KUTILAS (KURIKULUM 2013) DAN PROFESI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Reky Lidyawati1
Abstract: The dynamics of the development of the current curriculum has
a significant influence on the implementation of learning in elementary school, the separate subject curricullum into integrated curricullum.
With the changes in this curriculum requires elementary teachers to be more professional in teaching, as must be able to draw on some lessons into one theme. Teachers are professional educators who have competence education to the primary task of educating, teaching, guiding, directing, train, assess, and evaluate students on early childhood education, formal education, primary education, and secondary education. With the current curriculum development dynamics proper to the professional teacher education equip themselves with adequate competence.
Keywords: Teachers, Professionals, Competence, Curriculum 2013
1 Dosen FKIP PGSD UNARS Situbondo
I. Pendahuluan
Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia telah banyak terjadi dinamika dalam pengembangan kurikulum. Sampai saat ini telah tercatat beberapa kurikulum yang diterapkan di Indonesia, di antaranya adalah; Kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006 ( Habsy Khotib, 2007:1) atau yang sering disebut dengan KTSP serta kurikulum 2013 yang saat ini dijadikan acuan dalam pendidikan di Indonesia.
Dinamika pengembangan Kurikulum telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, dari separate subject curricullum ke integrated curricullum. Dengan adanya perubahan kurikulum ini menuntut guru SD untuk lebih profesional lagi dalam mengajar, karena harus mampu meramu beberapa pelajaran ke dalam satu tema.
Ketika membicarakan tentang guru profesional, maka tidak akan terlepas dari kata profesi yang secara bebas kata profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan
sesuai dengan keahliannya (Expertise). Ini berarti suatu pekerjaan atau jabatan yang harus dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih atau disiapkan untuk melakukan pekerjaan itu. (Arigayo dalam jurnal DIKDAKTIKA, 2005:115)
Dalam Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Martinis Yamin, mendefinisikan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus. (Martinis Yamin, 2007: 13)
Ada beberapa ciri-ciri profesi menurut Nyoman Dentes:
a. Profesi merupakan seperangkat
keterampilan yang
dikembangkan secara khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok dalam suatu masyarakat
b. Seorang profesional dituntut untuk memiliki landasan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dalam waktu yang panjang selama pendidikan dan pelatihan
c. Seorang profesional harus berorientasi pada usaha
memberikan layanan ahli serta di tuntut untuk dapat mengevaluasi unjuk kerjanya sebagai balikan bagi upaya peningkatan.
(Nyoman Dentes dalam Arigayo, 2005:115)
Guru adalah salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses pembelajaran sesudah siswa. Apabila seorang guru tidak punya sikap profesional maka siswa yang dididik akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini karena siswa berhasil dalam belajar apabila diajar oleh guru yang profesional, dan selain alasan itu, guru juga merupakan salah satu tumpuan bagi negara dalam hal pendidikan, apalagi guru sekolah dasar yang erat dengan pembentukan karakter anak didik.
II Kurikulum 2013 (KUTILAS) Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun merupakan wujud dari pengembangan kurikulum dalam rangka untuk menemukan formulasi kurikulum yang lebih baik dari kurikulum sebelumnya. Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai
dengan kebutuhan. Kebutuhan yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(Chamisijatin dkk, 2010: 2-3)
Kurikulum 2013 (KUTILAS) merupakan perwujudan dari pengembangan kurikulum dari kurikulum tingkat satun pendidikan (KTSP) ke kurikulum 2013. Secara esensi masih banyak hal-hal yang tetap dipertahankan dari KTSP ke kurikulum 2013, yaitu pemerintah masih tetap memberikan kebebasan kepada masing-masing tingkat satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Secara substansi telah banyak perubahan terkait materi pelajaran terutama pada jenjang sekolah dasar, yang telah mengalami perubahan dari separate subject curriculum kepada integrated curriculum.
Perubahan formulasi materi dari mata pelajaran terpisah kepada tematik pada kurikulum 2013 di jenjang SD bukan tanpa alasan, semua ini dilakukan karena
pemahaman anak SD masih pada tahap rasional konkret. Ahli psikolog Jean Piaget dalam Tisno dan Ida mengemukakan bahwa kemampuan untuk bergaul dengan hal-hal yang bersifat lebih abstrak yang diperlukan untuk mencernakan gagasan-gagasan dalam berbagai mata pelajaran akademik umumnya baru terbentuk pada usia ketika murid-murid duduk di kelas-kelas terakhir SD. (Tisno dan Ida, 2006:
1.11). Wasti Suemanto juga menjelaskan bahwa dengan bertambahnya usia, maka pertumbuhan seseorang berlangsung terus menuju tingkat kematangan- kematanagan tertentu. Lebih lanjut Wasti Soemanto menjelaskan bahwa pertumbuhan kapasitas intelektual sangat menentukan perkembangan pada diri seseorang. (Wasti Soemanto, 2006: 60)
Oleh Karena itu, cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk murid akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut bagi mereka.
Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptualnya, baik intra maupun antar bidang studi, akan
meningkatkan peluang bagi terjadinya Pembelajaran yang lebih efektif. (Tisno dan Ida, 2006: 1.11)
Pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di jenjang sekolah dasar diharapkan mampu memberikan pemahaman kerangka konseptual yang utuh pada siswa, dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema, diharapkan siswa mampu mencapai kompetensi yang telah ditentukan dengan efektif dan efisien.
II Guru Profesional
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula. Kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta keterampilan mengajar guru di dalam
menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai dengan baik.
Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar Mengajar, guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
1. Memiliki bakat sebagai guru.
2. Memiliki keahlian sebagai guru.
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7. Guru Indonesia adalah manusia berjiwa pancasila.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
(Hamalik, 2003: 118) Hal yang relevan dengan persyaratan guru profesional diatas juga dituangkan dalam UU No 14 Tahun 2005 dalam bentuk prinsip- prinsip profesionalitas yang isinya sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja ; 7. Memiliki kesempatan
untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan 9. Memiliki organisasi
profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas
keprofesionalan guru.
(UU No 14 Tahun 2005 BAB III pasan 7 tentang prinsip profesionalitas) Dari persyaratan dan prinsip- prinsip diatas bisa dirumuskan beberapa kriteria yang mengatributi seorang guru profesional:
1. Menguasai Bahan/Materi pelajaran, menguasai bahan atau materi pelajaran bidang studi baik dalam kurikulum, penunjang kurikulum,
maupun bahan
pendalaman/ aplikasi bidang studi. Untuk menguasai bahan/materi pelajaran secara mendalam harus didukung dengan latar belakang pendidikan yang linier sehingga seorang guru akan piawai dalam menyampaikan
bahan/materi pelajaran.
2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar, seperti menyiapkan perangkat pembelajaran yang telah disusun melalui proses perencanaan pembelajaran yang matang.
3. Kemampuan mengelola kelas, kemampuan ini berkaitan tentang kemampuan seorang guru dalam mempersiapkan suatu ruang kelas yang teratur, dengan tat ruang
yang mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran dan dalam suasana yang disiplin akan memungkinkan siswa
dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran.
4. Kemampuan menguasai media atau sumber, Guru diharapakan memiliki kemampuan dalam menguasai media atau sumber belajar misalnya;
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media, b.
Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, c.
Menggunakan dan mengelola laboratorium dan mengembangkan laboratorium,
menggunakan
perpustakaan sebagai sumber belajar.
5. Kemampuan mengelola interaksi pembelajaran, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengelola interaksi pembelajaran adalah pendekatan keterampilan proses yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada
“mengajar siswa belajar bagaimana belajar” (to
learn how to learn).
Keterampilan tersebut meliputi keterampilan mengobservasi,
mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan,
mengkomunikasikan, mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data, menggambarkan
hubungan antar variabel mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun hipotesis, dan sebagainya.
6. Kemampuan penguasaan Landasan-landasan
kependidikan, seorang guru wajib menguasai landasan-landasan
kependidikan yang meliputi: Ilmu Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Administrasi Pendidikan, Bimbingan Konseling, dan Filsafat pendidikan
7. Kemampuan mengenal fungsi program layanan
bimbingan dan
penyuluhan di sekolah,
dalam pelaksanaan pembelajaran ditemukan bahwa tidak semua siswa dapat dengan mudah mengerti, faham atau terampil untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, oleh karena itu, guru diharapkan mampu berperan serta dalam program pelayanan bimbingan dan konseling (BK) membantu siswa untuk mengenali serta menerima diri beserta potensinya, membantu siswa untuk membuat pilihan atau keputusan yang tepat bagi dirinya, membantu sisawa agar berani serta mampu menghadapi masalah hidupnya secara bertanggung jawab, membantu siswa agar mampu belajar secara efisien, dan akhirnya secara keseluruhan bisa membantu siswa untuk menemukan kebahagiaan hidupnya.
8. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,
kemampuan guru
mengenal dan mampu menyelenggarakan
administrasi pendidikan meliputi: Administrasi kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi kepegawaian, administrasi sarana dan prasarana, administrasi tata usaha, administrasi keuangan dan hubungan sekolah dengan masyarakat.
9. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan
pengajaran. Dunia ilmu pengetahuan semakin berkembang, oleh karena itu diharapkan semua guru
dapat ikut
mengembangkan diri dengan mengikuti
kemajuan ilmu
pengetahuan maupun dalam cara menyampaikan ilmu pengetahuan kepada
siswanya. Kebiasaan baik yang harus dilakukan guru untuk mengembangkan diri adalah kebiasaan membaca dan melakukan penelitian sebagai upaya untuk mengup date ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.
10. Kemampuan
mengevaluasi Prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran
11. Kemampuan untuk menunjukkan suri tauladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru profesional itu mengajar karena panggilan jiwa serta memiliki misi untuk mengantarkan anak didiknya kepada kehidupan yang lebih baik secara intelektual dan sosial, guru yang seperti inilah yang bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan dan ketuhanan yang besar dalam dada setiap muridnya, bahkan sesudah ia mati (Mohammad Fauzil Adhim dalam Abdullah Munir, 2009: X).
III Guru Kompeten
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai seperangkat tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Abdul Majid, 2011: 5). Dalam UU No 14 Tahun 2005 juga dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut :
a. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif;
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan;
menerapkan teori belajar dan pembelajaran;
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar;
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan
pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial:
merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode;
menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e. Mengembangkan peserta
didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi nonakademik.
2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial:
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah- langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
IV. Kurikulum 2013 (KUTILAS) dan Guru Sekolah Dasar
Guru adalah salah satu penentu mutu pendidikan di sekolah, karena
alasan itulah maka guru dintuntut untuk selalu profesional dalam melaksanakan tugasnya dengan selalu memperbaharui ilmu pengetahuan yang telah dimliki agar tidak ketinggalan zaman. Sebagaimana dengan adanya dinamika pengembangan kurikulum, menjadi tantangan tersendiri bagi para guru untuk selalu membekali diri dengan informasi terkait dengan kurikulum yang baru.
Kurikulum mengandung muatan akademis, namun penerapannya berdasarkan teknis dan membutuhkan banyak pengalaman. David berlo mengatakan bahwa guru sebagai sumber dalam menyampaikan pesan kepada audiens harus memiliki keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, dan memperhatikan konteks sosial budaya. (dalam Abizar, 1988: 9)
Disamping itu, guru juga harus memiliki kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia kependidikan, seperti perubahan kurikulum, dalam hal ini, guru diminta untuk cepat beradaptasi terhadap perubahan tersebut dengan cara mengikuti penataran, workshop,
dan belajar dengan teman se-profesi.
Mau atau tidak, guru harus tetap menerapkan kurikulum yang telah dirancang pemerintah dan institusi, dan mereka harus mampu mengajarkannya walaupun kurikulum itu banyak perubahannya bila dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. (Martinis Yamin, 2007:
49)
Dalam implementasi kurikulum 2013 di jenjang sekolah dasar sekarang ini, guru dituntut untuk mampu menyampaikan materi pelajaran berbentuk tematik, walaupun pada kenyataannya masih banyak murid yang bingung terhadap penyampaian materi dan sering bertanya “Sekarang pelajarannya apa bu?” , maka guru harus dengan telaten memberikan penjelasan terkait pembelajaran yang dilaksanakan sehingga siswa bisa memahami perubahan tersebut.
V. Kesimpulan
Guru adalah elemen penting yang ada dalam dunia pendidikan yang ikut berperan aktif dalam pencapaian hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan alasan itulah maka guru selalu dituntut untuk
profesional dalam melaksanakan tugas profesinya, dengan membekali dirinya dengan kompetensi- kompetensi yang memadai.
Dinamika pengembangan kurikulum yang telah mengantarkan indonesia saat in pada kurikulum tahun 2013, harus disikapi secara bijak oleh semua guru baik itu yang dikota maupun yang di pedesaan.
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap guru untuk selalu taat dalam melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Abizar. 1988. Komunikasi Organisasi. Jakarta:
Depdikbud Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Arigayo. 2005. Profesi Guru dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Dalam Jurnal
DIKDAKTIKA FKIP
UNMUH Jember). Jember:
FKIP UNMUH Jember Chamisijatin dkk. 2010.
Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Khotib. 2006. Apa Itu KTSP.
http://www.alazhar.sifabudi.n et/index.php?option=content&
task=view&id=74&ite
Majid. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Munir. 2009. Spiritual Teaching.
Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani
Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Tisno dan Ida. 2006. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Undang-Undang No 14 Tahun 2005.
Tentang Guru dan Dosen
Yamin. 2007. Profesionalisasi Guru
& Implementasi KTSP.
Jakarta: Gaung Persada Press
INFO REDAKSI
Jurnal IKA PGSD Terbit 2 (dua) kali setahun, yaitu pada bulan juni dan Desember.
Redaksi jurnal IKA PGSD menerima artikel ilmiah (hasil penelitian atau kajian pustaka) dari berbagai pihak khususnya alumni PS PGSD UNARS.
Naskah hasil penelitian terdiri atas judul, nama penulis beserta instansi, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, penutup, kesimpulan, dan daftar pustaka.
Naskah hasil kajian pustaka terdiri dari atas judul, nama penulis beserta instansi, abstrak, pendahuluan, pembahasan, penutup, kesimpulan, dan daftar pustaka.
Naskah diketik pada ukuran kertas A4 dengan huruf Time New Roman 12, 1,5 spasi, margin atas = 3,5 cm, bawah = 3cm, kiri = 4cm dan kanan = 3cm, tidak lebih dari 15 halaman.
Redaksi berhak mengubah bentuk format, dan redaksional tanpa bermaksud mengubah makna tulisan.
Naskah dikirim ke alamat redaksi dalam bentuk paper print (rangkap 3) dan soft copy dalam CD paling lambat sebulan sebelum edisi penerbitan.