• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP TANAMAN VANILI DI DESA POLEBUNGING KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP TANAMAN VANILI DI DESA POLEBUNGING KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP

TANAMAN VANILI DI DESA POLEBUNGING

KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN

KEPULAUAN SELAYAR

DIAN ETNAWATI 105 92 117 208

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

(2)

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP

TANAMAN VANILI DI DESA POLEBUNGING

KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN

KEPULAUAN SELAYAR

DIAN ETNAWATI 105 92 117 208

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Petanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skriprsi yang berjudul :

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP TANAMAN VANILI DI DESA POLEBUNGING KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

DIAN ETNAWATI, 105 92 117 208. Partisipasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Tanaman Vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dibawah bimbingan KASIFAH dan JUMIATI.

Penelitian ini bertujuan mengetahui Partisipasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Tanaman Vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dari Nopember 2012 sampai dengan Januari 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani vanili di Desa Polebunging yang berjumlah 2 kelompok tani yang terlibat pada tanaman vanili. yaitu kelompok tani Bulo Sipappa’ yang beranggotakan 10 orang, kelompok tani

baji’minasa yang beranggotakan 10 orang , jadi jumlah populasinya 20 orang

yang berpartisipasi aktif terhadap tanaman vanili bersama penyuluh pertanian. Sementara untuk penentuan sampel dilakukan dengan teknik sensus (sampel jenuh) yakni dengan menjadikan keseluruhan populasi sebagai sampel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota kelompok tani pada tahap perencanaan kegiatan terhadap tanaman vanili berada pada kategori sedang yang ditandai dengan frekuensi kehadiran dalam rapat pengambilan keputusan, pemahaman terhadap tujuan kegiatan pada tanaman vanili, peranan petani dalam rapat pengambilan keputusan, sering tidaknya usul yang diajukan diterima sebagai keputusan rapat. Pada tahap pelaksanaan berada pada tahap pemanfaatan tanaman vanili berada pada kategori tinggi. Keberadaan partisipasi anggota kelompok tani dapat memberikan perubahaan dalam melakukan usahatani yang sesuai dengan anjuran petugas setempat agar petani memperoleh hasil tanaman vanili yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Secara keseluruhan partisipasi anggota kelompok tani pada tanaman vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai berada dalam kategori sedang.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuni-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2012 sampai dengan Januari 2013

adalah “Partisipasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Tanaman Vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Kasifah, M.P. selaku pembimbing I dan Jumiati, SP., M.M. selaku pembimbing II. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda dan Ibu serta adik-adik atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga Skripsi ini bermanfaat.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ………. 1 1.1. Latar Belakang ………. 1 1.2. Rumusan Masalah ……… 4 1.3. Tujuan Penelitian ………. 4 1.4. Kegunaan Penelitian ……… 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Partisipasi ... 5

2.2. Petani ... 10

2.3. Kelompok Tani ... 11

2.4. Tanaman Vanili... 14

2.5. Kerangka Pikir ... 18

III. METODE PENELITIAN ……….. 20

. 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 20

3.2. Populasi dan Sampel ……….. 20

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4. Jenis Data ... 21

3.5. Analisis Data ... 21

3.6. Definisi Operasional ... 22

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ……… 23

4.1 Luas dan Letak Geografis ... 23

(9)

4.3 Keadaan Penduduk ... 23

4.4 Keadaan Wilayah ... 25

V HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 27

5.1 Identitas Responden ... 27

5.2 Partisipasi Anggota Kelompok Tani... 31

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar 2 Oktober 1988 dari Ayah Abd. Rahman dan Ibu Andi Buki, penulis merupakan anak Ke 2 dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri (SD) Impres Kassi Kassi dan lulus Tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP dan lulus tahun 2003, dan tahun yang sama masuk kesekolah menengah atas (SMK) Gunung Sari Makassar dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “Partisipasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Tanaman Vanili Di

(11)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Penduduk pada Setiap Dusun di Desa Polebunging

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar... 25 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.. 26 3. Luas Lahan Berdasarkan Penggunannya di Desa Polebunging

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ... 27 4. Potensi Wilayah di Desa Polebunging Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar... 27 5. Umur Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar... 29 6. Pendidikan Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ... 30 7. Pengalaman Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ……….…….. 31 8. Tanggunggan Responden Petani di Desa Polebunging

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar... 31 9. Partisipasi Anggota Kelompok Tani……….. 33

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian. ... 19 2. Gambar Tanaman Vanili yang Berumur 2 Minggu ... 47 3. Gambar Tanaman Vanili ... 47

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 42

2. Identitas Responden ... 44

3. Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Perencanaan ... 45

4. Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Pelaksanaan ... 46

5. Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Pemanfaatan………. 47

(14)

1

I.

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Salah satu komuditas perkebunan yang mempunyai prospek yang cukup baik adalah Tanaman Vanili. Pada perkembangannya sampai sekarang, ternyata vanili Indonesia mempunyai kadar vanilin yang tinggi. Hal ini disebabkan kondisi iklim tropis di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan pohon vanili, itu sebabnya Indonesia terkenal dengan sebaran penghasil “emas hijau” alias vanili. Vanili termasuk rempah-rempah yang dikenal hampir seluruh Negara, selain wanginya vanili memiliki nilai jual yang sangat tinggi di pasaran. Perdagangan vanili ini diharapkan dapat sebagai usaha komersil skala petani kecil dan dapat meningkatkan pendapatan petani.

Vanili merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Penggunaan vanili telah meluas keberbagai aspek pasar, sehingga didalamnya melibatkan berbagai jenis aspek-aspek pemasaran. Akan tetapi seringkali perkembangan pasar vanili tidak memiliki kestabilan, sehingga seringkali terjadi fluktuasi pemasaran vanili.

Adapun di Kabupaten Kepulauan Selayar vanili mulai dikenal sejak tahun 1995. Pohon vanili yang masuk ke Kepulauan Selayar berasal dari pulau Jawa. Buah vanili diporoleh dari pohon vanili yang di tanam di Desa Lembang Bau sekitar tahun 1997, karena keberhasilan tersebut pohon vanili yang ada di

(15)

2 kepulauan Selayar mulai menyebar ke beberapa desa lainnya termasuk desa Polebunging.

Pada umumnya masyarakat di desa Polebunging bermata pencaharian sebagai petani. Selaian mereka mengololah lahannya untuk bertanam jangka pendek mereka juga bertanam jangka panjang seperti : vanili, jambu mente, kelapa, jeruk, dan kenari. Namun yang lebih dominan yaitu bertanam vanili. Tanaman vanili memang mahal, untuk 1 kilogram harganya Rp 100.000 – Rp 150.000 jelaslah ini sangat menguntungkan para petani vanili ( Anonim 2010 ).

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar sampai saat ini belum merekomendasikan vanili sebagai salah satu tanaman khas yang dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatan petani, sehingga tanaman vanili didaerah tersebut belum berkembang luas. Pihak Pemda dalam hal ini Dinas Pertanian kurang memberikan bimbingan dan sosialisasi khusus dalam usaha pengembangan tanaman vanili sehingga para petani hanya berusaha berdasarkan pengalaman seadanya.

Menurut Rogers dalam Levis (1996), partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Namun bila kita cermati, partisipasi tidak terbatas hanya keterlibatan dalam mengambil keputusan. Akan tetapi pengertiannya lebih luas dari itu yaitu meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil pembangunan pertanian.

Pada dasarnya partisipasi petani dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan sangat diharapkan oleh dalam mengelolah vanili guna meningkatkan produksi sehingga dapat diikuti oleh peningkatan pendapatan petani. Dengan

(16)

3 adanya hal ini diharapkan adanya penyuluh pertanian, sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi petani vanili, khususnya pada saat penanganan produksi vanili di Desa Polebunging serta tetap melibatkan petani dalam pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil dari usaha yang dikembangkan petani.

Desa Polebunging yang memiliki potensi penghasil perkebunan khususnya vanili. Kendala yang dialami petani setempat adalah kerusakan produksi, baik dari penanganan saat panen, penyimpanan, maupun dalam hal pengolahan vanili, maka perlu partisipasi petani yang dimotivasi langsung oleh penyuluh guna menghadapi situasi seperti itu, sehingga pelatihan atau bimbingan dibidang pertanian, khususnya dalam peningkatan produksi vanili.

Selain dari itu partisipasi petani dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil dari di Desa Polebunging selama ini memang kurang dalam menangani pemeliharaan, pemupukan serta penanganan pascapanen, karena pengetahuan petani tentang hal ini belum memadai sehinggap roduksi di wilayah ini sering mengalami penurunan. Oleh karena itu penyuluh pertanian. Diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi petani khususnya di wilayah kerjanya, sehingga diharapkan adanya perubahan yang yang lebih baik dalam mengembangkan vanili yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Hingga saat ini petani di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dalam melaksanakan usaha pertanian khususnya tanaman vanili selalu berpijak dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu perubahan tersebut harus berpijak dari potensi yang dimiliki petani tanpa

(17)

4 dimulai dari dorongan atau motivasi sehingga segala upaya yang dilakukan untuk keberhasilan usaha pada tanaman vanili tidak akan berhasil secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diteliti tentang partisipasi anggota kelompok tani terhadap Tanaman Vanili Di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana partisipasi anggota kelompok tani terhadap Tanaman Vanili Di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi anggota kelompok tani terhadap Tanaman Vanili Di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah :

a. Informasi dan bahan pertimbangan bagi petani dalam peningkatan produksi dan kualitas vanili.

b. Masukan dalam penyusunan kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan produksi vanili.

c. Diharapkan menjadi informasi dalam membangun koordinasi yang harmonis dalam kaitannya dengan peningkatan produksi vanili.

(18)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi

Istilah partisipasi telah cukup lama dikenal khususnya di dalam pengkajian peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik organisasi yang sifatnya tidak sukarela maupun yang sukarela. Partisipasi sering diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri, perwakilan, mobilitas sosial, pembagian sosial yang merata terhadap hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi politik dan sosial. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Slamet, 1994).

Menurut Sastropoetra (2006),dikemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya gotong-royong merupakan modal utama dalam potensi yang esensial dalam pelaksanaan pembangunan desa yang selanjutnya telah tumbuh dan berkembang menjadi dasar bagi kelangsungan pembangunan nasional.

Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompokanggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Keikutsertaan tersebut dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain (Mardikanto, 2001).

(19)

6 Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.

Verhangen dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson dalam Mardikanto (1997) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan. Theodorson dalam Mardikanto (2004) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditunjukkan oleh

(20)

7 yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Partisipasi sering dianggap mempermudah jalan untuk meraih kelompok sasaran yang lebih miskin dan kurang berpendidikan serta wanita. Namun tidak selalu demikian, hal tersebut bisa terjadi pada kelompok kecil yang semua anggotanya berpartisipasi dalam mengambil keputusan dan bahkan dalam kelompok ini pula mungkin saja para anggota yang miskin dan tidak memiliki kekuasaan tidak berani menentang anggota yang berkuasa karena mereka menyewakan tanahnya, bekerja sebagai buruh taninya, atau berutang padanya. Tidak berarti mereka menerima keputusan-keputusan tersebut sebagai keputusan mereka sendiri. Partisipasi petani dapat dan sering dicapai secara informal. Agen penyuluhan dapat mendengarkan dengan seksama berbagai tipe petani di wilayah kerja mereka, dengan tujuan memahami kebutuhan, tujuan, serta peluang mereka. Informasi ini dapat dan harus berperan dalam perencanaan program penyuluhan. Agen penyuluhan dapat dan seharusnya belajar dari pengalaman petani yang berhasil serta menggunakan informasi ini untuk mengolah pesan-pesan penyuluhan yang dinginkan pada situasi setempat (Hawkins,1999).

Partisipasi memungkinkan perubahan-perubahan yang lebih besar dalam cara berpikir manusia. Perubahan dalam cara berpikir dan tindakan akan lebih sedikit terjadi dan perubahan-perubahan ini tidak akan berjalan lama jika perubahan tersebut disebabkan karena petani menuruti saran dari agen-agen

(21)

8 penyuluhan, berbeda apabila petani berubah karena kesadaran dimana petani akan merasa bertanggung jawab atas perubahan tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan untuk berpartisipasi. Pertama adalah mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil. Kedua adalah mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja dalam kegiatan jika mereka ikut di dalamnya. Alasan ketiga adalah masyarakat yang demokrtatis secara umum menerima bahwa rakyat yang terlibat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai. Alasan keempat adalah banyak permasalahan pembangunan pertanian sehingga partisipasi kelompok dalam keputusan kelompok sangat dibutuhkan. Partisipasi memungkinkan perubahan-perubahan yang lebih besar dalam cara berpikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan lebih sedikit terjadi dan perubahan-perubahan ini tidak akan berjalan lama jika perubahan tersebut dikarenakan menuruti agen penyuluhan dengan patuh dari pada apabila mereka ikut bertanggung jawab di dalamnya (Hawkins,1999).

Menurut Hawkins, (1999) membedakan tiga tahapan kegiatan partisipasi dalam pertanian yaitu:

a. Partisipasi dalam perencanaan

Keterlibatan seseorang dalam perencanaan pembangunan sekaligus membawa dalam proses pembentukan keputusan, mencakup empat tingkatan yang pertama ialah mendefinisikan situasi yang menghendaki adanya keputusan. Kedua, memilih alternatif yang cocok untuk dipilih

(22)

9 sesuai dengan kondisi dan situasi, dan yang ketiga, menentukan cara terbaik agar keputusan yang telah dibuat dapat dilaksanakan. Dengan demikian dalam tahapan ketiga ini merupakan jabaran rencana, operasionalisasi rencana. Berikutnya adalah mengevaluasi akibat apa saja yang timbul sebagai akibat dari pilihan keputusan itu.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, pengukuran bertitik tolak pada sejauh mana masyarakat secara nyata terlibat dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program-program yang telah digariskan di dalam kegiatan-kegiatan fisik.Untuk mewujudkan kondisi masyarakat agar berpartisipasi di dalam melaksanakan setiap paket program pembangunan yang telah dikomunikasikan ke dalam masyarakat yang bersangkutan, masyarakat harus dilibatkan dalam melaksanakan setiap pelaksanaan program pembangunan.

c. Partisipasi dalam pemanfaatan

Sedangkan yang dimaksud tahap pemanfaatan ialah partisipasi masyarakat didalam fase penggunaan atau pemanfaatan hasil-hasil kegiatan pembangunan. Di samping itu, pemanfaatan hasil kegiatan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program kegiatan yang akan datang.

Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan. Sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan.

(23)

10 Partisipasi dengan ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat desa. Partisipasi dengan kesadaran timbul karena kehendak dari pribadi anggota masyarakat. Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri. Partisipasi bentuk ini sangat diharapkan dapat berkembang dalam masyarakat desa dengan adanya partisipasi yang didasarkan atas kesadaran, maka masyarakat diajak untuk memenuhi dan merasa memiliki objek pembangunan yang diselenggarakan (Khairuddin, 2002).

Slamet (1994) mengemukakan unsur dalam partisipasi antara lain : kepengurusan, frekuensi kehadiran dalam rapat, frekuensi mengajukan usul / saran dan diterima tidaknya usul / saran yang digunakan untuk mengukur partisipasi masyarakat tahap perencanaan. Pengukuran partisipasi tahap pelaksanaan mengunakan unsur : bentuk bantuan (tenaga, uang dan materi yang disumbangkan). Sedangkan partisipasi tahap pemanfaatan diukur dari sejauh mana anggota masyarakat memetik hasil dari program kegiatan yang dilakukan.

2.2 Petani

Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan. Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama. Suatu masyarakat petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap paksa tanah bila mana mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka

(24)

11 menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian, mereka masuk secara intim, akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi keuntungan.

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisasi faktor-faktor produksi yang diketahui. Sehingga dapat disimpulkan bahwa petani adalah seseorang yang mempunyai lahan sendiri maupun tidak dan sementara waktu atau tetap menguasai satu atau beberapa cabang usaha di bidang pertanian dalam arti luas baik itu dengan tenaga sendiri atau tenaga bayaran dalam pengelolaannya (Hernanto, 2003).

2.3 Kelompok Tani

Kelompok menurut Mardikanto (2004) adalah himpunan atau kesatuan manusia yang duduk bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling menolong.

Definisi kelompok dalam hubungannya dengan ciri-ciri keorganisasian menurut ahli sosiologi adalah suatu sistem anggota diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, mempunyai seperangkat standart hubungan, peranan antar anggotanya, dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggotanya.

(25)

12 Salah satu ciri terpenting dari kelompok adalah, bahwa kelom pok merupakan suatu kesatuan sosial yang memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama. Karena itu kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Memiliki ikatan yang nyata

b. Memiliki interaksi dan interelasi sesama anggota c. Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas

d. Memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakat bersama. e. Memiliki keinginan dan tujuan bersama (Mardikanto,2004).

Dilihat dari proses interaksi sosial, manusia senantiasa mempunyai hasrat bergaul dengan sesamanya, yang terwujud dari proses interaksi sosial. Dari pergaulan, lama kelamaan timbullah kelompok-kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk menghadapi alam sekeliling, manusia harus hidup berkelompok. Dalam berbagai pekerjaan usaha tani, para petani di pedesaan juga harus hidup berkelompok dan bekerjasama. Kelompok-kelompok tersebut merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut ikatan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga adanya suatu kesadaran untuk saling menolong. Dapat dikatakan bahwa dengan terbentuknya kelompok, tersirat adanya suatu tujuan kelompok. Suatu kelompok sosial cenderung tidak merupakan kelompok statis, akan tetapi selalu dinamis, berkembang serta mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya (Soerjono, 2002).

(26)

13 Torres dalam Mardikanto (2001) mengemukakan beberapa keuntungan dari adanya kelompok tani, yaitu bahwa kelompok tani dapat menyebabkan :

a. Semakin erat interaksi antara anggota dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarah dan meningkat dengan cepat jiwa kerjasama antar petani. c. Semakin cepat proses perembesan penerapan inovasi baru.

d. Semakin meningkat kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani. e. Semakin meningkat orientasi pasar, baik yang berkaitan dengn input

maupun produk.

f. Semakin mampu membantu meningkatkan pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Sajogya dalam Mardikanto (2001) mengemukakan tiga alasan utama dibentuknya kelompok tani yaitu dapat :

a. Memanfaatkan secara optimal semua sumber daya yang tersedia. b. Dikembangkan pemerintah sebagai alat pembangunan.

c. Sebagai alasan ideologis yang mewajibkan para petani untuk terikat suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok tani.

Kelompok tani sesungguhnya merupakan lembaga yang secara ideal dibentuk oleh petani sebagai wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani yang pasif dan statis menjadi petani yang aktif dan dinamis (Silitongga,1994).

Kelompok tani merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih orang-orang yang mengadakan interaksi secara intensif dan teratur, sehingga

(27)

14 diantara mereka terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut. Karena itu, kelompok berbeda dengan kerumunan atau orang-orang yang meskipun secara fisik kelihatan bersatu, tetapi antar individu yang berada dalam kerumunan itu sebenarnya tidak ada hubungan atau interaksi apapun juga.

Hadisapoetro dalam Mardikanto (2004) menyarankan agar disetiap wilayah kelompok perlu dibentuk berbagai kelompok kegiatan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi khusus demi tercapainya tujuan kelompok seperti kelompok pemakai air, regu pemberantas hama atau penyakit dan lain-lain 2.4 Tanaman Vanili

Pada umumnya petani vanili di Indonesia masih dalam skala kecil, ditanam di pekarangan atau di tanah tegalan sebagai tanaman sela. Penanaman vanili terluas adalah pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1997 dan 1998 mengalami penurunan dan mulai meningkat lagi pada tahun 1999 dan 2000. Walaupun pada tahun 2000 luas areal penanaman lebih kecil dari tahun 1996. Namun produktivitasnya lebih tinggi, kemungkinan hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kualitas pengelolaan usaha tani vanili di Indonesia (Rukmana, 2003).

Perkebunan vanili memiliki hasil utama berupa buah vanili sebagai bahan baku pembuatan vanila. Selama ini, Indonesia memenuhi permintaan pasar dunia vanili berupa buah vanili utuh kering (whole vanilla) dan buah vanili bentuk lain (other vanilla). Berdasarkan data ekspor selama ini, buah vanili kering Indonesia banyak dikirim ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Swiss. Umumnya

(28)

15 petani menjual dalam bentuk buah vanili segar, sedangkan buah vanili kering diolah oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menentukan tingkat mutu dan benih buah vanili kering yang dikirim ke eksportir.

Berdasarkan data permintaan dunia akan vanili yang telah dikumpulkan oleh Agribusiness Development Centre (2000) jumlah kebutuhan dunia sebesar 2.500 sampai 3.000 ton vanili kering per tahun dengan perincian kebutuhan vanili untuk Amerika Serikat sebesar 1.500 - 2.000 ton per tahun, Canada sebesar 150 - 200 ton per tahun, Uni Eropa (Prancis, Jerman, dan lainnya) sebesar 700 - 800 ton per tahun, Jepang sebesar 50 - 80 ton per tahun, Swiss sebesar 35 - 55 ton per tahun, dan Australia 10 - 20 ton per tahun (Anonim, 2010ª).

Berdasarkan volume ekspor vanili selama 10 tahun terakhir, Indonesia rata-rata mengekspor sebanyak 2.315 ton dengan nilai sebesar US$ 17.367 ribu. Perkembangan rata-rata volume ekspor selama 10 tahun terakhir sebesar 140 % untuk kenaikan volume, dan 15% untuk kenaikan nilai ekspor (Anonim, 2005).

Adanya perbedaan yang sangat mencolok antara besarnya kebutuhan dunia dan kenyataan volume ekspor Indonesia pada 2 tahun terakhir menunjukkan bahwa kebutuhan dunia atau pasar dunia untuk komoditi vanili mengalami perluasan atau peningkatan. Dengan mencermati data tujuan ekspor vanili Indonesia yang mengalami peningkatan sangat drastis pada dua tahun terakhir, ternyata ada pasar baru selain pasar tradisional (Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Swiss) yang sangat besar nilai ekspornya yaitu ke Cina. Besarnya ekspor selama dua tahun terakhir itu, ialah sebesar 3.000 ton pada tahun 2008 dan 6.000 ton pada tahun 2009.

(29)

16 Permintaan dalam negeri akan vanili khususnya dalam bentuk vanillin masih dipenuhi dari pasar impor karena Indonesia belum memiliki industri vanillin. Selain sebagai pengekspor vanili, Indonesia untuk keperluan tertentu masih juga melakukan impor buah vanili kering. Selama lima tahun terakhir jumlah rata-rata buah vanili yang diimpor sebanyak 767 ton dengan nilai US$1.810.000 dengan perkembangan volume impor rata-rata pertahun sebesar 251% (Anonim, 2005).

Dalam kehidupan sehari-hari, aroma vanilin digunakan untuk pewangi makanan dan minuman, farmasi, kosmetika dan parfum. Industri makanan dan minuman, umumnya menggunakan ekstrak vanilin. Industri farmasi menggunakannya dalam bentuk tincture sementara untuk parfum berupa tincture dan absolute. Sebenarnya teknologi modern sudah berhasil membuat vanilin sintetis dari bahan baku eugenol (minyak daun cengkih), dengan cara mengubah jumlah dan bentuk rantai karbonnya. Namun konsumen dan kalangan industri tetap lebih menyukai aroma vanilin asli dari polong buah vanili. Itulah sebabnya apabila pasokan kurang, maka harga buah vanili kering akan melambung sampai mencapai jutaan rupiah per kg. Dalam industri pangan vanili digunakan sebagai flavoring agent pada produk makanan dan minuman seperti pada es krim, minuman ringan, coklat, permen, puding, kue, dan minuman keras. Sedangkan dalam industri non pangan vanili banyak digunakan sebagai bahan untuk penambah wewangian (fragrance). Selain itu, vanili juga dapat dimanfaatkan sebagai zat antimikroba untuk mencegah jamur dan kapang pada puree buah, serta zat antioksidan pada makanan yang banyak mengandung komponen tak jenuh.

(30)

17 Kombinasi vanillin dengan 500 ppm asam askorbat pada pH 3 mampu mencegah pertumbuhan mikroba alami dan kontaminan pure strawberry yang disimpan selama 60 hari pada suhu ruang (Cerutti et al., 1997). Dengan begitu luasnya kegunaan vanili dan peningkatan ekspor vanili Indonesia, komoditi ini sebenarnya mempunyai prospek pengembangan yang sangat cerah (Anonim 2010a).

Tanaman vanili (Vanilla planifolia Andrews atau Vanilla fragrans), bukanlah tanaman asli Indonesia. Secara historis, tanaman tahunan ini baru masuk ke Indonesia pada tahun 1819. Namun demikian, tanaman vanili tumbuh lebih subur dan lebih produktif di Indonesia yang beriklim tropis, dibandingkan dengan negara asalnya (Mexico) dan negara produsen vanili lainnya. kualitas vanili

Indonesia yang dikenal dengan “Java Vanili” masih yang terbaik di Dunia. Hal ini

didasarkan atas kadar vanilinnya yang cukup tinggi, yakni sekitar 2,75 persen. Kadar tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar vanili Madagaskar yang hanya 1,91-1,98 persen, Tahiti 1,55-2,02 persen, Mexico 1,89- 1,98 persen, dan Sri Lanka 1,48 persen. Di tinjau dari perspektif spasial dan bisnis, maka Indonesia unggul secara komparatif dibanding negara-negara produsen vanili lainnya di dunia (Anonim, 2005).

Posisi Indonesia sebagai eksportir vanili dunia terus turun. Pada tahun 2008, Indonesia masih menjadi produsen vanili dunia nomor dua setelah Madagaskar. Pada tahun 2009, posisi Indonesia sudah terdepak dari lima besar produsen dunia. Indonesia sebenarnya sangat berpotensi menjadi produsen vanili dunia kelas atas. Tata niaga vanili juga perlu diiringi pola kemitraan untuk menjaga kualitas.

(31)

18 Beberapa tahun lalu, vanili Indonesia yang bermutu rendah ditolak negara-negara maju. Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang mungkin terlibat, yaitu agen eksportir, prosesor, tengkulak, dan pedagang.

2.5 Kerangka Pikir

Upaya peningkatan kesejahteraan dan perbaikan taraf hidup masyarakat antara lain dapat dicapai melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan suatu proses pendidikan nonformal dengan melibatkan banyak pihak (petani, penyuluh, dan pemerintah) yang diarahkan pada tercapainya perubahan perilaku petani sasaran, baik perubahan pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Partisipasi petani dalam penelitian ini dapat dilihat dari partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan hasil. Partisipasi tahap perencanaan adalah keikutsertaan petani dalam penyusunan rencana kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan produksi vanili, partisipasi tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan petani dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. Berdasarkan dari beberapa referensi yang telah dikemukakan sebelumnya maka efektivitas dapat diukur dengan melihat tingkat perubahan perilaku, tingkat produktivitas dan tingkat kepuasan anggota seperti terlihat dalam skema di bawah ini:

(32)

19 Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Partisipasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Tanaman Vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar. Partisipasi Petani : 1. Tahap Perencanaan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Pemanfaatan Usaha Tani Vanili Penyuluh Pertanian Petani

(33)

20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dari Nopember 2012 sampai dengan Januari 2013.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani vanili di Desa Polebunging yang berjumlah 2 kelompok tani yang terlibat pada tanaman vanili. yaitu kelompok tani Bulo Sipappa’ yang beranggotakan 10 orang, kelompok tani

baji’minasa yang beranggotakan 10 orang, jadi jumlah populasinya 20 orang yang

berpartisipasi aktif pada tanaman vanili bersama penyuluh pertanian. Sementara untuk penentuan sampel dilakukan dengan teknik sensus (sampel jenuh) yakni dengan menjadikan keseluruhan populasi sebagai sampel yakni 20 orang petani. 3.3 Teknik Pengambilan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode sebagai berikut :

1. Observasi, adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapang mengenai keadaan daerah penelitian.

2. Dokumentasi adalah pencatatan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dari instansi atau lembaga yang terkait dan dari responden sendiri.

(34)

21 3.4 Jenis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif :

1. Data primer : data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan teknik wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan

2. Data sekunder : data yang dikumpulkan dengan cara mencatat data yang telah ada pada instansi atau lembaga yang terkait, yang diperlukan dalam penelitian.

3.5. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis untuk menjawab permasalahan yang diangkat yaitu menggunakan tehnik Analisis deskriptif dengan menggunakan tabel atau tanpa tabel dengan tabel frekuensi. Untuk mengukur dilakukan dengan memberi skor jawaban angket yang diisi oleh responden, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jawaban A diberi skor 3 b. Jawaban B diberi skor 2 c. Jawaban C diberi skor 1

Untuk mengetahui Partisipasi Anggota Kelompok Tani pada Tanaman Vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat diformulasikan sebagai berikut:

klas jumlah dah skor teren nggi skor terti interval lebar  

(35)

22 3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Petani adalah seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan. 2. Partisipasi adalah partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi

dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

3. Partisipasi petani adalah keikutsertaan dan peran atau andil anggota meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil kegiatan.

a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keikutsertaan petani dalam penyusunan rencana kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan partispasi petani.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan adalah keterlibatan atau keikutsertan petani dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.

c. Partisipasi dalam pemanfaatan adalah sejauh mana petani memanfaatkan hasil kegiatan peningkatan produksi vanili

4. Motivasi petani diartikan sebagai suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuannya. 5. Penyuluhan Pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan

dorongan kepada petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju.

(36)

23

IV . KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Luas dan Letak Geografis

Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar adalah salah satu Desa yang memiliki jarak 16 km dari ibu kota Kabupaten yang mempunyai beragam potensi pertanian dan budidaya tertentu dengan posisi wilayah secara geografis 5086’19”LS dan 170BT.

Luas Wilayah Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai mempunyai luas wilayah 12,28 m2 dan terdiri dari 9 Rukun kampung dan 10 Rukun Tetangga. Secara administrasi Desa Polebunging berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kohala

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonea Makmur c. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Mare-Mare d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa barugaiya 4.2 Keadaan Tofografi

Keadaan tofografi Desa Polebunging keadaan bulan kering secara berurutan berkisar 4- 5 bulan, dan bulan basah 7 - 8 bulan, Rata-rata hujan di Desa Polebunging sebesar 30 mm/ bulan dan berada pada ketinggian tempat 100 - 250 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 28°C – 33oC dengan kelembaban udara berkisar 88,9 % sepanjang tahun.

4.3 Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah neah negara atau wilayah dan sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya

(37)

24 pengembangan di segala bidang kehidupan baik dalam bentuk pembangunan fisik maupun non fisik. Oleh karena itu kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar , sehingga dibutuhkan data atau potensi kependudukan yang tertib dan terukur . 4.3.1 Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Polebunging yaitu berjumlah 1.388 jiwa yang terdiri dari laki-laki 688 jiwa dan perempuan 700 jiwa. Untuk mengetahui jumlah penduduk Desa Polebunging dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk pada Setiap Dusun Desa di Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Dusun Jumlah Penduduk( jiwa ) Jumlah

Laki- laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 Polebunging Polobunging Timur Karajaang Bontotinggi Bontosaile Baturapa 258 96 86 57 48 143 264 107 102 56 46 125 522 203 188 113 94 268 Total 688 700 1.388

Sumber : Monografi Desa Polebunging, 2012.

Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 1.388 jiwa yang terdiri dari 6 dusun.

4.3.2 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu alat ukur untuk melihat potensi dan kemampuan masyarakat dalam hal penerimaan inovasi baru, selain itu pendidikan dan pengetahuan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menyelesaikan suatu masalah dalam proses kinerja secara global. Semakin tinggi taraf pendidikan masyarakat, akan berbanding lurus dengan pola penataan kehidupan kemasyarakatan di desa pada umumnya. Jumlah penduduk di Desa

(38)

25 Polebunging yang didasarkan pada tingkat pendidikannya, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tingkat Pendidikan Jumlah ( jiwa )

1. 2. 3. 4. Tidak Sekolah Tamat SD SMP SMA 369 285 143 396 Total 1388

Sumber : Monografi Desa Polebunging, 2012

Tabel 2 menunjukkan masyarakat Desa Polebunging memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu sarjana sebanyak 69 orang,dan tidak pernah sekolah sebanyak 369 orang.

4.4 Keadaan Wilayah Desa Polebunging

Kondisi wilayah di Desa Polebunging merupakan suatu daerah yang cukup potensial untuk dijadikan daerah perkebunan dan pertanian dengan komoditas yang beragam, hal ini disebabkan karena kondisi lahan yang subur dan cukup baik untuk beberapa komoditas. Sehingga daerah ini memiliki keadaan berbukit sampai curam yang sebagian besar diperuntukkan lahannya di sektor perkebunan luas penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tanah Menurut Penggunaannya Luas Lahan ( ha ) Persentase ( % )

1. 2. 3. 4. 5 6 7 Tanah kering/kritis Ladang/Tegalan Pekarangan Penggembalaan Perkebunan Hutanrakyat Lain-lain 184,20 182,80 29,50 122,80 906,2 93,33 89,09 11,46 11,37 1,83 7,64 56,36 5,80 5,54 Total 1607,9 100,00

(39)

26 Sumber : Monografi Desa Polebunging, 2012.

Tabel 3 menunjukkan bahwa penggunaan lahan didominasi oleh sektor perkebunan yaitu 906,2 atau 56,36% dari keseluruhan wilayah Desa Polebunging. 4.5 Potensi Wilayah Perkebunan

Kondisi wilayah di polebunging kecamatan bontomanai merupakan suatu daerah yang cukup potensial untuk dijadikan daerah perkebunan dari pertanian dengan komoditas yang beragam, hal ini disebabkan karena kondisi lahan yang subur dan cukup baik untuk beberapa komoditas. Jenis usaha komoditi perkebunan dengan luas penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Potensi Wilayah Polebunging Kecamatan Bontomanai

No Jenis komoditi Luas lahan ( Ha ) Persentae ( % )

1. Cengkeh 98 46

2. Vanili 55 26

3. Jambu mente 38 18

4. Kenari 22 10

(40)

27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas petani responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut menggambarkan berbagai aspek keadaan petani yang mempunyai partisipasi anggota kelompok tani terhadap Tanaman Vanili Di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar. Berbagai aspek yang dimaksud adalah : a) umur; b) Pendidikan; c) Pengalaman usahatani d) Tanggungan keluarga.

5.1.1 Tingkat Umur

Salah satu karakteristik yang dimiliki seseorang yang dianggap penting adalah faktor umur. Umur sangat mempengaruhi karena makin muda petani biasanya mempunyai semangat tinggi untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi. Petani yang berumur muda mempunyai kemampuan yang lebih besar dari yang lebih tua. Yang muda cenderung menerima hal-hal yang baru dianjurkan untuk menambah pengalaman, sehingga cepat mendapat pengalaman-pengalaman baru yang berharga dalam berusaha tani. Sedangkan yang berusia tua mempunyai kapasitas mengelolah usaha tani lebih baik. la sangat berhati-hati bertindak, dikarenakan telah banyak pengalaman yang dirasakan sekeluarga, Keadaan umur responden dapat disajikan pada Tabel 5.

(41)

28 Tabel 5. Umur Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar

Umur (Thn) Jumlah (orang) Persentase (%)

29 – 34 2 10,00 35 – 40 6 30,00 41 – 46 4 20,00 47 – 52 7 35,00 53 – 58 1 5,00 Jumlah 20 100,00

Sumber ; Data Primer setelah diolah, 2013

Tabel 5 terlihat bahwa usia responden terbanyak berdasarkan tingkat umur adalah berumur 47 - 58 tahun yaitu sebesar 7 orang atau 35,00 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah tingkat umur 53 - 58 tahun yaitu sebesar 5,00 %, sudah tidak produktif lagi tapi mereka mempunyai pengalaman berusaha tani yang sangat lama.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Dalam mengelola usahatani tingkat pendidikan petani akan berpengaruhdimana tingkat pendidikan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap pola pikir petani. Petani yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi akan lebih cepat menyerap inovasi dan perubahan teknologi. Tingkat pendidikan responden juga ikut mempengaruhi pola pengolaan usaha tani. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengadopsi teknologi baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari perilaku dalam menangani hama di lapangan. Adapun petani responden dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :

(42)

29 Tabel 6. Pendidikan Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 5 5,00

SMP 7 35,00

SMA 8 40,00

Jumlah 20 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2013

Tabel 6 menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling rendah adalah SD sebanyak 5 orang atau 5,00 %, dan yang tertinggi adalah SMA sebanyak 8 orang atau 40,00%. Pendidikan petani responden menunjukan bahwa memungkinkan seorang petani mampu menyerap informasi dari luar sehingga mampu melakukan inovasi-inovasi baru .

Modal pendidikan yang cukup dimiliki oleh petani sudah bisa berpikir maju atau berjalan secara dinamis dan tidak monoton, sehingga mampu menyerap inovasi-inovasi baru dalam bidang pertanian.

5.1.3 Pengalaman Petani

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni dan mengetahui perkembangan pertanian di wilayahnya. Suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan usaha pengalamannya secara efektif dan efisien. Pengalaman berusahatani yang dimaksud adalah lamanya responden terlibat dalam mengelola usahanya. Pengalaman yang diperoleh dalam berusahatani juga merupakan salah satu factor yang menentukan dalam pengambilan keputusan karena belajar dari pengalaman yang pernah dilalui, maka petani pada umumnya sangat berhati-hati dalam mengambil sikap.

(43)

30 Tabel 7. Pengalaman Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

6 – 18 9 45,00

19 – 31 8 40,00

32 – 45 3 15,00

Jumlah 20 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2013

Tabel 7 menunjukan bahwa pengalaman petani responden antara 6 – 18 tahun sebanyak 9 orang (45,00%) dan terendah 32 – 45 tahun (15,00%). Hal ini menunjukkan bahwa umumnya responden berpengalaman dalam mengetahui pengembangan vanili, sehingga pengalaman petani yang lama dalam berusahatani sangat membantu petani untuk melakukan kegiatan usahataninya yang di bantu oleh penyuluh pertanian setempat.

5.1.4. Tanggungan Petani

Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden. Jumlah tanggungan keluarga petani cenderung turut berpengaruh pada kegiatan operasional usahatani, karena keluarga yang relatif besar merupakan sumber tenaga keluarga. Keadaan tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat dari Tabel

Tabel 8. Tanggunggan Responden Petani di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

Jumlah Tanggungan Keluarga

(Orang) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

2 – 3 10 50.00

4 – 5 9 45.00

6 – 7 1 5.00

Jumlah 20 100.00

(44)

31 Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden yang terbanyak mempunyai tanggungan yaitu 2 – 3 orang berjumlah 10 orang (50%), sedangkan jumlah tanggungan terkecil adalah jumlah tanggungan 6 - 7 orang berjumlah 1 orang (5,00 %).

5.2 Partisipasi Anggota Kelompok Tani

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.

Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Keberadaan kelompok tani diharapkan dapat memfasilitasi antara petani dengan programa penyuluhan pertanian yang mempunyai tujuan selaras yaitu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan secara lebih intensif, terarah dan terencana sehingga mampu meningkatkan peran dan fungsinya.

(45)

32 Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Partisipasi petani diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan petani dalam kegiatan, yang meliputi keikutsertaan atau keterlibatan dalam perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan kegiatan. Untuk mengetahui tingkat partisipasi maka diperlukan indikator untuk mengukurnya. Tinggi rendahnya partisipasi dapat diketahui dari skor atau penilaian atas tanggapan atau jawaban yang diberikan oleh responden dari berbagai pertanyaan yang diajukan berdasarkan kriteria yang digunakan. Partisipasi petani dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 9. Partisipasi Anggota Kelompok Tani

No Indikator Skor Rata-rata Kategori

1 Perencanaan 181 2,26 Sedang

2 Pelaksanaan 135 2,25 Sedang

3 Pemanfaatan Hasil 141 2,35 Tinggi

Rata-rata 2,28 Sedang

Sumber : Data Primer Telah diolah, 2013

Tabel 9 menjelaskan bahwa dalam perencanaan kegiatan dalam pengembangan vanili dimana nilai rata-ratanya yakni 2,26 dan berada pada kategori sedang. Pada tahap pelaksanaan pengembangan vanili berada pada

(46)

33 kategori sedang dengan nilai rata-rata 2,25 dan pada tahap pemanfaatan hasil dalam pengembangan vanili berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 2,35. Sehingga secara umum rata-rata partisipasi anggota kelompok tani berada pada kategori sedang dengan rata 2,28.

5.2.1 Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Perencanaan

Hal ini dikarenakan rapat perencanaan sebagian besar dari mereka yang hadir dalam rapat tersebut. Rapat perencanaan antara lain membahas tentang alat (peraga dan media audio visual) dan bahan (materi, brosur, majalah pertanian dan leaflet) yang dibutuhkan dalam perencanaan kegiatan dalam pengembangan vanili, perencanaan pelaksanaan kegiatan dan pembagian tugas masing-masing peserta. Petani yang kurang paham terhadap tujuan dari kegiatan ini disebabkan karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang baru pertama kali mereka ikuti dan mereka belum mengetahui dengan jelas tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga mereka hanya mampu menjelaskan sebagian saja

Peranan petani dalam rapat pengambilan keputusan (perencanaan) sebagian besar berperan sebagai peserta yang sekedar menghadiri rapat saja. Di samping itu dalam rapat perencanaan terdapat pengurus yang membantu ketua dalam melaksanakan rapat atau melayani anggota dan terdapat satu orang merupakan ketua yang mengatur dan memimpin jalannya rapat.

Salah satu kurangnya partisipasi petani dalam tahap perencanaan dikarenakan adanya beberapa hal, diantaranya adalah petani tidak atau kurang dapat mengungkapkan ide atau gagasan mereka. Sebab lain adalah petani yang nurut atau sekedar mengikuti orang yang mereka anggap lebih tahu atau lebih

(47)

34 berpengalaman. Hal tersebut dapat mempengaruhi partisipasi pada tahap perencanaan khususnya dalam pengembangan vanili milik petani sendiri.

Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup perumusan tujuan, maksud dan target.

5.2.2 Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Pelaksanaan

Untuk partisipasi anggota dalam melaksanakan penyuluhan pertanian dapat dikatakan petani terlibat aktif. Hal ini dikarenakan petani sudah terlibat diseluruh bagian pelaksanaan kegiatan pengembangan vanili. Selain itu keterlibatan mereka juga dipengaruhi oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kegiatan, hal ini merupakan konsekuensi dari keputusan mereka untuk mengikuti kegiatan.

Tujuan petani terlibat dalam tahap pelaksanaan adalah agar petani dapat mengetahui secara baik tentang cara-cara melaksanakan kegiatan sehingga nantinya mereka dapat melakukan secara mandiri. Disamping itu petani merasa perlu dan membutuhkan kelompok karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok pada dasarnya merupakan proses untuk mencapai tujuan bersama yang di dalamnya terdapat gabungan berbagai kepentingan dari individu – individu yang ada. Dengan kata lain kelompok dapat dijadikan sebagai wadah atau sarana untuk menampung aspirasi dari petani.

(48)

35 Data yang diperoleh, diketahui bahwa partisipasi atau keterlibatan petani dalam kegiatan didasari oleh alasan yang berbeda-beda. Alasan mengikuti kegiatan Karena terpaksa, pada dasarnya tidak ingin terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut disebabkan mereka tidak setuju terhadap perencanaan tetapi akhirnya mereka ikut juga karena merasa tidak enak kalau tidak ikut. Petani yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan karena pengaruh orang lain, dikarenakan disuruh petani lain namun pada dasarnya mereka juga tertarik dan ingin tahu sehingga mereka mau mengikuti kegiatan yang diberikan oleh penyuluh pertanian. 5.2.3 Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Pemanfaatan Hasil

Petani aktif berkonsultasi yaitu lebih dari 2 kali dalam membahas usahatani vanili milik petani. Petani sudah mampu memanfaatkan keberadaan penyuluh secara maksimal untuk berkonsultasi mengenai berbagai hal atau masalah yang sedang dihadapi atau dengan kata lain petani aktif berkonsultasi dengan penyuluh. Partisipasi petani dalam tahap pemanfaatan adalah sejauh mana petani memanfaatkan kegiatan dan hasil kegiatan. Dengan adanya kegiatan ini petani memperoleh informasi dan pengetahuan tentang inovasi. Untuk kesediaan petani menyebarluaskan informasi yang diperoleh, dalam hal ini informasi tentang penyuluhan pertanian, sebagian besar petani mengatakan bahwa mereka bersedia untuk menyebarluaskan semua informasi yang mereka ketahui tentang pengembangan vanili.

Dari hasil kegiatan di lapang dapat diketahui bahwa semua petani sudah terlibat dalam pemanfaatan kegiatan atau dengan kata lain petani sudah dapat memanfaatkan kegiatan secara maksimal. Manfaat yang diperoleh petani setelah

(49)

36 mengikuti kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan, sehingga petani memiliki wawasan yang lebih baik dalam pengembangan vanili dari sebelumnya.

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyaraka tuntuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang (Mardikanto, 2001).

(50)

37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota kelompok tani pada tahap perencanaan kegiatan terhadap tanaman vanili berada pada kategori sedang yang ditandai dengan frekuensi kehadiran dalam rapat pengambilan keputusan, pemahaman terhadap tujuan kegiatan pada tanaman vanili, peranan petani dalam rapat pengambilan keputusan, sering tidaknya usul yang diajukan diterima sebagai keputusan rapat. Pada tahap pelaksanaan berada pada kategori sedang, pada tahap pemanfaatan tanaman vanili berada pada kategori tinggi. Keberadaan partisipasi anggota kelompok tani dapat memberikan perubahaan dalam melakukan usahatani yang sesuai dengan anjuran petugas setempat agar petani memperoleh hasil pada tanaman vanili yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Secara keseluruhan partisipasi anggota kelompok tani terhadap tanaman vanili di Desa Polebunging Kecamatan Bontomanai berada dalam kategori sedang.

6.2 Saran

Saran yang dapat peneliti adalah: mengingat partisipasi petani sudah lebih baik, oleh karena itu akan lebih di tingkatkan lagi dengan cara meningkatkan kesadaran anggota untuk lebih berperan serta mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tahap pemanfaatan hasil sehingga petani memperoleh pengetahuan dan keterampilan selama mengikuti kegiatan ini.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah Penduduk  pada  Setiap Dusun  Desa di Polebunging  Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Tabel  3 menunjukkan  bahwa  penggunaan  lahan  didominasi  oleh  sektor perkebunan yaitu 906,2 atau 56,36% dari keseluruhan wilayah Desa Polebunging.
Tabel  5  terlihat  bahwa  usia  responden  terbanyak  berdasarkan  tingkat  umur adalah  berumur  47 - 58 tahun  yaitu  sebesar  7  orang  atau  35,00  %
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi peneliti, kegiatan ekstrakurikuler karawitan di SDN Blimbing 3 Malang mempunyai upaya menanamkan dan menumbuhkan nilai karakter agar siswa dapat berperilaku

Hal ini mengacu dari pendapat Koentjaraningrat (1993) dan Moleong (2007) yang menjelaskan bahwa dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian

PPh Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi atau badan), serta bentuk usaha tetap

Beton Cepat Keras (beton mutu tinggi) merupakan beton yang hampir sama dengan beton pada umumnnya , yang membedakan hanya beton cepat keras dapat kering dengan waktu yang sangat cepat

Bila digambarkan dalam model maka dapat ditampilkan hubungan dari hasil uji validitas antara budaya organisasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, dan kinerja

Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka variabel religiusitas dapat memoderasi antara kualitas layanan

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien, keluarga maupun masyarakat yang berada di

Hasil penelitian menunjukkan; (1) Melalui Model Asanti Emotan, kemampuan warga retardasi menjalankan aktivitas pribadi, keluarga, dan sosial mengalami peningkatan sebagaimana