• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Ketuhanan Dalam Islam (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Ketuhanan Dalam Islam (2)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas 1 Kelas 1

Pendidikan Agama Islam

Makalah, Presentasi, Diskusi

Kelompok 2

Konsep Ketuhanan

Dalam Islam

ITS 2014

Tanggal 15 Oktober 2014

Disusun oleh :

1. Muthia Diah Nurmalasari 11 14 100 001

2. Bagus Arga Putra 52 14 100 005

3. Tresnaning Arifiyah 52 14 100 020

4. Scandic Thalys Botaniska 52 14 100 102

5. Andina Nur Damayanti 52 14 100 154

6. Adham Adhiatmojo 52 14 100 122

7. Irma Nur Afifah 52 14 100 128

8. Cindy Alicia Sahara 52 14 100 172

9. Muhammad Zulfikar 52 14 100 184

10. Fahrudin Ali 52 14 100 705

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Konsep Ketuhanan dalam Islam” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

- Bapak Choiru Mahfud sebagai dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

- Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 4 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

Table of Contents

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat (wujud Tuhan).

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud. [1]

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan yaitu :

 Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pendidikan Agama Islam  Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan dalam islam

 Untuk memahami filsafat/hakikat ketuhanan

 Untuk mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam  Untuk memahami bagaimana pemikiran manusia tentang tuhan

 Untuk memahami bagaimana pandangan islam terhadap animisme dan dinamisme

 Untuk mengetahui bukti adanya Tuhan 1.3. Rumusan Masalah

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Hakikat Ketuhanan

Tuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa[2].Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan[3]. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan"[4].

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta[5], yang disebut Aten[6]. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten).[7][8][9][10][11]

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.[12]

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui adalah apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

(6)

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada. Apa yang ada pada diri kita sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya

Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain[13].

2.2. Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam a. Secara Umum

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.

Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim). Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.

Di dalam Alquran telah dijelaskan :

Artinya : “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103)[14]

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Karena Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[15]

(7)

Dalam Al-Qur'an perkataan tuhan di kenal dengan istilah rabb,maalik atau malik dan Ilaah. masing-masing istilah tersebut mempunyai tekanan arti sendiri-sendri.

 Rabb

Rabb adalah "Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan keseluruhan alam ini tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai " Sang Maha Pemelihara". Dari sisi pengakuan,tidak hanya kaum muslimin yang mengakui adanya Rabb.Banyak orang di dunia barat tidak secara formal beragama tetapi mereka mengakui adanya"Dia" Tuhan Yang Maha Pencipta.

Dalam Al-Qu'ran ,perkataan Rabb sering di hubungkan dengan kata kerja.

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Meciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya

tedapat kata kerja: meciptakan dan mengajar. Rabb mempunyai pengertian tuhan yang berbuat aktif jadi, dia hidup dan ada dengan sesungguhnya , bukan ada dalam pikiran saja.

 Malik

Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang berkuasa mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu. Secara kronologis, kata Malik menduduki jabatan kedua setelah Rabb, artinya apabila Rabb itu menunjuk pada yang berbuat aktif,maka menunjuk pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-nya tadi .karena kedua kata itu ditujukan kepada Allah SWT,maka berarti bahwa Allah SWT itu pencipta alam dan Dia pula yang menguasainya.  Illah

(8)

kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56).

Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah yang sebenarnya ialah Ilah yang mempunyai jabatan Robbun dan Malikun. Dengan kata lain, walaupun segala sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta yaitu Allah SWT[13]

c. Secara Etimologi

Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (هللا) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasaʾ dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam Mushthalahatul Arba'ah fil Qur'an (h. 13) dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam al-Adyan wal Furuq wal Dzahibul Mu'ashirah (h. 54).

Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai bentuk ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan[16].

d. Secara Tipografi

Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi tersebut[15].

2.3. Konsep Tentang Allah

Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar Al-Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.

1. Alquran dan Hadist

(9)

Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan. Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar 39:8 dan surah Luqman 31:32[17].

a. Allah Maha Esa

Keesaan Allah atau Tauhid adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan.[15]

Menurut Alquran :

“...dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (al-An'am 6:133).

Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan dalam Al-Quran. Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya "Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap Muslim[15].

Pengertian Tauhid

Tauhid (Arab :ديحوت), adalah konsep dalam aqidahIslam yang menyatakan keesaan Allah. Istilah Tauhid berasal dari kata a-ha-da yang artinya adalah satu,tunggal. Jika dilihat dari arti bahasa diatas tauhid bermakna menunggalkan atau mengesakan. Maka, jika kita lihat dari arti istilahnya tauhid yaitu Tauhid sebagai suatu pengetahuan kesaksian, keimanan, dan keyakinan terhadap keesaan Allah dengan segala kesempurnaan-Nya.

Berdasar Al-Qur’an, keesaan Allah itu meliputi tiga hal, yaitu esa zat-Nya, tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi Allah; esa af’al-Nya, tidak ada seorang pun yang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Menurut osman Raliby, kemahaesaan Allah adalah: Allah Maha Esa dalam zat-Nya. Kemahaesaan Allah dalam zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa zat Allah tidak sama dan tidak dapat disamakan dengan apapun juga. Zat Allah tidak akan mati, tetapi akan kekal dan abadi.

(10)

Secara estimologis kata rabb sebenarnya memiliki banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, menanggung, memperbaiki, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya dengan pembahasan tauhid rububiyah dapat dijelaskan bahwa kata rububiyah berasal dari akar kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan.

Makna rububiyah mewujud dalam fenomena penciptaan, pemberian rezeki, juga pengelolaan dan penguasaan alam semesta ini. Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu esa dalam penciptaan, pemberian rezekiserta mengatur alam selemesta dengan seluruh isinya (rabbul a’lamin). Dan sebagaimana yang tertulis di Qs. Al Imron(3):191) “Dia ciptakan sesuatu yang ada di alam semesta dengan penuh perencannan dan diciptakan dari sesuatu yang menjadi ada dengan kemauan dan kekuasaan-Nya semata mata”

2. Tauhid Mulkiyah

Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari kata mulk yang terbentuk pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya zat yang mengusai alam semesta ini.

Melalui sifat mulkiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja untuk makhluk-Nya. Sebagai pemilik segala yang ada, Allah adalah raja atau penguasa. Raja berfungsi menjadi penguasa manakala ia adalah pemimpin yang dipatuhi. Misalnya Qs al-Baqarah(2): 107, Al-Maidah (5):120, dsb

Allah juga menunjukkan bahwa diri-Nya adalah pelindung orang-orang beriman yang akan membawa mereka menuju pencerahan. Keberadaan keyakinan mulkiyah ini membedakan antara pribadi muslim dan bukan muslim. Dengan demikian, tauhid mulkiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan, pembelaan, dukungan dan pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali pemimpin atau undang-undang yang bersumberkan syariat Allah. Karena dengan penegakan syariat Allah di muka bumi akan menjamin kemashlahatan dan kemakmuran kehidupan di bumi.

3. Tauhid Uluhiyah

Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan sifat-sifat dan kekhususan zat Allah.

Tauhid uluhiyah merupakan pengejawantahan dari sikap kepasrahan dan penghambaan yang utuh kepada Allah. Seorang yang berorientasi pada tauhid uluhiyah akan mengabdikan segenap kehidupannya kepada Allah semata.

(11)

Siapa yang menyekutukan-Nya dengan suatu makhluk dalam perkara ini akan merusak keikhlasan seseorang dalam berikrar laa ilaaha ilallah”.

Ilah bagi manusia bisa bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu konsekuensi pernyataan laa ilaaha ilallah sangat berat karena harus meninggalkan seluruh ilahselain kepada Allah.Tauhid uluhiyah mengandung konsekuensi tertentu bagi orang beriman. Keyakinan ini menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah dalam segenap aktivitas kita.

4. Tauhid Rahmaniyah

Secara bahasa rahmaniyah berasal dari kata rahmanyang memiliki arti kasih sayang, yaitu suatu nilai yang paling mendasar sekaligus merupakan kebutuhan paling asasi bagi kehidupan manusia. Rahman dalam perwujudannya yang lebih suci dan lebih tinggi adalah suatu sifat yang ditonjolkan Allah dalam memperkenalkan diri-Nya sebagaimana kita menemukannya pada awal tiap surah yang kita baca dalam Al-Qur’an, yang intinya bahwa kasih sayang (rahman) Allah sangat luas dan meliputi alam semesta.

Pada prinsipnya tauhid rahmaniyah merupakan perwujudan dari setiap sikap muslim yang memiliki tuntutan untuk memberikan dan menebarkan kasih sayang pada seluruh alam semesta. Sikap ini selaras dengan misi rahmatan lil ‘alamin yang diemban Rasulullah saw untuk memberikan kasih sayang pada seluruh makhluk alam semesta.

Tauhid rahmaniyah menghendaki nilai dasar kasih sayang dikembangkan dalam hubungan dan pergaulan kehidupan kita. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan nilai kasih sayang yang sangat dibutuhkan dalam menopang kehidupan. Pengembangan hubungan baik yang dilandasi kasih sayang dalam lingkungan keluarga dikenal dalam ajaran islam dengan silaturahmi. ( http://dewa-copas.blogspot.com/2012/09/konsep-tauhid-dalam-islam.html)

b. Sifat Allah

Al-Qur'an merujuk sifat Tuhan ada pada asma'ul husna (lihat QS. Al-A'raf 7:180, Al-Isra' 17:110, Ta Ha [20]:8, Al-Hasyr 59:24). Menurut Gerhard Böwering, "Nama-nama tersebut menurut tradisi dijumlahkan 99 sebagai nama tertinggi (al-ism al-a am), nama tertinggi Tuhan, Allāh.ʿẓ Perintah untuk menyeru nama-nama Tuhan dalam sastra tafsir Qur ān adaʾ dalam Surah Al-Isra' ayat 110,[18]

"Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma'ul husna (nama-nama yang terbaik),"

Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di antaranya juga tercantum dalam Asma'ul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib dipahami dan diimani oleh umat Islam di antaranya:

(12)

2. Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru) [Al Hadid 57:3]

3. Baqo’ (kekal) dan mustahil Allah itu fana’ (binasa). Allah sebagai Tuhan Semesta Alam akan hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaan-Nya seperti manusia? [Al Furqan 25:58] 4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya)

dan mustahil Allah itu sama dengan makhluk-Nya (mumaatsalaatuhu lil hawaadits). [Asy-Syura 42:11]

5. Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah itu qiyamuhu bi ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain). [Al ‘Ankabut 29:6]

6. Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak (ta’addud) misalnya 2, 3, 4, dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa. [Al Mu’minun 23:91 & Al Ikhlas 112:1-4]

7. Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ‘ajaz (lemah). Jikalau Allah itu lemah, tentu saja makhluk ciptaan-Nya dapat

mengalahkan-10.Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah tidak seperti hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah yang kemudian akan mati, sedangkan Allah tidak akan mati. Ia akan hidup terus selama-lamanya. [Al Furqan 25:58]

11.Sama’ (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli). [Al Baqarah 2:256] Samian dan Mutakaliman adalah bentuk subjektif atau pelaku dari sifat nomor 7 sampai 13[19].

2. Sufisme

Sufisme ialah spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis. Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Quran. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.

Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya adalah Hulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.

a. Hulul

(13)

bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasut adalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing.

Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa cinta yang melimpah. Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu bukan berasal dari Zat Allah namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat dalam diri manusia.

Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Quran semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk menjelaskan pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, "Sujudlah wahai para malaikat kepada Adam...". Al-Hallaj menjelaskan bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud kepada Adam padahal seharusnya hanya bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah mengambil tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki kemuliaan Allah. Al-Hallaj juga menyebutkan hadits yang mendukung pendapatnya, seperti, "Sesungguh-Nya Allah menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya," dan juga menurutnya hulul pernah terjadi pada diri Isa, dimana Allah mengambil tempat pada dirinya[20].

b. Ittihad

Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti "bergabung menjadi satu", sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa'. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, "diam pada kesadaran ilahi".

Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul "Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia", maka dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan[20].

c. Wahdatul Rujud

Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari hadits Qudsi, "Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku." Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak menciptakan alam semesta. Alam merupakan penampakan lahir Tuhan.

(14)

Bedasar pikiran tersebut, Ibnu Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar dari aspek kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah[20].

2.4. Bukti Adanya Allah

Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Berikut ini akan dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara,dan indera.

1. Dalil Fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Al-A’raf:172)

"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)"...? (Az-Zukhruf:87)

Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang[13].

2. Dalil Akal

Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain :

a. Teori Sebab

Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia adalah Tuhan.

Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

(15)

sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.

Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?

b. Teori Keteraturan

Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang bergerak dengan sangat teratur. Tuhanlah yang mengatur segala keteraturan yang ada di alam semesta ini, hingga sedemikian rupa adanya.

Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.

Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.

Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.

(16)

adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996:78-80).

c. Teori Kemungkinan

Alam ini tidak mungkin dapat terjadi dengan sendirinya, alam raya yang terdiri dari sekian jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda,juga tidak mungkin terjadi dengan kebetulan. Kemungkinannya adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau dengan kata lain tidak mungkin, hanya Allah lah yang menciptakan semua ini[13].

Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua termodinamika” (Second law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.

Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.

Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan. 3. Dalil Naqli

Meskipun

secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.

(17)

dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (al-A’raf:54)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya[13].

4. Dalil Inderawi.

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena:

a. Pengabulan Doa

Kita dapat mendengar dan menyaksikan beberapa orang yang doa nya dikabulkan. Serta meminta pertolongan kepada Allahyang maha kuasa.contohnyaseperti Nabi Muhammad Saw, doa beliau selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Karena Nabi Muhammad adalah manusia yang di muliakan Allah SWT[13].

b. Mukjizat

Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.

Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali mendapatkan pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong (dusta), bahkan seringkali dianggap sebagai tipu daya (sihir). Oleh karenanya, untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan para penentangnya maka para nabi dan rasul diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan mukjizat.Beberapa contoh mukjizat yang diterima oleh para rasul :

- Nuh membuat bahtera di padang pasir, ketika Tuhan hendak menenggelamkan kaumnya.

- Ibrahim tidak hangus dibakar, karena api yang membakarnya berubah menjadi dingin.

- Daud memiliki suara merdu sehingga makhluk lain pun ikut bertasbih bersamanya, sanggup berbicara dengan burung, dan berhasil mengalahkan Jalut seorang prajurit raksasa dari negeri Filistin, yang sanggup melunakkan besi dengan tangan kosong.

- Yusuf memiliki ketampanan luar biasa dan mampu mentakwilkan mimpi-mimpi.

(18)

- Sulayman sanggup berbicara dalam bahasa hewan, menguasai bangsa jin, mampu menundukkan angin, memiliki permadani yang terbuat dari sutera hijau dengan benang emas dengan ukuran 60 mil panjang dan 60 mil lebar.

- Musa memliki mukjizat berupa tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, topan, laut, dan peristiwa-peristiwa di Bukit Thur.

- Isa berupa kemampuan menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penderita kusta dan menghidupkan orang mati.

- Muhammad berupa Isra dan Mi'raj, membelah bulan untuk membuktikan kenabiannya terhadap orang Yahudi, bertasbihnya kerikil di tangannya, batang kurma yang menangis, pemberitaan Muhammad tentang peristiwa-peristiwa masa depan ataupun masa lampau, tetapi mukjizat yang terbesar adalah Al-Qur’an[13]

KONSEP KETUHANAN DALAM BEBERAPA AGAMA DAN PANDANGAN ISLAM TERHADAP KONSEP TERSEBUT

Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu

Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharmaसननातनधरर "Kebenaran Abadi" [1]), dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Veda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini.

Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monoteisme, politeisme, panenteisme, panteisme, monisme, dan ateisme. Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti. Kadangkala agama Hindu dikatakan bersifat henoteisme (melakukan pemujaan terhadap satu Tuhan, sekaligus mengakui keberadaan para dewa), namun istilah-istilah demikian hanyalah suatu generalisasi berlebihan.

(19)

Berdasarkan tulisan diatas, maka yang dapat kita simpulkan jika, kepercayaan umat hindu akan konsep tuhannya ini berbeda beda. Ada yang menganggap tuhanNya itu satu, ada yang lebih dari satu seperti para dewa, dan terlebih lagi adalah tuhanNya tidak dapat dihitung. Kebanyakan Umat Hindu menganggap segala-galanya hidup dan bukan hidup untuk menjadi suci dan suci. Oleh karena itu, orang-orang Hindu menganggap pokok-pokok, matahari, bulan, haiwan dan juga manusia sebagai manifestasi Tuhan. Untuk Hindu biasa, segala-galanya adalah Tuhan.

Jika kita membandingkan dengan Agama Islam, maka ini sangatlah berlawanan. Islam mengajarkan kita jika Allah adalah esa seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dan umat Islam percaya bahawa segala-galanya adalah milik Allah seperti: Matahari, Bulan dan semua ciptaan adalah milik Allah. Selain itu pada prakteknya umat Hindu banyak yang menggunakan mediasi Patung dalam menyembah kepada Tuhan. Ada sebagian dari mereka beranggapan bahwa patung hanya digunakan untuk memusatkan pikiran (sejenis meditasi). Hal ini jelas bertentangan dengan Islam yang melarang penggunaan mediasi apapun dalam meyembah atau beribahda kepada Tuhan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu )

Konsep Ketuhanan dalam Agama Buddha

Tuhan dalam agama Buddha bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan tuhan sang pencipta atau bergantung kepada tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan, sang Buddha Gautama adalah pembingbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana ) serta selama hidupnya Buddha Gautama tidak pernah mengajarkan cara-cara menyembah kepada tuhan maupun konsepsi ketuhanan meskipun dalam wejangannya kadang-kadang menyebut tuhan, ia lebih banyak menekankan pada ajaran hidup suci, sehingga banyak para ahli sejarah agama dan sarjana teologi islam mengatakan agama Buddha sebagai ajaran moral belaka

Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.

Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari

(20)

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.

Apabila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

Oleh karena ajarannya yg tentang ketuhanan yang tidak begitu banyak diuraikan dan di jelaskan , maka sepeninggalan Buddha, patung Buddha sendiri telah menjadi sembahan yang utama bahkan juga sisa peninggalannya seperti abu mayatnya, potongan kukunya, rambutnya yang tersimpan dalam stupapun telah dipuja dan disembah. Padahal Buddha Gautama mencela penyembahan kepada patung dan berhala tetapi penganut Buddha sendiri sepeninggalannya telah menempatkan patung-patungnya didalam candi, kuil dan stupa untuk disembah. Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Buddha Gautama sendiri tetap menuhankan brahma semata, ia tidak menyakini ketuhanan yang lain hanya Buddha Sidharta Gautama tidak menjelaskan dan menerangkan tentang dasar-dasar bagaimana cara beriman dan menyembah kepada tuhan dalam agamanya.

Seperti yang telah dijelaskan diatas tentang bagaimana konsep ketuhanan Umat Hindu, tentu sangat lah berbeda apabila kita membandingkan nya dengan konsep agama Umat islam. Umat Islam percaya jika Tuhan Nya adalah satu sedangkan Agama Budha ini masih belum jelas karena ajarannya tentang ketuhanan, karena tidak begitu banyak diuraikan dan di jelaskan di kitabnya. Sehingga orang orang pun kebanyakan menganggap Agama Budha adalah bukan agama karena ketidakjelasan konsep ketuhanan yang jika kita lihat lagi lebih mengarah ke atheis.

(21)

Konsep Ketuhanan dalam Agama Kristen

Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalahAlkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia (Kisah Para Rasul11:26). Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban,kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga,

Sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru.umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal/Trinitas dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I.

Akan tetapi Konsep Ketuhana Yang tercantum dalam Kitab Injil adalah sebagai berikut :

Pada Yohannes, pasal 14 ayat 28,

“Yesus berkata “... sebab Bapa lebih besar daripada Aku”. Pada Yohannes, pasal 10 ayat 29,

“Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun ... “ Pada Matius, pasal 12 ayat 28 ,

“Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah ... “. Pada Lukas, pasal 11 ayat 20,

“Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah ... “, Pada Yohannes, pasal 5 ayat 30,

“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku

sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku”. Pada Yohannes pasal 17 ayat 3,

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.

Pada Markus, pasal 12 ayat 29,

“Shama Israelo Adna ilahaina adna ihat”. Kutipan tersebut dalam bahasa Ibrani artinya “Dengarlah wahai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa”.

(22)

(http://www.voa- islam.com/read/liberalism/2010/02/22/3474/konsep-ketuhanan-agama-kristen/#sthash.UAqn7PRp.dpbs )

Dan jika ditilik lebih dalam,ayat-ayat tentang pen-Tuhan-anYESUS dan seputar penyalibanYESUS ini berasal dari Paulus (yangdianggap sebagai Rasul CHRISTIAN).Bahkan 99% ayat tentang pen-Tuhan-an YESUS berasal dari Paulus.

Injil mengatakan bahwa Paulus awalnya adalah penganut Taurat yang fanatik. ”Tentang kegiatanaku penganiaya jemaat, tentangkebenaran dalam menaati hukumTaurat aku tidak bercacat ” (FILIPI3 : 6). Namun di samping itu,sejak muda Paulus sangat mengagumi budaya Yunani(helenisme) terutama pelajaran filsafatnya. Sehingga dalam dirinya muncul dua pengaruh yang sangat kuat ini, penganut taurat dan pengaruh filsafathelenisme. Paulus sediri bukan orang Yerusalem dan bukanorang Nazareth, sehingga hal ini membuktikan bahwa sejak muda Paulus tidak pernah berhubungan secara langsung dengan YESUS.Dia bukanlah murid YESUS dan bukan pula pengikutnya baik diYerusalem dan di Nazareth.Dengan demikian, wajar jikaterjadi perbedaan yang sangatkontradiktif antara ajaran Paulusdan ’YESUS.

Konsep ketuhanan agama Kristen secara kesuluruhan adalah tidak masuk akal, bahkan masing-masing tokoh agama mereka memiliki penafsiran yang berbeda tentang Trinitas ini. Sehingga banyak yang menyebut konsep Trinitas sebagai teka-teki yang tidak pernah terjawab atau rahasia yang tidak pernah terungkap tuntas.

Namun, sesungguhnya konsep Trinitas bukanlah konsep yang diajarkan oleh YESUS.Konsep YESUS adalah tauhid(pengesaan). Adapun konsep trinitas ada dan diperkenalkan oleh Paulus. Perdebatan antara pendukung tauhid /unitarianisme dengan pendukungtrinitas tidak kunjung henti.Bahkan diwarnai denganpertumpahan darah pada abad I sampai abad ke IV.

Sehingga sejarah mencatat, pada tahun 325Masehi, Kaisar Romawi Constantinus Agung mengundang para pendeta dari berbagai penjuru untuk berkumpul di Nicea (Italia) dalam sebuah kongres. Kongres ini bertujuan untuk menentukanajaran mana yang akan dipegang dan dipertahankan. Apakah tauhid atau trinitas. Setelah lama bersidang, di antara 2.048pendeta yang hadir, 318 pendeta sepakat menerima ajaran Paulus(trinitas) dan

1.730 lainnya tetap berpegang pada ajaran Tauhid’Isa.

Dengan demikian, seharusnya tauhid-lah ajaran yang diakui dan dipegang. Namun karena Konstantin sendiri adalahpenganut paganisme, maka tak heran, meskipun harus bertentangan dengan keputusankongres, Konstantin men-dekrit-kan ke seluruh dunia CHRISTIAN bahwa trinitas-lah yang harus dipegang. Inilah tragedi dalamkepercayaan Nasrani yang amatmenyedihkan.Sejak keputusanitu, tokoh-tokoh CHRISTIAN yang masih mempertahankan ajaran unitarian ditangkap, disiksa,dibunuh karena dianggap golongan sesat.

Dalam masa pascakongres Nicea itu pula,ditetapkan : 1. Hari kelahiranDewa Matahari dijadikan harisabat CHRISTIAN, yaitu hari Minggu. 2.Tanggal kelahiran anak DewaMatahari, 25 Desember, dijadikanhari kelahiran YESUS. 3. LambangDewa Matahari, silang cahaya(salib), menjadi lambang CHRISTIAN.Padahal aslinya, tidak ada yang tahu pasti kapan YESUS lahir.Demikianlah, aqidah CHRISTIAN ini dibangun. Atas dasar imajinasi dan doktrin yang terus menerus dihembuskan kepada parapengikutnya.

(23)

mengartikan Allah adalah esa. Tetapi pada kenyataannya, seperti yang telah dijelaskan diatas jika konsep Trinitas ini ternyata bukanlah milik asli dari Nabi Isa atau “yesus” jika di Umat Kristen melainkan adalah konsep sendiri “buatan” dari Paulus.

Dan terlebih lagi Paulus ini sebenarnya juga bukan pengikut “Yesus” fanatik, melainkan penganut Taurat. sehingga hal ini membuktikan bahwa sejak muda Paulus tidak pernah berhubungansecara langsung dengan YESUS. Dengan demikian, wajar jikaterjadi perbedaan yang sangat kontradiktif antara ajaran Paulusdan ’YESUS

Dengan begitu, tentu kita sudah menyimpulkan jika ajaran Umat Kristen ini telah diubah dan dibuat sendiri oleh orang yang ternyata bukanlah penganut fanatik ajaran Kristen. Sehingga ajaran Kristen yang sekarang pun berarti adalah tidak murni lagi dengan ajaran agam Kristen yang dahulu yang disebarkan oleh Nabi Isa “Yesus”. Dan hal inilah juga lah yang menunjukkan jika Kitab Injil yang sekarang bukan merupakan kitab suci lagi karena telah tercampur tangan oleh manusia. Jika kitab nya saja sudah tidak suci lagi lalu bagaimana umatnya berpedoman?. Sehingga sangatlah berbeda dengan islam yang selalu menjaga isi dan keutuhan Ayat ayat nya.

o KEIMANAN dan KETAQWAAN

Iman secara etimologi berasal dari kata amana - yu'minu - imanan yang artinya percaya. Sedangkan, secara Terminologi Iman adalah 'aqdun bil qalbi, waiqraarun billisaani, wa'amalun bil arkaan yang artinya diyakini dengan hati diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Iman sering dikenal dengan istilah akidah, dimana akidah artinya ikatan "ikatan hati", maksudnya seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain.

Iman sendiri menurut al Qur’an dapt dilihat di (Qs. Albaqarah Ayat 62, Al An'am Ayat 82, Qs An Nahl Ayat 97, Al A'raf Ayat 96, Ra'du Ayat 29)

Taqwa secara etimologi berasal dari kata waqa - yaqi - wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan secara Terminologi Taqwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa.

Taqwa sendiri menurut al Qur’an dapat dilihat di surah berikut ini (Al Hujurat Ayat 13, Ali Imran Ayat 120, Ali Imran Ayat 134, Ali Imran Ayat 135, An Naba Ayat 31) http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-taqwa-dalam-islam.html

(24)

Oleh karena itu, seseorang baru dinyatakan dan bertakwa kepada Allah SWT apabila ia sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadatain yaitu : ‘asyhadu alla ilahaillallah waasyhadu anna Muhammadar Rosullollah” artinya aku bersaksi tiada Tuhan (yang layak disembah) melainkan Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah rasul Allah. Kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan rasul serta meninggalkan larangan-Nya

Sehingga dapat dikatakan iman itu menuntut manusia bertauhid, bertauhid membawa manusia kepada penyerahan diri. Penyerahan diri tersebut mewujudkan manusia bertawakal. Dan tawakal itulah yang akan memudahkan manusia menuju kebahagiaan dunia maupun akhirat.

IMTAQ MENJAWAB PROBLEMATIKA KEHIDUPAN MODERN

Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia sebagai abdun(hamba) yang tugas utama nya adalah beribadah kepadaNya. Disamping itu juga manusia bertugas sebagai khalifah yaitu untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan di bumi agar manusia dapat hidup layak, sejahtera dan makmur lahir serta batin. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai hamba disamping sebagai khalifah maksud hamba (abdu) adalah manusia telah diberikan kelengkapan akal (pikiran) dan kemampuan rohani yang dapat ditumbuhkembangkan untuk selaluberibadahkepada-Nya agar manusia terhindar dari kehidupan yang merusak dirinya

Sedangkan penguasa (khalifah) adalah disamping manusia dibekali akal / pikiran dan hati (qalbu)Allah memberikan pada diri manusia itu kekuatan (emosional) dan nafsu (keinginan)dengan kekuatan dan keinginan yang diberikan Allah menjadi alat

yang berdaya

gunadalamikhtiarkemanusiaannya agar manusia dapatmemanfaatkan sertamen golah bumi untukkehidupannya.Sebagai makhluk yang memiliki bentuk terbaik dan diberi potemsi yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya, manusia dapat masuk kedalam berbagai tingkatan dan derajat mulai dari penjara (tempat yang paling rendah) hingga taman – taman (tempat yang paling tinggi dan mulia), disinilah manusia dapat terjerembat atau tergelincir kekancah berbagai kehidupan bila manusi tidak memilikikeimanan dan ketaqwaan.

(25)

dapat dikatakan mulai memasuki dunia kejahilan bangkit kembali, dimana manusia(wanita) dengan gembiranya mempertontonkan auratnya di depan umun khususnya laki laki, banyak terjadi tindak criminal yang cukup tinggi yang dilakukan manusia seakan akan tidak menjadi problem dalam kehidupan seperti KDRT yang dilakukan suami terhadap istri begitu juga anak anak.

Berangkat dari itu semua lah peran iman dan taqwa ini sangat dominan pentingnya dalam kehidupan manusia. Karena iman dan taqwa dapat memperbaiki kehidupan dalam lingkungan kehidupannya yang sangat rentan akan kejahatan. Dengan iman dan taqwa itu manusia pun dapay menjawab seluruh problem kehidupan modern. Dengan dapat dibuktikan pada zaman Rasullullah. Bahwa pada zaman tersebut Rasulullah dilahirkan ditengah tengah zaman jahiliyah(kemorosotan/kebejatan moral), namun Rasulullah SAW dapat membawaumat manusia dari alam kegelapan menjadi alam yang terang (baik).

(26)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-shadrian/ (diakses tanggal 11 Oktober 2014)

2. http://kamusbahasaindonesia.org/Tuhan/mirip#ixzz3FpINmQuQ (diakses tanggal 11 Oktober 2014)

3. swinburne, R.G. (1995), "God", in Honderich, Ted, The Oxford Companion to Philosophy, Oxford: Oxford University Press

4. Platinga, Alvin (2000), "God, Arguments for the Existence of", Routledge Encyclopedia of Philosophy, Routledge

5. Lichtheim, M. (1980), Ancient Egyptian Literature2, hlm. 96

6. Assmann, Jan (2005), Religion and Cultural Memory: Ten Studies, hlm. 59 Unknown parameter |publiher= ignored (help)

7. Sigmund, Freud (1939), Moses and Monotheism: Three Essays

8. Stent, Gunther Siegmund (2002), Paradoxes of Free Will, DIANE, hlm. 34–38, ISBN 0-87169-926-5

9. Assmann, Jan (1997), Moses the Egyptian: The Memory of Egypt in Western Monotheism, Harvard University Press, ISBN 0-674-58739-1

10. Albright, William F. (Mei 1973), The Biblical Archaeologist, 36, No. 2, hlm. 48–76, doi:10.2307/3211050

11. Levine, Michael P. (2002), Pantheism: A Non-Theistic Concept of Deity, hlm. 136 12. Hick, John; Hebblethwaite, Brian (1980), Christianity and Other Religions, hlm. 178 13. https://www.academia.edu/4950245/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DLM_I

SLAM (diakses tanggal 11 Oktober 2014) 14. Alquran Al Karim

15. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam#Etimologi (diakses tanggal 14 Oktober 2019)

16. Ahmad Husnan. Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim. Al Husna, Surakarta. Cetakan Pertama, Muharram 1425 H / Mei 2005 M. h. 25-27.

17. Alquran Surat Al-Araf 7:172

18. Böwering, Gerhard. "God and his Attributes ." Encyclopaedia of the Qur ān.ʾ 19.

http://media-islam.or.id/2009/11/08/sifat-20-allah-yang-penting-dan-wajib-kita-ketahui/ (diakses tanggal 14 Oktober)

(27)

BIODATA PENYUSUN Nama Muthia Diah Nurmalasari

NRP 11 41 100 001

Jurusan Fisika (FMIPA) E-mail Tita.7h@gmail.com

Nama Bagus Arga Putra

NRP 52 14 100 005

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail carclet@yahoo.com

Nama Tresnaning Arifiyah

NRP 52 14 100 020

Jurusan Sistem Informasi (FTIf)

E-mail Triznaning.arifiyah666@gmail.com

Nama Scandic Thalys Botaniska NRP 52 14 100 102 (FTIf) Jurusan Sistem Informasi

E-mail scandicbotaniska@gmail.com

Nama Andina Nur damayanti

NRP 52 14 100 154

(28)

Nama Adham Adhiatmojo

NRP 52 14 100 122

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail

Nama Irma Nur Afifah

NRP 52 14 100 128

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail

Nama Cindy Alicia Sahara

NRP 52 14 100 172

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail msixteenth@gmail.com

Nama Muhammad Zulfikar

NRP 52 14 100 184

Jurusan Sistem Informasi (FTIf) E-mail

Nama Fahrudin Ali

NRP 52 14 100 705

Referensi

Dokumen terkait

bahwa pada dasarnya antara Tuhan, manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang utuh yang bersumber dari Tuhan dan nantinya akan kembali kepada-Nya. 2) Salah

Dalam bukunya Titib (2006:258) menjelaskan bahwa, inti Tattwa itu adalah kepercayaan kepada Tuhan (Ketuhanan) yang disebut dengan Ekatwa Anekatwa Svalaksana Bhatara yang

Dari lima azas tersebut –menurut Muktazilah– Tuhan terikat dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang

agama dan relegi hanya mencakup hubungan manusia dengan tuhan, berbeda dengan istilah addien lebih luas cakupannya disamping manusia dengan tuhannya juga

bahwa pada dasarnya antara Tuhan, manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang utuh yang bersumber dari Tuhan dan nantinya akan kembali kepada-Nya. 2) Salah

Kesimpulan : filsafat ketuhanan dalam islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa, konsepsi inilah yang disebut dengan Tauhid yang didasarkan

Konsep Manusia Pada Islam Main Menu Main Menu \ Sumber Kekayaan Sumber Kekayaan. • Sumber Kekayaan

SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN Difinisi Difinisi : Pemikiran Manusia di sini adalah : Pemikiran Manusia di sini adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran konsep