• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: X Volume: 8 No. 2 - Desember 2019 ABSTRAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: X Volume: 8 No. 2 - Desember 2019 ABSTRAKSI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MEMPERBAIKI HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERAN PEMBINAAN

AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP GURU DI SD NEGERI NO. 101895 BANGUN SARI KABUPATEN DELI SERDANG

SEMESTER GENAP T.P. 2018/2019 Dra. Mariati Sitinjak, M.Pd. (NIP: 19650622 198603 2 017)

Pengawas SD Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang

ABSTRAKSI

Penelitian Tindakan Sekolah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran model konstruktivisme. Subjek penelitian guru yang bertugas di SD Negeri No. 101895 Bangun Sari dengan jumlah responden 16 orang. Penelitian dilakukan dua siklus dengan instrumen penelitian observasi, evaluasi kemampuan pada akhir siklus dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat dipahami guru dan perlu digunakan dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat melalui hasil analisis data sebagai berikut, awal kemampuan guru-guru menguasai model pembelajaran konstruktivisme 41,25 dengan tingkat penguasaan keseluruhan12,50%. Setelah berlangsung pembinaan pengawas melalui modeling (simulator) pada siklus I penguasaan guru menjadi 63,13 dengan tingkat ketercapaian (56,25%) peserta sudah memiliki kemampuan yang berubah, artinya 9 orang telah baik, 7 orang kurang. Kemudian pada siklus II terjadi pengulangan pembinaan dari pengawas dengan konteks yang sama pada siklus II tapi diperbaiki kesalahan pada siklus I maka diperoleh nilai perubahan kemampuan rata-rata guru meningkat menjadi 75,94 atau 14 orang guru, dengan ketercapaian 87,5% sudah mencapai keberhasilan di atas > 65. Sisa peserta yang kurang baik sebanyak 2 orang (12,75%) disarankan agar berkolaborasi dengan guru yang sudah mampu.

Kata kunci:model pembelajaran konstruktivisme, hasil belajar, supervisi akademik. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pencapaian pembelajaran secara optimal pada waktu proses belajar mengajar di dalam kelas serta untuk pencapaian tujuan pendidikan, guru dituntut harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam rangka mengelola proses belajar mengajar. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan untuk memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak khususnya tentang pelajaran SD yang memerlukan penjelasan konkrit dan dapat dibuktikan oleh anak.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan pengawas terhadap guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang terungkap bahwa proses pembelajaran yang berlangsung di satuan sekolah sangat tidak memuaskan. Hasil pembelajaran tuntas yang diinginkan (KKM 60) tidak tercapai secara kelompok.

Kecenderungan yang dilakukan oleh para guru SD bahwa menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada guru saja dimana keaktifan siswa masih sangat rendah dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga suasana kelas tampak membosankan dan kurang bermakna. Suasana kelas yang demikian akan memberikan dampak berupa adanya siswa yang mengantuk pada saat pelajaran berlangsung. Hal ini tentunya akan mengakibatkan hasil belajar siswa pada pelajaran akan tidak memuaskan. Dengan mempelajari beberapa model pembelajaran akhirnya penulis mencoba untuk membina guru-guru untuk menguasai model belajar konstruktivisme dalam peningkatan kualitas aktifitas belajar siswa.

Pembelajaran SD menurut penulis dapat dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual salah satunya dengan cara pendekatan konstruktivisme untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

(2)

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Teori konstruktivisme menuntut guru untuk mengajarkan pengetahuan (terutama pengetahuan logika dan pengetahuan alam) dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognitif (pengetahuan) awal yang dimilikinya dengan informasi dari lingkungan.Interaksi seperti ini dalam konstruktivisme disebut sebagai perubahan konseptual.

Adapun judul penelitian yang dibuat adalah “Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Memperbaiki Hasil Belajar Siswa Melalui Peran Pembinaan Akademik Pengawas Sekolah Terhadap Guru Di SD Negeri No. 101895 Bangun Sari Kabupaten Deli Serdang Semester Genap T.P. 2018/2019”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, danpembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan pendekatan belajar konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru-guru melalui peran pembinaan akademik pengawas sekolah?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk menerapkan pendekatan belajar

konstruktivisme dalam peningkatan kualitas hasil belajar siswa di SD Negeri No. 101895 Bangun Sari Kabupaten Deli Serdang semester genap T.P. 2018/2019. 2) Untuk meningkatkan kemampuan

guru-guru SD menerapkan model-model pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme di SD Negeri No. 101895 Bangun Sari Kabupaten Deli Serdang semester genap T.P. 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan sekolah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang berguna untuk mengungkapkan perbaikan kompetensi para guru dalam pembelajaran melalui peran pembinaan pengawas terhadap guru.

Subyek dalam penelitian tindakan (action research) ini adalah guru guru yang mengaar di SD Negeri No. 101895 Bangun Sari Kabupaten Deli Serdang, sebagai salah satu binaan peneliti selaku Pengawas Sekolah sebanyak 16 orang.

Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 14 Januari sampai dengan 30 April 2019 pada semester genap waktu belajar efektif.

Penelitian ini memiliki beberapa tahap pelaksanaan tindakan yang diuraikan dalam dua siklus dengan tahapan (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi, secara lebih rinci prosedur tersebut adalah:

SIKLUS I 1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah:

a. Mengumpulkan permasalahan yang dialami guru dalam pembelajaran pada perencanaan, proses dan tindak lanjut. b. Membuat alternatif pemecahan dari

berbagai permasalahan tersebut dalam bentuk rencana pembinaan seperti terlampir pada Lampiran 2.

c. Mempersiapkan materi binaan oleh pengawas sebagai peneliti sesuai Lampiran 2.

d. Membuat lembar observasi yang berisi tentang penilaian dan pencatatan terhadap proses pembinaan.

e. Menyusun alat evaluasi berupa tes dan observasi (angket) untuk melihat kompetensi para guru-guru.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah bersama guru melaksanakan rencana pembinaan yang telah direncanakan, berupa proses pembinaan sesuai dengan rencana dengan menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran yang dipakai guru dalam pembelajaran.

3. Observasi

Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring pada proses pembelajaran di kelas secara langsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dalam pembelajaran. Observasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna

(3)

mengetahui sejauhmana pelaksanaan tindakan berupa pengajaran dengan menerapkan prinsip konstruktivisme dalam dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.

4. Evaluasi

Setelah pelaksanaan tindakan pertama maka dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan model pembelajaran yang diberikan dengan pendekatan konstruktivisme tersebut. Apakah sudah dapat dikuasai konsep tersebut, jika tidak maka akan direvisi dan dirumuskan kembali permasalahan yang timbul dan dicari alternatif pemecahannya untuk dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Evaluasi dalam pelaksanaan pembinaan ini dilakukan pada awal pembinaan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru, selanjutnya pada akhiri siklus untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan penguasaan setelah diberikan pembelajaran konstruktivisme.

5. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelemahan dan kekurangan untuk kemudian diperbaiki dalam siklus kedua.

Setelah siklus pertama dijalankan dan belum menunjukkan hasil pada tingkat kemampuan guru dalam penerapan model konstruktivisme, maka dibina kembali pada siklus ke II dengan tahapan yang sebagai berikut:

SIKLUS II

1. Perencanaan Tindakan II (Alternatif pemecahan)

Dari hasil evaluasi dan analisa serta refleksi yang dilakukan pada pelaksanakan tindakan siklus pertama dengan menemukan alternatif permasalahan baru yang muncul pada tindakan siklus sebelumnya yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan masih yang sama yaitu:

a. Mempersiapkan materi binaan sesuai dengan permasalahan yang muncul pada siklus I, tentang penerapan model pembelajaran konstruktivisme.

b. Memberi tugas kepada peserta

melakukan simulasi dengan penerapan

model pembelajaran tersebut.

c. Peserta diminta untuk mengisi lembar evaluasi akhir.

d. Membuat lembar observasi, guna mengamati proses penerapan simulasi. e. Melakukan evaluasi, untuk mengetahui

tingkat keberhasilan yang telah dicapai. 2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksankan dalam tahap ini adalah melaksanakan rencana pembinaan yang telah direncanakan dan telah dikembangkan dari pelaksanaan siklus I.

Pada siklus ini peserta akan membedakan jenis model pembelajaran konversional dengan konstruktivisme yang telah dibina oleh pengawas. Dalam siklus ini guru diharapkan dapat lebih yakin bahwa model pembelajaran konstruktivisme lebih meyakinkan disenangi oleh para siswa dalam pembelajaran di kelas.

3. Observasi

Observasi ini untuk melihat apakah cara mengajar guru-guru sudah terlaksana sesuai dengan program yang diberikan melalui pembinaan pengawas sekolah.

4. Evaluasi

Setelah hasil pembinaan diberikan pada guru untuk membandingkan hasil pembinaan pada siklus pertama dan kedua. 5. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengevaluasi pembinaan yang telah dilakukan dengan memberikan penilaian akhir terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. PEMBAHASAN

Pada siklus I dapat dilihat bahwa kemampuan peserta dalam memahami tahapan penerapan model pembelajaran konstruktivisme tergolong rendah dan belum seperti yang diharapkan. Rata-rata yang didapat dalam memahami kemampuan adalah sebesar 63,13 dari 16 orang guru. Dari tingkat keberhasilan hanya terdapat 9 orang yang baik dan jika dipersentasekan terdapat 56,25%, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 7 orang sebesar 43,75%.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan dari 16 orang masih tergolong rendah, maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Hasil analisis data tersebut di dapat bahwa nilai rata-rata sebesar 63,13% yang didapat dari

(4)

16 orang dimana 9 orang atau 56,25% guru sudah mencapai tingkat baik (jumlah nilai > 65), sedangkan 7 orang guru lainnya belum mencapai tingkat baik (jumlah < 65). Maka indikator pembinaan belum tercapai.

Pada tindakan dan siklus selanjutnya pengawas dan guru lebih memperhatikan serta memotivasi guru yang belum aktif untuk aktif dan terlibat langsung dalam pengamatan. Pada siklus 1 ini masih banyak peserta yang belum merespon binaan pegawas. Hal ini dikarenakan kultur pembelajaran yang konvensional. Data-data ini akan dijadikan acuan untuk perbaikan tindakan pada siklus II untuk dapat meningkatkan penguasaan guru terhadap model pembelajaran.

Berdasarkan refleksi yang peneliti dan guru cermati, dapat ditarik kesimpulan adanya faktor yang kurang menunjang keberhasilan dalam menggunakan model konstruktivisme dalam pengajaran sehingga perlu dilakukan perbaikan terhadap skenario pembinaan pengawas yang dilakukan selanjutnya pada siklus II agar kemampuan peserta dalam mengkonstruk pelajaran dapat lebih maksimal sehingga hasil belajar yang memuaskan pada pelajaran.

Dari siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan peserta dalam memahami penerapan model pembelajaran konstruktivisme telah mengalami peningkatan. Rata-rata yang di dapat peserta dalam memahami model tersebut adalah sebesar 75,94 dari 16 orang guru. Dari tingkat keberhasilan binaan terdapat 14 orang peserta yang baik atau sebesar 87,5%, sedangkan peserta yang kurang sebanyak 2 orang atau sebesar 12,75%. Dengan peningkatan hasil tersebut pengawas merasa hasil yang di dapat sudah cukup dan tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil binaan yang signifikan dari hasil evaluasi dari total 16 orang peserta pembinaan pada siklus pertama rata-rata tes hasil binaan di dapat 63,13 dimana 9 orang peserta atau 56,25% sudah mencapai tingkat hasil (jumlah nilai > 65), sedangkan 7 orang lainnya belum mencapai tingkat keberhasilan (jumlah 65). Namun pada siklus II ini didapat rata-rata hasil peserta di dapat 75,94 dimana 14 orang peserta atau 87,5% sudah mencapai tingkat baik (jumlah nilai > 65), sedangkan 2

orang (12,75%) lainnya belum mencapai tingkat keberhasilan (jumlah 65). Dilihat dari catatan dan pengamatan selama proses pembinaan berlangsung peserta sudah memahami maksud dan tujuan pembinaan yang diberikan, keaktifan guru dalam mengikuti setiap kegaitan binaan sudah meningkat. Hasil observasi siswa menunjukakn bahwa tingkat aktivitas peserta mengalami peningkatan secara signifikan.

Peneliti menyadari belum sepenuhnya pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme ini berhasil dengan baik, masih ditemukan banyak kelemahan yang dapat berpengaruh terhadap nilai dan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya memahami tentang pembelajaran konstruktivisme ini secara mendalam dalam penerapannya di SD khususnya pada pelajaran. Oleh karenanya peneliti merasa perlu adanya perbaikan-perbaikan pembinaan pengawas terhadap guru lain yang belum ikut pada pembinaan ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme pada pelajaran dapat dipahami oleh para guru-guru binaan pengawas yang diukur dengan penguasaan sebelum pembinaan rata-rata sebesar 41,25 dengan tingkat hasil kemampuan sebesar 12,50%, namun setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 didapat rata-rata hasil sebesar 63,13 dimana 9 orang guru atau 56,25% sudah mencapai tingkat hasil (jumlah nilai > 65), sedangkan 7 orang guru lainnya belum mencapai tingkat baik (jumlah < 65). Pada siklus II ini didapat rata-rata tes hasil kemampuan di dapat 75,94 dimana 14 orang atau 87,5% sudah mencapai tingkat baik (jumlah nilai > 65, sedangkan 2 orang (12,75%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar (jumlah < 65).

2. Dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharjono dan Supriadi, 2006. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta. Bumi Aksara.

Dahar, WR. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Gasong, Dina. 2007. Model pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternative Mengatasi Masalah Pembelajaran. http://www.gerejatoraja.com.

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning. Mizan media Utama. Jakarta.

R. Rohadi. 1997. Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan : Makalah Dalam buku Kumpulan Tulisan, Pendidikan yang Humanislis. Yogyakarta, Kanisius.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta mengalami berbagai hambatan untuk mencapai tujuannya.

sendiri), Ialu (3) sesuai dengan salah satu kaedah bahasa Arab.37 Di sini, yang dimaksud dengan syarat &#34;sesuai dengan salah satu masahif rasm 'Uthmani&#34; adalah &#34;sesuai

Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual, yaitu

Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, 1998). Waktu keaktifan mencari darah dari masing - masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk yang aktif

Ritus kolektif pada pantang larang masyarakat Melayu Pontianak di dapat dilihat pada prosesi perkawinan dan masa kehamilan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pantang larang

Proses annealing merupakan proses perlakuan panas terhadap logam atau paduan dengan memanaskan logam tersebut pada temperatur tertentu, menahan pada temperatur tadi

Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa Sungai Pinang dengan kategori tinggi atau yang terbanyak yang tidak perna ikut