• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY-DISCOVERY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY-DISCOVERY"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY-DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN 02 KARANGANYAR

KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna memperoleh gelar Sarjana S-1

Oleh :

NOVIA RAHMAWATI NIM : A510080013

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

(2)
(3)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY-DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN 02 KARANGANYAR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN

KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Novia Rahmawati, A 510080013, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD),Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2012, 122 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan metode guided inquiry-discovery dalam peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Tiap siklus terdiri 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflecting). Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi,tes,observasi dan wawancara. Validitas Data menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber data dan metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model model analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan terbukti dengan rata-rata hasil belajar IPA yang dicapai siswa pada pra tindakan 65,28 dengan ketuntasan 52,38 %,pada siklus I meningkat menjadi 72,90 dengan ketuntasan 71,42 % dan siklus II terjadi peningkatan secara signifikan yaitu 79,57 dengan ketuntasan 90,46 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode guided inquiry-discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar.

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “ Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.” Pendidikan bagi setiap warga negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu upaya untuk mengembangakan potensi yang dimiliki. Pendidikan memegang peranan penting. Oleh karena itu di Indonesia pendidikan mendapat perhatian yang utama. Mengenai pelaksanaan pendidikan dalam praktek kesehariannya berbagai usaha Pemerintah telah banyak dilakukan dengan meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar termasuk pembangunan gedung dan fasilitas yang lain. Hal ini dapat dilihat dari sistem

pendidikan dan pengajaran yang sudah banyak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Ini semua bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Dari kualitas pendidikan dan pengajaran yang bermutu, maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Apabila suatu negara dihuni oleh penduduk yang memiliki SDM yang tinggi, maka negara tersebut akan maju. Oleh karena itu maka kualitas pendidikan dan pengajaran haruslah ditingkatkan.

Dalam belajar siswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil tersebut kadang dapat tercapai seperti yang diharapkan, tetapi dapat pula tidak. Hal ini dikarenakan daya serap dan kemampuan peserta didik

(5)

berbeda-beda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan harapan,baik guru maupun siswa harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu. Hasil belajar siswa berkolerasi positif dengan berartinya pengalaman belajar siswa. Keberartian pengalaman belajar siswa dapat diperoleh dari pemberian kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa secara mental-intelektual dalam suasana belajar yang menyenangkan. Seorang guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran yang mampu membawa peran serta secara siswa secara aktif belajar dikarenakan kesadaran dan ketertarikan siswa yang

cukup tinggi, bukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban.

Pengembangan bidang pendidikan mendapat perhatian yang sangat besar dari pemerintah terutama pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai diterapkan di lingkungan pendidikan Sekolah Dasar. Karena pendidikan Sekolah Dasar merupakan awal dari tertanamnya pendidikan formal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa SD dalam bidang akademis, terutama pada 5 bidang studi yaitu PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS. Selain itu kemajuan ilmu

(6)

pengetahuan dan teknologi juga sangat diperlukan untuk melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan bakat, minat dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Misalnya dengan mata pelajaran IPA dapat melatih keterampilan anak untuk berfikir secara kreatif dan inovatif.Melalui Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan latihan awal bagi siswa untuk berfikir dalam mengembangkan daya cipta dan minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas jelas bahwa pengajaran IPA menunjang kemajuan perkembangan teknologi. Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan oleh

berbagai hal antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan proses belajar-mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran IPA yang terdapat dalam kurikulum. Siswa sebagai objek pengajaran, memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ada yang cerdas karena IQ nya tinggi, ada pula yang kurang karena IQ nya rendah. Untuk itu guru harus pandai-pandai dalam menyampaikan materi kepada mereka, karena keberagaman kemampuan yang mereka miliki. Profesi guru pun dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mensukseskan proses belajar mengajar yang dilaksanakan, maka dari itu dalam

(7)

melaksanakan tugasnya guru harus menentukan dan membuat perencanaan pembelajaran secara seksama dalam meningkatkan kesempatanbelajar bagi siswa dan memperbaiki strategi mengajar IPA. Guru juga harus mengoptimalkan sarana prasarana yang ada di lingkungan. UU No. 20 tentang KTSP tiap tingkat satuan pendidikan berhak menyusun kurikulum sendiri sesuai eksistensi satuan pendidikan yang bersangkutan. Guru berhak menambah indikator yang sesuai dengan lingkungan anak, dengan begitu guru lebih leluasa untuk menerapkan metode yang tidak membosankan bagi anak. Kebanyakan di lapangan guru lebih aktif daripada siswa. Guru banyak mengambil inisiatif

dalam menetapkan dan menentukan cara memecahkan masalah. Segala sesuatu diinformasikan secara cermat kepada anak didiknya, sehingga anak didik tinggal menerimanya.Kegiatan seperti itu memang mengasyikkan bagi guru, tetapi membosankan bagi siswa karena siswa hanya sebagai pendengar. Murid dianggap sebagai suatu benda yang kosong tepat diisi dengan segala macam informasi. Cara belajar mengajar seperti ini, akan menghasilkan manusia yang konsumtif, kurang kreatif dan kurang berkemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dimasa yang akan datang.

Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar siswa

(8)

dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai berbagai macam metode mengajar. Metode adalah cara yang digunakan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam memilih metode guru juga harus berorientasi pada keaktifan siswa.Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada kegiatan siswa. Guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa (Oemar Hamalik, 2003 : 26-27).

Guru telah banyak mengenal metode pembelajaran antara lain metode ceramah,

tanya jawab, demonstrasi, diskusi, eksperimen, proyek, widyawisata, penugasan, pameran, inquiry, discovery, dan metode ekspositori. Namun Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diuji cobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu (Arends, 1997). Berbagai metode dapat diterapkan dalam dunia pendidikan, misalnya metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuanya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun

(9)

untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan. Untuk itulah seorang guru harus mengenal, mempelajari dan menguasai banyak teknik pengajaran, agar dapat menggunakan dengan variasinya, sehingga guru mampu menimbulkan proses belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Dengan menerapkan metode-metode baru dalam proses pembelajaran, akan menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam belajar. Hasil komunikasi dengan guru-guru di SDN 02 Karanganyar banyak dijumpai guru-guru yang melaksanakan proses

pembelajaran IPA dengan menggunakan metode ceramah. Karena memang metode ceramah lebih mudah digunakan untuk menguasai kelas, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

Perlu disadari bahwa mengajarkan IPA dengan menggunakan metode ceramah mudah menimbulkan kebosanan dan menjadikan siswa pasif. Pembelajaran IPA semacam ini dapat diperbaiki dengan metode yang lebih baik, yakni penerapan metode guided inquiry - discovery. Dengan menggunakan penerapan metode guided inquiry

discovery guru dituntut

mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar

(10)

yang paling nyata dan tidak akan pernah habis digunakan sehingga dalam belajar siswa dapat menemukan masalah sendiri dan menyesuaikannya dengan cara melihat, meraba, mengecap, berbuat, mencoba, berfikir dan sebagainya. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat emosional. Keberhasilan belajar yang dicapai oleh siswa merupakan suatu yang didambakan, diharapkan baik oleh siswa itu sendiri maupun oleh orang tua, guru dan masyarakat. Karena pada hakikatnya, kegiatan mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa (Witherington, 1952). Hal ini mengandung pengertian

bahwa kegiatan mengajar yang dilakukan guru menghadirkan proses belajar pada siswa yang berwujud perubahan tingkah laku, perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi.

Pembelajaran IPA yang diselenggarakan di SD perlu mendapat perhatian, mengingat pentingnya pembelajaran IPA itu bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dirasakan saat ini hasil belajar siswa yang diperoleh dari proses pembelajaran IPA dengan metode ceramah di SD Negeri 02 Karanganyar masih dibawah rata-rata sekolah (belum menampakkan hasil yang optimal) dibawah nilai 60. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan tengah

(11)

semester I hanya 8 siswa atau 42% siswa yang berhasil memperoleh nilai minimal 60.Untuk itulah guru perlu mempelajari dan mempertimbangkan masalah metode mengajar yang tepat yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan juga memperhatikan tujuan pengajaran IPA itu sendiri.

Hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar Kabupaten Karanganyar pada pelajaran IPA khususnya pada materi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu belum menunjukkan hasil yang memuaskan, berdasarkan hasil pengamatan, masalah yang mendasari rendahnya hasil belajar siswa tersebut adalah

kurangnya daya tarik siswa, rendahnya respon umpan balik siswa, dan kurangnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran IPA. Penyebab yang melatar belakangi munculnya masalah tersebut adalah penggunaan metode petode pembelajaran guru yang kurang tepat, guru kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga perhatian siswa berkurang,serta penyampaian guru menekankan belajar menghafal bukan penanaman konsep. Dalam kegiatan belajar mengajar guru masih lebih mengguanakan metode ceramah karena alokasi waktu yang tersedia lebih sedikit daripada materi yang harus diajarkan kepada siswa. Penerapan metode ceramah memungkinkan guru lebih mendominasi kegiatan

(12)

belajar mengajar dan hanya menjelaskan konsep-konsep sederhana tanpa disertai percobaan sehingga siswa malas dan kurang bergairah dalam belajar IPA karena pembelajaran yang kurang menarik. Siswa tidak diberi kesempatan berpikir dan bekerja secara ilmiah untuk mengamati, menggali dan menyampaikan informasi tentang materi yang dipelajari.

Berdasarkan fakta tersebut maka perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA. Dalam hal ini peneliti memilih salah satu metode dengan model

Guided Inquiry Discovery.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas maka penulis menyusun skripsi yang berjudul :

“ Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry - Discovery pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012”.

LANDASAN TEORI

hipotesis tindakan sebagai berikut: penerapan metode guided

inquiry discovery dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar tahun ajaran 2011/ 2012.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Suharsimi Arikunto dkk (2008: 58), PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/

(13)

meningkatkan mutu praktik pembelajaran (PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas). PTK dilakukan oleh peneliti, guru dan kepala sekolah di kelas atau di sekolah tempat guru mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.

Penelitian ini ditandai dengan adanya perbaikan terus menerus sehingga tercapainya sasaran dari penelitian tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang oleh peneliti. PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolok ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. PTK ini bersifat praktis, situasional, dan kondisional

berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di sekolah. Jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih efektif.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan metode guided inquiry -discovery dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar Kecamatan Karanganyar, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :”Penerapan metode guided inquiry -discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA.” Penggunaan metode pembelajaran ini dapat

(14)

terhadap materi yang dipelajari. Prosentase belajar secara keseluruhan baik pra tindakan maupun setelah dilakukan tindakan dapat dirinci yaitu pada pra tindakan mencapai 52,38%, pada siklus I menjadi 71,42% dan siklus II mencapai 90,46%.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richardl. 1997. Classroom Instructional Management, New York: The Mc Graw-Hill Company.

Arikunto, Suharsimi.2008. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Basrowi dan Suwandi. 2008.

Prosedur Penelitian

Tindakan Kelas. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional.

Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasrana Indonesia.

H. C. Witherington oleh Buchori M. 1981. Psikologi Pendidikan III. Bandung: Jeanmars. Hamalik, Oemar. 2004. Proses

Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

______.2003. Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. ______.1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Sinar Grafika. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Igelsrud, D., & Leonard, W.H. (Eds). (1988, May) Labs: What Research Says About Biology Laboratory Instruction. American Biology Teacher, 50 (5), 303-06.

Mulyono, Abdurrohman. 1999.

Pendidikan Anak

Berkesulitan Belajar.

Jakarta. Rineka Cipta. Moedjiono Moh. Dimyati. 1991.

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

(15)

_______. 1991. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta :

Depdikbud,

Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

Purwadarminta. 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Rubiyanto,Rubino.2009. Metode

Penelitian Pendidikan.

Surakarta:UMS

Syah , Muhibbin. 2004. Psikologi

Pendidikan dengan

Pendidikan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2003. Belajar dan

faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M.(2001). Interaksi

Dan Motivasi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan proses pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Suyoso, Suharto dan Sujoko. 1998.

Ilmu Alamiah Dasar.

Yogyakarta : IKIP

Sri, Sulistyorini. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta : Global Pustaka Ilmu.

Srini M. Iskandar, (2001).

Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Bandung : CV Maulana. Suryobroto B. 2002. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Sagala, Syaiful, 2006. Konsep dan

Makna Pembelajaran,

Bandung: Alfabeta.

Tinnesand, M & Chan, A (1987, September) Step I : Throw out The Instructions. Science Teacher, 54 (6), 43-45. Triyanto, S. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Toeti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra.1998. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Pusat Antar Universitas: Depdikbud. Udin S, Winataputra.2007. Teori

Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT http://journal.um.ac.industri/index.ph p/sekolah_dasar/artide/view /339 http://agungprudent_wordpress.com/ 2009/05/27/model_pembela jaran_inkuiri-2/

Referensi

Dokumen terkait

Keke, Pak Jody (Ayah Keke), Andi, Pak Iyus, dan Prof. Latar dalam meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat meliputi Jakarta, Banten, Singapura,

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Survey pada Auditor Internal BUMN yang berkantor pusat di

SEM UA CALON TARUNA, W AJIB UNTUK M ENGIKUTI SELURUH RANGKAIAN SELESKSI.

hari, untuk itulah permainan berhitung permulaan mulai dikenalkan pada anak PAUD. Permainan berhitung perlu dikenalkan dan kembangkan bagi anak-anak karena sangat

Keuntungan dari PMT dengan media gas SF6 adalah sifat-sifat gas SF6 murni ialah tidak berwarna, tidak berbau, tidak bercun dan tidak mudah terbakar dan pada temperatur 150° C gas

Pelatih merupakan sosok yang paling dekat dan berperan penting dalam memotivasi atletnya. Masukan, kritikan serta program latihan yang diberikan oleh pelatih akan

are the listening materials of English textbook entitled English in Focus. compatible with listening skill indicators of

[r]