• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM (3)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas 1 Kelas 1 Pendidikan Agama Islam Makalah, Presentasi, Diskusi

Kelompok 2 Konsep Ketuhanan

Dalam Islam

ITS 2014

Tanggal 15 Oktober 2014 Disusun oleh :

1. Muthia Diah Nurmalasari 11 14 100 001

2. Bagus Arga Putra 52 14 100 005

3. Tresnaning Arifiyah 52 14 100 020

4. Scandic Thalys Botaniska 52 14 100 102

5. Andina Nur Damayanti 52 14 100 154

6. Adham Adhiatmojo 52 14 100 122

7. Irma Nur Afifah 52 14 100 128

8. Cindy Alicia Sahara 52 14 100 172

9. Muhammad Zulfikar 52 14 100 184

10. Fahrudin Ali 52 14 100 705

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Konsep Ketuhanan dalam Islam” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

- Bapak Choiru Mahfud sebagai dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

- Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 4 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

1. Cover 1

2. Kata Pengantar 2 3. Daftar Isi 3

4. Bab 1 Pendahuluan 4

1.1. Latar Belakang 4 1.2. Tujuan 4

1.3. Rumusan masalah 4 5. Bab 2 Pembahasan 5

1.1. Hakikat Ketuhanan 5

1.2. Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam 6 a. Secara Umum 6

b. Menurut Al-Quran 7 c. Secara Etimologi 8 d. Secara Tipografi 8 1.3. Konsep Tentang Allah8 a. Alquran dan Hadist 8 b. Sufisme 10

1.4. Bukti Adanya Allah 12 a. Dalil Fitrah 12

b. Dalil Akal 12 c. Dalil Naqli 13 d. Dalil Inderawi 13 6. Bab 3 Penutup 15

3.1. Kesimpulan 15

3.2. Saran 15 7. Daftar Pustaka16

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat (wujud Tuhan).

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud. [1]

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan yaitu :

 Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pendidikan Agama Islam  Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan dalam islam

 Untuk memahami filsafat/hakikat ketuhanan

 Untuk mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam  Untuk memahami bagaimana pemikiran manusia tentang tuhan

 Untuk memahami bagaimana pandangan islam terhadap animisme dan dinamisme

 Untuk mengetahui bukti adanya Tuhan 1.3. Rumusan Masalah

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Hakikat Ketuhanan

Tuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa[2].Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan[3]. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan"[4].

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta[5], yang disebut Aten[6]. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten).[7][8][9][10][11]

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.[12]

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui adalah apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

(6)

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada. Apa yang ada pada diri kita sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya

Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain[13].

2.2. Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam a. Secara Umum

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.

Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim). Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.

Di dalam Alquran telah dijelaskan :

Artinya : “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103)[14]

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Karena Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[15]

(7)

Dalam Al-Qur'an perkataan tuhan di kenal dengan istilah rabb,maalik atau malik dan Ilaah. masing-masing istilah tersebut mempunyai tekanan arti sendiri-sendri.

 Rabb

Rabb adalah "Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan keseluruhan alam ini tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai " Sang Maha Pemelihara". Dari sisi pengakuan,tidak hanya kaum muslimin yang mengakui adanya Rabb.Banyak orang di dunia barat tidak secara formal beragama tetapi mereka mengakui adanya"Dia" Tuhan Yang Maha Pencipta.

Dalam Al-Qu'ran ,perkataan Rabb sering di hubungkan dengan kata kerja.

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Meciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya”

tedapat kata kerja: meciptakan dan mengajar. Rabb mempunyai pengertian tuhan yang berbuat aktif jadi, dia hidup dan ada dengan sesungguhnya , bukan ada dalam pikiran saja.

 Malik

Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang berkuasa mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu. Secara kronologis, kata Malik menduduki jabatan kedua setelah Rabb, artinya apabila Rabb itu menunjuk pada yang berbuat aktif,maka menunjuk pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-nya tadi .karena kedua kata itu ditujukan kepada Allah SWT,maka berarti bahwa Allah SWT itu pencipta alam dan Dia pula yang menguasainya.  Illah

(8)

kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56).

Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah yang sebenarnya ialah Ilah yang mempunyai jabatan Robbun dan Malikun. Dengan kata lain, walaupun segala sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta yaitu Allah SWT[13]

c. Secara Etimologi

Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (هللا) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasaʾ dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam Mushthalahatul Arba'ah fil Qur'an (h. 13) dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam al-Adyan wal Furuq wal Dzahibul Mu'ashirah (h. 54).

Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai bentuk ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan[16].

d. Secara Tipografi

Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi tersebut[15].

2.3. Konsep Tentang Allah

Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar Al-Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.

1. Alquran dan Hadist

(9)

Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan. Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar 39:8 dan surah Luqman 31:32[17].

a. Allah Maha Esa

Keesaan Allah atau Tauhid adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan.[15]

Menurut Alquran :

“...dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (al-An'am 6:133).

Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan dalam Al-Quran. Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya "Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap Muslim[15].

b. Sifat Allah

Qur'an merujuk sifat Tuhan ada pada asma'ul husna (lihat QS. Al-A'raf 7:180, Al-Isra' 17:110, Ta Ha [20]:8, Al-Hasyr 59:24). Menurut Gerhard Böwering, "Nama-nama tersebut menurut tradisi dijumlahkan 99 sebagai nama tertinggi (al-ism al-a am), nama tertinggi Tuhan, Allāh.ʿẓ Perintah untuk menyeru nama-nama Tuhan dalam sastra tafsir Qur ān adaʾ dalam Surah Al-Isra' ayat 110,[18]

"Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma'ul husna (nama-nama yang terbaik),"

Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di antaranya juga tercantum dalam Asma'ul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib dipahami dan diimani oleh umat Islam di antaranya:

1. Wujud (ada) dan mustahil Allah itu tidak ada (adam)[ Al A'raf 7:54]

2. Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru) [Al Hadid 57:3]

(10)

mengurus makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaan-Nya seperti manusia? [Al Furqan 25:58] 4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya)

dan mustahil Allah itu sama dengan makhluk-Nya (mumaatsalaatuhu lil hawaadits). [Asy-Syura 42:11]

5. Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah itu qiyamuhu bi ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain). [Al ‘Ankabut 29:6]

6. Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak (ta’addud) misalnya 2, 3, 4, dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa. [Al Mu’minun 23:91 & Al Ikhlas 112:1-4]

7. Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ‘ajaz (lemah). Jikalau Allah itu lemah, tentu saja makhluk ciptaan-Nya dapat

mengalahkan-10.Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah tidak seperti hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah yang kemudian akan mati, sedangkan Allah tidak akan mati. Ia akan hidup terus selama-lamanya. [Al Furqan 25:58]

11.Sama’ (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli). [Al Baqarah 2:256] Samian dan Mutakaliman adalah bentuk subjektif atau pelaku dari sifat nomor 7 sampai 13[19].

2. Sufisme

Sufisme ialah spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis. Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Quran. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.

Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya adalah Hulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.

a. Hulul

(11)

adalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing.

Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa cinta yang melimpah. Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu bukan berasal dari Zat Allah namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat dalam diri manusia.

Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Quran semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk menjelaskan pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, "Sujudlah wahai para malaikat kepada Adam...". Al-Hallaj menjelaskan bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud kepada Adam padahal seharusnya hanya bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah mengambil tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki kemuliaan Allah. Al-Hallaj juga menyebutkan hadits yang mendukung pendapatnya, seperti, "Sesungguh-Nya Allah menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya," dan juga menurutnya hulul pernah terjadi pada diri Isa, dimana Allah mengambil tempat pada dirinya[20].

b. Ittihad

Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti "bergabung menjadi satu", sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa'. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, "diam pada kesadaran ilahi".

Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul "Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia", maka dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan[20].

c. Wahdatul Rujud

Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari hadits Qudsi, "Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku." Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak menciptakan alam semesta. Alam merupakan penampakan lahir Tuhan.

(12)

2.4. Bukti Adanya Allah

Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Berikut ini akan dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara,dan indera.

1. Dalil Fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang[13].

2. Dalil Akal

Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain :

a. Teori Sebab

Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia adalah Tuhan.

b. Teori Keteraturan

(13)

c. Teori Kemungkinan

Alam ini tidak mungkin dapat terjadi dengan sendirinya, alam raya yang terdiri dari sekian jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda,juga tidak mungkin terjadi dengan kebetulan. Kemungkinannya adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau dengan kata lain tidak mungkin, hanya Allah lah yang menciptakan semua ini[13].

3. Dalil Naqli

Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (al-A’raf:54)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya[13].

4. Dalil Inderawi.

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena:

a. Pengabulan Doa

(14)

b. Mukjizat

Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.

Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali mendapatkan pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong (dusta), bahkan seringkali dianggap sebagai tipu daya (sihir). Oleh karenanya, untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan para penentangnya maka para nabi dan rasul diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan mukjizat.Beberapa contoh mukjizat yang diterima oleh para rasul :

- Nuh membuat bahtera di padang pasir, ketika Tuhan hendak menenggelamkan kaumnya.

- Ibrahim tidak hangus dibakar, karena api yang membakarnya berubah menjadi dingin.

- Daud memiliki suara merdu sehingga makhluk lain pun ikut bertasbih bersamanya, sanggup berbicara dengan burung, dan berhasil mengalahkan Jalut seorang prajurit raksasa dari negeri Filistin, yang sanggup melunakkan besi dengan tangan kosong.

- Yusuf memiliki ketampanan luar biasa dan mampu mentakwilkan mimpi-mimpi.

- Yunus bisa hidup di dalam perut ikan nun selama tiga hari. - Sulayman sanggup berbicara dalam bahasa hewan,

menguasai bangsa jin, mampu menundukkan angin, memiliki permadani yang terbuat dari sutera hijau dengan benang emas dengan ukuran 60 mil panjang dan 60 mil lebar.

- Musa memliki mukjizat berupa tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, topan, laut, dan peristiwa-peristiwa di Bukit Thur.

- Isa berupa kemampuan menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penderita kusta dan menghidupkan orang mati.

(15)
(16)

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam pandangan Islam, Tuhan ialah Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan isinya. Termasuk manusia dan makhluk lainnya. Allah lebih dekat dengan kita dibanding dengan urat nadi kita sendiri, karena setiap lantunan doa yang kita panjatkan dalam hati, Allah selalu mendengar, karena Allah maha Mendengar. Allah maha

Segalanya. Oleh karena itu Allah memiliki sifat yang harus diketahui oleh kita sebagai salah satu ciptaannya. Yaitu wujud, Qidam, Baqa atau kekal, Mukhalafatul lil hawaditsi, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah, Qodrat, Irodat, Ilmu, Hayat, Sama, Bashar, dan Khalam. Selain itu Allah juga dapat dibuktikan keberadaannya yaitu dengan adanya mukjizat yang diterima oleh para Nabi, yang sejatinya dapat dijadikan patokan bahwa Allah itu ada dan beserta kita semua.

3.2. Saran

Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan tentang referensi konsep ketuhanan dalam islam sehingga pemahaman kita tentang konsep ketuhanan dalam islam tidak terbatas terutama mengenai filsafat ketuhanan,pemikiran manusia tentang tuhan,tuhan menurt wahyu,dan dalil dalil pembuktian eksintensi tuhan.

Dan kita dikatakan sosok manusia yang seutuhnya apabila ada keselarasan manusia dengan tuhannya.maka dari itu kita sebagai penerus pemuda bangsa dan negara mari kita pahamkan dalam keseharian kita tentang pemahaman konsep dasar ketuhanan dalam islam.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-shadrian/ (diakses tanggal 11 Oktober 2014)

2. http://kamusbahasaindonesia.org/Tuhan/mirip#ixzz3FpINmQuQ (diakses tanggal 11 Oktober 2014)

3. swinburne, R.G. (1995), "God", in Honderich, Ted, The Oxford Companion to Philosophy, Oxford: Oxford University Press

4. Platinga, Alvin (2000), "God, Arguments for the Existence of", Routledge Encyclopedia of Philosophy, Routledge

5. Lichtheim, M. (1980), Ancient Egyptian Literature 2, hlm. 96

6. Assmann, Jan (2005), Religion and Cultural Memory: Ten Studies, hlm. 59 Unknown parameter |publiher= ignored (help)

7. Sigmund, Freud (1939), Moses and Monotheism: Three Essays

8. Stent, Gunther Siegmund (2002), Paradoxes of Free Will, DIANE, hlm. 34–38, ISBN 0-87169-926-5

9. Assmann, Jan (1997), Moses the Egyptian: The Memory of Egypt in Western Monotheism, Harvard University Press, ISBN 0-674-58739-1

10. Albright, William F. (Mei 1973), The Biblical Archaeologist, 36, No. 2, hlm. 48–76, doi:10.2307/3211050

11. Levine, Michael P. (2002), Pantheism: A Non-Theistic Concept of Deity, hlm. 136 12. Hick, John; Hebblethwaite, Brian (1980), Christianity and Other Religions, hlm. 178 13. https://www.academia.edu/4950245/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DLM_I

SLAM (diakses tanggal 11 Oktober 2014) 14. Alquran Al Karim

15. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam#Etimologi (diakses tanggal 14 Oktober 2019)

16. Ahmad Husnan. Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim. Al Husna, Surakarta. Cetakan Pertama, Muharram 1425 H / Mei 2005 M. h. 25-27.

17. Alquran Surat Al-Araf 7:172

18. Böwering, Gerhard. "God and his Attributes ." Encyclopaedia of the Qur ān.ʾ 19.

http://media-islam.or.id/2009/11/08/sifat-20-allah-yang-penting-dan-wajib-kita-ketahui/ (diakses tanggal 14 Oktober)

(18)

BIODATA PENYUSUN Nama Muthia Diah Nurmalasari

NRP 11 41 100 001

Jurusan Fisika (FMIPA) E-mail Tita.7h@gmail.com

Nama Bagus Arga Putra

NRP 52 14 100 005

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail carclet@yahoo.com

Nama Tresnaning Arifiyah

NRP 52 14 100 020

Jurusan Sistem Informasi (FTIf)

E-mail Triznaning.arifiyah666@gmail.com

Nama Scandic Thalys Botaniska NRP 52 14 100 102 (FTIf) Jurusan Sistem Informasi

E-mail scandicbotaniska@gmail.com

Nama Andina Nur damayanti

NRP 52 14 100 154

Jurusan Sistem Informasi (FTIf)

(19)

Nama Adham Adhiatmojo

NRP 52 14 100 122

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail adham14@mhs.is.its.ac.id

Nama Irma Nur Afifah

NRP 52 14 100 128

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail irmanafifiah@gmail.com

Nama Cindy Alicia Sahara

NRP 52 14 100 172

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail msixteenth@gmail.com

Nama Muhammad Zulfikar

NRP 52 14 100 184

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail emailfikar@gmail.com

Nama Fahrudin Ali

NRP 52 14 100 705

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan Bapak!Ibu untuk: menyebarluaskan pengumuman ini (terlampir) di lingkungan Bapak/Ibu agar kesempatan ini dapat

Segala puji hanya bagi Allah SWT, tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali dia, Rab semesta alam yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan

8 SmartWealth Equity Liquiflex LQ45 Fund 9 Smartlink Rupiah Balanced Plus Fund 10 Smartlink Rupiah Balanced Fund 11 Smartlink Dollar Managed Fund. 12 Smartlink Guardia

Didalam aplikasi UDK pembuatan objek-objek tidak semua bisa dilakukan oleh karena itu diperlukan program pendukung lain yang dapat merepresentasikan objek tiga dimensi secara

Pada teknik kontak langsung, bila permukaan halus lapisan kuplan sangat tipis tidak mempengaruhi arah rambatan tapi mempengaruhi amplitudo dari indikasi yang

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi dari variasi ionosfer serta nilai TEC- nya pada saat letusan Gunung Merapi terjadi dan perubahan posisi

III-1 Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian yang terkait

tidak shanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tulis. Peneliti saat ini melakukan penelitian dengan