Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN DI MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Pesta Laut Nadran di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
ARIS FADLY
0906944
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Hak Cipta
KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN DI
MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Pesta Laut Nadran di Desa
Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Oleh
Aris Fadly
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Aris Fadly 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
ARIS FADLY 0906944
KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN
DI MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
Pembimbing II,
Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. NIP. 19600515 198803 1 002
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Aris Fadly, (0906944), “Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di
Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)”.
Indonesia memiliki keberagaman budaya. Kebudayaan digunakan untuk menuntun perilaku hidup di dalam masyarakat, namun globalisasi telah banyak melunturkan nilai-nilai di kalangan generasi muda. Untuk itu, pendidikan yang merupakan satu kesatuan dari kebudayaan harus mampu mentransformasikan nilai budaya yang ada di dalam kebudayaan. PKn sebagai mata pelajaran yang multidimensional meliputi pendidikan nilai dan moral, sudah seyogyanya di dalam pembelajarannya mengadopsi berbagai nilai-nilai budaya yang ada dalam sebuah tradisi sebagai salah satu sumber pembelajaran. Sebab nilai-nilai budaya tersebut menjadi pedoman tingkah laku masyarakat yang menjadi tujuan PKn itu sendiri. Tradisi nadran merupakan salah satu budaya daerah yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat pesisir desa Waru Duwur. Dalam tradisi nadran ini terdapat nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn di persekolahan yang diprediksi akan menghasilkan kebermaknaan dan keberhasilan dalam pembelajarannya, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotriknya. Penelitian ini didasarkan pada tiga permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana perkembangan pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn, (2) Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn, dan (3) Bagaimana peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh adat desa Waru Duwur, tokoh agama desa Waru Duwur, pemerintahan desa Waru Duwur, panitia pelaksana tradisi nadran, masyarakat desa Waru Duwur, dan guru PKn SD Negeri 1 Citemu.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa dalam tradisi nadran sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang masyarakat Waru Duwur sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT. Di dalam tradisi nadran terdapat nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn yaitu nilai gotong royong, nilai kebersamaan, dan nilai kekeluargaan yang dapat terlihat ketika sebelum, pelaksanaan, dan sesudah pelaksanaan tradisi nadran. Selanjutnya guru PKn di SD Negeri 1 Citemu telah menggunakan nilai budaya tradisi nadran sebagai sumber pembelajaran PKn kepada peserta didik sehingga telah membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan para peserta didik dengan mudah dalam menyerap materi serta membuat ketertarikan terhadap mata pelajaran PKn.
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Aris Fadly, (0906944), "Study of Cultural Values Party Nadran At Sea Coastal Community as a Civic Education Learning Resources (Descriptive Analytical Study of Tradition Ceremony Nadran In the village of Waru Duwur, District Mundu, Cirebon District)".
Indonesia has a cultural diversity. Culture is used to guide behavior in society, but globalization has a lot of fade values among the younger generation. To that end, education is an integral part of the culture must be able to transform the cultural values that exist in the culture. Civics Education as multidimensional subjects include education and moral values, it should be in the learning adopting various cultural values that exist in a tradition as a learning resources. Because these cultural values to guide the behavior of people is the goal it self Civics. Nadran Tradition is one of the local culture that is still carried out each year by the coastal village of Waru Duwur. In the tradition nadran there are cultural values that can serve as a learning resources civics education in schooling is predicted to result in significance and success in learning, whether cognitive, affective, and psychomotor. The study was based on three issues, namely: (1) How the sea party nadran as a Civics Education learning resources, (2) cultural values what is contained in the relevant party nadran sea to serve as a Civics Education learning resources, and (3) What is the role of teachers in implementing cultural values embodied in the party nadran sea as a Civics Education learning resources.
The approach used in this study is a qualitative approach using descriptive analysis. Data collected through interview techniques, observation, literature study, and study documentation. Subjects in this study were Duwur Waru village traditional leaders, religious leaders, village of Waru Duwur, Duwur Waru village government, the executive committee nadran tradition, villagers Duwur Waru and Civics teachers SD Negeri 1 Citemu.
Based on the results of the study revealed that in the tradition of nadran been done long ago by the ancestors of the Waru Duwur as an expression of gratitude for the blessings and bounty of Allah. In the tradition of nadran there are cultural values that can serve as a source of learning that values mutual assistance Civics, the value of togetherness and family values that can be seen as before, implementation, and post implementation nadran tradition. Furthermore Civics teacher in elementary school 1 Citemu have used traditional cultural values nadran as a Civics Education learning resources the students that have assisted teachers in delivering the subject matter and the students easily absorb the material and create interest in the subjects of Civics.
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 10
1.4.1 Secara Teoritis ... 10
1.4.2 Secara Praktis ... 10
1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Kebudayaan ... 12
2.1.1 Pengertian Kebudayaan ... 12
2.1.2 Karakteristik Kebudayaan ... 13
2.1.3 Wujud Kebudayaan ... 14
2.1.4 Unsur-Unsur Kebudayaan ... 17
2.1.5 Komponen Kebudayaan ... 18
2.2 Kajian Tentang Nilai Budaya ... 19
2.2.1 Pengertian Nilai Budaya ... 19
2.2.2 Orientasi Nilai Budaya ... 20
2.3 Kajian tentang Masyarakat ... 22
2.3.1 Pengertian Masyarakat ... 22
2.3.2 Unsur-Unsur Masyarakat ... 22
2.3.3 Sifat Umum Masyarakat Indonesia ... 24
2.3.3.1Sifat Religio – Magis ... 24
2.3.3.2Sifat “Komunal” (Commune) ... 25
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2.3.3.4Sifat “Konkret” (Visual) ... 26
2.4 Kajian Tentang Pembelajaran ... 27
2.4.1 Pengertian Pembelajaran ... 27
2.4.2 Ciri-Ciri Pembelajaran ... 29
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 29
2.5 Kajian Tentang Pembelajaran PKn ... 32
2.5.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 32
2.5.2 Pembelajaran PKn ... 36
2.5.3 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran PKn ... 37
2.5.4 Objek Kajian Pembelajaran PKn ... 39
2.5.5 Dimensi pembelajaran PKn ... 40
2.5.6 Ruang Lingkup Pembelajaran PKn ... 40
2.5.7 Karakteristik Pembelajaran PKn ... 41
2.5.7.1Civic Knowledge ... 41
2.5.7.2Civic Skill ... 41
2.5.7.3Civic Disposition ... 42
2.5.8 Pendekatan Pembelajaran PKn ... 42
2.6 Kajian Tentang Sumber Pembelajaran ... 45
2.6.1 Pengertian Sumber Pembelajaran ... 45
2.6.2 Klasifikasi Sumber Belajar ... 46
2.8 Tradisi Nadran Sebagai Sumber Pembelajaran PKn ... 53
2.9 Hasil Penelitian Terdahulu ... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 57
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3.4.2 Display Data (Penyajian Data) ... 62
3.4.3 Kesimpulan/Verifikasi ... 62
3.5 Pengujian Keabsahan Data ... 63
3.5.1 Credibility (Validitas Internal) ... 63
3.5.1.1Memperpanjang Pengamatan ... 63
3.5.1.2Peningkatan Ketekunan Dalam Penelitian ... 64
3.5.1.3Triangulasi Data ... 64
3.5.1.4Analisis Kasus Negatif ... 64
3.5.1.5Menggunakan Referensi Yang Cukup ... 64
3.5.1.6Member Check ... 65
3.5.2 Transferbility (Validitas Eksternal) ... 65
3.5.3 Defendability (Reliabilitas) ... 65
3.5.4 Konfirmability (Obyektivitas) ... 66
3.6 Tahap Penelitian ... 67
4.2.2.1 Hasil Wawancara dengan Pemimpin Adat dan Tokoh Agama Desa Waru Duwur ... 74
4.2.2.2 Hasil Wawancara dengan Staf/AparatPemerintah Desa Waruduwur ... 78
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Waru Duwur ... 82
4.2.2.5 Hasil Wawancara dengan Guru ... 84
4.2.3 Hasil Dokumentasi ... 87
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 88
4.3.1 Perkembangan Tradisi Pesta Laut Nadran Sebagai Sumber Pembelajaran PKn ... 88
4.3.2 Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn ... 93
4.3.3 Peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya Yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai Sumber pembelajaran PKn ... 97
4.4 Analisis Hasil Penelitian ... 98
4.4.1 Perkembangan Tradisi Pesta Laut Nadran Sebagai Sumber Pembelajaran PKn ... 99
4.4.2 Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn ... 102
4.4.3 Peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya Yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn ... 106
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 113
5.2 Rekomendasi ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... xii RIWAYAT HIDUP
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka Kebudayaan ... 16
2.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembelajaran ... 30
2.3 Faktor Belajar Siswa ... 31
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keberagaman suku dan
budaya. Keberagaman ini tidak hanya ada pada salah satu daerah di Indonesia
saja, namun di setiap penjuru nusantara terdapat suku bangsa yang berbeda
sehingga menghasilkan khasanah kebudayaan yang khas dan sangat beragam. Hal
ini merupakan manifesto dari bangsa Indonesia yang Berbhinneka Tunggal Ika.
Mengingat keberadaan budaya yang sangat penting bagi kehidupan
bermasyarakat di Indonesia, karena itu perlu adanya upaya pengembangan kebudayaan agar tidak “tererosi” bahkan terjadinya kepunahan. Pemerintah sendiri telah menyadari peran penting budaya bagi rakyat Indonesia yang tertuang
dalam pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.” Maknanya sendiri tentu dapat dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia yaitu agar masyarakat ikut
serta dalam mengembangkan dan melestarikan kebudayaan lokal maupun
nasional.
Kebudayaan tidak akan lepas dari kehidupan manusia, sebab manusia
sendiri yang menciptakan kebudayaan dan digunakan untuk menuntun perilaku
hidupnya di dalam masyarakat dengan belajar. Hal tersebut senada dengan definisi
kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2011: 72) bahwa “Kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”. Kemudian lebih lanjut Soedjito (1986: 19) menyatakan bahwa “yang membedakan antara manusia dengan
makhluk lain adalah bahwa manusia mampu menciptakan kebudayaan. Sejak
manusia lahir di muka bumi ini, dia sudah dikelilingi dan diliputi oleh
kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai tertentu.” Namun yang telah terjadi saat
ini adalah nilai-nilai dan kepercayaan tersebut menjadi tidak jelas atau bias akibat
2
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Globalisasi yang menjamah seluruh aspek kehidupan sangat dipengaruhi
oleh berkembang-pesatnya teknologi dan informasi sehingga membawa pengaruh
besar terhadap lunturnya nilai-nilai di kalangan generasi muda dan juga
mengakibatkan kedangkalan budaya atau bahkan hilangnya sebuah budaya.
Seperti yang dikemukakan oleh Nasbit (Tilaar, 2011: 190) bahwa:
Bahaya globalisasi terhadap budaya yang cenderung kepada kedangkalan seperti kebudayaan yang dilahirkan oleh teknologi komunikasi dapat menyebabkan pendangkalan budaya dan kehilangan identitas.
Generasi muda yang merupakan tonggak pembangunan bangsa seakan
tergerus oleh dampak-dampak negatif dari globalisasi. Hal ini dapat dilihat bukti
nyatanya yaitu budaya kekerasan, kenakalan remaja, lunturnya semangat
kebersamaan, sudah tidak mengenal gotong royong, terkikisnya rasa toleransi,
kurangnya kerjasama, kurangnya kepedulian dan perhatian terhadap budayanya
sendiri, budaya konsumerisme, lebih mencintai dan membanggakan produk luar
negeri dibandingkan produk dalam negeri, dan masih banyak perilaku yang
diakibatkan pengaruh negatif dari globalisasi terhadap melunturnya nilai-nilai
budaya bangsa.
Dampak tersebut tentu akan menghambat dalam upaya pembangunan
bangsa Indonesia, sebab upaya pembangunan bangsa tidak dapat tercapai jika
diciptakan oleh manusia yang cenderung berperilaku negatif. Pengaruhnya
globalisasi dalam nilai budaya disebabkan oleh asumsi bahwa nilai budaya
merupakan tolak ukur untuk menyatakan baik buruk terhadap sesuatu yang ada di
dalam masyarakat demi keberlangsungan hidup mereka sehingga nilai budaya
yang luntur adalah indikasi dari dampak negatif globalisasi.
Melunturnya nilai budaya tentu merupakan sebuah krisis kebudayaan. Jika
mengutip pernyataan Tilaar (2011: 71) yang menyatakan bahwa “… krisis kebudayaan adalah pula merupakan krisis pendidikan”. Tentu harus ada bentuk kesinergian antara kebudayaan dan pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan
sangat bergantung kepada budaya yang didalamnya terkandung sebuah nilai-nilai
3
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
proses pendidikan. Disini terlihat bahwa keterkaitan antara kebudayaan dan
pendidikan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, keduanya terdapat
hubungan yang sangat erat berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai.
Karena itu, dalam menentukan keberhasilan dalam proses pendidikan juga
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang ada. Hal tersebut dipertegas oleh
Ralph Linton (Tilaar, 2011: 190) bahwa “Pendidikan akan berhasil apabila
bertitik tolak dari nilai-nilai budaya asal yang secara bertahap memasuki nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang lebih luas.” Namun yang terjadi saat ini adalah belum adanya upaya untuk mensinergikan kebudayaan dan pendidikan
terutama dari tataran konsep maupun praksis baik dari pemerintah, lembaga
pendidikan, ataupun masyarakat. Seperti halnya dengan Budimansyah (2010: 50)
yang mengungkapkan bahwa:
Konsep-konsep maupun praksis mengenai pendidikan dan kebudayaan, belum semuanya melihat keterkaitan organis antara pendidikan dan kebudayaan, demikian pula konsep mengenai kebudayaan banyak yang terlepas dari pandangan tentang pendidikan.
Untuk itu perlu adanya pengembangan pendidikan yang berbudaya dan
bukan hanya pengembangan pendidikan tapi bebas budaya. Pendidikan harus
mampu untuk menjalankan fungsinya sebagai alat untuk mengembangkan
pembangunan serta mampu mentransformasikan nilai budaya yang ada di dalam
kebudayaan. Berkaitan dengan nilai-nilai budaya dalam masyarakat dan
pentingnya pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran, dewasa ini telah
dikembangkan sebuah proses indiginasi. Menurut Winataputra (Budimansyah dan
Winataputra, 2012: 181) bahwa:
… proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan sekitar siswa, agar hasil belajar lebih bermakna sebagai wahana pengembangan watak individu sebagai warga negara.
Melihat pernyataan tersebut, tentu salah satu mata pelajaran yang dapat
mengembangkan proses indiginasi adalah pendidikan kewarganegaraan yang
4
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
yang salah satunya meliputi pendidikan nilai. moral, dan norma disamping
pendidikan karakter konstitusi, politik, dan hukum (Sapriya, dkk., 2009: 9).
Didalamnya, PKn mempunyai tanggung jawab dalam mendidik para peserta didik
agar dapat membentuk perilaku yang baik di dalam kehidupannya sesuai dengan
nilai, norma, serta moral yang hidup di masyarakat dan biasanya lebih berwujud
nilai budaya. Sebab, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa nilai
budaya merupakan sebuah pedoman kehidupan di masyarakat.
Hal itu bukan sebuah keniscayaan keterikatan antara kebudayaan dan PKn,
sebab Somantri (Wahab dan Sapriya, 2011: 316) sendiri menyatakan bahwa “Objek studi civics dan civic education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara.” Oleh sebab itu, dalam sebuah proses pembelajaran PKn salah satu pokoknya haruslah membentuk keterikatan antara warga negara dengan
kebudayaan karena peserta didik itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat
yang berbudaya.
Dengan demikian, PKn merupakan sebuah mata pelajaran yang juga
diyakini sebagai salah satu alat dari pendidikan untuk mentransmisikan nilai-nilai
budaya di dalam masyarakat tersebut. Melalui proses indiginasi, pembelajaran
PKn akan lebih bermakna dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
membentuk watak warga negara yang baik.
Namun, mengingat begitu beragamnya kekayaan budaya di Indonesia,
sehingga dalam pembelajarannya perlu untuk memahami dan mengerti nilai-nilai
budaya di sekitar siswa, sebab pemahaman tersebut akan dapat mensukseskan
kegiatan pembelajaran jika menyeimbangkan antara kebutuhan siswa dengan
lingkungan sekitarnya. Kemudian dalam pembelajaran PKn di sekolah, siswa
dapat menemukan sumber belajarnya melalui lingkungan sekitar yang salah
satunya dalam wujud kebudayaan seperti adat istiadat, upacara adat, tradisi, dan
lain-lain. Para peserta didik diyakini akan mampu belajar secara mandiri sehingga
5
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dikemukakan oleh Peursen (1976: 14) bahwa “Kebudayaan merupakan semacam sekolah di mana manusia dapat belajar”, dan Komalasari (2010: 139) menyatakan bahwa:
Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran seperti mengamati, mengklarifikasikan, menggolongkan, menurunkan, meramaikan, memprediksi, mengukur, menafsirkan, mengkomunikasikan, membuat definisi, merumuskan pertanyaan dan hipotesis, eksperimen, dan sebagainya.
Karena itu, kebudayaan yang hidup dalam lingkungan masyarakat dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Menurut Yulaelawati (2004: 133) bahwa “Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak, seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto, dan lingkungan sekitar”. Dalam kaitannya dengan sumber belajar di lingkungan, Cirebon merupakan daerah yang memiliki corak kebudayaan yang unik dalam
melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Cirebon juga merupakan daerah yang
memiliki nilai-nilai khasanah budaya sendiri dan berbeda dengan daerah lain,
serta masih dipegang kuat oleh masyarakatnya. Hal ini dapat terlihat dengan
masih dipertahankannya tradisi perayaan-perayaan ritual keagamaan dan kegiatan
lain yang dipengaruhi oleh unsur budaya. Bukti wujud kebudayaan di Cirebon
yang masih lestari keberadaannya, seperti: keraton kasepuhan Cirebon, keraton
kanoman, gua sunyaragi, batik trusmi, kampung adat kuta, dan lain-lain.
Melihat kondisi Cirebon yang masih kuat memegang nilai-nilai
budayanya, sudah seyogyanya dalam pembelajaran PKn mengadopsi berbagai
nilai-nilai budaya yang ada dalam sebuah tradisi sebagai salah satu sumber
pembelajaran dalam mata pelajaran PKn yang khususnya di daerah tersebut.
Sebab dilihat dari metodologis PKn yang dikemukakan oleh Wahab dan Sapriya
(2011: 316) bahwa “PKn sebagai bidang keilmuan merupakan pengembangan
salah satu dari lima tradisi social studies yakni transmisi kewarganegaraan
(citizenship transmission).” Karena konsep tentang tradisional mengenai
6
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
kepada generasi mudanya dan dalam hal itu peran orang dewasa/orang tua adalah sebagai “guru partisan”.
Sehingga dalam perwujudannya, PKn dapat menjadi salah satu mata
pelajaran yang dapat melestarikan dan mentransimisikan kebudayaan dengan
dibantu peranan orang dewasa didalamnya. Kemudian secara perlahan dan tanpa
disadari juga akan dapat mengarah kepada tujuan PKn yaitu untuk membentuk
warga negara yang baik (to be a good citizenship). Seperti yang dikemukakan oleh
Gultom (Iswandi, 2004: 28) sebagai berikut:
Salah satu sosok sebagai warga negara yang baik adalah menjadi insan budaya, yakni bahwa warga negara harus mampu membuktikan dirinya sebagai mahluk yang memiliki peradaban yang tinggi, begitu pula seorang warga negara harus ikut bagian dalam melestarikan kebudayaan yang telah ada sebagai hasil dari cipta, karsa dan karya.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa untuk menjadi warga negara yang baik
tidak hanya dilaksanakan dalam praktik-praktik politik maupun hukum saja,
namun juga menjadi warga negara berbudaya yang dapat membawa dirinya dan
negaranya ke dalam peradaban yang tinggi sehingga menciptakan sebuah
kekhasanahan sebuah negara.
Pesta laut nadran merupakan salah satu wujud kebudayaan yang masih
hidup di lingkungan masyarakat pesisir Cirebon. Tradisi nadran dianggap sebagai
bentuk rasa syukur para nelayan kepada Sang Pencipta atas hasil laut yang
diperoleh dan berharap ke depan akan memperoleh hasil yang lebih baik lagi,
serta senantiasa mendapatkan limpahan berkah dan keselamatan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
Tradisi nadran ini hampir dilaksanakan di setiap lokasi pesisir Cirebon,
dan tak terkecuali oleh masyarakat pesisir desa Waruduwur di kecamatan Mundu.
Waktu mereka melaksanakan tradisi ini adalah setiap setahun sekali. Namun
dalam rangkaian persiapannya tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu
sekitar satu tahun sebab kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi cukup banyak
sehingga perlu membutuhkan tenaga dan materi yang tidak sedikit.
Pesta laut nadran mempunyai makna tersendiri, sehingga sampai sekarang
7
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pesta laut nadran ini selalu dibuat meriah sehingga menarik perhatian banyak
orang termasuk peneliti sendiri yang melihat acara tersebut secara langsung.
Pesta laut nadran membentuk sebuah nilai-nilai masyarakat Waruduwur
yang diwujudkan dalam ritual keagamaan yang bersifat religi dan bernilai sosial.
Pesta laut nadran ini mengandung nilai-nilai, norma-norma dan aturan yang
berguna bagi kehidupan masyarakat sehingga budaya ini akan menciptakan
hubungan kekeluargaan yang erat dan pada akhirnya akan terwujud semangat
persatuan dan kesatuan di masyarakat.
Dalam pelaksanaaanya, kegiatan yang diselenggarakan adalah
arak-arakan, hiburan kesenian (wayang kulit, wayang golek, dan sandiwara), dan ritual
inti yaitu melarungkan sesajen ke tengah laut. Dalam kegiatan tersebut
mempunyai kandungan nilai-nilai yang sangat besar bagi kehidupan masyrakat
pesisir. Misalnya saja gotong royong dan kerjasama dalam mempersiapkan segala
bentuk materi untuk arak-arakan dan bentuk biasanya berupa hiasan atau patung
yang mirip seperti burung, ular naga, perahu dan lainnya. Dari kegiatan tersebut
mampu menciptakan keakraban dan kebersamaan diantara masyarakat dan
akhirnya terwujud semangat persatuan dan kesatuan diantara masyarakat
Waruduwur.
Tidak hanya itu, dalam hiburan yang disajikan seperti wayang kulit,
wayang golek, dan sandiwara menampilkan sebuah hiburan yang memberikan
petuah-petuah kepada masyarakat agar dapat menjalankan kehidupan dengan baik.
Jika ditinjau dari sisi pendidikan, hiburan yang ada dalam pesta laut nadran
merupakan salah satu alat atau sarana pendidikan bagi masyarakat.
Dilihat dari beberapa contoh kegiatan tersebut, tentu akan sangat menarik
sekali untuk memasukan unsur-unsur nilai budaya yang ada di dalam tradisi
nadran dalam pembelajaran PKn dan diharapkan dapat memberikan warna
tersendiri ketika tradisi ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar PKn. Sebab
dalam satu kegiatan dalam nadran saja mempunyai kandungan nilai-nilai budaya
yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, serta impilikasinya
menimbulkan sebuah nilai-nilai yang mencirikan misi atau tujuan dari PKn.
8
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
baik dipersekolahan ataupun ketika peserta didik menjadikannya sebagai sumber
belajar PKn langsung di lingkungannya diprediksi akan menghasilkan
kebermaknaan dan keberhasilan dalam pembelajarannya, baik secara kognitif,
afektif, maupun psikomotriknya. Dipertegas oleh Komalasari (2010: 141) bahwa “Pembelajaran akan memiliki kebermaknaan bagi siswa bila lingkungan yang paling dekat dan diakrabinya dijadikan sebagai salah satu sumber belajar.”
Untuk itu, para pendidik bidang PKn diharapkan untuk mampu memahami
dan mengerti akan nilai-nilai budaya yang ada pada kebudayaan yang ada di
lingkungan siswa. Peserta didik pun dapat mempelajari PKn secara mendalam
melalui nilai-nilai kebudayan di lingkungan sekitarnya sebagai sumber
pembelajaran PKn sehingga diyakini akan dapat menemukan sebuah pemahaman
konsep dan praksis dalam materi yang diajarkan didalam mata pelajaran PKn.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam pembelajaran PKn di
persekolahan siswa dihadapkan pada suasana kebosanan karena sering kali hanya
mencakup ranah kognitif saja, misalkan dalam bentuk hafalan ataupun
mendengarkan ceramah. Hal itu dipertegas oleh Komalasari (2010: 17) bahwa “Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada umumnya menghadapi kendala persepsi siswa bahwa Pendidikan Kewarganegaraan membosankan.”
Sumber pembelajaran PKn melalui tradisi nadran ini diharapkan akan
mampu menciptakan sebuah korelasional antara pengetahuan (kognitif), afektif
(sikap), dan keterampilan (psikomotorik). Sehingga tiga komponen utama yang
perlu dipelajari dalam PKn yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
dispositions (Branson,1998: 5), akan dapat terpenuhi dan dicapai oleh siswa.
Kemudian dikemukakan oleh Herry (Komalasari, 2010: 124) nilai-nilai
yang dapat diperoleh dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
diantaranya :
9
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa seperti cinta akan lingkungan; (3) kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.
Dengan demikian lingkungan yang didalamnya terdapat sebuah tradisi dari
kebudayaan perlu untuk digunakan oleh seorang guru dalam pelaksanaan
pembelajarannya sehingga siswa dapat mencerna nilai-nilai yang ada di dalam
lingkungan yang kemudian dikonfirmasi oleh seorang guru dan setelah itu siswa
diharapkan akan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupan
sehari-harinya.
Melihat begitu besarnya pengaruh kebermanfaatan kebudayaan sebagai
sumber belajar dan juga kuatnya masyarakat Waruduwur memegang
kebiasaan-kebiasaan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana nilai-nilai budaya
dalam pesta laut nadran dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai pesta laut nadran untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran
yang dituangkan dalam judul “Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di
Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur
Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut penulis ingin meneliti “Apakah tradisi pesta
laut Nadran yang dilakukan masyarakat pesisir desa Waru Duwur dapat dijadikan
sebagai sumber pembelajaran pendidikan kewarganegaraan?
Untuk lebih memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka pada
masalah pokok tersebut penulis menjabarkan dalam bentuk sub-sub masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran
PKn?
2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pesta laut nadran yang
10
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran
PKn?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu untuk
mengidentifikasi dan mengkaji tradisi pesta laut Nadran yang dilakukan
masyarakat pesisir desa Waru Duwur dapat dijadikan sebagai sumber
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan perkembangan pesta laut nadran sebagai sumber
pembelajaran PKn?
2. Mengidentifikasi nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pesta
laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran
PKn?
3. Mengidentifikasi peranan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber
pembelajaran PKn?
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan sebagai upaya untuk memperkaya
khasanah tentang budaya di masyarakat Cirebon khususnya pesta laut nadran,
serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian nilai budaya pesta
luat nadran sebagai upaya pengembangan lingkungan sebagai sumber belajar
dalam PKn.
1.4.2 Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis sebagai beriku:
1) Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam
11
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2) Guru dan peserta didik dapat mengetahui serta mewariskan nilai budaya
dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn.
3) Guru dapat menggunakannya sebagai upaya memperkaya sumber
pembelajaran PKn dipersekolahan dan peserta didik pun mampu belajar
PKn secara nyata dalam lingkungan disekitarnya.
4) Masyarakat mampu menerapkan nilai-nilai budaya sebagai sumber
pembelajaran PKn di persekolahan atau masyarakat.
5) Menjaga kekayaan budaya yang ada di daerah.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan merupakan hal penting demi memperlancar
penulisan skripsi yang akan dilakukan, dan sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, mengemukakan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta struktur organisasi
skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, mengemukakan tentang kajian pustaka yang
mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini, berikut dengan hasil
penelitian terdahulu.
Bab III Metodologi Penelitian, mengemukakan metode penelitian,
pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data penelitian,
pengujian keabsahan data, dan tahap penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mengemukakan laporan hasil
penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis hasil penelitian, dan pembahasan
hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, mengemukakan kesimpulan
berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan serta rekomendasi yang
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Dikemukakan oleh Moleong (2007: 27) bahwa:
Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisa data, dan secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Pendapat Moleong di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9)
yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat menyelami dan
memahami makna interaksi antar-manusia secara mendalam.
Berdasarkan definisi di atas menunjukan bahwa pada dasarnya dalam
penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu sendiri,
hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan
memperoleh data secara akurat.
Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan
dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif ini karena pertama,
permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai nilai budaya pesta laut
nadran sebagai sumber pembelajaran PKn ini membutuhkan sejumlah data
lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual. Kedua, pendekatan kualitatif
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.
Melalui penelitian ini, peneliti mengamati kegiatan pesta laut nadran, kemudian
58
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Hal ini dimaksudkan supaya penelitian akan mudah dilakukan, dengan cara terjun
langsung sehingga hasil penelitian akan maksimal.
Ketiga, dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrument utama adalah
peneliti sendiri, maka pendekatan kualitatif tepat untuk digunakan dalam
penelitian ini, karena pendekatan kualitatif mempunyai adaptasi yang tinggi,
sehingga memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat
melakukan penelitian secara mendalam, maksimal dan mendapatkan data yang
akurat dan valid terhadap upacara adat pesta laut nadran sebagai sumber
pembelajaran PKn, sehingga hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan
pada waktunya nanti menjadi penelitian yang ilmiah dan empirik.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Metode penelitian ini didasarkan pada pemecahan masalah
berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang dan
memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nazir (2005: 54) bahwa:
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.
Metode deskriptif dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan
penggunaan metode deskriptif yaitu pertama, metode deskriptif tidak terbatas
hanya sampai pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisis data dan
menginterpretasikan tentang arti data tersebut. Dengan menggunakan metode
tersebut, pembahasan masalah dan analisis data menjadi efektif serta akan mudah
dipahami. Kedua, metode deskriptif dapat mendeskripsikan data atau informasi
hasil pendapat ahli, observasi dan wawancara yang selanjutnya dapat ditarik suatu
59
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka peneliti
bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke
lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural
setting). Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
melakukan penelitian di lapangan adalah:
3.2.1 Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari
wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari
informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee)” (Zuriah, 2009: 179).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden
mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berupa
pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai
kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinakan wawancara
dilakukan secara mendalam.
Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara
kepada sesepuh desa waruduwur, tokoh agama, pemerintah desa Waruduwur,
panitia kegiatan, masyarakat Waruduwur, dan guru PKn SD Negeri 1 Citemu.
Pemilihan responden berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah
sumber yang tepat karena responden tersebut yang mengetahui bagaimana pesta
laut nadran tersebut dan penggunaan sebagai sumber pembelajaran.
3.2.2 Observasi
60
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara
menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi.
Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
pada tradisi pesta laut nadran untuk melihat perwujudan nilai-nilai budaya yang
ada pada tradisi pesta laut nadran khususnya yang berkaitan dengan sumber
pembelajaran PKn.
3.2.3 Studi Dokumentasi
Danial dan Wasriah (2007: 66) mengungkapkan bahwa “Studi
dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai
bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian”.
Guba dan Lincoln (Moleong, 2007: 216) memaknai dokumen sebagai
bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya
permintaan peneliti. Studi dokumen yang diambil oleh penulis yaitu berupa
gambar-gambar kegiatan tradisi pesta laut nadran, laut wilayah waruduwur, dan
data-data dari pemerintah desa seperti profil desa.
3.2.4 Studi Literatur
“Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian” (Danial dan Wasriah, 2007: 80).
Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang
sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik
ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur
yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan upacara adat.
3.3 Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 188) bahwa “subjek penelitian adalah subjek
yang dituju untuk diteliti oleh peneliti”. Subjek penelitian ini merupakan sesuatu
yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian. Subjek penelitian harus
61
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian
dalam penelitian ini adalah:
1. Satu orang sesepuh masyarakat desa Waruduwur, sebagai yang dituakan
dan yang mengetahui sejarah daerah tersebut.
2. Satu orang tokoh agama, sebagai pengontrol masyarakat agar tidak
menyimpang terhadap agama dalam pelaksanaan pesta laut nadran.
3. Satu orang staf/aparat pemerintah desa Waruduwur, sebagai aparat
pemerintah yang memiliki kebijakan dalam melestarikan nilai-nilai
khasanah budaya masyarakat setempat.
4. Satu orang panitia pelaksana kegiatan pesta laut nadran, sebagai orang
yang mengetahui tentang kegiatan-kegiatan dalam pesta laut nadran.
5. Satu orang anggota masyarakat Waruduwur, sebagai pelaksana dari
kegiatan pesta laut nadran.
6. Tiga orang guru PKn di sekolah yang dekat dengan daerah desa
Waruduwur, sebagai pelaksana dan pendidik yang mengemban mata
pelajaran PKn.
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Menurut Sugiyono (2009: 335) bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya
mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif, yaitu
sesudah meninggalkan lapangan (Afifudin dan Saebani, 2009: 146).
Dalam analisis data kualitatif yang peneliti lakukan selama di lapangan
menggunakan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 335) yang terdiri atas
62
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut, penulis terapkan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
3.4.1 Reduksi Data
Sugiyono (2009: 338) menjelaskan bahwa “reduksi data adalah
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”.
Pada tahap ini, peneliti merangkum dan memilih data mana saja yang
penting yang diperoleh dari lapangan yang akan digunakan untuk dijadikan bahan
laporan. Melalui teknik memilah dan memilih, peneliti akan mengetahui data
mana saja yang diperlukan dan membuang data yang tidak perlu. Data yang telah
direduksi ini lah yang akan memberikan gambaran jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.
3.4.2 Display Data (Penyajian Data)
“Data yang bertumpuk dan laporan lapangan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian
tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik,
uraian singkat, networks, chart, dan grafik” (Nasution, 2003: 128).
Pendapat Nasution diatas sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009: 341) yang menyatakan bahwa dalam “penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”.
Data yang diperoleh dari lapangan pasti banyak sekali, oleh karena itu
supaya peneliti tidak terjebak dalam tumpukan data dari lapangan yang banyak,
peneliti melakukan display data. Display data yang dilakukan lebih banyak
dituangkan dalam bentuk uraian singkat.
3.4.3 Kesimpulan/Verifikasi
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
63
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan
(Sugiyono, 2009: 345).
Lebih lanjut Nasution (2003: 130) mengatakan bahwa “kesimpulan itu
mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “Grounded”. Jadi kesimpulan itu
harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung”.
Tujuan dari kesimpulan dan verifikasi adalah untuk mendapatkan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotetis atau teori.
Langkah yang ketiga ini peneliti lakukan di lapangan dengan maksud
untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mencapai suatu
kesimpulan yang baik, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama
penelitian berlangsung, supaya hasil penelitiannya jelas dan dapat dirumuskan
kesimpulan akhir yang akurat.
3.5 Pengujian Keabsahan Data
Sugiyono (2009: 366) mengatakan bahwa “untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut
meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan konfirmability(objektivitas)”.
3.5.1 Credibility (validitas internal)
“Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan
bahan referensi, dan member check” (Sugiyono, 2009: 368).
3.5.1.1Memperpanjang pengamatan
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap
orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap,
64
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang
diperoleh merupakan data yang benara atau tidak. Bila ada yang data yang tidak
benar, maka peneliti melakukan pengataman lagi yang lebih luas dan mendalam
sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Perpanjangan pengamatan
peneliti lakukan untuk memperoleh data yang sahih (valid) dari sumber data.
3.5.1.2Peningkatan Ketekunan Dalam Penelitian
Dalam melakukan penelitian, terkadang peneliti dilanda dengan penyakit
malas, maka untuk menanggulangi hal tersebut peneliti meningkatkan ketekunan
dengan membulatkan niat dan tetap menjaga semangat dengan cara meningkatkan
intimitas hubungan dengan motivator. Hal ini peneliti lakukan agar dapat
melakukan penelitian dengan cermat dan berkesinambungan.
3.5.1.3Triangulasi data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2009:
372). Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang
diberikan sumber yaitu dari sesepuh atau tokoh adat masyarakat desa Waruduwur,
tokoh agama desa Waru Duwur, pemerintah desa Waruduwur, masyarakat
Waruduwur, dan guru PKn SD Negeri 1 Citemu yang dilakukan dengan cara
menggali dan mengecek informasi dari mereka dengan mengkombinasikan teknik
wawancara dan observasi.
3.5.1.4Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu (Sugiyono, 2009: 374). Tujuan dari analisis
kasus negatif ini untuk mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan
data yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian ini penulis mencari data yang
berbeda terhadap pelaksanaan upacara adat yang sejenisnya, yaitu ke desa Mundu
Pesisir, yang juga melaksanakan upacara adat serupa dengan pesta laut Nadran.
3.5.1.5Menggunakan Referensi yang Cukup
Yang dimaksud dengan menggunakan referensi adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2009:
65
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil
dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian sumber penelitian,
sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan
yang tinggi.
3.5.1.6Member Check
“Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data”
(Sugiyono, 2009: 375). Dalam penelitian ini peneliti melakukan member check
kepada semua sumber data yaitu kepada sesepuh masyarakat desa Waruduwur,
tokoh agama, pemerintah desa, masyarakat desa Waru Duwur, guru PKn di SD
Negeri 1 Citemu.
3.5.2 Transferability (Validitas Eksternal)
Berkenaan dengan transferability, Sugiyono (2009: 376) menjelaskan
bahwa:
Transferability merupakan konsep yang menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan
hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti dalam membuat
laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis. Dengan demikian
peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat
menentukan dapat atau tidaknya untuk mengplikasikan hasil penelitian tersebut di
tempat lain.
3.5.3 Dependability (Reliabilitas)
Mengenai Reliabilitas, Affifuddin dan Ahmad Saebani (2009: 145)
66
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila penelitian yang sama dilakukan. Dalam penelitian kualitatif reliabilitas mengacu pada kemungkinan penelitian selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan kembali dalam subjek yang sama, yang menekankan pada desain penelitian dan metode serta teknik pengumpulan data dan analisis data.
Berkaitan dengan uji reliabilitas, peneliti dibimbing dan diarahkan secara
kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan
proses penelitian dengan tujuan supaya penulis dapat menunjukan hasil aktivitas
di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di
lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan
sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai
membuat kesimpulan.
3.5.4 Konfirmability (Obyektivitas)
Berkenaan dengan konfirmability, Sugiyono (2009: 377) menjelaskan
bahwa:
Pengujian konfirmability dalam penelitian disebut juga dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip
dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan. Konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmability.
Mengenai konfirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan
mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan
mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari
67
Aris Fadly, 2013
Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.6 Tahap Penelitian
Sebuah penelitian akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
seperti yang diharapkan, jika penelitian itu dilaksanakan sesuai dengan
langkah-langkah yang telah direncanakan. Oleh karena itu, supaya penelitian yang peneliti
lakukan dapat berjalan dengan baik guna mencapai hasil yang maksimal, maka
dalam melakukan penelitian ini peneliti menyusun langkah-langkah penelitian
secara sistematis sebagai berikut:
3.6.1 Tahap Pra Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menyusun rangan penelitian dengan terlebih
dahulu melakukan pra penelitian ke Desa Waruduwur Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon pada bulan Desember 2011. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kondisi secara umum dari desa Waruduwur terutama yang berkaitan
dengan pelaksanaan pesta laut nadran di desa tersebut. Hal ini dilakukan guna
mendapatkan data tentang bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam
pesta laut nadran dan seperti apa proses pelaksanaannya.
Setelah mengadakan pra penelitian selanjutnya peneliti mengajukan
rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik
pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian. Kemudian peneliti memilih dan
menentukan lokasi yang dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang
disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan fokus penelitian. Setelah lokasi
penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi
yang tekait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian
kepada ketua jurusan PKn, FPIPS UPI Bandung.
2. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan
penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I
untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.
3. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat
permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kesbang dan