• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub daerah aliran sungai cisangkuy hulu kabupaten bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

oleh :

SYAEPUL ROHMAN 1009161

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Syaepul Rohman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Syaepul Rohman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Masalah Kependudukan di Indonesia ... 9

1. Besarnya Jumlah Penduduk ... 9

a. Kebutuhan Akan Pangan, Ruang dan Pendidikan... 9

b. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan ... 9

c. Daya Dukung Lingkungan Menurun ... 11

2. Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi ... 11

3. Persebaran Penduduk yang Tidak Merata ... 12

B. Kepadatan Penduduk, Tekanan penduduk, dan Kelebihan Penduduk ... 12

1. Latar Belakang Persebaran Geografis Penduduk... 13

2. Kepadatan Penduduk dan Tekanan Penduduk ... 13

3. Dampak Tekanan Penduduk ... 15

4. Analisis Tekanan Penduduk ... 17

(5)

C. Kehutanan di Indonesia ... 19

1. Pengertian Hutan ... 19

2. Hutan dan Pembangunan ... 21

3. Kebijakan Mengenai Hutan ... 23

4. Faktor Penyebab Kerusakan Hutan ... 24

a. Kondisi Pasar ... 25

b. Tekanan Penduduk ... 25

c. Sarana dan Prasarana ... 26

d. Kebijakan Pemerintah ... 26

D. Aspek Hubungan Manusia dengan Hutan ... 27

1. Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan ... 29

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Lokasi Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi ... 37

a. Populasi Wilayah ... 38

b. Populasi Manusia ... 38

2. Sampel ... 38

a. Sampel Wilayah ... 39

b. Sampel Manusia ... 40

E. Definisi Operasional ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 48

H. Analisis Data ... 51

I. Kerangka Berfikir ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 57

(6)

2. Hidroklimatologi ... 60

3. Kondisi Geologi ... 68

4. Topografi ... 70

5. Jenis Tanah ... 73

6. Penggunaan Lahan ... 75

B. Kawasan Sekitar Hutan Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 78

C. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 80

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 80

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 81

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 83 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah ... 84

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 86

D. Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 87

1. Laju Pertumbuhan Penduduk... 88

2. Kepadatan Penduduk Agraris ... 91

3. Proporsi Pendapatan Petani Dari Luar Sektor Pertanian . 92 4. Luas Lahan Pertanian ... 93

5. Luas lahan Pertanian Per Petanu Untuk Hidup Layak .... 95

6. Proporsi Petani Pada Wilayah Desa ... 98

7. Analisis Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 100

E. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan... 106

1. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan ... 107

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 107

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 108

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 110

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah ... 111

(7)

2. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 114

a. Tingkat Umur Responden ... 114

b. Tingkat Pendidikan Responden ... 116

c. Mata Pencaharian Responden ... 118

d. Jumlah Tanggungan Responden ... 119

e. Luas Kepemilikan Lahan Responden ... 121

f. Jumlah Pendapatan Responden ... 122

g. Komposisi Tingkat Umur dengan Pendidikan ... 124

h. Komposisi Tingkat Umur dengan Jumlah Tanggungan ... 126

i. Komposisi Tingkat Umur dengan Mata Pencaharian 127 j. Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Kepemilikan Lahan ... 128

k. Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan 129 l. Komposisi Luas Lahan Garapan dengan Pendapatan 130 F. Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan ... 130

1. Bentuk Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan .... 131

2. Frekuensi Interaksi ... 133

3. Jarak Tempat Tinggal ke Kawasan Hutan ... 134

4. Budidaya Pertanian di Sekitar Kawasan Hutan ... 136

a. Jenis Tanaman Budidaya ... 136

b. Luas dan Produksi Tanaman Budidaya ... 138

c. Pola Tanam ... 139

d. Tata Niaga ... 140

e. Sistem Konservasi ... 142

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 146

A. Kesimpulan ... 146

B. Rekomendasi ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Cisangkuy

Tahun 1990-2008 ... 1

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 18

Tabel 3.1 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 38

Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Agraris Tiap Desa ... 40

Tabel 3.3 Variabel dan Sub Variabel ... 46

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tekanan Penduduk Di Sekitar Kawasan Hutan Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 50

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk (ITP) ... 55

Tabel 4.1 Luas Desa Wilayah Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 58

Tabel 4.2 Nilai Q dan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson ... 64

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Daerah Penelitian ... 65

Tabel 4.4 Jumlah Bulan Basah (BB), Bulan Lembab (BL), Bulan Kering (BK) Tahun 2001-2011 ... 65

Tabel 4.5 Kondisi Geologis Daerah Penelitian ... 70

Tabel 4.6 Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng ... 71

Tabel 4.7 Jenis Tanah Wilayah Kajian ... 73

Tabel 4.8 Luas Penggunaan Lahan ... 75

Tabel 4.9 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy Hulu ... 78

Tabel 4.10 Karakteristik Fisik Desa Sekitar Kawasan Hutan ... 79

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio ... 80

Tabel 4.12 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 81

Tabel 4.13 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 82

Tabel 4.14 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 83

Tabel 4.15 Komposisi Penduduk Usia Sekolah ... 85

Tabel 4.16 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 86

Tabel 4.17 Laju Pertumbuhan Penduduk Selama 5 Tahun ... 90

Tabel 4.18 Kepadatan Penduduk Agraris Tiap Desa ... 92

(10)

Tabel 4.20 Luas Lahan LSI, LSI1, LST, dan LLK ... 95

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Nilai Z ... 97

Tabel 4.22 Proporsi Petani di Sekitar Kawasan Hutan ... 99

Tabel 4.23 Nilai Indeks Tekanan Penduduk (ITP) di Sekitar Kawasan Hutan 102 Tabel 4.24 Klasifikasi Nilai Indeks Tekanan Penduduk (ITP) di Sekitar Kawasan Hutan ... 103

Tabel 4.25 Perbandingan Nilai Kepadatan Penduduk Agraris dengan ITP ... 104

Tabel 4.26 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio ... 108

Tabel 4.27 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 109

Tabel 4.28 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 110

Tabel 4.29 Komposisi Penduduk Usia Sekolah ... 111

Tabel 4.30 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 113

Tabel 4.31 Jenjang Umur Responden ... 114

Tabel 4.32 Tingkat Pendidikan Responden... 116

Tabel 4.33 Mata Pencaharian Responden ... 118

Tabel 4.34 Jumlah Tanggungan Responden ... 120

Tabel 4.35 Luas Kepemilikan Lahan Pertanian ... 121

Tabel 4.36 Jumlah Pendapatan Responden ... 122

Tabel 4.37 Komposisi Tingkat Umur dengan Tingkat Pendidikan ... 125

Tabel 4.38 Komposisi Tingkat Umur dengan Jumlah Tanggungan ... 126

Tabel 4.39 Komposisi Tingkat Umur dengan Mata Pencaharian ... 127

Tabel 4.40 Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Kepemilikan Lahan ... 128

Tabel 4.41 Komposisi Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan ... 129

Tabel 4.42 Komposisi Luas Lahan Garapan dengan Pendapatan ... 130

Tabel 4.43 Bentuk Interaksi Masyarakat Sekitar Hutan ... 132

Tabel 4.44 Keikutsertaan Anggota Keluarga ... 133

Tabel 4.45 Jarak Tempat Tinggal Ke Kawasan Hutan ... 135

Tabel 4.46 Jenis Tanaman Budidaya Berdasarkan Jumlah Responden ... 137

(11)
(12)

ABSTRACT

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG Oleh: Syaepul Rohman

This study was conducted in a forest area of Cisangkuy upstream Sub Basin with the goal of (1) measuring the amount of Population Pressure Index (ITP) around forest areas, (2) describe the socio-economic conditions of communities around forest areas, (3) describe the interaction of communities around forest areas Cisangkuy upstream Sub Basin. This study used a descriptive method of data sources in the form of primary data and secondary data taken by interview, observation, and documentation. Region sampling method is done by non-probability sampling approach with purposive sampling method. While the human sampling method done with non-probability sampling approach with accidental sampling method. Population pressure calculation methods use the Soemarwoto formula (1989) Model II. The results showed that there has been population pressure in the surrounding forest area represented by Warnasari Village, Pulosari Village, and Margamulya village. Socio-economic conditions of communities around the forest showed the tendency of most people rely on farming life, low-income, less educated, do not have agricultural land, and the average number of family dependents of nearly three people. Interaction communities around the forest area is realized in the form of community activities such as illegal logging, yields of forest products such as firewood, grass, and other forest products. The author recommends that the creation of new jobs outside agriculture and family planning programs should be prioritized to reduce population pressure.

(13)

ABSTRAK

TEKANAN PENDUDUK DI SEKITAR KAWASAN HUTAN SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CISANGKUY HULU

KABUPATEN BANDUNG Oleh: Syaepul Rohman

Penelitian ini dilakukan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu dengan tujuan (1) mengukur besarnya Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan, (2) mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan, (3) mendeskripsikan interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan sumber data berupa data primer dan data sekunder yang diambil dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode pengambilan sampel wilayah dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode purposive sampling. Sedangkan metode pengambilan sampel manusia dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode accidental sampling. Metode perhitungan tekanan penduduk menggunkan rumus Soemarwoto (1989) model II. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan yang diwakili oleh Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan menunjukan kecenderungan sebagian besar hidup masyarakat mengandalkan bertani, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, tidak memiliki lahan pertanian, dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga hampir mencapai tiga orang. Interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan diwujudkan dalam bentuk aktivitas masyarakat berupa kegiatan perambahan di kawasan hutan (bertani), pengambilan hasil hutan seperti kayu bakar, rumput, dan hasil hutan lainnya. Penulis merekomendasikan agar penciptaan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian dan program KB dijadikan prioritas untuk mengurangi tekanan penduduk.

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SubDaerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini mempunyai luas 34.159 hektar dengan debit air baku 1600 liter/detik yang merupakan salah satu penyangga utama pemenuhan air baku di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Selain itu, Sub DAS ini menjadi sumber listrik untuk Kota Bandung dan sekitarnya melalui PLTA Cikalong, PLTA Lamajan dan PLTA Pangalengan (Bappenas, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Risdiyanto dkk., diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 1991-2008 Sub DAS Cisangkuy mengalami perubahan penggunaan lahan yang signifikan terutama luas lahan berhutan, pemukiman, dan semak belukar. Berikut disajikan secara rinci dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Cisangkuy Tahun 1990-2008

No Penggunaan Lahan

Luas Penggunaan Lahan (Ha)

Perubahan 1990 - 2008 Tahun 1990 Tahun 2008 Luas (ha) Persen (%) 1 Hutan 8738.3 5702.0 3036.3 -34.8 2 Kebun/Perkebunan 3452.3 3575.8 123.5 3.6 3 Pemukiman/terbangun 1283.7 3482.0 2198.3 171.2 4 Sawah Irigasi 2736.4 2171.1 565.3 -20.7 5 Sawah Tadah Hujan 2032.6 1826.1 206.5 -10.2 6 Semak Belukar 1106.7 2754.7 1648 148.9 7 Tegalan/Ladang 4770.5 3933.4 837.1 -17.5 8 Tegalan/Ladang

Bersemak 3376.2 3952.9 576.7 17.1 9 Tubuh Air 298.1 397.4 99.3 33.3

Jumlah 27795.3 27795.3

(15)

2

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat penurunan luas lahan paling tinggi terjadi pada hutan sebesar -3036.3 ha (-34.8%) dari total luas pada tahun 1990, selanjutnya sawah irigasi sebesar -565.3 ha (-20.7%), sawah tadah hujan sebesar –206.5 ha (-10.2%), dan tegalan/ladang sebesar -837.1 ha (17.5%) . Luas lahan hutan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan/ladang mengalami penurunan, sedangkan kebun/perkebunan, pemukiman, semak belukar, tegalan/ladang bersemak dan tubuh air mengalami penambahan luas. Penurunan luas hutan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan/ladang diatas berimplikasi pada kenaikan luas penggunaan lainnya. Kenaikan luas tertingi yaitu pemukiman 2198.3 ha (171.2%), kemudian semak belukar 1648 ha (148.9%), tegalan/ladang bersemak 576.7 ha (17.1%), tubuh air sebesar 99.3 ha (33.3%), dan kebun/perkebunan sebesar 123.6 ha (3.6%).

Pola perubahan penggunaan lahan bervegetasi di Sub DAS Cisangkuy merupakan suatu dinamika perubahan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pola perubahan penggunaan lahan tersebut dapat diketahui jika di suatu lokasi terjadi penurunan kerapatan vegetasi maka di lokasi lain terjadi penambahan. Kerapatan vegetasi ini berpengaruh terhadap keseimbangan neraca air suatu DAS. Lahan berhutan akan menghasilkan jumlah limpasan permukaan yang lebih rendah serta mempunyai tingkat infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan jenis tutupan lahan yang lain. ( Risdiyanto dkk., 2009)

Perubahan penggunaan lahan yang sangat signifikan khususnya hutan, semak belukar, dan sawah menyebabkan Sub DAS Cisangkuy berada dalam kondisi kritis yang ditunjukan dengan tingkat erosi, fluktuasi debit dan tingkat sedimentasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sarmaningsih (2007, hlm. 8) bahwa

(16)

3

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Sub DAS Cisangkuy khususnya hutan, semak belukar, dan sawah mengindikasikan kebutuhan akan sumberdaya alam khususnya lahan semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada Tahun 2013 BPS Kabupaten Bandung mencatat jumlah penduduk Kecamatan Pangalengan mencapai 144.178 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,89%. Pertumbuhan penduduk di perdesaan mengakibatkan penurunan rasio lahan terhadap penduduk karena sebagian besar penduduk di perdesaan tetap bekerja sebagai petani. Penurunan rasio tersebut berdampak pada penurunan rata-rata luas lahan pertanian per petani. Hal ini terbukti dari rata-rata luas kepemilikan lahan pertanian kurang dari 0,25 hektar per keluarga petani (BPS Kabupaten Bandung, 2013). Walapun produksi pertanian persatuan luas dapat dinaikan, namun luas lahan pertanian tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Akibat kebutuhan terhadap lahan pertanian yang terus meningkat sementara lahan yang tersedia tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk, cepat atau lambat kemampuan suatu wilayah untuk mendukung kehidupan (daya dukung lingkungan) akan melebihi ambang batas. Pada akhirnya mucul dorongan petani untuk memperluas lahan garapannya atau mungkin mencari lapangan pekerjaan lain dan keluar dari lapangan kerja pertanian. Istilah ini yang kemudian dikenal dengan tekanan penduduk.

Masalah-masalah yang akan mungkin timbul akibat tekanan penduduk yang tinggi perlu mendapat perhatian serius. Soemarwoto (1989, hlm.13)

memaparkan bahwa “tekanan penduduk terhadap lahan ini, mendesak petani

untuk menggarap lahan marjinal, antara lain tanah miring di tepi sungai dan

di lereng bukit dan gunung yang curam, serta meyerobot lahan hutan.”

(17)

4

akan dijadikan lahan garpan baru. Apabila hal ini terjadi, maka persoalan lingkungan seperti banjir, longsor, kurangnya daerah resapan air, dan pendangkalan sungai akan terjadi. Masalah lain yang mungkin timbul akibat tekanan penduduk yang tinggi adalah kemiskinan penduduk perdesaan. Langkanya sumber pendapatan non pertanian serta desakan kebutuhan ekonomi memungkinkan penduduk perdesaan bermigrasi ke kota untuk mengadu nasib. Migrasi besar-besaran dari desa ke kota tentunya akan menimbulkan juga masalah baru diperkotaan.

Mengingat pentingnya masalah tekanan penduduk serta besarnya dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kerusakan hutan, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian untuk mengukur besarnya tekanan penduduk sehingga kita biasa menyelamatkan hutan yang sekarang kondisinya sudah terancam. Untuk mengangkat permasalahan tersebut di atas, maka penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tekanan Penduduk di Sekitar Kawasan Hutan Sub Daerah Aliran Sungai

Cisangkuy Hulu Kabupaten Bandung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasararkan latar belakang masalah yang diuraikan, peneliti telah memfokuskan permasalahan yang akan dikaji serta merumuskan berbagai permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Masyarakat sekitar kawsan hutan yang berinteraksi dengan hutan merupakan objek penelitian ini. Sementara itu, fokus penelitian ini adalah tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu, baik itu indeks tekanan penduduknya maupun implikasinya terhadap interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

(18)

5

mungkin ditimbulkan terutama terhadap kerusakan hutan, maka berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu?

3. Bagaimana interkasi masyarakat sekitar kawasan hutan dengan hutan di Sub DAS Cisangkuy hulu?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Mengukur Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu.

2. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu.

3. Mendeskripsikan bentuk interkasi masyarakat sekitar hutan dengan hutan di Sub DAS Cisangkuy hulu.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian bidang ilmu geografi terutama masalah kependudukan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan

referensi dan gambaran umum mengenai masalah tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan.

(19)

6

pengelolaan kebijakan DAS, dan upaya-upaya pencegahan dampak tekanan penduduk.

4. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pendorong bagi masyarakat agar lebih sadar dan peduli akan pentingnya sumber daya alam sehingga masyarakat tidak hanya mengeksploitasi tetapi juga ikut mengkonservasi dan merehabilitasi.

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN

Bab I menguraikan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memaparkan kajian putaka yang berisi teori yang sedang dikaji terkait permasalahan yang dibahas, meliputi masalah kependudukan di Indonesia, tekanan penduduk, kehutanan di Indonesia, dan aspek hubungan manusia dengan hutan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses atau kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Bab ini memaparkan mengenai lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, populasi sampel, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(20)

7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Sub DAS Cisangkuy hulu yang merupakan bagian dari DAS Citarum hulu. Berada di wilayah administratif Kabupaten Bandung dengan total luas 8.885 hektar yang berbatasan dengan wilayah :

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Talegong Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pasirambu Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Cimaung Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pacet dan Kecamatan Kertasari

Secara administratif Sub DAS Cisangkuy hulu termasuk kedalam beberapa desa yakni Desa Pulosari, Desa Sukaluyu, Desa Margaluyu, Desa Margamekar, Desa Margamulya, Desa Sukamanah, Desa Warnasari, Desa Pangalengan, Desa Margamukti, Desa Wanasuka, dan Desa Cikalong yang dibatasi oleh parameter fisik seperti kemiringan lereng serta bentuk dari sungai. Seperti yang dijelaskan sebelumnya di latar belakang, pemilihan Sub DAS Cisangkuy hulu sebagai tempat penelitian didasarkan pada beberapa masalah yang terjadi di tempat penelitian ini. Permasalahan yang terjadi seperti perubahan penggunaan lahan yang signifikan terutama hutan, DAS yang kritis, serta banjir di daerah hilirnya. Disisi lain Sub DAS ini mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan salah satu penyangga utama pemenuhan air baku di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Selain itu, Sub DAS ini menjadi sumber listrik untuk Kota Bandung dan sekitarnya melalui PLTA Cikalong, PLTA Lamajan dan PLTA Pangalengan (Bappenas, 2012).

(22)

35

Ga

mbar

3.

(23)

36

B. Desain Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian haruslah dibuat sebuah perencanaan. Untuk itu diperlukan sebuah desain penelitian. “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu” (Nasution, 1987, hlm. 40). Desain menjadi pegangan dalam melakukan penelitian, menentukan batas-batas penelitian serta memberikan gambaran yang jelas tentang cara yang akan dilakukan peneliti apabila terjadi kesulitan yang telah dialami oleh peneliti lain.

Dalam penelitian kuantitatif, Nasution (1987) membagi desain penelitian menjadi tiga yaitu survei, case study, dan eksperimen. Desain penelitian survey adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar dengan cara mewawancarai sebagian dari populasinya. Sementara itu, desain penelitian case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan terhadap seorang individu. Selanjutnya, desain penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti pengaruh variabel tertentu terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang dikontrol secara ketat.

Berdasarkan ketiga jenis desain penelitian serta perumusan dan tujuan penelitian yang dibuat peneliti, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian survei. Hal ini didasarkan pada perumusan masalah yang hanya memuat variabel-variabel tunggal tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Selain itu, penelitian ini hanya mendeskripsikan mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi.

C. Metode Penelitian

(24)

37

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.” Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto : 2005). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu penjelasan atau deskripsi secara faktual, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

Pemilihan metode ini didasarkan pada perumusan masalah yang memuat variabel-variabel tunggal tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian ini hanya menjelaskan secara faktual, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Pengambilan sampel yang representatif yang benar-benar mewakili populasi akan menentukan kualitas sebuah penelitian.

1. Populasi

(25)

38

a. Populasi Wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah kawasan sekitar hutan Sub DAS Cisangkuy hulu. Berikut daftar desa yang termasuk ke dalam Sub DAS Cisangkuy hulu disajikan dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy hulu

No Nama Desa Topografi Wilayah Keberadaan Wilayah 1 Cikalong Lereng/Punggung bukit Luar kawasan hutan 2 Margaluyu Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 3 Margamekar Lereng/Punggung bukit Luar kawasan hutan 4 Margamukti Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 5 Margamulya Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 6 Pangalengan Dataran Sekitar kawasan Hutan 7 Pulosari Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 8 Sukaluyu Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 9 Sukamanah Dataran Sekitar kawasan Hutan 10 Wanasuka Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan 11 Warnasari Lereng/Punggung bukit Sekitar kawasan Hutan

Sumber : BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013

Dari kesebelas desa, hanya sembilan desa yang termasuk kedalam populasi penelitian. Kedua desa yang tidak termasuk populasi penelitian adalah Desa Cikalong dan Desa Margamekar karena wilayahnya berada diluar kawasan hutan.

b. Populasi Manusia

Populasi manusia dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu dan berinteraksi dengan hutan tersebut.

2. Sampel

(26)

39

Sumaatmadja (1988, hlm.112) “Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan. Kriteria sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi. Oleh karena itu, sebelum menarik sampel kita harus membuat estimasi (rata-rata sifat) populasi yang akan diambil sampelnya.

Berdasarkan definisi diatas, maka metode pengambilan sampel wilayah dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode purposive sampling. Metode ini menjadi satu-satunya alternatif yang cocok

karena tidak adanya sample frame yang jelas. Sampel purposif atau judgemental sampling diambil berdasarkan pertimbangan mendalam dan

diyakini oleh peneliti akan benar-benar mewakili karakter atau populasinya (Yunus, 2010). Sedangkan metode pengambilan sampel manusia dilakukan dengan dengan pendekatan non probability sampling dengan metode accidental sampling

a. Sampel Wilayah

Penentuan sampel wilayah pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan adanya perbedaan karakteristik

(27)

40

Tabel 3.2

Kepadatan Penduduk Agraris Tiap Desa

No Nama Desa

Jumlah Penduduk Bertani (jiwa)

Luas Lahan Pertanian

(ha)

Kepadatan Penduduk Agraris

1 Margaluyu 3514 310.3 11.32

2 Margamukti 3987 321.68 12.39

3 Margamulya 3154 399 7.90

4 Pangalengan 1883 185.38 10.16

5 Pulosari 3949 454.52 8.69

6 Sukaluyu 4017 403.75 9.95

7 Sukamanah 4035 273.5 14.75

8 Wanasuka 2086 355.69 5.86

9 Warnasari 2.607 626.7 4.16

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan letak dan nilai kepadatan agrarisnya maka desa yang diambil menjadi sampel penelitian adalah Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya.

b. Sampel Manusia

(28)

41

ada data pastinya. Untuk itu, dalam penentuan sampel manusia langkah awal yang dilakukan adalah menemui Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk memperoleh informasi masyarakat yang melakukan aktivitas di kawasan hutan. Selain menemui Ketua LMDH peneliti juga menemui Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) untuk memperoleh informasi mengenai masyarakat yang bertani di kawasan hutan sebagai dasar informasi pengambilan sampel. Setelah itu, peneliti mencari dan memilih responden yang sedang melakukan interaksi/ aktivitas di kawasan hutan yang kebetulan ada atau dijumpai. Proses pencarian responden akan terus dilanjutkan sampai peneliti merasa jumlah sampel yang dianggap memenuhi kebutuhan data penelitian dan dianggap mewakili populasi tiap-tiap desa telah mencukupi. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai tolak ukur cukup atau tidaknya sampel yang diambil sehingga tingkat kepekaan peneliti terhadap tujuan penelitian menjadi hal yang sangat penting selama pengambilan data di lapangan.

E. Definisi Operasional

Dalam sebuah penelitian lapangan, konsep-konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat definisi operasional. Daefinisi operasional merupakan penegasan atau realitas tertentu sebagaimana yang dipaparkan menurut konsepnya (Wignjosoebroto dalam Suyanto, 2005). Definisi operasional yang yang dirumuskan untuk setiap variabel haruslah melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti. “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011, hlm.63). Sementara itu menurut Silalahi (2010, hlm.191) “Variabel merupakan abstraksi dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan”.

(29)

42

rumusan masalah yang diajukan dan variabel yang harus didefinisikan, maka definisi operasional untuk variabel dan sub variabel penelitian ini adalah. 1. Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

Tekanan penduduk ialah gaya yang mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya atau keluar dari lapangan kerja petanian untuk memperjuangkan hidupnya akibat adanya kelebihan penduduk. Sementara itu, Indeks Tekanan Penduduk (ITP) merupakan indeks yang mengindikasikan ketergantungan penduduk terhadap lahan. Indeks tekanan penduduk dihitung menggunakan rumus Soemarwotto (1985):

��

=

���

+

���

Rumus ini dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu: a. Jumlah penduduk

adalah adalah besarnya penduduk dalam suatu wilayah pada pertengahan tahun tertentu yang diukur dengan angka absolute yang dinyatakan dengan simbol (Po)

b. Proporsi pendapatan petani diluar sektor pertanian.

Proporsi pendapatan petani yang didapat dari aktivitas non pertanian, dinyatakan dengan simbol ( )

c. Luas Lahan pertanian

Luas Lahan pertanian adalah luas total lahan pertanian meliputi luas sawah yang dibedakan menjadi dibedakan satu musim dua musim, tegalan dan pekarangan pada wilayah tertentu dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Luas lahan pertanian dinyatakan dengan simbol (Ltot) d. Tingkat pertumbuhan penduduk

(30)

43

e. Luas lahan minimal per petani untuk dapat hidup layak

Ialah luas lahan pertanian rata-rata yang diperlukan oleh petani untuk dapat hidup layak. Dinyatakan dengan simbol (Z) dan dihitung dengan menggunakan rumus:

�= . � + . � + . + .

( � + � + + )

dimana,

= Luas lahan sawah irigasi dari 2 kali panen setahun � = Luas lahan sawah irigasi 1 kali panen setahun

= Luas lahan sawah tadah hujan = Luas lahan kering

f. Poporsi petani

Proporsi petani adalah jumlah penduduk yang mempunyai lapangan kerja mengusahakan lahan (sawah, tegalan, pekarangan) pada wilayah desa diukur dengan prosentase, dinyatakan dengan simbol (f).

2. Kondidi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Ialah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai parameter yakni usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan, mata pencaharian, pendapatan, kesahatan dan transportasi, Adapun parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah adalah pekerjaan atau pencaharian utama yang dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

b. Tingkat pendidikan

(31)

44

c. Luas kepemilikan lahan

Luas kepemilikan lahan adalah luas lahan pertanian yang dimiliki petani untuk digarap.

d. Jumlah pendapatan.

Jumlah pendapatan ialah jumlah keseluruhan pendapatan baik dari mata pencaharian utama maupun mata pencaharian sampingan.

e. Jumlah Tanggungan

Ialah jumlah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga.

3. Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Kawasan sekitar hutan adalah adalah sebuah desa yang sebagian atau seluruh wilayahnya berada di dalam, di tepi, atau di sekitar hutan.

Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang bertempat tinggal atau bergantung dan bermukim di dalam dan sekitar hutan, baik berupa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa keluarga saja atau yang telah membentuk suku, dusun ataupun desa dimana masih ada interaksi yang cukup kuat antara kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan lingkungan hutan.

Sementara itu, Secara umum interaksi masyarakat sekitar hutan dengan hutan, tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti mengumpulkan hasil hutan, antara lain bahan pangan, kayu bakar, pakan ternak, umbi-umbian serta hasil dari jenis jasa hutan lainnya (Ardiansyah, 2009). Adapun parameter yang diambil dalam penelitian ini adalah:

a. Bentuk Interaksi

Bentuk interaksi masyarakat dengan hutan merupakan bentuk pemanfaatan hutan oleh masyarakat itu sendiri. Bentuk interaksi ini membentuk dua pola kegiatan, yaitu: legal (kegiatan positif) dan ilegal (kegiatan negatif)

(32)

45

sendiri dan bahkan masyarakat secara luas. Contoh kegiatan legal adalah: menajaga kelestarian hutan, mengambil hasil hutan secara terkendali, reboisasi dan lain sebagainya.

Bentuk interaksi yang negatif jika interaksi tersebut merugikan di salah satu pihak baik bagi kelestarian hutan ataupun masyarakat itu sendiri. Contoh kegiatan ilegal : pencurian kayu, pemabakaran hutan, penggarapan liar, penggembalaan liar dan pendudukan atau penyerobotan lahan untuk berbagai kepentingan.

b. Frekuensi Interaksi

Frekuensi interaksi adalah sebuah ukuran yang menyatakan seberapa sering masyarakat berinteraksi dengan hutan. Selain itu frekuensi juga menyatakan keterlibatan anggota keluarga dalam berinteraksi dengan hutan.

c. Jarak

Ialah angka yang menunjukan seberapa jauh posisi rumah tempat berdomisili dengan kawasan hutan.

d. Jenis tanaman budidaya

Adalah jenis tanaman yang ditanam dalam kawasan hutan atau sekitar kawasan hutan untuk dapat diambil hasil panennya.

e. Sistem tanam (budidaya)

Sistem tanam atau sistem budidaya adalah sistem pemanfaatan media tanam atau lahan dalam proses produksi tanam. Terdiri dari sistem monokultur (pertanaman tunggal) dan sistem polikultur (pertanaman campuran).

f. Hasil produski

Ialah jumlah hasil panen tanaman budidaya yang diukur dengan satuan ton

g. Tata niaga

(33)

46

h. Sistem wanatani

Sistem pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan dengan tanaman pertanian. Jenis-jenis wanatani berdasarkan Arsyad (2010) adalah kebun pekarangan, talun, marmar, perladangan, tumpang sari, rumput-hutan, perikanan-hutan, pertanaman lorong, dan permaculture.

[image:33.595.130.518.295.751.2]

Untuk lebih jelasnya, Berikut variabel-variabel penelitian disajikan dalam Tabel 3.3 dibawah ini:

Tabel 3.3 Variabel dan Sub Variabel Penelitian

No Variabel Sub Variabel (Indikator)

1 Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

Jumlah penduduk

Proporsi pendapatan petani dari luar sektor pertanian

Luas lahan pertanian

Tingkat pertumbuhan penduduk Luas lahan pertanian per petani untuk hidup layak

Proporsi petani pada wilayah desa

2

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Mata pencaharian Tingkat pendidikan Jumlah pendapatan Jumlah tanggungan

Luas kepemilikan lahan pertanian

3 Interaksi Masayarakat Sekitar Kawasan Hutan

Bentuk interaksi Frekuensi interaksi Jarak

Jenis tanaman budidaya Sistem tanam (budidaya) Hasil produksi

(34)

47

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau metode pengumpulan data merupakan keharusan untuk dipakai dalam suatu penelitian. Dalam penelitian kuantitatif metode atau teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah metode angket, wawancara, observasi, dan check list (Idrus, 2009). Sementara itu Arikunto (2006) menyebutkan bahwa metode pengumpulan data terdiri dari tes, angket, wawancara, observasi, skala bertingkat, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Arikunto (2006) menyebutkan bahwa terdapat jenis observasi yang dapat dilakukan dalam proses pengumpulan data yaitu observasi sitematis dan observasi non sistematis. Observasi sistematis dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagi instrumen pengamataan sedangkan observasi non sistematis dilakukan oleh pengamat tanpa menggunakan instrumen penelitian.

Jenis obervasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah observasi sistematis. Metode ini digunakan peneliti untuk mengamati interaksi masyarakat sekitar hutan atau kegiatan masyarakat di sekitar hutan. Alasan mendasar digunakannya metode ini adalah teknik pengamatan ini didasarkan pada keunggulannya yang memungkinkan peneliti melihat, mengamati , mencatat perilaku dan kejadian sebenarnya secara langsung di lapangan. Selain itu, pengamatan ini memungkinkan peneliti mengerti situasi-situasi rumit serta kasus-kasus yang tidak memungkinkan digunakannya teknik komunikasi lain. 2. Wawancara

(35)

48

penelitian pada semua perumusan masalah yaitu interaksi masyarakat sekitar hutan, tekanan penduduk, dan kondisi sosial ekonomi dimuat dan ditanyakan dalam wawancara.

Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara terstruktur dimana peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu didalam melakukan kegiatan wawancara, pengumpul data telah mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disediakan.

Wawancara menjadi metode pengumpul data utama mengingat perlunya kedalaman data dan informasi yang diperlukan. Selain itu, keuntungan penggunaan metode wawancara terstruktur, instrumen dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden pertanyaan yang diajukan benar-benar sama. 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode atau teknik pengambilan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan data ini berupa data sekunder seperti data monografi, data curah hujan, serta data pendukung lainnya guna melengkapi data primer yang telah didapat melalui observasi dan wawancara. Metode ini digunakan untuk melengkapi variabel tekanan penduduk yang hanya didapat melalui data sekunder.

G. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah penyusunan instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2006, hlm.160)

(36)

49

Berdasarkan metode pengumpulan data yang telah ditetapkan maka instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan check-list. Selain ketiga instrumen tadi, peralatan lain yang digunakan dalam

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Peta dasar (base map) terdiri dari

a. Peta RBI 25.000 lembar 1208-542 Barutunggul b. Peta RBI 25.000 lembar 1208-631 Pangalengan c. Peta RBI 25.000 lembar 1208-632 Lebaksari d. Peta RBI 25.000 lembar 1208-633 Soreang e. Peta RBI 25.000 lembar 1208-634 Pakutandang f. Peta RBI 25.000 lembar 1209-311 Bandung g. Peta Geologi 100.000 lembar Garut

h. Peta Tanah Jawa Barat

i. Peta Kawasan Cagar Alam Gunung Tilu 2. Monografi Kecamatan Pangalengan

3. Data program penyuluhan pertanian Kecamatan Pangalengan 4. Data curah hujan DAS Ciarum hulu

5. GPS, untuk menentukan lokasi tempat penelitian 6. Kamera digital

Instrumen yang baik haruslah valid dan reliable sebab baik benarnya data yang diambil melalui instrumen menentukan berkualitasnya suatu penelitian. Oleh karena itu dalam penyusunan instrumen penelitian ini harus sesuai dengan prosedur dan tahapan yang ditetapkan. Dalam penyusunan dan pengembangan instrumen, peneliti menyusunnya sesuai dengan prosedur dan tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2011) yaitu:

1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, dan sub variabel.

(37)

50

3. Penyuntingan, yaitu melengkapi dengan pedoman pengerjaan dan yang lainnya.

4. Uji coba, dilakukan dalam skala kecil guna menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

5. Penganalisaan hasil, analisi item, melihat pola jawaban dan sebagainya 6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik sesuai

dengan data yang diperoleh sewaktu uji coba.

[image:37.595.124.517.391.749.2]

Penentuan metode dan instrumen diatas didasarkan oleh berbagai pertimbangan yang dimiliki peneliti. Adapun pertimbangan tersebut diantaranya adalah keterbatasan waktu, objek penelitian, sumber data, luasnya wilayah penelitian serta keterbatasan dana yang dimiliki peneliti.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tekanan Penduduk Di Sekitar Kawasan Hutan Sub DAS Cisangkuy Hulu

Variabel Penelitian Sub Variabel (Indikator) Jumlah

Butir

Nomor butir

pada instrumen

Indeks Tekanan

Penduduk (ITP)

Jumlah penduduk 1 B1

Proporsi pendapatan petani

dari luar sektor pertanian 2 B2, B3

Luas lahan pertanian 1 B4

Tingkat Pertumbuhan

penduduk 4 B5, B6, B7, B8

Luas lahan pertanian per

petani untuk hidup layak 10

B9, B10, B11,

B12, B13,B14,

B15, B16, B17,

B18

Proporsi petani pada

wilayah desa 1 B19

Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat

Sekitar Kawasan Hutan

Mata pencaharian 4 A5, A6, A7, A8

Tingkat pendidikan 2 A14, A15, A16

Jumlah pendapatan 5 A9, A10, A11, A12, A13

(38)
[image:38.595.124.518.188.369.2]

51

Tabel 3.3 Lanjutan

Interaksi Masayarakat

Sekitar Kawasan Hutan

Bentuk interaksi 4 A18, A19,

A24,C1

Frekuensi Interaksi 3 A20, A21, ,A23

Jarak 1 A22

Jenis tanaman budidaya 1 A25

Sistem tanam 1 A25

Hasil produksi 1 A25

Tata niaga 3 A26, A27, A28

Sistem Wanatani 1 C2, C3

H. Analisis Data

Singaribun (dalam Suyanto, 2005, hlm.104) “analisis data adalah suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan”. Analisis data merupakan tahapan terakhir setelah semua data terkumpul. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis (Arikunto, 2006).

Berdasarkan tahapan-tahapan diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan analisis data dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Adapun tahapan analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan pengecekan kelengkapan data instrumen yang telah diisi baik itu lembar observasi, check-list, maupun angket

(39)

52

Setelah data terkumpul, data diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berbentuk angka-angka dan data kualitatif dinyatakan dalam kata-kata. Data kuantitatif kemudian ditabulasikan menggunakan statistik deskriptif sementara itu data kuantitatif akan diuraikan guna melengkapi gambaran yang diperoleh melalui analisis data kuantitatif

3. Tabulasi Data

Data kuantitatif dimasukan kedalam tabel-tabel yang telah dibuat. Data kemudian dihitung frekuensi atau jumlahnya dan diatur angka-angkanya untuk dianalisis. Dalam kegiatan tabulasi juga dilakukan scoring terhadap item-item yang perlu diberi skor dan dilakukan koding untuk member kode-kode tertentu terhadap satu item yang tidak diberi skor.

4. Penyajian Data

Setelah data ditabulasi, dilakukan penyajian data menggunakan statistik deskriptif. Data disajikan melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan nilai rata-rata, perhitungan nilai minimum-maksimum serta perhitungan prosentase. Penggunaan statistik deskriptif ini hanya menggambarkan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum. Kesimpulan umum dilakukan pada tahapan selanjutnya yakni penarikan kesimpulan.

5. Perhitungan Data

Khusus untuk rumusan masalah tekanan penduduk dihitung menggunakan model kuantitatif Soemarwoto (1985). Rumus tekanan penduduk memiliki tiga model yaitu

a. Pada model I penduduk dianggap hanya hidup dari lahan pertanian yang digarap. Rumus tekanan penduduk ini adalah

��

=

���

+

(40)

53

b. Rumus tekanan penduduk model II merupakan pengembangan rumus model I. Pada rumus ini penduduk hidup dari lahan pertanian tetapi mempunyai pendapatan lain diluar sektor pertanian. Apabila pendapatan diluar sektor pertanian makin besar maka tekanan penduduk terhadap lahan akan berkurang. Berikut rumus tekanan penduduk model II

��

=

���

+

���

c. Rumus tekanan penduduk model III ini merupakan pengembangan dari rumus model I dan II, dimana rumus III ditambahkan nilai manfaat lahan untuk produksi penggarap. Jika produktifitas lahan semakin tinggi maka pendapatan petani akan tinggi pula dan semakin besar pendapatan yang bekerja diluar sektor pertanian maka tekanan penduduk akan berkurang.

��

=

���

+

���

Untuk mengukur Indeks Tekanan Penduduk (ITP) pada penelitian ini digunakan rumus model II (Soemarwoto, 1989 hlm.225) yaitu:

��

=

���

+

(41)

54

dimana,

�� = Indeks tekanan penduduk pada waktu t

= Proporsi pendapatan petani yang bersumber dari aktivitas non pertanian

� = Luas lahan pertanaian rata-rata yang diperlukan oleh setiap penduduk petani untuk dapat hidup layak

� = Proporsi penduduk yang menjadi petani �� = Jumlah penduduk pada awal periode

� = Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

��� = Luas total lahan pertanian

t = Rentang waktu dalam tahun

Sementara itu, untuk menghitung nilai Z diperoleh menggunakan rumus :

=

.

+

.

+

.

+

.

(

+

+

+

)

dimana,

� = Luas lahan pertanian rata-rata yang diperlukan oleh setiap penduduk petani untuk dapat hidup layak

= Luas lahan sawah irigasi dari 2 kali panen setahun (ha) � = Luas lahan sawah irigasi 1 kali panen setahun (ha)

= Luas lahan sawah tadah hujan (ha) = Luas lahan kering (ha)

(42)
[image:42.595.143.520.125.241.2]

55

Tabel 3.5 Tabel Klasifikasi Indeks Tekanan Penduduk (ITP)

No Nilai ITP Kriteria

1 > 1 Terjadi tekanan penduduk melebihi kemampuan lahan 2 = 1 Penggunaan lahan optimal terhadap kemampuan lahan 3 < 1 Belum terjadi tekanan penduduk

Sumber : Ariani (2012)

6. Penarikan Kesimpulan

(43)

56

I. Kerangka Berfikir

Hutan

Ketidakseimbangan Kelahiran

Keadaan Sosek Masyarakat sekitar hutan Kematian

Kebutuhan Hidup Meningkat

Interaksi Manusia dengan hutan

Tekanan

Penduduk

Potensi tanah, flora dan fauna

Lahan Pertanian Penduduk

Produksi Pertanian Pertumbuhan

Penduduk

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab akhir ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta rekomendasi berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya.

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini meliputi:

1. Besarnya Indeks Tekana Penduduk (ITP) di daerah penelitian dengan sampel Desa Warnasari, Desa Pulosari, dan Desa Margamulya >1, hal ini menunjukan bahwa tekanan penduduk telah melebihi batas kemampuan lahan. Desa Pulosari mempunyai ITP terbesar dan Desa Warnasari mempunyai ITP terkecil dengan rincian :

a. Desa Warnasari mempunyai ITP sebesar 1,57 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 4,5.

b. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3,30 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 8,69.

c. Desa Pulosari mempunyai ITP sebesar 3 dengan kepadatan penduduk agrarisnya sebesar 7,90.

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan terdapat perbedaan di daerah penelitian. Kecenderungan sebagian besar hidup masyarakat mengandalkan bertani, berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, tidak memiliki lahan pertanian, dan rata-rata jumlah tanggungan keluarga hampir mencapai tiga orang.

(45)

147

konservasi berupa sistem wana tani atau agroforesti di daerah penelitian tidak berjalan dengan maksimal yang berdampak pada tingginya tingkat erosi.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi dalam menyelesaikan masalah mengenai tekanan penduduk diantaranya :

1. Untuk pemerintah setempat hendaknya kembali menggalakan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengurangi besarnya tekanan penduduk dengan menekan angka kelahiran. Pemerintah hendaknya lebih bnayak menciptakan lapangan kerja baru, memberikan keterampilan diluar bidang pertanian yang bertujuan untuk mengurangi eksploitasi lahan hutan yang telah melebihi batas daya dukung lingkungan.

2. Untuk masyarakat setempat, khususnya petani yang menggarap lahan di kawasan hutan hendaknya meningkatkan produktifitas lahan dengan melakukan penanaman secara tumpangsari, penggunaan biofertilizer, dan pemanfaatan bahan organik. Selain itu, masyarakat harus ikut berpartisipasi melakukan konservasi dengan mengoptimalkan program agroforesti dalam menjaga kelestarian wilayah Hulu.

3. Untuk semua pihak yang terlibat dalam perambahan kawasan hutan di daerah penelitian, hendaknya lebih tegas di dalam menanggapi rusaknya kawasan hutan, semua pihak hendaknya lebih mementingkan inventarisasi kelestarian alam daripada kepentingan pribadi semata.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachim, I.(1979) Pengantar masalah penduduk. Bandung: Alumni

Ardiansyah, S. (2009)Kajian interaksi masyarakat dengan hasil hutan non-kayu: Studi kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi Jawa Timur. Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Ariani, Dwi-Rina. dan Harini, R. (2012) Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di kawasan pertanian. Jurnal Bumi Indonesia, 1 (3), Hlm. 422-427 Arikunto, S.(2006 ) Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara

Arsyad, S.(2009) Konservasi tanah dan air. Bogor: IPB Press

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (2012) Atlas pengelolaan sumberdaya air terpadu wilayah citarum. Jakarta : Bappenas.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2013) Kabupaten bandung dalam angka. Bandung : BPS.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007). Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Jurnal Manajemen Hutan Tropika8 (1), Hlm. 172-181.

Daldjoeni, N. (1989) Masalah pendudduk dalam fakta dan angka. Bandung: Alumni

Direktorat Analisis Dampak Kependudukan (2011) Kajian indeks tekanan penduduk. Jakarta : BKKBN.

Djaenudin, D. (2005). Beberapa penyebab terjadinya alih fungsi kawasan hutan ke non-hutan. Bogor: Puslitsosek

Eridiana, W. (2006) Peningkatan pendidikan pada masyarakat sekitar hutan di kabupaten bandung. Jurnal GEA, 6 (1), Hlm. 1-8

Fitria, A.A. (2005). Analisis daya dukung lahan pertanian dan tekanan penduduk. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

(47)

Irwanto. (2011) Ekosistem hutan musim. [Online]. Tersedia di: http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-musim.html. Diakses 10 Mei 2014.

Kementrian Kehutanan (1999) UUD RI Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutan Jakarta: Kemenhut

Kadir, A. dkk. (2009) Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar tamannasional bantimurung bulusaraung, provinsi sulawesiselatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19 (2), Hlm1-11

Malik, Y. (2010) Penentuan tipologi kawasan rawan gempa bumi untuk mitigasi bencana di kecamatan pangalengan kabupaten bandung. Jurnal Gea, 10(1), Hlm1-19

Nasution.(1987) Metode research penelitian ilmiah. Edisi kedua. Bandung: Jemmars

Palenewen. (1993) Keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan di kecamatan langowan. Manado: Pusat Penelitian Unsrat

Prawiro, H. R. (1983) Kependudukan teori, fakta dan masalah. Bandung: Alumni Prasetyo, B.H. dkk. (2006) Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan

tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), Hlm39-47

Prassojo, G. (200) Tataniaga Pertanian, Saluran Tataniaga, Marjin Tataniaga, dan Pemasaran [Online]. Tersedia di: http:// shaylife.blogspot.com/2012/04/ tataniaga-pertanian-saluran-tataniaga.html. Diakses 12 Mei 2014.

Rafi’i, Suryatna. 1995. Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa.

Risdiyanto, I. Dkk. (2009) Aspek perubahan lahan terhadap tata air sub das cisangkuy DAS citarum. [Online]. Tersedia di: http://banyumilih.blogspot.com/2009/06/ aspek-perubahan-lahan-terhadap-kondisi.html. Diakses 11 November 2013.

Ruhimat, M. (2008) Kependudukan dan problematikanya. [Online]. Tersedia di:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOG RAFI/196105011986011-MAMAT_RUHIMAT/Kependudukan.pdf. Diakses 11 November 2013.

(48)

Sanusi, Rahayu-Sri (2003) Masalah kependudukan di indonesia. Medan: USU digital Library.

Sarmaningsih, A. (2007) Evaluasi kekritisan lahan daerah aliran sungai (DAS) dan mendesaknya langkah-langkah konservasi air. Jurnal Presipitasi, 2 (1), Hlm. 8-14

Siahaan, N.H.T. (2004a) Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Edisi Kedua. Jakarata: Erlangga.

Siahaan, N.H.T. (2007b) Hutan, lingkungan dan paradigma pembangunan. Jakarata: Pancuran Alam.

Sialalahi, U.(2010) Metode penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama.

Soemarwoto, O. (1989a) Analisis dampak lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soemarwoto, O. (1985b) A quantitative model of population pressure and its potensial use development planning. Majalah Demografi Indonesia, 11 (24), hlm. 1-5.

Spurr, S.H. & Burton, V.B. (1973). Forest ecology. Florida: Krieger Publishing Company Malabar.

Sugiyono. (2002a) Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011b) Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011c) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukisno. (2010) Indeks tekanan penduduk terhadap kawasan lindung dan valuasi ekonomi sumber daya alam dengan cvm sebagai dasar arah pengembangan wilayah berbasis konservasi sumber day alam. Jurnal Agroekologi, 25 (1), Hlm. 237-245.

Sumaatmadja, N. (1989a) Metode Analisa Geografi. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, N. (1998b) Manusia dalam konteks sosial,budaya dan lingkungan hidup. Bandung: Alumni.

Sutaryono. (2008). Pemberdayaan setengah hati, sub ordinasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

(49)

Waluyo, H. (2002) Tekanan penduduk dan dampak terhadap lingkungan. Jakarta : Kementrian Lingkungan Hidup.

Gambar

Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Cisangkuy Tahun 1990-2008
Gambar 3.1
Tabel 3.1 Data Keberadaan Wilayah Desa di Sub DAS Cisangkuy hulu
Tabel 3.3 Variabel dan Sub Variabel Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERAMBAH DENGAN KARAKTERISTIK PERAMBAHAN HUTAN DI SUB DAERAH ALIRAN CI SANGKUY HULU KABUPATEN BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia

Jika diklasifikasikan berdasarkan kemampuan resapan atau tingkat infiltrasi aktualnya, maka DAS Cisadane Hulu didominasi oleh tutupan lahan dengan potensi resapan (infiltrasi)

Analisis Tata Guna Lahan dan Ekonomi Kelembagaan Mengarah Kepada Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. (Kasus Hutan Sesaot di Kawasan Hulu DAS Babak, Propinsi Nusa

Analisis Tata Guna Lahan dan Ekonomi Kelembagaan Mengarah Kepada Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. (Kasus Hutan Sesaot di Kawasan Hulu DAS Babak, Propinsi Nusa

Hasil pengukuran debit aliran pada outlet pengamatan di Sub DAS Sengarit bagian hulu dan hilir selama 5 hari dapat di lihat pada tabel 4, di mana pada outlet pengamatan bagian

Perubahan penggunaan lahan tersebut berdampak pada respon hidrologi DAS selama kurun waktu 12 tahun (2003-2015) di DAS Cisangkuy, diantaranya disebabkan oleh meningkatnya

Permasalahan kebencanaan di DAS Bengawan Solo Hulu Tengah seperti banjir, kekeringan, lahan kritis, dan tanah longsor yang terjadi berdampak pada sektor pertanian sehingga

Lahan terbiar di sekitar hutan mangrove Sungai Liung Pulau Bengkalis seluas 609,5 hektar berdasarkan kriteria kesesuaian lahan, teknologi, investasi, dukungan