SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Adita Nurlanda
0906638
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh:
Adita Nurlanda
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi
©Adita Nurlanda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PERMAINAN FUTSAL
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX- 2 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO NIP. 195603031983031005
Pembimbing II
Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung. Metode yang digunakan adalah eksperimen, desain penelitian pretest-posttest control group design. Populasi adalah siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung sejumlah 288 siswa, sedangkan sampel sebanyak 46 siswa diambil melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala Likert dan tes keterampilan futsal. Hasil pengujian tes motivasi diperoleh (14,96) lebih besar dari (1,684), tes keterampilan diperoleh (15,01) lebih besar dari (1,684) dan gabungan dari tes motivasi dan keterampilan futsal diperoleh (16,33) lebih besar dari (1,684), pada tingkat kepercayaan atau taraf
signifikansi α = 0,05 dengan dk (n1 + n2– 2) = 44. Kesimpulan, terdapat perbedaan pengaruh antara gaya mengajar inklusi dengan gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal, dan gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada gaya mengajar komando.
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman
PERNYATAAN………... i
ABSTRAK……… ii
KATA PENGANTAR…….………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iv
DAFTAR ISI ………..……… vii
DAFTAR TABEL………. x
DAFTAR GAMBAR …….……….. xi
BAB I PENDAHULUAN…………..……… 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Identifikasi Masalah……….…. 6
C. Rumusan Masalah………….……….……… 6
D. Tujuan Penelitian……….………….. 7
E. Manfaat Penelitian………. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESI………....……… 9
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran……… 9
2. Hasil belajar………..….. 17
3. Permainan Futsal……….. 19
4. Motivasi Belajar..……….. 26
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Gaya Mengajar Inklusi………. 33
7. Hakikat Pendidikan Jasmani……… . 37
8. Karakterisik Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII .. 39
B. Kerangka Pemikiran………....... . 43
C. Hipotesis………..………. . 48
BAB III METODE PENELITIAN ……… 49
A. Metode Penelitian……….. 49
B. Lokasi Penelitian……… 50
C. Populasi dan Sampel……….... 51
1. Populasi Penelitian………..………. 51
2. Sampel Penelitian ………….………... 51
D. Desain Penelitian……… 52
E. Definisi Operasional...……… 54
F. Instrumen Penelitian……….. 55
1. Instrumen Motivasi Belajar…………..………. 55
2. Instrumen Kognitif……… 58
3. Instrumen Afektif ……….. 59
4. Instrumen Keterampilan Dasar Futsal……… ……….. 60
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………... 62
1. Uji Validitas Instrumen……… 62
2. Uji Reliabilitas Instrumen……… 63
H. Teknik Analisis Data……… 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 66
A. Pemaparan Data Penelitian……… 66
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Hasil Uji Homogenitas………. 69
4. Hasil Uji Hipotesis……….. 70
B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 79
A. Kesimpulan……… 79
B. Saran……….. 79
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan artinya,
penjas tidak hanya dijadikan untuk dekorasi atau ornamen yang ditempel pada
program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, akan tetapi penjas
adalah bagian penting dari pendidikan.
Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik yang dilakukan
melalui pembelajaran yang diarahkan dan mendorong guru agar seluruh siswa
tumbuh dan berkembang untuk mencapai suatu tujuan secara utuh dan
menyeluruh. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses
pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang
memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal penting. Tujuannya
yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan
yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik,
mental, sosial, emosional, dan moral. Disamping itu pendidikan jasmani
terhadap aspek nilai-nilai dalam perkembangan sikap perilaku anak didik, sebagai
makhluk sosial.
Pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan dari unsur permainan maupun
bermain. Pendidikan jasmani seyogyanya bisa membentuk karakter-karakter
positif pada diri siswa, dan bisa merangsang motivasi siswa untuk berbuat lebih
baik dalam kehidupan sehari-harinya maupun ketika dalam proses pembelajaran
disekolah.
Pendidikan di sekolah biasanya mengutamakan prestasi akademis, dengan
memberikan banyaknya tugas-tugas belajar yang membuat beban belajar di
sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kehidupan
sekolah yang demikian sama dengan kehidupan rumah dan lingkungan luar
sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga
demikian. Kemajuan teknologi yang dicapainya pada saat ini, malah
mengungkung anak dalam lingkungan gerak. Anak semakin asyik dengan
kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game.
Dengan semakin berkurangnya anak untuk bergerak maka akan menjadi
masalah atau bahkan dapat meningkatkan gejala penyakit hipokinetik (kurang
gerak). Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui
perencanaan program pembelajaran yang baik, maka didalamnya anak dilibatkan
dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Lewat pendidikan jasmanilah anak
menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali
keceriaannya, dan merangsang perkembangan-perkembangannya yang bersifat
menyeluruh. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang
memberikan kesempatan bagi anak didik untuk mempelajari hal-hal yang penting.
Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga
banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini
lapangan sering terjadi proses pengajaran yang sifatnya seragam atau
menyamakan semua siswa yang diajarnya dengan mengajarkan materi yang sama
dengan metode yang sama pula. Adapun menurut Tarigan (2012, hlm.7)
menegaskan bahwa, “seyogianya tugas dan beban ajar yang diberikan pada setiap
siswa harus disesuaikan dengan kemampuan, tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya…”. Di lapangan sering terjadi bahwa guru penjas mengeluh
karena siswa yang diajarnya dinilai malas dan kurang bersemangat dalam
mengikuti pelajarannya.
Peranan guru Pendidikan Jasmani dalam hal ini harus dapat mengarahkan
siswa ke arah tujuan yang sesui dengan tujuan kurikulum yang telah diterapkan.
Salah satu cara yang ditempuh guru untuk membiasakan siswa terlibat dalam
kegiatan belajar yang kondusif adalah menggunakan metode-metode pengajaran
yang dapat merangsang siswa untuk lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan
belajar juga bisa membawa hasil yang diharapkan oleh kurikulum. Dengan
keadaan guru yang kreatif dalam pembelajaran memberikan dampak positif pada
kondisi pembelajaran itu sendiri, agar tujuan pembelajaran yang disampaikan
tercapai dan mudah dipahami oleh siswa.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
disekolah, salah satunya adalah dalam pembelajaran permainan futsal yang
sekarang sudah banyak diminati oleh setiap kalangan khususnya siswa Sekolah
Menengah Pertama, namun karena futsal adalah olahraga yang hampir sama
dengan sepakbola yang telah lebih dulu dikenal maka, banyak dari siswa yang
hanya senang bermain tanpa mengenal teknik dalam permainan futsal. Saat ini
olahraga futsal merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat popular di
kalangan pelajar saat ini. Tidak jarang siswa yang sangat menyenangi olahraga
ini. Keinginan siswa untuk mengikuti olahraga futsal sangat beragam. Mulai dari
hanya ingin bermain saja, sampai yang ingin mendalami olahraga ini. Futsal
umumnya namun yang membedakan adalah ukuran lapang, jumlah pemain dan
peraturan permainan. Dalam permainan futsal banyak aspek-aspek karakter yang
bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya Pendidikan
Jasmani itu sendiri. Dalam olahraga futsal keterampilan bermain sangat
diperlukan, diantaranya keterampilan teknik dasar futsal, harus diimbangi dengan
kemampuan individu, kepercayaan diri dan kerjasama tim yang didasari dari
motivasi pada siswa. Dalam permainan futsal terdapat beberapa macam teknik
bermain diantaranya passing, dan shooting, karena keterampilan tersebut paling
dominan yang digunakan pemain untuk dapat menguasai permainan dan tentunya
untuk mencetak gol.
Untuk mencapai tujuan penjas yang berkaitan motivasi belajar siswa serta
kemampuan keterampilan bermain yang efektif diperlukan sebuah kurikulum
yang baik. Pada kenyataannya untuk mencapai tujuan tersebut banyak kendala
yang dihadapi, diantaranya, jumlah siswa dan karakteristik siswa yang berbeda.
Kaitannya dengan penerapan metode pembelajaran penjas disekolah, guru penjas
senantiasa menerapkan gaya mengajar inklusi, dimana gaya tersebut memberikan
materi yang dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Menurut Suryobroto
(2001, hlm. 42) “Gaya cakupan atau inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang
digunakan oleh guru dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci
dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan”. Gaya
mengajar inklusi ini melihat prinsip-prinsip dan karakteristik siswa, siswa
didorong untuk dapat berpikir rasional dengan menempatkan posisi yang sesuai
dengan kemampuan diri siswa tersebut sehingga akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mengikuti pembelajaran penjas.
Prinsip perbedaan individu pada siswa sangat ditekankan pada pembelajaran
dengan gaya inklusi. Pada umumnya gaya tersebut biasa diterapkan pada sekolah
inklusi yang penyelenggaraan pendidikannya memberikan kesempatan kepada
untuk mengikuti pendidikan dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya. Namun disini peneliti ingin mencoba
menerapkan gaya tersebut pada kelas reguler, karena dalam kenyataan yang
terjadi dalam sekolah-sekolah reguler masih banyak yang menyeragamkan cara
memberikan materi pembelajaran, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa dalam menyampaikan pembelajaran pendidikan jasmani harus disesuaikan
dengan kemampuan dan karakteristik siswanya. Dengan diterapkannya gaya
mengajar inklusi yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan
tugas gerak yang akan dikerjakan, serta adanya tingkat-tingkat kesulitan yang
berbeda, maka akan timbulnya motivasi pada siswa untuk melakukan tugas gerak
yang diberikan oleh guru.
Masalah belajar yang terjadi selama proses pembelajaran penjas berhubungan
dengan motivasi belajar siswa. Motivasi tersebut memberikan pengaruh yang
besar terhadap proses dan tujuan dalam pembelajaran, seperti yang dikemukakan
Juliantine dkk (2012, hlm.17) “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau
kekuatan dalam diri individu, yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam proses belajar-mengajar motivasi sangat diperlukan, karena motivasi menentukan bagaimana siswa menjalani proses pembelajarannya.
Seorang siswa yang tidak termotivasi akan sulit mengerjakan suatu tugas yang
diberikan, sehingga hasil belajarnya tidak maksimal. Sebaliknya, siswa yang
termotivasi akan menghabiskan waktu dan usahanya untuk melakukan tugas yang
diberikan. Siswa tersebut akan berlatih dengan serius, sehingga proses
belajar-mengajar dapat berjalan lebih efektif, dan hasil belajarnya maksimal.
Menurut Sudjana (2004, hlm. 22) “Hasil belajar adalah kemampuan
-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.
Terdapat tiga macam hasil belajar mengajar : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2)
Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Dari pendapat diatas dapat
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Masalah yang akan dikaji oleh peneliti berkaitan dengan motivasi belajar
siswa dan hasil belajar permainan futsal. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Gaya
Mengajar Inklusi Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Permainan Futsal”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang
ditemui oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan guru penjas mengenai metode pembelajaran.
2. Jarang ditemukan guru penjas yang menggunakan metode gaya mengajar
inklusi.
3. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran penjas.
4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam permainan futsal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah gaya mengajar inklusi dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi
belajar permainan futsal?
2. Apakah gaya mengajar inklusi dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
3. Apakah gaya mengajar komando dapat memberikan pengaruh terhadap
motivasi belajar permainan futsal?
4. Apakah gaya mengajar komando dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar permainan futsal?
5. Apakah gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh lebih besar dengan gaya
mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi belajar
permainan futsal.
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap hasil belajar
permainan futsal.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar komando terhadap motivasi
belajar permainan futsal.
4. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar komando terhadap hasil belajar
permainan futsal.
5. Untuk mengetahui pengaruh yang lebih besar antara gaya mengajar inklusi
dengan gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar
E. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini menjadikan pengembangan ilmu mengenai
kebutuhan akan gaya mengajar pendidikan jasmani dalam olahraga permainan
futsal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan dan diterapkan dalam gaya
mengajar pembelajaran pendidikan jasmani.
b. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan pemahaman, pengetahun, pemikiran konsep
belajar melaalui gaya mengajar inklusi, meningkatkan motivasi dan rasa
senang dalam mengikuti proses pembelajaran penjas disekolah.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam
mengembangkan pembelajaran dan mampu mengembangkan pendekatan
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh
tujuan. Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan,
menggambarkan, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui
cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Metode penelitian
mencakup lokasi, populasi dan sampel, desain penelitian instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan lain-lain. Metode adalah suatu
cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan
penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan
hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan
prosedur penelitian.
Untuk menghasilkan suatu penelitian yang baik, terlebih dahulu
ditentukan metode sebagai jalan atau arah penelitian yang akan dituju.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan sifat dari peneltian
eksperimental itu sendiri yang mencoba mengetahui pengaruh dari sebuah
perlakuan. Sugiyono (2012, hlm. 106) menyatakan bahwa, “Metode
penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode yang digunakan adalah true experimental,menurut Sugiyono
(2012, hlm. 112):
Peneliti dapat mengontrol semua variable luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal dapat menjadi tinggi. Ciri utamanya adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random dari populasi tertentu.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pretest-posttest control group design.
ambar 1.1 Gambar 3.1
Pretest – Postest Control Group Design
(Sugiyono, 2012, hlm. 112)
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal untuk mengetahui
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, metode ini merupakan rangkaian suatu
kegiatan percobaan untuk menyelidiki permasalahan, secara lebih spesifik
penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Gaya Mengajar Inklusi
terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal.
B. Lokasi Penelitian
R O1 X O2
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Kartika
Siliwangi XIX-2 Bandung.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah sekelompok subjek baik manusia, benda ataupun
peristiwa yang ada hubungannya dengan peristiwa yang akan diteliti.
Subjek tersebut mempunyai sumber data yang relevan dan sanggup
memberikan jawaban terhadap masalah yang akan diteliti. Sugiyono
(2012, hlm. 119) menyatakan bahwa, “Populasi adalah wilayah generaisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik suatu kesimpulan”.
Populasi bukan hanya sekedar objek atau subjek saja, tetapi meliputi
seluruh karakteristik sifat, perilaku, keadaan dan lain-lan yang dimiliki
oleh objek atau subjek tersebut. Mengingat bahwa populasi sangat luas,
maka dalam penelitian ini peneliti membatasi populasi untuk membantu
mempermudah penarikan sampel, hal ini dipertegas oleh Sudjana (2000,
hlm. 91) yang berpendapat bahwa, “… pembatasan populasi dilakukan
dengan membedakan populasi sasaran (target population) dan populasi
terjangkau (accessible population)”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung,
sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII SMP Kartika
Siliwangi XIX-2 Bandung dengan jumlah populasinya 228 orang siswa.
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi objek penelitian,
Sugiyono (2012, hlm. 117) menjelaskan “Sampel adalah bagian jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel untuk
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling (sampel
acak). Adapun penjelasan mengenai simple random sampling menurut
Sugiyono (2012, hlm. 120) adalah “ dikatakan simpel karena sederhana,
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”.
Sedangkan untuk jumlah subyek sampelnya Arikunto(2006, hlm. 134)
menjelaskan bahwa,
Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, serta sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis menentukan sampel yang
diambil dari 20% jumlah populasi 228 orang siswa menjadi 46 orang
siswa, kemudian dibagi menjadi dua kelompok dengan cara pengundian
sederhana yakni 23 orang siswa dikelompok eksperimen dan 23 kelompok
kontrol.
D. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu menetapkan desain untuk dijadikan acuan
dalam langkah-langkah penelitian. “Desain penelitian merupakan suatu
rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan
tujuan penelitian” (Nasution, 2004, hlm. 40). Penggunaan desain
penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pretest-postest control group design, yakni pada desain ini dilakukan
pretest atau tes awal sebelum diberi perlakuan. Hal ini berarti hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Sampel Variabel bebas Variabel terikat
Kelompok
Kelompok Kontrol Gaya mengajar
komando
Motivasi belajar Hasil belajar futsal
Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis deskripsikan dalam bentuk gambar, sebagai berikut :
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
E. Definisi Operasional
a. Gaya mengajar inklusi
Menurut Suryobroto (2001, hlm. 36)
“Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak”.
b. Gaya mengajar komando
Juliantine (2012, hlm. 39) menjelaskan “Gaya komando gaya
mengajar yang sepenuhnya didominasi oleh guru, guru yang membuat
tentang bentu, tempo, urutan, intensitas penilaian, dan tujuan proses
belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar.
c. Motivasi belajar
Menurut Uno (2012, hlm. 22) “Motivasi dalam belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.
d. Hasil belajar
Pengolahan dan Analisis Data
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008, hlm. 2)”.
e. Permainan futsal
Menurut Lhaksana (2011, hlm. 7)
“Futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis. Dari segi lapangan yang relatif kecil, hampir tidak ada ruangan untuk membuat kesalahan, oleh karena itu, diperlukan kerjasama antar pemain lewat passing yang akurat, bukan hanya untuk melewati lawan. Ini disebabkan dalam permainan futsal pemain selalu berangkat dengan falsafah 100% ball posseion”.
F. Instrumen Penelitian
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani perlu adanya alat
evaluasi yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa. Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data atau alat
ukur untuk mengukur variabel penelitian. Untuk mencapai keberhasilan
dalam meneliti, maka diperlukan suatu teknik dan alat pengumpulan data
yang tepat atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Arikunto (2007,
hlm. 121) menjelaskan “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti
menggunakan sesuatu metode”.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan dalam permainan futsal dan skala atau angket motivasi
belajar.
1. Instrumen Motivasi Belajar
Untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa digunakan
kuesioner atau angket yang disusun oleh penulis. Menurut Sugiyono
(2010, hlm. 142) menyatakan bahwa,
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan teknik pengumpulan data yang paling efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu pasti apa yang akan diharapkan dari responden.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup dan
terbuka. Pertanyaan atau pernyataan terbuka adalah pernyataan yang
mengharapkan responden untuk menulis jawabannya berbentuk uraian
tentang suatu hal. Sedangkan pernyataan tertutup akan membantu
responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti
dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah
terkumpul. Arikunto (2006, hlm. 152) berpendapat bahwa “Angket
tertutup atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih”. Maka,
dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pertanyaan tertutup.
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variable yang akan
diteliti. Oleh karena itu angket tersebut harus dapat digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi belajar, maka
instrumen yang digunakan adalah tes motivasi belajar. Dalam penelitian
ini penulis akan menggunakan angket motivasi yang dikemukakan oleh
Mc Cleland (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006, hlm. 88) bahwa,
Motivasi dalam konteks pembelajaran berdasarkan tiga jenis kebutuhan yang berbeda, yaitu a. Motivasi untuk berprestasi, b. Motivasi untuk memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama c. Motivasi untuk berkuasa.
Yang kemudian dibuat menjadi kisi-kisi dimensi motivasi belajar,
pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Subvariabel Indikator No. Soal
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam artian
Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket
tertutup, yang telah tersusun atas pertanyaan atau pernyataan yang tegas,
teratur, konkrit, lengkap dan tidak menuntut jawaban. Alat yang digunakan
untuk mengukur angket tersebut adalah berupa skala dengan menggunakan
skalal Likert. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 93) “skala Likert adalah
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyususn
item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan”.
Penskoran atau alternatif jawab Likert ialah dalam bentuk chek list (v).
pilihan jawaban setiap item memiliki gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Model Summated Ratings (Likert)
Alternatif Jawaban Pemberian Skala Skor
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel tersebut penulis menetapkan kategori penskoran
sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat
Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak
Setuju = 1. Pernyataan untuk kategori negatif, yaitu Sangat Setuju = 1,
Setuju = 2, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak Setuju = 5.
Pemberian skala skor pada setiap kategori pernyataan tes, dilakukan
dengan pemberian bobot, terhadap lima alternatif jawaban.
2. InstrumenKognitif
Kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan
terdiri atas enam macam kemampuan, yaitu pengetahuan (kemampuan
mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari), pemahaman
(kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal), penerapan
(kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk
menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), analisis (kemampuan
menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur
organisasinya dapat dipahami), sintesis (kemampuan memadukan
bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan
memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok
ekstern atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu).
Terkait dengan pembelajaran futsal kemampuan intelektual yang peneliti
buat yakni:
1) Jelaskan teknik dasar dalam permainan futsal yang diketahui?
2) Apa yang dimaksud dengan olahraga permainan futsal?
3) Apa yang dimaksud dengan passing atau sepak-tahan bola?
4) Apa yang dimaksud dengan shooting?
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Jelaskan cara melakukan shooting dengan menggunakan kaki bagian
dalam yang benar?
7) Jelaskan cara melakukan shooting dengan menggunakan punggung
kaki yang benar?
8) Coba berikan penilaian terhadap cara passing dan shooting yang
dilakukan oleh temannya!
3. Instrumen Afektif
Afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan
menghayati suatu hal yang meliputi lima macam kemampuan, yaitu :
1) Kesadaran (kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal)
2) Partisipasi (kemampuan untuk turut serta atau terlibat dalam
sesuatu hal)
3) Penghayatan nilai (kemampuan untuk menerima nilai dan terikat
kepadanya)
4) Pengorganisasian nilai (kemampuan untuk memiliki sistem nilai
dalam dirinya)
5) Karakterisasi diri (kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana
sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi
tingkah lakunya)
Terkait dengan pembelajaran futsal sikap yang diamati dalam penelitian
ini disesuaikan dengan standar kurikulum kompetensi dasar untuk SMP
kelas VIII, yakni:
1) Percaya diri
2) Aktif
3) Kerjasama
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Menghargai lawan
6) Berbagi tempat dan peralatan
4. Instrumen Keterampilan Dasar Futsal
Untuk mengukur hasil belajar futsal, peneliti menggunakan tes teknik
dasar bermain futsal yang terdiri dari passing-stopping dan shooting ke
gawang. Tes tersebut diadopsi dan telah dimodifikasi dari tes keterampilan
Nurhasan& Cholil(2007, hlm. 207) disesuaikan dengan olahraga futsal
untuk selanjutnya diuji validitas dan reliabilitas tesnya.
a. Tes Sepak-Tahan Bola (Passing-Stopping)
Tujuan : untuk mengukur keterampilan dan gerak kaki dalam menyepak dan menahan bola.
Alat/fasilitas : bola futsal, stopwatch, bangku swedia, kapur. Pelaksanaan : siswa berdiri dibelakang garis tembak yang
berjarak 4 m dari sasaran / papan. Pada aba-aba „Ya‟ siswa melakukan tes tersebut mulai menendang bola ke sasaran/papan dan menahannya kembali dengan kaki dibelakang garis tembak. Lakukan kegiatan ini bergantian antara kaki kiri dan kanan selama 30 detik. Apabila bola keluar dari daerah tendang, maka siswa menggunakan bola cadangan yang telah disediakan.
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3
Tes Sepak tahan bola
b. Tes Menembak / Menendang Bola ke Sasaran (shooting)
Tujuan : mengukur keterampilan, ketepatan gerak kaki dalam menendang bola ke sasaran.
Alat / fasilitas : bola, stopwatch, gawang, angka-angka dalam kertas, tali
Pelaksanaan : siswa berdiri dibelakang bola yang diletakkan pada sebuah titik berjarak 10 m di depan gawang/sasaran, tidak aba-aba untuk memulai, siswa diberi 3 kali kesempatan. Gerakan tersebut dinyatakan gagal apabila bola keluar dari daerah sasaran, menempatkan bola tidak dijarak 10 m dari sasaran. Memberi skor : jumlah skor yang terkena sasaran dalam tiga kali
kesempatan, bila bola hasil tendangan mengenai tali pemisah skor pada sasaran, maka diambil skor terbesar dari kedua sasaran tersebut.
10
10
1
5
3
5
3
1
3
2 m 3 m
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.4
Tes Shooting
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen
Untuk menguji sebuah instrumen tertentu dalam penelitian, valid atau
tidaknya terdapat beberapa cara. Dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan
validitas instrumen dengan mengkorelasikan skor jawaban per-item
dengan skor total dengan rumus sebagai berikut :
√
Keterangan :
r = Korelasi product moment
∑ = Jumlah skor suatu item
∑ = Jumlah total skor jawaban
∑x = jumlah kuadrat skor jawaban suatu item jawaban
∑x = jumlah kuadrat total skor jawaban
Ketentuan yang berlaku adalah apabila kedua kelompok tersebut diatas
0,30 maka dianggap instrumen memiliki validitas konstruksi yang baik.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test –
retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Sedangkan secara
internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan uji reliabilitas dengan internal
konsistensi, yang hanya dengan mencobakan instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisi dengan teknik tertentu. Hasil
analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Dimana: = reliabilitas internal seluruh instrument
= korelasi product momen antara belahan pertama dan kedua
Peneliti memilih pengujian dengan menggunakan teknik dari spearman
brown (split half) karena pengujian ini dilakukan dengan cara mengujikan
instrumen sekali saja kemudian dianalisis dengan membelah dua bagian.
H. Teknik Analisis Data 1. Menghitung rata-rata
Mencari nilai rata-rata ( ̅ dari setiap data denga rumus :
̅
Keterangan: ̅ = nilai rata-rata
∑X = jumlah dari seluruh data
n = jumlah sampel
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Menghitung simpangan baku
S = ̅
Keterangan : S = simpangan baku
Xi = nilai data ke – i
̅ = nilai rata-rata data
n = jumlah sampel
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat
dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk
menentukan jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji
normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Lilliefors.
4. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat
dari hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menemukan
jenis statistik yang digunakan. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
F dengan rumus:
F =
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang
dibuat oleh peneliti. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t.
t = ̅ ̅
√
kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika
< t‟
<
dengan : ( ⁄ )
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
1. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar
permainan futsal.
2. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
permainan futsal.
3. Gaya mengajar komando tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi
belajar permainan futsal.
4. Gaya mengajar komando memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
permainan futsal.
5. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh lebih besar dari gaya mengajar
komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh gaya mengajar inklusi
terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal di SMP KartikaSiliwangi
XIX-2 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran permainan
futsal, seyogianya guru penjas menerapkan gaya mengajar inklusi dalam
2. Melalui gaya mengajar inklusi siswa akan lebih bersemangat, aktif dan
termotivasi dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas gerak selama proses
pembelajarannya.
3. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran sehingga baik pada pembelajaran futsal maupun penbelajaran
pendidikan jasmani lainnya dapat mengembangkan motivasi belajar dan
mengusai keterampilan secara optimal.
4. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani gaya
mengajar inklusi dapat dijadikan alternative guna mengembangkan motivasi
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktisi Edisi Revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Dikdasmen. (2004). Konsep – Dasar – Penjas – SMP (Online). Tersedia:
http://www.docstoc.com//docs/1991916/
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
FIFA. (2012). Futsal Laws Of The Game. Tidak Diterbitkan.
Hamzah, B.Uno. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara 2012.
Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar Dan Pemblejaran Penjas. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Lhaksana, Justinus. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be
Champion.
Lutan, Rusli. (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Depdiknas.
Mahendra. Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung, FPOK
Universitas Pendidikan Indonesia.
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mosston, Muska. (2008). Teaching Physical Education. First Online. Edition 2008.
Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhasan, Cholil. (2007). Tes Teknik Dasar Bermain Futsal. Diakses di
Respository.upi.edu/operator/upload
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Purwanto, Ngalim. (2002). Pengertian Belajar. Dalam Prisma Bekasi blogspot.com
Sardiman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers 2012.
Sucipto. (2002). Pembelajaran Sepak bola (Konsep, Metode, Dan Implementasi).
Depdiknas.
Sucipto, dkk. (2000). Sepak bola. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudrajat, Akhmad. (2010). Tugas-Tugas Perkembangan Individu. (Online) Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/02/tugas-perkembangan-individu/
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Surakhmand, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan.
Universitas Pendidkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI.
Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Yudiana, Yunyun. (2010). Pembelajaran (Instruction) Merupakan Akumulasi dari