• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana kita ketahui bahwa Bali merupakan tempat yang sering

dikunjungi oleh wisatawan asing, khususnya wisatawan Jepang. Hal ini terlihat

bahwa wisatawan Jepang yang berkunjung ke Bali menduduki urutan ke-3

diantara wisatawan asing dari negara lain (Berita Resmi Statistik BPS Provinsi

Bali, 1 April 2013). Banyak orang Jepang yang mempelajari budaya Bali,

misalnya bergabung dalam kelompok kesenian dan belajar menari atau bermain

gamelan. Sanggar tari Bali yang terdapat di Asagaya, Tokyo merupakan bukti

minat orang Jepang terhadap budaya Bali (http://www.femina.co.id/isu.wanita/

topik.hangat/kedekatan.psikologis.jepang.dan.bali/005/007/10).

Dengan minat wisatawan Jepang ke Bali, tentunya membutuhkan

tenaga-tenaga kepariwisataan yang handal yang mampu menguasai bahasa Jepang dalam

rangka menjelaskan berbagai keadaan dan kebudayaan yang ada di Bali. Hal ini,

menghindari kesalahan pemahaman dari wisatawan Jepang terkait dengan budaya

Bali yang unik. Untuk itu, kemampuan komunikasi sangat penting dalam

kemampuan berbahasa Jepang.

Hermawan (2012:5) mengungkapkan bahwa “komunikasi merupakan

proses memahami dan berbagi makna, karena jika makna dari suatu pesan tidak

dipahami oleh penerima pesan, maka suatu komunikasi tidak akan berjalan”.

Dengan demikian tugas penerima pesan sangat penting dalam suatu komunikasi,

bagaimana dia mampu menginterpretasikan suatu pesan. Dalam hal ini penerima

pesan melakukan apa yang disebut sebagai menyimak.

Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa menyimak bukan hanya

mendengar, tetapi memperoleh berbagai informasi berdasarkan pada penilaian dan

penetapan individual. Menurut Hermawan (2012:30) “menyimak merupakan

(2)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta

menerapkan setiap gagasan”. Pengertian menyimak ini didukung oleh Tarigan

(1983:19-22) yang mengungkapkan bahwa:

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Adapun tujuan umum menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran.

Menurut Hermawan (2012) menyimak memiliki peranan penting dalam

komunikasi sebagai faktor penentu kelancaran suatu komunikasi. Selain itu,

menyimak menempati ruang paling besar dalam aktivitas komunikasi. Adler

(dalam Hermawan, 2012:30) mencatat bahwa 53% aktivitas komunikasi dominan

oleh menyimak, sedangkan menulis 14%, berbicara 16% dan membaca 17%. De

Vito (dalam Hermawan, 2012) memberikan gambaran komparatif mengenai

aktivitas menyimak seperti pada gambar (1.1) di bawah, yaitu orang dewasa

meluangkan sekitar 45% untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk

membaca dan 9% untuk menulis, sedangkan mahasiswa meluangkan waktu

sebesar 53% untuk menyimak, 16% untuk berbicara, 17% untuk membaca dan

14% untuk menulis.

(3)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sebagaimana kita ketahui bahwa menyimak merupakan salah satu

keterampilan berbahasa, selain berbicara, menulis dan membaca. Berdasarkan

kuantitasnya dalam suatu komunikasi sebagaimana diungkapkan di atas,

menyimak harus mendapatkan perhatian lebih dalam proses belajar bahasa,

dibandingkan dengan kemampuan yang lain seperti berbicara, menulis dan

membaca. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa dewasa ini yang

metitikberatkan pada kemampuan komunikasi.

Dengan demikian, mempelajari suatu bahasa tidak dapat terlepas dari

kegiatan menyimak itu sendiri. Tarigan (1983:11) mengungkapkan bagaimana

seseorang belajar bahasa dengan jalan: mendengarkan atau menyimaknya,

menirukannya, dan mempraktekkannya. Dalam proses pemerolehan bahasa,

menyimak merupakan cara paling baik untuk mempelajari suatu bahasa seperti

yang dilakukan oleh seorang anak dalam memperoleh bahasa, baik bahasa ibu

maupun bahasa keduanya.

Terkait dengan belajar bahasa, Finocchiaro (dalam Tarigan, 1983:12)

memaparkan lebih jauh langkah-langkah dalam belajar bahasa karena ketika

seseorang mendengarkan sesuatu atau wacana, tanpa mengetahui makna dari apa

yang disampaikan maka tidak dapat disebut sebagai belajar. Adapun

langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Menentukan makna. Penting bagi seorang pengajar untuk menjelaskan makna setiap ekspresi atau kalimat baru yang hendak diajarkan.

b) Memperagakan ekspresi. Pengajar memperlihatkan kepada semua pembelajar tentang apa yang dimaksud dari ekspresi dan kalimat tersebut. c) Menyuruh mengulangi. Pembelajar hendaknya meniru dan mengulangi

apa yang disebutkan oleh pengajar.

d) Memberikan latihan ekstensif. Pengajar memberikan latihan seperti drill, aplikasi.

Dengan demikian, makna merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam

proses belajar bahasa, terutama dalam kaitannya dengan kegiatan menyimak yang

bertujuan untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh si pembicara. Terkait

(4)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahanan (reading comprehension), namun anak-anak sering gagal untuk memahami dan tetap menyimpan/memakai/menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar. Dengan demikian untuk mencapai hasil pengajaran menyimak yang baik, maka bimbingan dalam belajar menyimak dibutuhkan oleh pembelajar agar mereka mampu menyimak dengan lebih efektif dan teratur.

Pengajaran menyimak pada tingkat universitas di Indonesia sudah

dilakukan dengan menyediakan waktu khusus sebagai satu mata kuliah. Hal ini

berbeda dengan pengajaran bahasa Jepang di sekolah menengah, yaitu

kemampuan menyimak, berbicara, menulis dan membaca dikolaborasikan dalam

suatu pembelajaran dalam waktu yang terbatas. Walaupun pengajaran menyimak

di universitas sudah terpisah dengan pengajaran kemampuan yang lainnya, tetapi

diselenggarakan dengan menyesuaikan pada kecepatan pengajaran kemampuan

lainnya. Kemudian, pemberian pengajaran menyimak memiliki porsi/waktu dan

metode pengajaran yang berbeda antara satu universitas dengan universitas yang

lainnya tergantung pada kebijakan masing-masing universitas tersebut. Terlepas

dari porsi/waktu serta metode pengajaran yang digunakan, tentunya terdapat

kesamaan dalam hal usaha untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari

pencapaian yang diperoleh mahasiswa. Untuk mengetahui suatu proses pengajaran

berjalan sesuai dengan tujuan dari pembuatan program tersebut diperlukan suatu

evaluasi. Hal ini sesuai dengan komponen dalam kurikulum yang menunjukkan

(5)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gambar 1.2: Komponen Pengembangan Kurikulum Bahasa (Brown dalam Hamied, 2013:3)

Dari gambar 1.2 tersebut dapat diketahui bagaimana terjadi saling

mempengaruhi antara evaluasi dan pengajaran, yakni pengajaran memerlukan

suatu evaluasi untuk mengetahui apakah apa yang dilakukan dalam proses

pengajaran sudah benar dan tepat. Evaluasi dapat dijadikan sebagai cermin dalam

kegiatan pengajaran untuk melakukan suatu perbaikan dan penyempurnaan.

Kemudian evaluasi sendiri tidak akan dilakukan jika tidak ada suatu pengajaran.

Berbicara tentang evaluasi, dalam rangka mengetahui kemampuan

menyimak atau keberhasilan pengajaran menyimak diperlukan juga suatu evaluasi

untuk mengetahui bagaimana pengajaran yang telah dilakukan selama ini.

Evaluasi/penilaian dilakukan dengan memberikan sebuah tes kepada pembelajar.

Dalam kaitannya dengan pengajaran menyimak, terdapat tes kemampuan

menyimak. Djiwandono (2008) mengungkapkan bahwa tes kemampuan

menyimak merupakan tes berdasarkan sasaran tes, yang sasaran utama tes

Analisis Kebutuhan

E

V

A

L

U

A

S

I

Tujuan

Pengujian

Bahan

(6)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kemampuan menyimak adalah kemampuan testi/pembelajar untuk memahami isi

wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara atau sekedar

rekaman audio atau video.

Terkait dengan tes, dalam bahasa Jepang terdapat tes kemampuan bagi

pembelajar bahasa Jepang yang bukan merupakan penutur bahasa Jepang disebut

dengan Nihongo Nouryoku Shiken (Okamoto, dkk., 2011). Dalam tes tersebut juga

termasuk pengukuran/penilaian terhadap kemampuan menyimak. Berdasarkan

laporan hasil Nihongo Nouryoku Shiken yang diselenggarakan pada Desember

2012, diketahui bahwa hasil kemampuan menyimak pada pembelajar bahasa

Jepang di luar Jepang (termasuk di Indonesia) nilai rata-ratanya lebih rendah bila

dibandingkan dengan pembelajar yang berada di Jepang. Adapun perbedaan

rata-rata kemampuan menyimak tersebut pada semua level (N1, N2, N3, N4 dan N5)

antara 3-6 (The Japan Foundation & Japan Educational Exchanges and Servis,

2013). Hal ini tentunya menjadi cermin dalam pengajaran menyimak bahasa

Jepang. Tetapi, jika hanya berpatokan pada hasil tes kemampuan yang hanya

menunjukkan angka perolehan dari testi, maka tidak akan diketahui permasalahan

yang sebenarnya terjadi pada pembelajar khususnya dalam menyimak bahasa

Jepang.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka diperlukan suatu tes yang mampu

menunjukkan kelemahan dan kelebihan pembelajar terkait dengan penguasaan

mereka terhadap kemampuan menyimak bahasa Jepang. Hal ini sejalan dengan

salah satu tujuan tes, yaitu diagnosis dan umpan balik (Diagnosis and Feedback)

untuk menunjukkan dengan tepat kelebihan dan kekurangan dalam kemampuan

belajar dari pembelajar. Dalam hal ini, menurut Henning (1987:1) “tes diagnostik

(diagnostic test) berguna untuk menyediakan informasi yang kritis terhadap

pembelajar, pengajar, dan penyelenggara pendidikan yang dapat membuat proses

pembelajaran yang efisien”. Oleh sebab itu, pembuatan tes diagnostik menyimak

bahasa Jepang dapat dianggap sebagai hal yang mendesak, karena dengan

diketahuinya permasalahan yang terjadi maka akan lebih tepat perbaikan yang

(7)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kegiatan menyimak dalam bahasa Jepang, bila dibandingkan dengan

bahasa Indonesia sudah tentu memiliki kerumitan tersendiri, terdapat banyak

ruigigo, tagigo, serta dou’on igigo dalam bahasa Jepang yang membuat bingung

pembelajar. Selain itu, terdapat pelesapan yang dilakukan dalam kalimat bahasa

Jepang terutama dalam bahasa lisan. Hal ini tentunya menjadi kesulitan dalam

proses menyimak itu sendiri.

Dalam tes menyimak bahasa, dalam hal ini bahasa Jepang digunakan

berbagai jenis tes seperti tes menjodohkan, tes benar-salah, tes pilihan ganda

(multiple choice), dan sebagainya. Menurut Shimada (2003), dalam penggunaan

bentuk pilihan ganda yang dalam bahasa Jepang disebut dengan 多肢選択式 /tashisentakushiki (multiple choice format), memiliki dua bentuk penyajian

pilihan ganda (選 択 肢 提 示 形 式) dengan grafik, bagan, dan lain-lain yang merupakan bentuk penyajian yaitu 視覚情報で提示する形式, serta penyajian pilihan ganda dengan bahasa yang disebut dengan 言語情報で提示する形式. Terdapat dua model penyajian pilihan ganda dari 言語情報で提示する形式 yaitu 文字提示形式 (mojiteijikeishiki) dan 音声提示形式 (onseiteijikeishiki). Yang dimaksud dengan 文 字 提 示 形 式 (mojiteijikeishiki) merupakan bentuk penyajian pilihan ganda yang dituliskan dalam lembar soal, sedangkan 音声提示 形 式 (onseiteijikeishiki) merupakan bentuk penyajian pilihan ganda dengan menggunakan suara/rekaman suara saja.

Bentuk penyajian pilihan ganda tersebut dapat kita jumpai dalam tes

kemampuan bahasa Jepang (Nihongo Nouryoku Shiken) dan pada tes masuk

mahasiswa asing di Jepang (Nihonryuugaku Shiken). Tetapi, pada Nihonryuugaku

Shiken keseluruhan tes menyimak menggunakan 音 声 提 示 形 式 (onseiteijikeishiki), sedangkan pada Nihongo Nouryoku Shiken sebagaian besar

menggunakan 音声提示形式 (onseiteijikeishiki). Hal ini menunjukkan bahwa dalam tes menyimak dengan multiple choice yang dilakukan oleh pihak Jepang

(8)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menggunakan音声提示形式 (onseiteijikeishiki). Hal ini menurut Shimada & Hou (2009) kemungkinan disebabkan adanya pemikiran bahwa pilihan ganda yang文

字提示形式 (mojiteijikeishiki) dapat mengukur kemampuan selain menyimak

sehingga menyebabkan kemungkinan hilangnya validitas dan reliabilitas soal

tersebut.

Untuk memastikan apakah 文字提示形式 (mojiteijikeishiki) itu benar-benar merupakan penyebab menurunnya tingkat validitas dan reliabilitas dari tes

menyimak bahasa Jepang, telah dilakukan berbagai penelitian. Pada tahun 2003

dilakukan penelitian oleh Shimada tentang pengaruh 選択肢提示形式 terhadap tes menyimak bahasa Jepang serta faktor yang mempengaruhi persentase jawaban

benar dari item tes menyimak bahasa Jepang. Dari hasil penelitian yang dilakukan

terhadap mahasiswa luar negeri yang belajar di Jepang, diperoleh kesimpulan

bahwa persentase jawaban benar dari文字提示形式 (mojiteijikeishiki) lebih besar dibandingkan 音声提示形式 (onseiteijikeishiki). Kemudian pada tahun 2006a, Shimada melakukan penelitian lanjutan terkait faktor yang mempengaruhi tingkat

kesulitan dalam tes menyimak bahasa Jepang dengan membandingkan 選択肢提 示形式. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesulitan antara soal dengan選択肢提示形式berbeda pada soal dengan karakteristik pemahaman secara keseluruhan serta item jawaban yang berupa

sebuah kalimat, sedangkan pada soal dengan karakteristik pemahaman sebagian,

soal dengan topik yang jelas ataupun tidak, bentuk pilihan jawaban berupa kata,

posisi petunjuk/clue baik di awal maupun di akhir percakapan/wacana, 文字提示 形式 (mojiteijikeishiki) lebih gampang dijawab (tingkat kesulitan rendah) bila

dibandingkan dengan音声提示形式 (onseiteijikeishiki).

Selain itu, terdapat pula penelitian tahun 2009 yang dilakukan oleh

Shimada dan Hou, yaitu penelitian dilakukan di China terhadap mahasiswa

pembelajar bahasa Jepang penutur bahasa China. Hasilnya diketahui bahwa tidak

(9)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

示形式 (mojiteijikeishiki) dengan yang menggunakan pilihan 音声提示形式 (onseiteijikeishiki). Hasil tersebut disebabkan karena di China, pembelajarnya

tidak terbiasa mendengarkan sambil melihat tulisan, sehingga 文字提示形式 (mojiteijikeishiki) tidak unggul, kemudian diketahui pula bahwa mahasiswa di dua

universitas tempat dilakukannya penelitian terbiasa dengan hanya mendengarkan

saja pilihan jawaban tes menyimak karena di sana dilaksanakan bimbingan

menghadapi Nihongo Nouryoku Shiken.

Dari penelitian Shimada (2003) dan Shimada & Hou (2009) di atas

diketahui bagaimana pengaruh bentuk penyajian pilihan jawaban terhadap tes

menyimak pada pembelajar asing yang ada di dalam Jepang serta yang ada di

China, yang hasilnya berbeda. Penelitian terkait dengan bentuk penyajian pilihan

ganda dalam tes menyimak bahasa Jepang belum ada di Indonesia. Sebagaimana

kita ketahui bahwa penelitian yang dilakukan di Jepang dan China tersebut

menggunakan subjek penelitian dengan lingkungan penggunaan Kanji (walaupun

terdapat subjek yang bukan dari Jepang tetapi mereka hidup di Jepang),

sedangkan di Indonesia bukan merupakan lingkungan pengguna Kanji serta dalam

kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa Jepang sangat jarang digunakan.

Peneliti berpendapat bahwa keadaan ini kemungkinan menyebabkan multiple

choice yang tertulis tidak membantu dalam menjawab tes menyimak bahasa

Jepang bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal di atas, peneliti telah melakukan

penelitian awal terhadap pembelajar bahasa Jepang penutur bahasa Indonesia,

yang terdiri dari mahasiswa S1 tingkat 4 di Bali sebanyak 12 orang serta 11 orang

mahasiswa S2 di Bandung (yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia). Dari

11 orang mahasiswa S2 di Bandung tersebut dua orang sudah lulus Nihongo

Nouryoku Shiken N2. Dari hasil penelitian awal tersebut dapat diketahui bahwa

sebagian besar menyatakan bahwa tes menyimak pada Nihongo Nouryoku Shiken

susah, karena kecepatan percakapan/wacana dari soal. Selain itu, terkait dengan

bentuk pilihan jawaban, 65% pembelajar mengatakan bahwa jika lebih banyak

(10)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

memperoleh nilai lebih tinggi pada menyimak, sedangkan yang lain menyatakan

tidak. Mengenai permasalahan kemampuan menyimak, mereka berpendapat

bahwa kemampuan mereka berhubungan dengan cara pengajaran menyimak yang

dilakukan oleh dosen yang mengampu mata kuliah tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat perbedaan pendapat peneliti

dengan pembelajar bahasa Jepang yang ada di Indonesia, serta pentingnya

pembuatan dan pelaksanaan tes diagnostik yang mampu mengetahui kelebihan

dan kekurangan pembelajar bahasa Jepang di Indonesia terkait dengan

kemampuan menyimak, oleh sebab itu maka akan diadakan penelitian tentang

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI

PENUTUR BAHASA INDONESIA (Ujicoba pada Mahasiswa Tingkat III di

Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Udayana, dan STIBA

Saraswati Tahun Ajaran 2013/2014)”. Penelitian ini akan dilakukan pada

mahasiswa pembelajar bahasa Jepang di Lembaga pendidikan yang ada di Bali.

Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa komunikasi tidak lepas dari menyimak,

maka sudah seharusnya lembaga pendidikan bahasa Jepang di Bali lebih

memperhatikan kemampuan menyimak tersebut. Bukan hanya lembaga yang

nantinya menghasilkan tenaga kependidikan tetapi juga lembaga lainnya yang

memberikan bahasa Jepang sebagai bidang keahlian atau kemampuan tambahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana validitas model tes diagnostik dengan 選択肢提示形式 yang berbeda untuk menyimak bahasa Jepang bagi mahasiswa tingkat III di

Universitas Pendidikan Ganesha (berikutnya disingkat Undiksha),

Universitas Udayana (berikutnya disingkat Unud) dan Sekolah Tinggi

(11)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana reliabilitas model tes diagnostik dengan選択肢提示形式 yang berbeda untuk menyimak bahasa Jepang bagi mahasiswa tingkat III di

Undiksha, Unud dan STIBA Saraswati?

3. Bagaimana tingkat kesulitan dan daya pembeda model tes diagnostik

dengan選択肢提示形式 yang berbeda untuk menyimak bahasa Jepang bagi mahasiswa tingkat III di Undiksha, Unud dan STIBA Saraswati?

4. Apakah kesulitan dalam tes menyimak bahasa Jepang?

5. Model tes diagnostik yang bagaimana layak untuk mengetahui kelebihan

dan kekurangan pembelajar dalam menyimak bahasa Jepang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini ingin

mendeskripsikan:

1. validitas model tes diagnostik dengan選択肢提示形式 yang berbeda untuk menyimak bahasa Jepang bagi mahasiswa tingkat III di Undiksha, Unud

dan STIBA Saraswati;

2. reliabilitas model tes diagnostik dengan 選択肢提示形式 yang berbeda untuk menyimak bahasa Jepang bagi mahasiswa tingkat III di Undiksha,

Unud dan STIBA Saraswati;

3. tingkat kesulitan dan daya pembeda model tes diagnostik dengan選択肢提

示 形 式 yang berbeda untuk menyimak bahasa Jepang bagi mahasiswa

tingkat III di Undiksha, Unud dan STIBA Saraswati;

4. kesulitan dalam tes menyimak bahasa Jepang; dan

5. model tes diagnostik yang layak untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan pembelajar dalam menyimak bahasa Jepang.

D. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini hanya dibatasi pada validitas, reliabilitas, tingkat

kesulitan, dan daya pembeda. Validitas mencakup validitas isi, yaitu kajian

(12)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kesesuaian dengan konstruk dalam arti konsep, kerangka teori, atau dasar

pemikiran yang dibuktikan secara analitis-argumentif, validitas empirikal, yaitu

pada tingkat kesulitan dan daya pembeda tes. Selain itu, kesulitan dalam tes

menyimak bahasa Jepang yang dimaksud di sini hanyalah sebatas karakteristik

pada soal tes.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pengetahuan terkait tes menyimak bahasa Jepang, yaitu pengaruh penyajian

pilihan jawaban terhadap tes menyimak bahasa Jepang bagi pembelajar

Indonesia, dan kesulitan dalam tes menyimak bahasa Jepang. Hasil ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan tes menyimak bagi

pembelajar bahasa Jepang penutur bahasa Indonesia. Selain itu diharapkan bisa

menjadi salah satu refrensi bagi penelitian-penelitian pengembangan

selanjutnya yang terkait dengan tes menyimak bahasa Jepang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi mahasiswa tentang

kemampuan menyimak bahasa Jepang mereka, terkait dengan

kelemahan-kelemahan yang menjadi kesulitan dalam tes menyimak bahasa Jepang.

Dengan demikian, kelemahan tersebut dapat diperbaiki demi peningkatan

kemampuan menyimak bahasa Jepang.

(13)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber untuk mengetahui

kesulitan dalam tes menyimak bahasa Jepang sebagai acuan dalam

pembuatan tes menyimak bahasa Jepang bagi pembelajar Indonesia.

c. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam menyusun suatu kebijakan yang berhubungan dengan pengajaran

menyimak bahasa Jepang di lembaga pendidikan, yang memberikan

bahasa Jepang sebagai suatu bidang keahlian.

3. Struktur Organisasi

BAB I Pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan juga

struktur organisasi.

BAB II Landasan Teoretis, diuraikan mengenai Kajian Pustaka, Kerangka

Berpikir dan Hipotesis. Kajian pustaka mencakup konsep dasar tentang evaluasi

atau penilaian dalam pembelajaran bahasa, tes pembelajaran bahasa, tes

diagnostik, tes standar dan level kemampuan bahasa Jepang, menyimak, tes

menyimak, validitas dan reliabilitas tes, serta penelitian terdahulu.

BAB III Metode penelitian, dirumuskan tentang jenis metode penelitian,

sumber data, data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan

teknik pengolahan data.

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan, dirumuskan tentang pengolahan

dan interpretasi data dari hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan Saran, diuraikan simpulan tentang hasil penelitian

(14)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif

dan pendekatan kualitatif. Emzir (2010:28) menjelaskan tentang pendekatan

kuantitatif sebagai berikut:

Pendekatan kuantitaif merupakan suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma pospositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.

Dengan demikian, pendekatan kuantitatif memiliki karakteristik yaitu adanya

suatu perlakuan terhadap objek penelitian dan menggunakan data statistik.

Pendekatan kualitatif, yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang

alamiah. Dengan maksud bahwa tidak ada suatu pengkondisian suatu subjek

dalam penelitian. Lebih rinci lagi dijelaskan oleh Emzir (2010:28) mengenai

pendekatan kualitatif adalah:

Pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (seperti makna jamak dari pengalaman individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola). Pendekatan ini menggunakan strategi penelitian seperti naratif, fenomenologis, etnografis, studi grounded theory, atau studi kasus. Peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka terutama dimaksudkan untuk mengembangkan tema-tema dari data.

Dilihat dari taraf pembahasan masalah, penelitian dikelompokkan menjadi

penelitian deskriptif dan penelitian inferensial. Menurut Kuncoro (dalam Siswanto,

(15)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diajukan”. Hal ini berbeda dengan apa yang akan dilakukan dalam penelitian ini,

yaitu dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Ciri dari penelitian deskriptif menurut Rakhmat (1984:35) adalah “menitik

beratkan pada observasi dan suasana alamiah”. Hal ini didukung pula pada

penjelasan tentang penelitian deskriptif oleh Kuncoro (dalam Siswanto, 2012:8),

yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data-data untuk mendapatkan gambaran

hasil penelitian, dimana hasil penelitian sebatas menggambarkan permasalahan

yang ada. Menurut Rakhmat (1984:34-35), penelitian dengan metode deskriptif

bertujuan untuk:

a) mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada,

b) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku,

c) membuat perbandingan atau evaluasi, dan

d) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah pembelajar bahasa Jepang tingkat

III pada tiga perguruan tinggi yang ada di Bali yang memberikan bahasa Jepang

sebagai bidang keahlian. Adapun lembaga tersebut meliputi Universitas

Pendidikan Ganesha, Universitas Udayana dan STIBA Saraswati. Pemilihan

pembelajar tingkat III disebabkan mereka yang sebentar lagi masuk dunia

pekerjaan selain tingkat IV. Tetapi melihat situasi bahwa tingkat IV sedang masa

KKN dan PPL maka akan sulit meminta kehadiran mereka untuk menjadi sampel

penelitian. Adapun jumlah pembelajar bahasa Jepang tingkat III di masing-masing

perguruan tinggi tersebut adalah:

Tabel 3.1: Jumlah Sumber Data

Nama Perguruan Tinggi Jumlah kelas

Jumlah mahasiswa

Universitas Pendidikan Ganesha 2 67

Universitas Udayana 2 40

(16)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Total mahasiswa 154

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif yaitu hasil ujicoba tes. Hasil ujicoba tes merupakan data kuantitaif

karena merupakan data berupa angka atau bilangan yang diperoleh testi dalam

menyelesaikan tes yang diberikan oleh peneliti. Data hasil tes tersebut nantinya

akan diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal tersebut, kemudian

dianalisis pula perbandingan tingkat kesulitan tes berdasarkan perbedaan

penyajian pilihan jawaban tulisan dan suara.

Data kualitatif dari penelitian ini merupakan kesulitan dalam tes

menyimak bahasa Jepang, data ini berupa karakteristik soal yang menjadi masalah

dalam tes menyimak bahasa Jepang yang diambil pula dari hasil ujicoba tes.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2009:117) merupakan “suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Jadi

harus ada kesesuaian antara apa yang diamati dengan alat yang digunakan untuk

memperoleh data tentang objek atau fenomena yang diamati. Terkait dengan

instrumen penelitian, sesuai dengan tujuan dan objek yang dikaji dalam penelitian

ini, maka instrument dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Indrakusuma

(dalam Daryanto, 2008:35), “Tes merupakan suatu alat atau prosedur yang

sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan

yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan

cepat”. Sedangkan tes menurut Arikunto (2009:53) merupakan “alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan

yang sudah ditentukan”. Adapun jenis instrumen dalam penelitian ini adalah Tes

(17)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Terkait Tes Pilihan Ganda (Multiple choice), berikut akan dijelaskan

secara rinci bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini (pada tabel 3.2).

Butir soal diambil dari tes menyimak dalam buku latihan Nihongo Nouryoku

Shiken, hal ini untuk memperoleh soal yang dibuat oleh tenaga ahli bahasa Jepang.

Pemilihan tes menyimak dari Nihongo Nouryoku Shiken (N3) berdasarkan tujuan

penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesulitan tes pada bentuk pilihan ganda

sehingga diperlukan suatu tes yang memang dibuat oleh para ahlinya untuk

menghindarkan terjadinya tebakan yang dilakukan testi. Penggunaan N3

berdasarkan pada level bahasa Jepang yang subjek peroleh yaitu masuk pada level

menengah, tapi hanya level menengah awal.

Tabel 3.2: Model Tes

Bentuk penyajian pilihan

jawaban Bagian dalam tes

Sumber soal dari Nihongo Nouryoku Shiken N3

文字提示形式 (bentuk penyajian tulisan)

No. soal 1-15

Adapun langkah-langkah pembuatan tes dalam penelitian ini adalah:

1) Pembuatan garis besar tes, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.3: Garis Besar Tes

Garis Besar Tes Isian

1 Tujuan Umum penyelenggaraan tes

Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajar penutur bahasa Indonesia dalam menyimak bahasa Jepang pada level N3

2 Rincian tujuan penyelenggaraan tes

- Mengetahui tingkat kesulitan tes menyimak dengan bentuk pilihan berbeda yaitu tulisan dan suara

- Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam menyimak bahasa Jepang 3 Jenis tes dan tes format Tes diagnostik menyimak

Tes format pilihan ganda (multiple choice)

(18)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2) Nishikuma, S., dkk. (2011). タ ン別徹底 ‐日 語能力試験N3‐. Japan: Aruku. 3) Sasaki, H. & Matsumoto, N. (2012). 日 語

能力試験 対策 日 語総 N3 聴解.

Tokyo: Ask. 5 Jumlah butir soal 30 butir soal

2) Penyusunan kisi-kisi tes, dengan rincian sebagai berikut:

Soal utama Tujuan Bagian A

文字提示形式

(19)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Tabel. 3.4: Kisi-kisi Tes

Dalam penelitian ini akan diadakan perbandingan antara tingkat kesulitan

antara bentuk penyajian suara dan bentuk penyajian tulisan dalam tes tersebut

maka masing-masing bagian tes yaitu A dan B memiliki kesulitan tes yang

sama dilihat dari kata dan pola kalimat.

3) Penyusunan tes

Dalam penyusunan tes dilakukan perekaman suara dari native untuk

memperoleh pelafalan yang benar. Perekaman ini terkait pada instruksi

pengerjaan tes, dan soal tes yang pada bagian pilihan jawabannya belum ada

rekaman suara, disebabkan jenis soal dari sumber hanya berupa pilihan bentuk

penyajian tulisan. Kemudian dilakukan proses editing dari audio, baik dalam

hal penyesuaian susunan tes maupun penyesuaian kecepatan percakapan sesuai Nomor soal Nomor soal

(20)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dengan standar pada level N3 yang diucapkan dengan kecepatan sedikit

mendekati alami. Hal ini disebabkan karena pada beberapa soal ditemukan

percakapan yang masih menggunakan kecepatan alami. Penyesuaian kecepatan

percakapan dilakukan pada soal nomor 2, 5, 9, 17, 18, 20, 22 dan 23 (soal yang

sudah diperbaiki setelah judgement pertama). Kecepatan percakapan yang

dijadikan pedoman adalah kecepatan percakapan pada contoh soal yang

diberikan oleh The Japan Foundation & Japan Educational Exchanges and

Service (2009) dalam bukunya berjudul 新 い 日 語能力試験 イ

ッ ‐概要 問 例集N1, N2, N3-.

4) Expert Judgement, yang dilakukan oleh tenaga pengajar yaitu native bahasa

Jepang. Judgement dari native dilakukan pertama kali setelah tes dibuat.

Berdasarkan hasil judgement tersebut diketahui terdapat beberapa butir soal

yang sulit bagi pembelajar tingkat III dalam hal ini pada level N3 Nihongo

Nouryoku Shiken, serta terdapat soal yang tidak sama durasi

percakapan/monolog sehingga dilakukan penggantian butir soal. Tes bagian A

dan bagian B memiliki tingkat kesukaran yang sama sehingga penggantian

salah satu butir soal pada tes bagian A akan menyebabkan penggantian pula

butir soal pada tes bagian B, begitu juga sebaliknya. Adapun hasil judgement

tes dari native meliputi:

(a) Soal nomor 2 dan nomor 17, tidak memiliki durasi/panjang percakapan

yang hampir sama, sehingga perlu diganti;

(2) 男 人 女 人 話 い 男 人買

M : 間買 ?

F : 棚 確 段目 右 う

M : 段目

F : う

M : う い ! う 段

男 人 買

段目 右 う

(21)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

段目 う

Diganti dengan soal berikut ini:

(22)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(17) 大学 男 い 先生 手伝い い 男 人

(b) Soal nomor 8, kurang jelas audionya sehingga diganti;

(23)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

(24)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(25)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

F1: 帰 う 前借

(d) Soal nomor 18, bagian yang digaris bawahi terlalu menjebak dan terdapat

kata yang susah sehingga perlu diganti, selain itu durasi percakapan tidak

sama dengan soal nomor 3. Kedua soal tersebut diganti;

(26)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(27)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4人 5人

(e) Soal nomor 19, terdapat pola kalimat yang susah dan situasi dalam

percakapan tidak diketahui oleh semua pembelajar (situasi yang khusus)

sehingga perlu diganti, tetapi pada soal 4 tidak diganti;

(19) 親 息子 話 い 息子 う 泣い

F : い 兄 マイ う ?

M: 家 出 マイ 急 泣 出

F :マイ 赤 ママ い

兄 い

M: 人 マイ 泣い

う いい わ

マイ 笑う う う

歌 歌

息子 う 泣い

家 出

妹 い

Diganti dengan soal:

(19) 夫婦 話 い 息子 今 う い い

F : 出 う ?

M: 子 車 乗 気 悪 …

F : 行 い ?

M: うう 薬 買い 行 車 乗 前 飲 大

夫 今日行 う 昨日宿 終わ

子 う少 戻 わ

F : う

息子 今 う い い

車 乗 気 悪

一緒 出 い

宿 い

(28)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(29)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

M: 来週 月曜日 火曜日 出張 木曜日

hampir sama dengan soal nomor 6, kemudian kedua soal tersebut diganti;

(30)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(31)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

物 作

hampir sama dengan soal nomor 7, penggantian hanya pada soal nomor 22.

(32)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu M:

男 人 旅行 い う思 い

桜 い

温 疲 取 両親 疲

両親 満足

Diganti dengan soal:

(22) 留学生 日 気候 い 話 い

F: 私 一 中暑い国 来 日 夏 う

気温 い 暑 感 日 人 友

去 う 暑 言 い 信

私 半 前 日 来

雪 降 い 寒 日 寒い

暑い 差 激 い 私 ういう季

節 い 気 入 い 春

桜 当 い 秋 来 楽

留学生 日 気候 う思 い

季節 い 好

自 国 気温 高い 信 い

夏 冬 い 春 秋 いい

冬 寒 夏 暑 う 厳 い

Penggantian butir soal yang baru tidak menduduki nomor soal yang sama

dengan soal yang digantikan karena disesuaikan dengan tingkat kesulitan butir

soal, dalam hal ini diurutkan dari yang mudah ke yang sulit. Selain penggantian

soal di atas, peneliti juga melakukan penyesuaian tingkat kesulitan kata pada

pilihan jawaban satu butir soal nomor 9 (soal yang diganti), pada pilihan

jawaban 1 dan 2 menggunakan kata 変え , awalnya menggunakan kata 変更

yang merupakan kata level lebih tinggi.

Setelah dilakukan penggantian butir soal, kemudian dilakukan pula judgement

(33)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

di perguruan tinggi yang dilakukan oleh pengajar menyimak bahasa Jepang

yang merupakan native. Judgement yang lainnya dilakukan terhadap tes

berdasarkan 10 kriteria judgement tes menurut Alderson (1985) yang dilakukan

oleh peneliti beserta dengan kolega yang merupakan mahasiswa pascasarjana.

Adapun hasil judgement tes tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5: Hasil Judgement Tes Berdasarkan 10 Kriteria Judgement Tes

(34)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.

1. Soal harus sesuai dengan indikator 2. Pengecoh harus berfungsi

3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. 4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

5. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

6. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban

di atas salah/benar”.

7. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya. 8. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang

bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang. Artinya, bahwa dalam merumuskan pokok soal jangan menggunakan kata atau ungkapan seperti sebaiknya, umumnya,kadang-kadang, atau kata yang tidak pasti karena makna kata-kata itu tergantung pada keadaan dan situasi siswa yang bersangkutan.

9. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

10.Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti sebagaimana

dijelaskan dalam instrumen penelitian, adalah teknik tes untuk mengumpulkan

hasil ujicoba tes berupa skor yang diperoleh testi. Adapun langkah-langkah

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Membuat instrumen penelitian berupa tes diagnostik dengan bentuk tes

berupa tes pilihan ganda, yang butir-butir soalnya diambil dari buku-buku

(35)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Melaksanakan pemberian tes pada mahasiswa masing-masing perguruan

tinggi yang akan diberikan pada waktu yang hampir bersamaan. Pelaksanaan

tidak bisa dilakukan serempak mengingat tempat perguruan tinggi tersebut

yang berjauhan sehingga memerlukan waktu ketika berpindah dari satu

perguruan tinggi ke perguruan tinggi lainnya. Selain itu, pelaksanaan tes

menyesuaikan dengan ketersediaan waktu dari lembaga bersangkutan.

3. Terdapat 2 kelas dalam satu lembaga perguruan tinggi. Oleh karena itu, tes

dilaksanakan bergantian, tidak serempak mengingat perbandingan luas

fasilitas ruang dengan jumlah mahasiswa yang berbeda. Memberikan nomor

pada masing-masing hasil tes, memasukkan data hasil tes, serta membuat dua

deret skor nilai berdasarkan nomor soal.

F. Teknik Pengolahan Data

Menurut Siswanto (2012:70) data hasil tes yang baru dikumpulkan

merupakan data mentah, sehingga untuk memperoleh suatu informasi maka data

tersebut harus diolah sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini, data yang telah

diperoleh kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memberikan skor pada masing-masing hasil tes yang dilakukan oleh testi.

Adapun cara penskoran dengan memberikan skor (1) jika jawabannya benar

dan skor (0) jika jawabannya salah.

2. Hasil skor masing-masing butir soal dan masing-masing testi akan

dimasukkan dalam tabel Microsoft exel. Ini untuk mempermudah

penghitungan jumlah testi yang menjawab benar pada masing-masing butir

soal, dan jumlah skor masing-masing testi.

3. Dilakukan penghitungan rata-rata nilai tes bagian A dan B untuk melihat

tingkat kesulitan antara tes bagian A (bentuk penyajian pilihan tulisan) dan

bagian B (bentuk penyajian suara). Ini untuk melihat tes bentuk penyajian

pilihan jawaban yang mana lebih gampang bagi pembelajar penutur bahasa

(36)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4. Dilakukan pengelompokan skor menjadi deret nomor ganjil dan deret nomor

genap, sesuai dengan cara pembuktian reliabilitas tes yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Reliabilitas Belah Dua (split-half reliability). Dua deret

skor tersebut kemudian dikorelasikan dengan rumus Pearson product-moment,

untuk memperoleh koefisien reliabilitas setengah bagian tes. Untuk

selanjutnya mencari koefisien reliabilitas seluruh tes dengan menggunakan

rumus Spearman-Brown Prophecy.

5. Untuk mengetahui soal yang belum dikuasai oleh testi, dilakukan

penghitungan tingkat kesulitan butir soal dengan menghitung jumlah jawaban

benar pada satu butir soal dibagi jumlah testi, seperti berikut ini:

6. Melakukan penghitungan daya pembeda butir soal dengan cara

menggelompokkan terlebih dahulu kelompok mampu (high) dan kelompok

kurang mampu (low). Kemudian berdasarkan jumlah kelompok mampu dan

kelompok kurang mampu tersebut dilakukan penghitungan dengan rumus:

= daya pembeda

= kelompok mampu yang menjawab benar

= kelompok kurang mampu yang menjawab benar = setengah dari jumlah testi ke dua kelompok

(37)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alderson, J.C. (1985). Evaluation. London: Pergamon.

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2013). Perkembangan Pariwisata Bali Maret 2013. [Online]. Tersedia di: http://bali.bps.go.id/brs/par/brs_par_05_2013. pdf. Diakses 4 Juni 2013.

Daryanto, H. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, M.S. (2008). Tes Bahasa, Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks.

Emzir (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan –Kuantitatif dan Kualitataif-. Jakarta: Raja Grafindo.

Fulcher, G. (2010). Practical Language Testing. London: Hodder Education.

Fulcher, G., & Davidson, F. (2007). Language Testing and Assessment. Oxon: Taylor & Francis e-Library.

Furqon (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Henning, G. (1987). A Guide to Language Testing: Development, Evaluation and Research. Inggris: Newberry House Publishers.

Hermawan, H. (2012). Menyimak, Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

--- (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

(38)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kathleen,S & Kitao, K. (1996). Testing Listening. Dalam The Internet TESL Journal, Vol. II, No. 7, July 1996. Diakses dari http://iteslj.org/Articles/ Kitao-TestingListening.html. Diakses 20 Juni 2013.

Kedekatan Psikologis Jepang dan Bali. [Online]. Tersedia di: http://www.femina.

co.id/isu.wanita/topik.hangat/kedekatan.psikologis.jepang.dan.bali/005/007/ 10. Diakses 4 Juni 2013.

Nishikuma, S., dkk. (2011). パタ ン別徹底 ‐日本語能力試験 N3‐. Japan: Aruku.

Okamoto, N., dkk. (2011). 日本語能力試験ス パ 模試N2. 日本:ア ク.

Rakhmat, J. (1984). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.

Sasaki, H. & Matsumoto, N. (2012). 日本語能力試験 対策、日本語総まと

N3聴解. Tokyo: Ask.

Sirait, B. (1989). Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa. Jakarta: Depdikbud, Dikti.

Siswanto, V.A. (2012). Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shimada, M. (2003). 日本語聴解テス における選択肢提示形式 影響. 日

本語教育, 119号2003.10᧥, hlm. 21-30.

--- (2004). 日本語聴解テス 項目正答率に影響を与える要因.

東京学芸大学紀要, 第2部門, hlm. 39-46.

--- (2006a). 日本語聴解テス において難易度に影響を与える要

因. 日本語教育 , 129号᧤2006.4᧥, hlm. 1-10.

--- (2006b). 日本語聴解テス において選択肢提示形式が回答過

程に与える影響 発話思考法を用いて . 日本語言語テス 学会研

究紀要, 第9号᧤JLTA Journal No.9᧥, hlm. 101-116.

Shimada, M. & Hou, R. (2009). 中国語母語話者を対象と た日本語聴解テス

における選択肢提示形式 影響. 世界 日本語教育, 19, 2009年3

(39)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2009). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Staton, T. F. (1978). Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik. Bandung: Diponegoro.

Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Takamizawa, H. (1996). めて 日本語教育 2 日本語教授法入門.日

本:ア ク.

Tarigan, H. G. (1983). Menyimak, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

--- (2009). Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa.

The Japan Foundation & Japan Educational Exchanges and Servis (2009). 新 い

日本語能力試験 ガイ ブック‐概要版と問題例集 N1, N2, N3-.

Japan: Bonjinsha.

--- (2012). 日本語能力試験公式問題集N3. Japan: Bonjinsha.

(40)

Desak Made Sri Mardani, 2014

MODEL TES DIAGNOSTIK MENYIMAK BAHASA JEPANG BAGI PENUTUR BAHASA INDONESIA

Gambar

Gambar 1.1: Perbandingan Aktivitas Komunikasi antara Orang Dewasa dan Mahasiswa
Gambar 1.2: Komponen Pengembangan Kurikulum Bahasa (Brown dalam Hamied, 2013:3)
Tabel 3.1: Jumlah Sumber Data
Tabel 3.2: Model Tes
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tambahan lagi, perubahan positif bagi faktor persepsi kawalan tingkah laku juga mampu menyebabkan tingkah laku sasaran berlaku tanpa melalui niat tingkah laku

Di Malaysia, daging ayam hutan masih kurang menjadi pilihan pengguna mungkin disebabkan ia dilindungi dibawah Akta Pemuliharaan Hidupan Liar 2010 (Akta Pemuliharaan Hidupan

Dengan ketentuan membawa semua berkas / dokumen asli atau salinan yang telah. dilegalisir oleh pejabat yang berwenang sebagaimana yang telah dicantumkan

Pembentukan model-model pencegahan dan pemberantasan illegal fishing yang komprehensif dan terkoordinasi compressive and coordinated in preven ng and comba ng illegal fishing

Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR adalah Kredit atau Pembiayaan kepada usaha mikro kecil menengah koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja

Manfaat Hasil Belajar “Perencanaan Pembelajaran” Pada Mahasiswa Prodi Tata Boga Dalam Pelaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL).. Universitas Pendidikan Indonesia |

research in different model of team teaching in finding out the suitable patterns of. classroom interaction that fit with the goal of teaching and learning

The most convincing way of testing a model is to use it to predict data which has no connection with the data used to estimate model parameters.. In this way, we reduce to a minimum