• Tidak ada hasil yang ditemukan

SABUK_V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SABUK_V"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBONGKARAN/PERAKITAN TRANSMISI SABUK V Kompetensi Dasar

Kemampuan melakukan pembongkaran dan perakitan transmisi SABUK V Indikator

 Menyebutkan beberapa aplikasi transmisi sabuk V  Menjelaskan arti kode sabuk V dengan benar

 Melakukan pembongkaran dan pemasangan sabuk V dan puli dengan benar  Melakukan penyetelan tegangan sabuk V

Manfaat Mempelajari Materi ini  Memahami pemakaian sabuk V  Mengetahui standar dimensi sabuk V

 Dapat merakit sabuk V dan Puli dengan benar  Dapat menyetel tegangan sabuk V

 Mengetahui kondisi sabuk V yang baik dan tidak

1. 1 Pendahuluan.

Pemindahan daya dari poros satu ke poros yang lain dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan roda gigi, rantai dan sabuk.

Biasanya sabuk digunakan untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar. Kedua poros harus dipisahkan oleh suatu jarak minimum, jarak ini tergantung pada jenis sabuk yang digunakan.

Pemindahan daya dengan sabuk mempunyai karakteristik antara lain : 1. Dapat digunakan untuk jarak sumbu poros yang jauh.

2. Karena adanya slip, maka perbandingan kecepatan sudut antar kedua poros tidak konstan atau tepat sama dengan perbandingan kedua diameter pulley.

3. Dengan digunakannya pulley yang bertingkat, maka dapat diperoleh perubahan perbandingan kecepatan.

Pemindahan daya menggunakan sabuk mempunyai beberapa kelebihan : 1. Karena sabuk mempunyai sifat fleksibel, maka susunan poros penggerak

dan yang digerakkan mempunyai beberapa macam susunan. 2. Dapat menahan getaran torsi

(2)

Transmisi sabuk V sederhana terdiri dari dari dua puli sabuk V dan satu sabuk V. Puli sabuk V biasanya dipasang pada poros dengan sarung penyesuai. Untuk memindahkan daya yang besar digunakan pasak untuk menjamin agar pul tidak selip terhadap poros. Sabuk V dibuat dari karet di bagian tengahnya diperkuat dengan serat-serta berbentuk tali yang terbuat dari serat gelas. Serat-serat inilah yang menahan gaya tarik, bagian luarnya terbuat dari kain terpal yang tahan aus.

Gambar: 1.1 Sabuk V

1.2 Pemilihan Transmisi Sabuk V

Pabrik pembuat sabuk sabuk V memberikan tabel yang lengkap dengan instruksi bagaimana menggunakannya. Pada lampiran dapat dilihat satu contoh penggunaan tabel tersebut. Data yang diperlukan adalah :

1. Diameter poros 2. Jarak antar poros

3. Kecepatan puli penggerak (terkecil) 4. Perbandingan transmisi

5. Daya yang dipindahkan

Dengan menggunakan tabel, dan berdasarkan data tersebut diatas akan dapat ditentukan antara lain:

1. Tipe sabuk V

2. Diameter puli sabuk V 3. Panjang sabuk V

4. Diameter sarung penyesuai

Ketika memesan sabuk V, maka yang harus disebutkan adalah tipe dan panjangnya. Tipe ditunjukkan dengan huruf Z, A, B dan C

(3)

Untuk tipe sabuk V yang profilnya kecil, awalan SP sering digunakan sehingga menjadi SPZ, SPA, SPB dan SPC. Perlu diingat bahwa panjang yang ditunjukkan pada ukuran bukan ukuran keliling bagian luarnya tetapi panjang panjang keliling yang diukur pada lingkaran kisar. Untuk memindahkan daya yang besar beberapa sabuk V sering digunakan secara bersamaan dan masing-masing sabuk V memindahkan sebagian daya.

1.3 Tegangan Awal Sabuk V

Bekerjanya sabuk V adalah karena gesekan. Jika tidak ada tegangan, puli yang digunakan akan tetap diam. Tegangan dapat diberikan dalam tiga cara, yaitu:

1. Menggunakan penegang rol 2. Menggunakan penegang geser

3. Menggunakan motor yang mudah digeser 9motor whip)

Gambar: 1.2 Alat Bantu Penegang

Penyetelan tegangan yang benar dapat dihitung berdasarkan tabel. Aturan umum yang dapat dipakai adalah bahwa sabuk V harus dapat ditekan kebawah dengan ibu jari setebal sabuk. Untuk tipe yang lebih berat jarak lenturannya harus lebih kecil. Untuk jarak poros yang lebih panjang jarak lenturannya sebanding.

(4)

1.4 Perawatan Sabuk.

Untuk mendapatkan umur panjang pada sistem pemindah daya dengan sabuk, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Menjaga sabuk tetap kencang. 2. Mengatasi sabuk yang kendor. 3. Pembersihan sabuk yang kotor. 4. Melembabkan sabuk.

5. Running-in sabuk yang baru.

Bila sistem transimi dilengkapi dengan roda pengencang, maka tegangan sabuk diatur secara otomatis. Bila lokasi dimana sabuk terpasang kondisinya berdebu, atau ada kotoran lain seperti partikel pelumas, maka ada kecenderungan sabuk menjadi kaku dan licin sehingga dapat menimbulkan slip.

Perawatan rutin.

Perawatan sistem pemindah daya dengan sabuk rata ada dua kondis : 1.. Bila sistem tidak beroperasi.

- Perisa kondisi sambungan (sambungan engsel atau logam) - Periksa tanda-tanda sabuk aus, besihkan sabuk dari kooran. - Periksa kondisi pulley, bersihkan bila permukaannya kotor. - Periksa kondisi bantalan pulley.

- Catat data tentang sabuk, misalnya keausan. 2. Bila sistem sedang beroperasi.

Periksalah sabuk ketika sedang berjalan, aturlah agar tegangan sabuk dan kelurusannya pada kondisi yang baik. Bila memungkinkan aturlah tegangan sabuk ketika sabuk sedang beroperasi.

1.5 Penyesuaian antara poros dengan pulley.

Sabuk tidak akan memberikan pelayanan yang baik bila pulley dan poros posisinya tidak sesuai (alignment). Tanda bahwa timbulnya ketidak sesuaian dari posisi pulley dan poros adalah :

- Sabuk keluar dari pulley pada salah satu sisi.

- Penggosokan atau pemanjatan pada pulley bertingkat.

Cara yang mudah untuk mengecek apakah kesalahan tersebut diatas karena ketidak suaian posisi pulley dan poros atau memang sabuk sudah bengkok

(5)

ialah dengan membalik posisi sabuk yaitu bagian dalam (dekat dengan mesin) diletakkan pada posisi luar, bila masih berputar seperti keadaan awal, maka kesalahan terletak pada ketidak suaian posisi pulley dan poros. Posisi poros dan pulley perlu dicek paling sedikit satu kali selama 1 tahun.

Beberapa ketidak suaian posisi poros dan pulley adalah : - Poros penggerak dan yang digerakkan tidak sejajar.

- Poros melentur (sebaiknya bantlan dipasang dekat dengan pulley) - Pulley penggerak dan yang digerakkan menyimpang (tidak segaris) - Posisi pulley pada poros eksentris.

1.6 Pertanyaan

1. Jelaskan keuntungan dan kekurangan menggunakan sabuk V . 2. Jelaskan akibat dari tegangan sabuk yang tidak sesuai standart 3. Jelaskan akibat dari puli sabuk V tidak sebaris/sejajar

4. Jelaskan bagaimana cara memeriksa keausan pulli sabuk V 5. Jelaskan cara mengukur tegangan sabuk V

1.7 Tugas Praktek

1. Bongkar sabuk V, puli sabuk V dan poros

2. Periksa dan rawat semua komponen yang telah terbongkar 3. Rakit, sebariskan dan setel poros, sabuk V dan puli sabuk V

1.7.1 Peralatan Yang Digunakan

1. Kunci pas 17/19 mm 6. Timbangan pegas 2. Jangka sorong 7. Mistar baja

3. Kunci L 8. Spirit level 4. Palu plastik 9. Shim 5. Palu besi 10. Obeng (-) 1.7.2 Pembongkaran

1. Kendorkan baut pengikat rumah bantalan, sehingga sabuk V dapat dikendorkan dan selanjutnya dilepas dari puli

2. Lepas kedua puli sabuk V, jika menggunakan sleve adapter perhatikan urutan langkah pelepasannya yaitu gunakan lubang baut ketiga pada sarung penyesuai ketika baut dimasukkan puli

(6)

akan keluar sendiri tanpa perlu bantuan pemukulan dengan palu atau perkakas lain

Gambar: 1.3 Pelepasan Puli Sabuk V

3. Lepas kedua poros dan bantalan dari rumah bantalan dengan melepas semua baut pengikatnya

4. Lepas bantalan dari poros dengan hati-hati sehingga tidak merusak bantalan maupun porosnya.

1.7.3 Pemeriksaan dan Perawatan

1. Bersihkan dan periksa semua komponen dari kerusakan

2. Periksa diameter poros (40 f7) untuk toleransi ukuran gunakan tabel ISO

3. Periksa kondisi bantalan dan catat nomor serinya

4. Periksa kondisi sabuk V, tidak ada keretakan, catat nomor serinya dan jelaskan pengertiannya

(7)

1.7.4 Perakitan

1. Pasang bantalan pada posisi yang cocok pada poros

2. Letakkan poros dengan bantalannya dalam rumah bantalan dan letakkan ring antara rumah bantalan. Poros berada dalam rumah bantalan tetapi masih dapat digeser dan semua rumah bantalan tidak terkunci pada kerangka bantalan

3. Atur poros sampai diperoleh kondisi sejajar dengan mengukur kedua ujungnya dan atur pula kerataannya terhadap permukaan kerja dengan spirit level. Yakinkan ketinggian disemua posisi sama dan bila diperlukan sisipkan shim antara kerangka bantalan dan landasan untuk mengatur ketinggiannya.

4. Pasang dengan hati-hati kedua puli sabuk V pada poros dan kontrol kesejajarannya dengan penggaris baja.

Gambar: 1.4 Pemeriksaan Dengan Dua Buah Penggaris 5. Pasang sabuk V dengan mendekatkan kedua poros secukupnya

sehingga sabuk V dapat dengan mudah dipasang. Jangan sekali-kali menggunakan alat bantu (obeng) untuk memasang sabuk V pada alurnya karena akan merusak benang penguat yang ada dalam sabuk V atau alur puli dapat rompal/cacat

6. Atur tegangan sabuk V sesuai ketentuan yang ada dengan mengatur jarak kedua poros serta perhatikan pula kesejajaran kedua pulinya. Gunakan timbangan pegas untuk mengukur tegangan sabuk dan gunakan penggaris baja untuk mengetahui kesejajaran kedua pulinya

(8)

7. Kencangkan semua baut pengikat secara merata, jika sudah diperoleh kondisi sesuai dengan standart.

Catatan :

Sabuk V akan mempunyai umur pemakaian yang panjang asal tegangannya tepat dan puli sabuk V sebaris / sejajar. Pada kenyataan dilapangan pada umumnya sabuk V dikencangkan dengan alur pengarah penegang seperti gambar dibawah ini.

(9)

LAPORAN PENGUJIAN Subyek :

Tanggal :

Waktu Perencanaan Waktu Sesungguhnya

Mulai Akhir Jumlah jam Mulai Akhir Jumlah jam

Nama Mahasiswa 1. 2. 3. Peralatan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Rumusan yang diperlukan

Rumusan hasil kerja Data :

Penyimpangan sudut : Vertikal:……….. Horizontal:……….. Penyimpangan paralel: Vertikal:……….. Horizontal:………..

Hasil : Levelling/ Kesejajaran / Gaya /Defleksi dll

(10)

Gambar lokasi : tergantung pada penugasan : kesejajaran, tebal shim, bekas bantalan, kelonggaran dan lain-lain)

PENILAIAN MAHASISWA PENGAJAR

Defleksi sabuk Levelling Kesejajaran Penyimpangan sudut Penyimpangan paralel Kebenaran Perakitan Urutan dan Kerapihan Kebersihan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. A. Nale. Tribology Handbook, London

(12)

2. Clifton R.H., Principles of Planned Maintenance

3. Carl A. Nelson, Millwrigght and Mechanics Guide, Macmillan

Publishing Company, New York, 1986

4. Higgins & Morrow, Maintenance Engineering Hanbook

5. Richard A. Michener, Millwright Manual of Instruction, Province of

British Columbia, 1988

6. Richard M. Phelan, Fundamentals of Mechanical Design, Mc Graw-Hill

Book Company, 1970

7. Steve Elonka, Standard Plant Operation Manual

(13)
(14)
(15)

Tipe sabuk

: SPZ

f

: 25 ( N ) lihat table

dk

: 100 (mm) diameter pulli terkecil

e

: 380 (mm) jarak sumbu

Lenturan kelurusan :

Ea =

380 x 145

100

=5,51(mm)

Jadi sabuk harus ditegangkan sedemikian rupa sehingga dengan gaya 25 ( N )

sabuk mengalami lenturan 5,5 (mm)

Profil

Tekanan setiap sabuk

V

Diameter dk (mm)

Lenturan 100

(mm)/ jarak poros

E (mm)

SPZ

3 V

25

63 < 71

71 < 90

> 90 < 125

> 125

2.00

1.75

1.45

1.30

SPA

50

90 ≤ 100

100 ≤ 140

> 140 ≤ 200

> 200

2.00

1.55

1.20

1.10

SPB

5V

75

140 ≤ 160

160 ≤ 224

> 224 ≤ 355

355

Gambar

Gambar lokasi : tergantung pada penugasan : kesejajaran, tebal shim, bekas  bantalan, kelonggaran dan lain-lain)

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan life cycle cost juga didapatkan hasil bahwa, jumlah maintenance site crew yang. optimal yakni sebanyak 4 crew , jumlah maintenance site crew

Penjelasan Pasal 4 ayat (5): Sebagai konsekuensi dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pembebanan Hak Tanggungan atas bangunan, tanaman, dan hasil karya

Penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan(Studi Empiris Pada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

- Baris 6-9: membuat method dengan nama getAngkaNada() , yang berguna untuk mengambil isi dari variabel angkaNada.. - Baris 10: membuat method dengan nama cekNada() , method

Pengaruh secara simultan variabel Gaya Kepemimpinan, Pengembangan Karir, dan Kepuasan Kerja secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan dapat dilihat pada tabel

penangguhan Mesyuarat Agung Tahunan boleh digunakan untuk Mesyuarat Agung Khas, tetapi dengan syarat jika korum tidak mencukupi selepas setengah jam dari waktu

Kedalaman zat cair adalah hasil pengukuran jarak dari permukaan air di dalam corong dengan permukaan air pada gelas kimia dengan satuan (cm)1. Kedalaman zat

Terbentuknya gereja kesukuan di Indonesia khususnya tanah batak ini adalah karena kondisi pegabaran injil yang menjadi persoalan dalam lingkungannya yaitu pertentangan antara