• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KETUHANAN DALAM

ISLAM

Filsafat Ketuhanan Dalam Islam

Merupakan flsafat yang tertinggi karena

menggali persoalan yang pertama, utama, dan

menjadi sebab dari segala yang ada.

Siapakah Tuhan Itu ?

Tuhan dalam bahasa Arab disebut dengan

ILAAHUN – Dalam Al-Qur’an kata tersebut

dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang

diagungkan, dibesarkan atau dipentingkan oleh

manusia. (QS. 45:23, 28:38, dll.)

(2)

Dari mana kita mengenal Tuhan

- apa yang tampak/dilihat

-apa yang dirasakan

-apa yang dilakukan

-apa yang ada

(3)

Yang dipentingkan oleh manusia dapat

juga diartikan dengan:

Yang dipuja / disembah

Yang dicintai / diagungkan

Yang diharap kebaikannya

Yang diharap pertolongannya

Yang ditakuti bahayanya, dll.

Dengan demikian makna tuhan itu

dapat berbentuk apa saja, asal ia

diperankan

atau

diposisikan

(4)

Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

Pemikiran Barat

Teori Evolusionisme : Menyatakan bahwa penentuan

tuhan itu terjadi melalui proses kepercayaan yang amat sederhana, kemudian meningkat menjadi sempurna (dikemukakan oleh Max Muller, EB Taylor, Robertson Smith, dll.)

Proses evolusi tersebut melewati beberapa

proses/tahap : Animisme – Dinamisme – Politeisme – Henoteisme – Monoteisme.

Animisme: Mengakui bahwa roh adalah sesuatu yang

selalu hidup (punya rasa senang, sedih, punya kebutuhan)

Dinamisme: percaya bahwa benda-benda itu punya

kekuatan

Politeisme: Kepercayaan pada banyak dewa, dewa:

roh-roh yang unggul

Henoteisme: Satu tuhan untuk satu bangsa

(5)

– Teori ini ditentang boleh Andrew lang yang menyatakan bahwa dalam masyarakat primitifpun sudah dikenal monoteisme. Ia menyatakan bahwa ide atau penentuan tentang tuhan itu tidak datang secara evolusi, tetapi datang dengan relevansi atau wahyu.

Pemikiran Umat Islam

Pemikiran tentang tuhan itu tertuang dalam

bidang ilmu tauhid, ilmu kalam, atau ilmu

ushuluddin

Pada dasarnya semua sepakat bahwa tuhan itu

esa atau hanya satu yaitu ALLAH SWT.

(6)

Beberapa aliran dalam teologis Islam antara

lain:

• Mu’tazilah: Di antara pendapatnya, muslim yang berdosa besar itu tidak kafr dan tidak mukmin, Al-Qur’an adalah makhluk, mengutamakan akal dalam memahami Islam

• Qadariyah: Di antara pendapatnya: Manusia itu punya kebebasan/ kekuasaan dalam

berkehendak, apakah ia jadi kafr atau mukmin, semua tergantung ia sendiri, sehingga ia harus mempertanggungjawabkannya.

• Jabbariyah: Manusia itu tidak punya

kemerdekaan dan kekuasaan apa-apa, semua tingkah lakunya adalah sudah ditentukan atau dipaksakan oleh Allah.

(7)

Tuhan menurut agama-agama wahyu

Pada dasarnya semua agama wahyu mengajarkan

bahwa tuhan yang benar itu hanyalah satu (esa), namun dalam perkembangannya ada yang melakukan penyimpangan-penyimpangan sehingga menganggap adanya tuhan lain selain Allah

– Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an antara lain: QS. 2:75, QS. 21:92, QS. 5:72, QS. 112: 1-4, QS. 3:62, QS. Shaad: 4, 35, 65, QS. Hud: 84, QS. Thoha: 98, QS. Al-Ankabut: 46, dll.

– Agama Yahudi juga mengakui tuhan itu esa, tapi karena tidak beriman pada Nabi Muhammad, sehingga tergolong kafrin

Agama Nasrani di samping tidak beriman pada Nabi

(8)

Pembuktian wujud tuhan

Melalui pembuktian ilmiah:

Yaitu dengan menggunakan analogi-analogi

ilmiah, karena ilmiah itu tidak hanya harus

bisa diamati dengan indera, atau pengamatan

mata, karena kenyataannya banyak hakikat

keberadaan itu yang tidak bisa diamati,

seperti: gaya, energi, setrum, dll.

Juga dengan pendekatan fsika seperti Hukum

(9)

Melalui dalil keberadaan dan keteraturan

alam

Baik

alam

yang

makrokosmos

maupun

mikrokosmos,

termasuk

di

sini

meliputi

pendekatan astronomi (adanya ribuan sistem

orbit benda-benda angkasa yang sangat

menakjubkan). Menurut Ibnu Rusyd disebut

sebagai

dalil

nidham/inayah

wal

ikhtira’

(keteraturan, pemeliharaan dan penciptaan)

Dengan dalil-dalil naqli (Q.S. 4:82, 17:88)

Dengan dalil ftrah (Q.S. 7:172, 29:61)

(10)

َذ َخّتا ِننَم َنتْيَأَرَفَأ

menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

[1384] Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat,

(11)

ْنمُكَل ُنتْمِلَع انَم نلَمْلا انَهّيَأ انَي ُنن ْوَع ْرِف َنلاَق َو

ي إرْيَغ ٍههَلإإ ْهنإم

يِلَعَل ا ًح ْر َنص ينِل ْنلَع ْجاَف ِننيِطلا ىنَلَع ُنناَماَه انَي ينِل ْدِق ْوَأَف

َنيِبِذاَكْلا َنِم ُهّنُأظ يِنِإ َو ىَسوُم ِهَلِإ ىَلِإ ُعِلّطَأ

(

٣٨

)

38. Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar

kaumku, aku tidak mengetahui

Tuhan

bagimu

selain aku

. Maka bakarlah Hai

Haman

untukku

tanah

liat[1124]

kemudian buatkanlah untukku bangunan

yang Tinggi supaya aku dapat naik

melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya

aku benar-benar yakin bahwa Dia

Termasuk orang-orang pendusta".

(12)

اوُد َج َوَل ِ ّا ِرْيَغ ِدْنِع ْننِم َنناَك ْوَل َو َننآ ْرُقْلا َننوُرّبَدَتَي َفَأ

ا ًريِثَك اًف ِت ْخا ِهيِف

(

٨٢

)

82. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al

Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

اَذَه ِنلْثِمِب اوُتْأَي ْننَأ ىنَلَع نّنِجْلا َو ُنسْننا ِنتَعَمَت ْجا ِننِئَل ْنلُق

ا ًريِهَأ ٍنضْعَبِل ْنمُهُضْعَب َنناَك ْوَل َو ِنهِلْثِمِب َننوُتْأَي ِننآ ْرُقْلا

(

٨٨

)

(13)

172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan

anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfrman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini

(14)

• 88. Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.

(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

53.

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah

(15)

اورُأْناَف ِنض ْرظا ينِف اوُري ِنسَف ٌنَنُنس ْنمُكِلْبَق ْننِم ْنتَل َخ دنَق

َنيِبِذَكُمْلا ُةَبِقاَع َناَك َفْيَك

(

١٣٧

ْ)

137. Sesungguhnya telah berlalu sebelum

kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena

itu berjalanlah kamu di muka bumi dan

perhatikanlah bagaimana akibat

orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[230] Yang dimaksud dengan sunnah

Allah di sini ialah hukuman-hukuman

Allah yang berupa malapetaka, bencana

yang ditimpakan kepada orang-orang

(16)

َنعَبّتا َو ِ

نض ْرظا ىنَلِإ َدَل ْخَأ ُنهّنِكَل َو انَهِب ُنهاَنْعَفَرَل انَنْئِش ْوَل َو

ُنهْكُرْتَت ْوَأ ْنثَهْلَي ِنهْيَلَع ْنلِم ْحَت ْننِإ ِنبْلَكْلا ِنلَثَمَك ُنهُلَثَمَف ُنها َوَه

ِص ُننصْقاَف اننَنِتاَيآِب اوُبّذَك َنننيِذّلا ِننم ْوَقْلا ُننلَثَم َننكِلَذ ْننثَهْلَي

َنوُرّكَفَتَي ْمُهّلَعَل َصَصَقْلا

(

١٧٦

)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu segala usaha manusia dalam pembuktian wujud Allah itu tetap nisbi dan terbatas, maka pembuktian perlu dicari hanya dari satu-satunya sumber yaitu al- Qur’an

Bukankah Tuhan berfirman, “Dan segala-galanya Kami ciptakan serba berpasangan agar kamu dapat merenungkan kekuasaan Kami” (QS. Jika sesuatu diciptakan sebagai

agama dan relegi hanya mencakup hubungan manusia dengan tuhan, berbeda dengan istilah addien lebih luas cakupannya disamping manusia dengan tuhannya juga

Asy’ariyah berpandangan bahwa kehendak Tuhan ini dipahami sebagai kehendak mutlak dan absolut dalam semua hal. Pemahaman tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang

dalam kandungan yang ditandai oleh pengakuan manusia pada Allah SWT sebagai Tuhan seperti dalam

Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, umumnya percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan. Semuanya telah mengenal iman

Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke

Ajaran Teologi Hindu yang terkandung dalam Iśā Upaniṣad, yaitu: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan tak dapat Dipikirkan, Tuhan sumber segala, Tuhan berada di mana-mana,