• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Konsep Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan

N/A
N/A
Hafni Hamdani

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Konsep Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONSEP TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN

Dosen Pengampu:

Muslim, M.Ag

Disusun oleh : Assyifa Hayani (243110337) Hafni Hamdani (243110346) Nanda Wulandari (243110357)

Tingkat 1C

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN PADANG KEMENKES POLTEKKES PADANG

TAHUN AJAR 2024/2025

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah agama yang diampu oleh Bapak Muslim, M.Ag. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam hal pengetahuan dan pemahaman kami. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi referensi yang berguna bagi pembaca. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Padang, Agustus 2024

Penulis

(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan ... 1

1.4 Manfaat ... 1

BAB II ... 2

PEMBAHASAN ... 2

2.1 Pengertian Keimanan ... 2

2.2 Pengertian Ketaqwaan... 5

2.3 Konsep Keimanan dan Ketaqwaan ... 7

1. Keimanan ... 7

2. Ketaqwaan ... 8

2.4 Konsep Filsafat ... 9

BAB III ... 12

PENUTUP... 12

3.1 Kesimpulan... 12

3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari nilai-nilai kebenaran, karena kesehariannya manusia dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Manusia pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minum minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan. Di sinilah iman dan taqwa itu berperan sebagai jalan keluar atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan tersebut. Ketika seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan dalam hidupnya. Jadi, iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :

1. Apa Pengertian tentang keimanan?

2. Apa Pengertian tentang ketaqwaan?

3. Bagaimana konsep keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa?

4. Apa konsep filsafat ketuhanan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian keimanan dan ketaqwaan.

2. Untuk mengetahui apa saja konsep keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta untuk mengetahui konsep filsafat ketuhanan.

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis : Melatih potensi penulis dalam menyusun makalah.

2. Bagi Pembaca : Dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketaqwaan serta mengimplemintasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

(6)

3

(7)

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keimanan

Keimanan adalah konsep yang luas dan mendalam, mencakup aspek-aspek spiritual, intelektual, dan emosional dalam kehidupan seorang individu. Keimanan sering kali didefinisikan sebagai keyakinan yang kuat terhadap sesuatu yang bersifat transenden, biasanya terkait dengan keberadaan Tuhan atau kekuatan ilahi. Namun, keimanan juga dapat merujuk pada keyakinan yang mendalam terhadap prinsip-prinsip moral, ajaran agama, atau nilai-nilai tertentu yang diyakini sebagai kebenaran.

Menurut Bahasa, kata iman berasal dari kata amana-yu'minu–imana yang berarti percaya dan membenarkan. Sedangkan menurut istilah berarti ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatannya”.

Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul- rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.

Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut ibnu Atthabrani, iman merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian iman merupakan kesatuan antara hati, ucapan, dan tingkah laku atau perbuatan seseorang. Iman dapat dibedakan menjadi 2:

• Iman Haq adalah iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya.

•Iman bathil adalah iman yang berpandangan dan bersikap selain ajaran Allah.

(8)

3

1. Pengertian Keimanan dalam Konteks Agama

Dalam konteks agama, keimanan merujuk pada keyakinan kepada Tuhan dan ajaran-ajaran yang diturunkan melalui kitab suci dan nabi-nabi.

Keimanan dalam agama mencakup keyakinan terhadap hal-hal yang gaib, seperti keberadaan Tuhan, malaikat, hari kiamat, dan kehidupan setelah mati.

Keimanan ini sering kali menjadi dasar dari perilaku dan moralitas seorang individu Islam. Misalnya, mendefinisikan keimanan sebagai keyakinan terhadap enam rukun iman, yaitu:

• Iman kepada Allah.

• Iman kepada malaikat-malaikat-Nya.

• Iman kepada kitab-kitab-Nya.

• Iman kepada para rasul-Nya.

• Iman kepada hari kiamat.

• Iman kepada qada dan qadar (takdir).

Keimanan dalam Islam tidak hanya bersifat intelektual, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Seorang Muslim yang beriman diharapkan untuk mengikuti perintah Tuhan, menjauhi larangan-Nya, dan berbuat baik kepada sesama. Keimanan dianggap sempurna ketika keyakinan di dalam hati, pernyataan melalui lisan, dan tindakan nyata selaras satu sama lain 2. Aspek-Aspek Keimanan

Keimanan memiliki beberapa aspek penting yang saling terkait, yang membantu menjelaskan bagaimana keimanan mempengaruhi kehidupan seseorang:

a. Keyakinan Spiritual:

Aspek ini berkaitan dengan keyakinan terhadap entitas yang transenden atau ilahi. Keyakinan ini memberikan makna dan tujuan hidup bagi individu.

Dalam banyak agama, keimanan spiritual juga mencakup keyakinan terhadap kehidupan setelah mati, yang mempengaruhi bagaimana seseorang menjalani hidupnya di dunia.

(9)

4 b. Keyakinan Moral:

Keimanan juga mencakup keyakinan terhadap seperangkat nilai-nilai moral dan etika yang dianggap sebagai kebenaran mutlak. Nilai-nilai ini memberikan panduan tentang apa yang benar dan salah, serta bagaimana seseorang harus berperilaku. Keimanan moral ini sering kali menjadi dasar dari tindakan-tindakan baik dan kebajikan dalam masyarakat.

c. Keyakinan Intelektual:

Dalam beberapa tradisi, keimanan juga melibatkan aspek intelektual, yaitu keyakinan yang didasarkan pada penalaran dan pemahaman. Keimanan ini bisa tumbuh dari refleksi mendalam terhadap ajaran-ajaran agama, filsafat, atau pengalaman hidup.

d. Keimanan Emosional:

Keimanan juga melibatkan aspek emosional, yaitu rasa cinta, penghormatan, dan ketundukan kepada entitas yang diyakini. Keimanan emosional sering kali diekspresikan melalui ibadah, doa, dan meditasi, serta melalui perasaan damai dan ketenangan yang dirasakan oleh individu yang beriman.

e. Keimanan Praksis:

Aspek ini berkaitan dengan bagaimana keimanan diwujudkan dalam tindakan nyata. Keimanan yang kuat biasanya tercermin dalam perilaku sehari- hari, seperti berbuat baik, menolong sesama, dan menjalankan perintah agama.

3. Keimanan dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Keimanan memiliki pengaruh yang mendalam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Bagi banyak orang, keimanan memberikan rasa tujuan dan makna dalam hidup. Ia memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang keberadaan manusia, seperti "Mengapa kita ada?" dan "Apa yang terjadi setelah mati?" Keimanan juga bisa menjadi sumber kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi tantangan hidup, seperti penyakit, kehilangan, atau penderitaan.

(10)

5

Dalam kehidupan sosial, keimanan sering kali menjadi faktor yang mempersatukan komunitas. Nilai-nilai yang dibawa oleh keimanan, seperti solidaritas, kasih sayang, dan keadilan, dapat memperkuat hubungan antarindividu dan menciptakan harmoni dalam masyarakat. Keimanan juga berperan dalam membentuk budaya dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun, keimanan juga dapat menjadi sumber konflik jika tidak dipahami dengan benar atau jika digunakan untuk membenarkan tindakan- tindakan yang merugikan orang lain. Sejarah mencatat banyak contoh di mana perbedaan dalam keimanan telah memicu perang, diskriminasi, dan kekerasan.

Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan keimanan yang inklusif dan toleran, yang menghormati keimanan orang lain dan mempromosikan perdamaian.

4. Tantangan dalam Mempertahankan Keimanan

Mempertahankan keimanan di tengah dunia yang semakin sekuler dan materialistis bisa menjadi tantangan tersendiri. Pengaruh dari sains, teknologi, dan budaya populer sering kali membuat orang meragukan keyakinan mereka.

Selain itu, tekanan sosial dan ekonomi juga dapat menguji keimanan seseorang.

Namun, keimanan yang kuat tidak berarti menolak sains atau perubahan sosial, tetapi justru memadukan pengetahuan modern dengan nilai-nilai spiritual.

Banyak orang menemukan bahwa keimanan mereka menjadi lebih dalam dan lebih bermakna ketika mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit dan mencari jawaban yang memadukan iman dengan akal.

2.2 Pengertian Ketaqwaan

Ketaqwaan adalah konsep sentral dalam banyak tradisi keagamaan, khususnya dalam Islam, yang menggambarkan sikap hidup yang dipenuhi dengan kesadaran akan kehadiran Tuhan, kepatuhan terhadap perintah-Nya, dan penghindaran terhadap segala larangan-Nya. Ketaqwaan tidak hanya mencakup aspek-aspek spiritual, tetapi juga meresap dalam setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari perilaku pribadi hingga interaksi sosial, serta dalam hubungan manusia dengan alam dan seluruh ciptaan.

(11)

6

Kata takwa berasal dari bahasa Arab, Ittaqa-Yattaqi-Ittiqaan, yang berarti takut, keinsyafan. Sedangkan menurut istilah berarti melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Lebih luas pengertian takwa adalah memelihara diri dari ancaman siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Dapat dikatakan juga bahwa takwa adalah keinsyafan mengikuti dengan kepatuhan dan ketaatan, melaksanakan perintah perintah Allah serta menjauhi larangan-laranganNya.

Orang yang bertaqwa terdiri dari tiga peringkat sebagai berikut:

1. Menjaga diri dari azab yang selamanya dengan cara membebaskan diri dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah).

2. Menjauh dari setiap perbuatan dosa, baik melakukan suatu perbuatan yang dilarang, seperti dosa-dosa kecil atau meninggalkan apa yang diperintahkan.

Inilah yang dikenal sebagai taqwa menurut syara'.

3. Mengosongkan hati dari segala sesuatu yang menyibukkan dirinya dari selain Yang Maha Benar/al-Haqq (Allah swt.).

Karakteristik orang – orang yang bertaqwa:

1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrumen ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.

2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus dalam perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.

3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.

4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.

5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.

(12)

7 2.3 Konsep Keimanan dan Ketaqwaan

1. Keimanan

Keimanan merupakan sentral bagi pribadi seorang muslim. Antara iman, islam dan ihsan merupakan konsep yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, tidak bisa dipisah. Menurut Al-Mubarakfuri iman kepada Allah semata dan mengetahui- Nya dengan sebenar-benarnya pengetahuan merupakan sebab paling pokok. Iman yang mantap disertai keteguhan hati bisa disejajarkan dengan gunung yang tidak bisa diusik. Orang yang beriman kuat dan berkeyakinan mantab seperti ini Ketika memandang kesulitan dunia, seperti apa beratnya dan banyaknya,

Keimanan seseorang tidak hanya bertumpu pada salah satu dari ucapan lisan,amalan, dan pembenaran dalam hati semata. Ketika iman hanya didasarkan pada,ucapan lidah semata, berarti iman yang setengah-setengah. Seseorang juga tidak dapat dinyatakan beriman ditunjukkan dalam bentuk amal (perbuatan) semata apabila hal itu saja yang ditonjolkan, maka tidak ubahnya seperti perbuatan orang menipu atau munafik. Menurut Ibn Taimiyyah, Iman diwujudkan dengan amal perbuatan, maksudnya ialah mengerjakan perintah yang wajib. Artinya jika seseorang muslim meninggalkan amalan sunah, maka yang demikian itu tidak mempengaruhi keimanannya tetapi jika meninggalkan hal-hal yang diwajibkan maka itu sangat mempengaruhi imannya. Allah menegaskan bahwa iman dan amal shalih, atau keimanan yang diimbangi dengan perbuatan akhlak mulia, akan memperoleh kehidupan yang baik. Dalam surat An-Nahl ayat 97, Allah mengungkap dua hal penting bagi umat islam,yaitu :

1.Bahwa mereka yang beriman dan beramal shalih akan memperoleh kehidupan yang baik.

2. Bahwa mereka yang beriman dan beramal shalih juga akan memperoleh imbalan pahala yang lebih baik daripada perbuatan baiknya.

(13)

8 2. Ketaqwaan

Taqwa merupakan buah dari iman yang sesungguhnya. Iman dan taqwa merupakan satu kesatuan yang utuh. Konsep taqwa mencakup kesadaran dan ketaatan kepada Allah, penghindaran dari perbuatan dosa, dan usaha aktif untuk mematuhi perintah-Nya. Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT seharusnya juga benar-benar bertaqwa kepada-Nya. Sebab dengan taqwa inilah yang akan membedakan derajat kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT (Q.S.Al Hujurat (49) : 13). Orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT lahir dan batin akan mendapatkan balasan dari-Nya. Setidaknya ada lima perilaku taqwa yang digambarkan Allah pada Q.S. Ali- Imran (3): 133-136, yaitu:

1. Berinfak diwaktu lapang dan sempit 2.Menahan marah

3.Memaafkan 4.Berbuat ihsan

5.Cepat menyadari kesalahan lalu beristigfar

Untuk mereka yang memenuhi lima kriteria diatas, Allah menjanjikan balasan berupa ampunan, selamat dari siksaan, mendapat pahala yang besar dan memperoleh surga yang sangat luas dan menyenangkan. Itu semua adalah sebaik-baiknya balasan dan imbalan Allah terhadap amal yang telah mereka lakukan. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan berdoa hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.

Melalui ketaqwaan, seorang Muslim diharapkan dapat menjalani kehidupan yang penuh makna, berintegritas, dan berorientasi pada ridha Allah. Ketaqwaan mengarahkan seseorang untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia, serta membentuk pribadi yang memiliki akhlak mulia dan mampu mengendalikan diri dari godaan duniawi. Dengan ketaqwaan, kehidupan seseorang akan terarah dan penuh berkah, baik di dunia maupun di akhirat.

(14)

9

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk berbuat baik kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan mengantarkan seseorang kepada derajat takwa.

Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertaqwa.

2.4 Konsep Filsafat Ketuhanan

Filsafat ketuhanan merupakan sebuah pemikiran tentang Tuhan dengan menggunakan akal budi, dengan memakai pendekatan yang disebut filosofis.. Adapun usaha ini bukan usaha untuk menemukan Tuhan secara mutlak, namun usaha untuk mencari kebenaran kebenaran Tuhan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan manusia untuk sampai pada kebenaran Tuhan.

Filsafat ketuhanan dalam Islam, sering disebut sebagai Ilm al-Kalam atau teologi Islam, adalah upaya intelektual untuk memahami dan menjelaskan sifat-sifat Allah, eksistensi-Nya, serta hubungan-Nya dengan alam semesta dan manusia. Filsafat ini menggabungkan prinsip-prinsip keimanan yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadis dengan pendekatan rasional dan filosofis. Berikut adalah beberapa konsep utama dalam filsafat ketuhanan Islam:

1. Tauhid: Konsep Ke-Esa-an Allah

Konsep paling fundamental dalam filsafat ketuhanan Islam adalah “tauhid”, yang menegaskan keesaan Allah. Tauhid berarti bahwa Allah adalah satu, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Ini mencakup:

-Tauhid Rububiyyah: Keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan Penguasa alam semesta.

-Tauhid Uluhiyyah: Keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan segala bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada-Nya.

-Tauhid Asma wa Sifat: Keyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat- sifat yang sempurna dan mulia, yang tidak dapat dibandingkan dengan makhluk mana pun.

(15)

10

Tauhid menjadi landasan utama dari semua ajaran Islam dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, baik dalam konteks ibadah maupun interaksi sosial.

2. Sifat-Sifat Allah

Dalam Islam, Allah digambarkan memiliki sifat-sifat yang sempurna, yang dikenal sebagai Asmaul Husna (nama-nama Allah yang indah). Beberapa sifat utama Allah yang sering dibahas dalam filsafat ketuhanan Islam meliputi:

-Al-Qadir: Maha Kuasa, Allah memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu.

-Al-Alim: Maha Mengetahui, Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

-Al-Adl: Maha Adil, Allah tidak pernah berlaku zalim, dan semua keputusan- Nya didasarkan pada keadilan.

-Al-Rahman dan Al-Rahim: Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sifat ini menekankan kasih sayang Allah yang meliputi segala sesuatu.

Filsuf Muslim telah mengembangkan berbagai argumen untuk memahami bagaimana sifat-sifat ini bekerja tanpa kontradiksi, terutama dalam menghadapi masalah seperti adanya kejahatan dan penderitaan di dunia.

3. Hubungan Allah dengan Alam Semesta

Dalam Islam, Allah tidak hanya dilihat sebagai Pencipta, tetapi juga sebagai Pemelihara yang terus-menerus mengatur dan mengontrol alam semesta. Konsep ini dikenal sebagai *Rububiyyah*, yang menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta bergantung pada kehendak dan kekuasaan Allah.

Selain itu, ada keyakinan bahwa Allah terlibat secara langsung dalam kehidupan manusia dan alam semesta, namun, Allah tetap transenden dan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Pemahaman ini membedakan pandangan Islam dari panteisme, yang menyatakan bahwa Tuhan adalah identik dengan alam semesta.

(16)

11 4. Masalah Kejahatan dan Takdir (Qadar)

Salah satu isu yang dibahas dalam filsafat ketuhanan Islam adalah bagaimana menjelaskan keberadaan kejahatan dan penderitaan di dunia jika Allah adalah Maha Baik dan Maha Kuasa. Ini terkait erat dengan konsep *takdir* (qadar), di mana segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk, diyakini sebagai bagian dari kehendak Allah.

-Takdir dan Kehendak Bebas: Filsuf Muslim telah lama berdebat tentang bagaimana menyeimbangkan antara takdir dan kehendak bebas manusia.

Meskipun segala sesuatu ditakdirkan oleh Allah, manusia tetap memiliki kebebasan untuk memilih perbuatannya, dan karena itu bertanggung jawab atas pilihan-pilihan tersebut.

-Kejahatan sebagai Ujian: Dalam Islam, kejahatan dan penderitaan sering kali dipandang sebagai ujian dari Allah untuk menguji iman dan kesabaran manusia.

Ujian ini bertujuan untuk memperkuat keimanan dan mendekatkan manusia kepada Allah.

5. Iman dan Akal

Islam mengajarkan keseimbangan antara iman (iman) dan akal (aql). Meskipun iman kepada Allah adalah landasan utama dalam agama, akal juga dianggap penting dalam memahami dan mendekati Tuhan. Banyak ulama dan filsuf Muslim, seperti Al- Ghazali dan Ibn Rushd (Averroes), telah membahas hubungan antara iman dan akal, dengan beberapa menekankan bahwa akal harus digunakan untuk memahami wahyu, sementara yang lain menekankan bahwa wahyu harus diterima apa adanya bahkan jika tampak bertentangan dengan akal.

(17)

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan dan gaya hidup. Taqwa adalah perbuatan mematuhi perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah SWT. Korelasi antara keimanan dan ketaqwaan terbagi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Dalam kehidupan modern, Iman dan taqwa memberikan banyak manfaat supaya individu dapat bertahan dan ditunjukan arah di era modern. Filsafat ketuhanan mengkaji eksistensi, sifat, dan hubungan Tuhan dengan alam semesta. Diskusi meliputi argumen pro-kontra keberadaan Tuhan, sifat-sifat ilahi seperti kemahakuasaan dan kemahatahuan, serta interaksi antara iman dan akal.

Tujuannya adalah memahami Tuhan melalui pemikiran rasional dan logis.

3.2 Saran

Sebagai umat muslim dan hamba Allah SWT ada baiknya kita bersungguh sungguh dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat. Mentaati dan mematuhi perintah Allah SWT adalah kewajiban setiap muslim. Seorang muslim yang bertaqwa sebaiknya membersihkan dirinya dengan segala hal yang halal karena takut terperosok kepada hal yang haram. Dalam filsafat ketuhanan, penting untuk mempertimbangkan argumen-argumen tentang eksistensi Tuhan, mengeksplorasi sifat-sifat ilahi, dan memahami bagaimana Tuhan berhubungan dengan alam semesta. Pendekatan kritis dan terbuka terhadap perdebatan ini memungkinkan refleksi lebih mendalam, menjembatani iman dan akal dalam pencarian makna dan kebenaran.

(18)

13

DAFTAR PUSTAKA

Noor, M. (2017). Filsafat Ketuhanan. Jurnal Humaniora Teknologi, 3(1).

Mikdar, D. S., & Pd, M. Tuhan Yang Maha Esa Dan Ketuhanan.

Potabuga, N., & Djafri, N. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM.

Sapardi, S. A. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sodikin, R. A. (2003). Konsep agama dan islam. Al Qalam, 20(97), 1-20.

Subhi, D. (2020). Keimanan dalam Prsefektif Islam.

Surikno, H. (2021). Pendidikan ketakwaan dalam Al-Qur’an. Al-Kahfi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 6(1), 1-24.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, secara filosofis idealnya akal warga dalam Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa secara mutlak melahirkan pemikiran filosofis bahwa syariah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,. :

Bahwa Sri Parwata Raja adalah “prinsip tertinggi, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa”, terbukti dari syair Mpu Prapanca dalam Negara Kertagama bahwa Sri Parwataraja

PUTUSAN Nomor 176/PdLG/2019/MS Lgs DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar'iyah Langsa yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Oleh sebab itu, secara filosofis idealnya akal warga dalam Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa secara mutlak melahirkan pemikiran filosofis bahwa syariah

LGBT berbenturan dengan Pancasila, Pancasila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemerdekaan Beragama bagi Rakyat Indonesia, dan Beramal Sesuai Ajaran Allah swt.” Perintah

Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, menggalang persatuan

Makalah ini membahas konsep ketuhanan dalam agama Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, menyoroti ajaran mendasar tentang sifat-sifat Tuhan dan hubungan-Nya dengan