang (5)) Pemadam api : 4 orang (6)) Pembawa ifex : 4 orang (7)) Kesehatan lapangan : 6 orang (c) Unsur bantuan berjumlah 28 orang terdiri dari:

(1)) 1 unit pengurai massa : 4 orang (2)) 1 unit kawat penghalang massa : 10 orang (3)) 1 unit mobil penyelamat : 2 orang (4)) 1 unit mobil tahanan : 2 orang

(11)

(5)) 1 unit mobil ambulance : 2 orang (6)) 5 unit Bus AC ukuran sedang : 5 orang (7)) 2 unit Truck box sedang : 2 orang (8)) 1 unit mobil penarik barrier : 2 orang

b. Detasemen.

Tingkat Detasemen berjumlah 521 Orang terdiri dari :

1) Kelompok Komandan Detasemen berjumlah 9 terdiri dari :

a) Komandan Detasemen : 1 orang

b) Caraka : 1 orang

c) Provos : 4 orang

2) Satu PHH tingkat Detasemen terdiri dari:

a) Tiga Kompi Satuan PHH Pendesak dan kelompok Kompi berjumlah 321 orang.

b) Tiga Ton penindak, tiap peleton melekat pada masing-masing Kompi ( 1 Ton = 30 orang ) berjumlah 90 terdiri dari: (1) Komandan peleton penindak : 3 orang

(2) Caraka : 3 orang

(3) Pelempar/penembak gas air mata : 18 orang (4) penangkap : 24 orang (5) Pembawa ifex ( 9 unit ifex ) : 12 orang (6) Pemadam api : 12 orang (7) Kesehatan lapangan : 18 orang c) Personel Unsur bantuan berjumlah 101 orang terdiri dari:

(1) 3 unit Rantis pengurai massa : 12 orang (2) 3 unit kawat penghalang massa : 30 orang (3) 3 unit Rantis penyelamat : 6 orang (4) 3 unit mobil tahanan : 6 orang (5) 3 unit mobil ambulance : 6 orang (6) 1 unit mobil public address : 2 orang (7) 1 unit mobil bulldozer : 2 orang (8) 3 unit pembawa gergaji mesin : 6 orang (9) 20 unit Bus AC ukuran sedang : 20 orang (10) 8 unit Truck box sedang : 8 orang (11) 3 unit mobil penarik barrier : 3 orang

(12)

11. Peralatan dan Perlengkapan.

Selain susunan kekuatan satuan PHH dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan. Susunan peralatan dan perlengkapan Satuan PHH terdiri dari: a. Tingkat Kompi.

1) Peralatan PHH.

a). Tameng sekat : 30 Buah b). Tameng fiberglass : 30 Buah c). Helm/pelindung kepala warna hitam : 151 Buah d). Kedok gas ( gas masker ) : 151 Buah e) Satu set pelindng tubuh : 151 Buah f) Tongkat panjang hitam : 30 Buah g) Tongkat lecut hitam : 30 Buah

h) Laras licin : 6 pucuk

i) Kamera video digital : 2 unit  j) Tabung pemadam api isi 3 Kilogram : 6 unit

k) Borgol : 8 Buah

l) Alat komunikasi Handy Talky : 13 unit 2) Peralatan Unsur bantuan terdiri dari:

a) Rantis pengurai massa : 1 unit b) Kawat penghalang massa : 1 unit c) Rantis penyelamat : 1 unit

d) Mobil tahanan : 1 unit

e) Ambulance : 1 unit

f) Bus AC ukuran sedang : 5 unit g) Truck box sedang : 2 unit h) Mobil penarik kawat penghalang massa : 1 unit b. Tingkat Detasemen.

1) Peralatan PHH.

a) Tameng sekat : 90 Buah

b) Tameng fiberglass : 90 Buah c) Helm/pelindung kepala warna hitam : 455 Buah d) Kedok gas ( gas masker ) : 455 Buah e) pelindng tubuh : 455 Buah f) Tongkat panjang hitam : 90 Buah g) Tongkat lecut hitam : 90 Buah

h) Laras licin : 18 pucuk

i) Kamera video digital : 6 unit  j) Tabung pemadam api : 12 unit

k) Borgol : 24 Buah

(13)

2) Peralatan Unsur bantuan terdiri dari:

a) Rantis pengurai massa : 3 unit b) Kawat penghalang massa : 3 unit c) Rantis penyelamat : 3 unit

d) Mobil tahanan : 3 unit

e) Ambulance : 3 unit

f) Mobil penerangan PHH : 1 unit g) mobil bulldozer : 2 unit

h) Gergaji mesin : 3 buah

i) Bus AC ukuran sedang : 20 unit  j) Truck box sedang : 8 unit

k) Mobil penarik kawat penghalang massa : 3 unit l) Mobil Komandan Kompi : 3 unit

BAB VI VI. PENUTUP

Standar Operasinal Prosedur Kasatbrimob Polda Banten ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Serang

pada tanggal Maret 2012 KEPALA SATUAN BRIMOB POLDA BANTEN

Ir. BAMBANG SUWARDI, S. STMK KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63040976

(14)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BANTEN

SATUAN BRIMOB

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGGULANGAN HURU HARA DILINGKUNGAN SATUAN BRIMOB POLDA BANTEN

PERATURAN KEPALA SATUAN BRIMOB POLDA BANTEN NOMOR TAHUN 2011

Referensi

Dokumen terkait

Media sosial dapat digunakan dengan sebaik mungkin oleh siswi MTsN 2 Kota Malang, bahkan dengan adanya instagram, youtube dan whatsapp memberikan kemudaham

6.2 Papan tanda yang jelas dan mudah dilihat hendaklah disediakan untuk mengenal pasti pintu masuk, pintu keluar, lif, ruang tangga, mesin/ meter bayaran, tempat bantuan

Terdapat tiga aturan keserasian yang digunakan dalam penelitian ini, oleh karena itu pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aturan keserasian mana yang sangat

Hal ini terjadi pada stasiun Sulamadaha, dengan kondisi karang batu yang baik maka keanekaragaman dan kelimpahan produksi ikan karang cukup tinggi dibandingkan

Plasma darah adalah sampel yang dibutuhkan karena sulfametoksazol berikatan dengan protein plasma bukan serum di dalam darah.. Langkah pertama dalam penetapan kadar

Sarung tangan yang tercantum di bawah ini dapat memberikan perlindungan te yang tahan bahan kimia mungkin tidak memberikan perlindungan yang memadai karet butil Sarung

Oleh karena itu, pemerahan yang dilakukan oleh orang yang berganti-ganti tidak termasuk faktor risiko mastitis subklinis pada kambing.. Pemerahan yang dilakukan oleh orang

Berdasarkan hasil observasi analitik dapat disimpulkan bahwa karakterisasi morfologi tanaman cabai yang terserang hama kutu kebul (bemisia tabaci) menunjukkan gejala