• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 VI. 9 VII. 12 VIII. 16 IX.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "8 VI. 9 VII. 12 VIII. 16 IX."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I. Pendahuluan ... 1

II. Latar Belakang ... 2

III. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus ... 3

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan ... 4

V. Cara Melaksanakan Kegiatan ... 8

VI. Sasaran ... 9

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 12

VIII.Monitoring Evaluasi ... 16

(3)

I.

Pendahuluan

Pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa dapat dilakukan melalui upaya kesehatan yang komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengembangkan sistem pelayanan kesehatan jiwa yang dapat mendukung upaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan jiwa masyarakat dengan melakukan redefenisi peran dan fungsi seluruh sistem pelayanan kesehatan dengan mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa pada semua level pelayanan yang ada, termasuk melakukan revitalisasi peran dan fungsi Rumah Sakit Jiwa.

Upaya – upaya penanggulangan masalah kesehatan jiwa sudah dilakukan berbagai pihak dengan melibatkan peran serta masyarakat dan kader kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah. Kesehatan jiwa berbasis masyarakat ini didukung pula dengan tersedianya pelayanan kesehatan jiwa dan psikofarmaka di Puskesmas serta dokter umum dan perawat yang telah dibekali dengan keterampilan melakukan deteksi dan penatalaksanaan gangguan jiwa serta memberikan asuhan keperawatan jiwa.

(4)

II.

Latar Belakang

Pembangunan segala bidang di Indonesia telah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandainya dengan menurunnya kejadian berbagai penyakit menular dan peningkatan umur harapan hidup.

Namun keadaan ini juga telah memicu transisi epidemiologi penyakit dengan bertambahnya penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,hipertensi,diabetes melitus,nyeri punggung dan sendi sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja, kecelakaan lalu lintas, penggunaan narkotika,psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta gangguan jiwa.

Kecenderungan perubahan ini juga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup (life style) yang tidak sehat akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi seperti pola makan yang tidak seimbang, kurang gerak, konsumsi tembakau, alkohol dan NAPZA, lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan, serta tingkat stres yang tinggi. Prilaku gaya hidup tidak sehat ini tidak hanya dipraktekkan di kota-kota besar saja tapi juga terjadi di pedesaan.

Masalah kesehatan jiwa sangat berhubungan dengan determinasi sosial ekonomi dan kualitas hidup yaitu tingginya tingkat pengangguran yang akan berdampak pula pada tingginya tingkat kemiskinan. Beberapa gangguan jiwa yang dikaitkan dengan kemiskinan antara lain adalah bunuh diri, penggunaan alkohol, depresi, gangguan penggunaan zat, masalah perkembangan anak dan remaja serta gangguan stres pasca trauma akibat trauma kekerasan dan bencana.

Status kesehatan jiwa selain dipengaruhi oleh kemiskinan, juga oleh kebodohan, ketersediaan sumber daya alam, kualitas lingkungan hidup serta adat, kebiasaan dan budaya. Sehingga semua yang terlibat dalam pembangunan kesehatan jiwa, harus melakukan advokasi yang terus menerus kepada berbagai pihak terkait untuk meningkatkan kapasitas sumber daya potensial, membangun dukungan sosial serta membangaun kemampuan masyarakat dalam upaya mengatasi berbagai penyebab mendasar dari gangguan kesehatan jiwa.

(5)

III.

Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

Tujuan Umum : meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan pengetahuan petugas, penyedia layanan, pendidik, dan penyuluh dalam

memfasilitasi masyarakat agar tahu, mau dan mampu memecahkan masalah di bidang kesehatan jiwa.

2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk dapat melakukan

deteksi dini gangguan jiwa.

3. Meningkatkan keterampilan masyarakat untuk melakukan rujukan ke sarana pelayanan

(6)

IV.

Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Kegiatan Pokok

1. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

Melaksanakan kegiatan pelayanan penyuluhan, menyebarluaskan informasi kesehatan jiwa kepada masyarakat.

2. Assertif Community Treatment (ACT)

Tim ACT merupakan tim multidisiplin dan dikuatkan dengan Tim leader untuk memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap krisis, penanganan dan rehabilitasi untuk seseorang yang mengalami gangguan jiwa di komunitas dan rumah

3. Pelayanan Mobile

Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan instasi lain yang terkait

4. Penanganan Psikososial Pasca Bencana

Adalah pendampingan yg dilakukan kepada penyintas yang mengalami dampak psikososial pasca bencana.

Rincian Kegiatan

1. PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien, keluarga maupun masyarakat yang berada di lokasi Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, agar mereka dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhannya, sehingga mereka dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya-upaya kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Ruang Lingkup

Pelaksanakan promosi kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma dapat dilakukan dalam gedung maupun di luar gedung. Pelaksanaan PKRS didalam gedung, dapat dilakukan diruang pendaftaran/adminsitrasi, di ruang pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, ruang pelayanan penunjang medik seperti pelayanan obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi mental, maupun tempat – tempat yang di anggap strategis untuk melaksanakan promosi kesehatan. sedangkan, pelaksanaan PKRS di luar gedung dapat di lakukan di sekolah-sekolah atau tempat umum berdasarkan kebutuhan pelayananan kesehatan.

Lingkup Kegiatan dalam Promosi kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma antara lain:

(7)

1. Pelayanan konseling antara lain : Konseling narkoba, HIV/AIDS dan Konseling kesehatan jiwa

2. Edukasi dengan mengadakan Penyuluhan Kesehatan baik didalam maupun diluar

gedung dengan mengunakan metode Ceramah, Diskusi. dll

3. pembagian selebaran ( leaflet ), majalah dan pemasangan poster, Spanduk dan media informasi kesehatan lainnya

4. penayangan video yang berkaitan dengan kesehatan jiwa

5. Seminar/Talkshow tentang kesehatan jiwa

6. Memberikan Informasi tentang kesehatan & layanan RSJ Mutiara Sukma.

7. Menyusun materi penyuluhan untuk media tatap muka dalam bentuk konseling

8. Menyusun materi penyuluhan untuk media cetak dalam bentuk leaflet

9. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kelompok dgn demonstratif/praktek

10. Melaksanakan kegiatan penyuluhan individu dgn demonstratif/praktek

11. Memberikan pelayanan konseling kepada masyarakat dengan dasar pendidikan diatas SLTA

12. Advokasi pasien dengan manfaat :

1) Meningkatkan pengertian dan sikap ingin sembuh 2) Memberi pengertian kepada orang sekitarnya/keluarga

3) Memberi pengertian/pengetahuan dan sikap tentang penggunaan fasilitas kesehatan secara tepat dan benar

4) Mengerti dan mendukung dalam upaya perawatan agar keluarga mampu merawat keluarganya dengan benar.

5) Membantu pasien yang sudah sembuh/rehabilitasi untuk meningkatkan

kesehatannya agar bisa berproduktif kembali.

6) Upaya pencegahan penyakit dan perubahan perilaku untuk hidup sehat

7) Senam Kesehatan dengan cara membentuk kelompok senam dll.

Sumber daya

Sumber daya utama dalam kegiatan PKRS di RSJ Mutiara Sukma ini adalah semua petugas kesehatan yang melayani pasien antara lain :

1.

Psikiater, Dokter Umum, Perawat, Psikolog dll.

2.

Tenaga Khusus Promosi Kesehatan

2. ASSERTIF COMMUNITY TREATMENT (ACT)

Assertive Community Treatment (ACT) adalah suatu model yang didesain terdiri dari multidisiplin untuk memberikan pelayanan terdiri dari tim multidisiplin untuk memberikan pelayanan secara komprehensif dengan menggunakan sumber-sumber yang

(8)

tersedia, mengatasi masalah psikososial dan ditujukan untuk mengatasi masalah yang komplek karena lamanya perawatan pasien gangguan jiwa.

Tim ACT merupkan tim multidisiplin dan dikuatkan dengan tim leader untuk memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap krisis, penanganan dan rehabilitasi untuk seseorang yang mengalami gangguan jiwa dikomunitas dan rumah.

Kegiatan

1. Rehabilitasi untuk keterampilan activity daily living/Aktifitas Hidup Sehari-hari:melatih berbelanja dan memasak, menggunakan transportasi, berpakaian, dan membantu berhubungan dengan keluarga dan masyarakat

2. Pelayanan terhadap keluarga: management crisis, konseling dan psikoedukasi dengan keluarga dan keluarga besar.

3. Health Promotion: memberikan pendidikan pencegahan kesehatan, mengatur skrining medis, membuat jadual dan mempertahankan kunjungan, memberikan pelayanan medis akut, memberikan konseling reproduksi dan pendidikan seksual.

4. Support Medikasi: memberikan pendidikan tentang pengobatan, memonitor

komplikasi medikasi dan efek samping, pengobatan lanjutan dan rujukan.

5. Konseling: menggunakan pendekatan yang berorientasi pada masalah,

mengintegrasikan konseling secara berkesinambungan, mengembangkan tujuan bersama dengan semua anggota tim, meningkatkan ketrampilan komunikasi, memberikan konseling sebagai bagian dari pendekatan rehabilitasi.

Bentuk Dan Sasaran Kegiatan Kegiatan yang dilakukan berbentuk: 1. Layanan ACT Statis

1. Bentuk layanan

Bentuk layanan yang dilakukan di Poliklinik ACT di RSJ. Prov. NTB 2. Sasaran layanan ACT Statis;

1. Seseorang/pasien yang dengan frekuensi rawat jalan ke RS tinggi 2. Pasien dan keluarga dengan pemasungan

3. Keterbatasan dalam berfungsi

4. Keterbatasan dalam memenuhi ADL

5. Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam masyarakat.

2. Layanan ACT Mobile:

1. Bentuk layanan

Bentuk layanan dengan melakukan kunjungan pada pasien dan keluarga di rumahnya dan masyarakat.

(9)

Pembentukan Self Help Grup (SHG) atau Kelompok Swabantuadalah kelompok yang dibentuk di masyarakat yang beranggotakan orang-orang yang mengalami masalah yang sama dengan tujuan saling mendukung

2. Sasaran layanan ACT Mobile;

1. Pasien dengan percobaan bunuh diri 2. Pasien dengan krisis

3. Pasien yang mengalami penolakan keluarga dan masyarakat

3. Layanan Hotline:

1. Layanan laporan kasus pemasungan dan krisis yang ada di masyarakat

2. Layanan konsultasi dengan pasien, keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan baik di Puskesmas maupun RSU Kab./Kota dan lintas sektor.

3. Layanan menghubungi keluarga dan petugas puskesmas.

4. Self Helf Group (SHG)

Kelompok swabantu yang ada di masyarakat yang anggotanya dapat terdiri dari pasien,keluarga pasien, atau pemerhati orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dimana kegiatan kelompok ini berkoordinasi dan di pandu dari tim keswamas.

5. Website MAKPASOL (Masyarakat Aktif Klik Pasung On Line)

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma sebagai RSJ Pemerintah Provinsi NTB bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di NTB telah secara aktif melakukan sistem komunikasi yang efektif demi mewujudkan NTB Bebas Pasung 2018. Sistem komunikasi tersebut diwujudkan dalam upaya pelaporan dan pencatatan jumlah tindakan pemasungan di wilayah NTB dengan melibatkan peran serta aktif dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun dari kader kesehatan di masyarakat yang peduli akan kesehatan jiwa. Sistem yang telah berjalan tersebut diwujudkan melalui komunikasi via telepon dan sms di nomor 087865178666, yang kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan langsung ke lokasi tindakan pemasungan. RSJ Mutiara Sukma juga memberikan kemudahan

layanan kesehatan jiwa lainnya bagi masyarakat melalui whatsapp di nomor

087865178666, PIN Blackberry Messenger (BBM) 5AB1B2D7, twitter di alamat

@hotlinersjms dan www.facebook.com/RSJ.Mutiara.SukmaNTB. Upaya berikutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan terapi terhadap ODGJ yang dipasung, melakukan monitoring secara berkala, dan melakukan upaya pemberdayaan terhadap ODGJ pasca pasung agar dapat hidup mandiri dan produktif.

Sistem komunikasi yang telah terbentuk dalam upaya penanggulangan tindakan pemasungan di wilayah NTB mengacu pada Peraturan Gubernur NTB nomor 22 tahun 2013. Peraturan Gubernur NTB tersebut berisi tentang pencegahan pemasungan

(10)

melalui kampanye yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi perubahan perilaku dengan cara komunikasi, informasi, dan edukasi sehingga dapat mendorong dan meningkatkan layanan kesehatan jiwa. Sistem komunikasi yang telah berjalan saat ini dapat ditingkatkan melalui inovasi MAK PASOL dengan sistem pencatatan, pelaporan, dan tindak lanjut berkesinambungan yang lebih baik dalam hal mengatasi kendala biaya, waktu, tenaga, dan geografi.

Inovasi MAK PASOL juga diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mudah diakses seiring dengan perkembangan teknologi internet saat ini.

Manfaat inovasi MAK PASOL lainnya adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat NTB mengenai pemasungan dan gangguan jiwa berat sehingga akan menurunkan angka jumlah ODGJ yang mengalami pemasungan di NTB. Kinerja Pemerintah Provinsi NTB pun juga akan meningkat di bidang kesehatan jiwa apabila inovasi MAK PASOL berjalan dengan baik dan berkesinambungan.

MAK PASOL secara langsung akan menghubungkan komunikasi diantara masyarakat, Puskesmas, Dinas Kesehatan, RSJ Mutiara Sukma, dan Pemerintah Provinsi melalui media internet secara on line dalam upaya pembebasan ODGJ yang mengalami tindakan pemasungan di wilayah NTB. MAK PASOL dapat diakses secara mudah dan langsung di alamat website: rsjmutiarasukma.ntbprov.go.id.

Keluaran yang mendukung keberhasilan MAK PASOL adalah:

1. Meningkatnyaangka temuanODGJ yang mengalami pemasungan di NTB untuk

data dasar (baseline) berdasarkan nama dan alamat (by name by address).

2. Penatalaksanaan/perawatan yang komprehensif terhadap ODGJ yang mengalami pemasungan di NTB.

3. Melakukan monitoring secara berkala terhadap ODGJ pasca pasung yang telah diberikan terapi, termasuk pemberdayaan ODGJ dan keluarga dalam hal kemandirian ekonomi.

4. Mempermudah sistem pelaporan dan koordinasi antara pemangku kepentingan atau lintas sektoral.

Manfaat utama dari inovasi MAK PASOL ialah meningkatnya angka temuan ODGJ yang mengalami pemasungan di NTB untuk data baseline berdasarkan nama dan alamat (by name by address) yang dapat dijadikan acuan untuk tatalaksana selanjutnya. Semakin banyak ODGJ yang terdeteksi mengalami pemasungan di NTB maka semakin cepat ODGJ tersebut mendapatkan terapi dan monitoring yang adekuat sehingga upaya pemberdayaan secara mandiri dalam terwujud. ODGJ pasca pasung yang berdaya dan mandiri akan berproduktif bagi keluarga dan masyarakat sehingga meningkatkan keberhasilan sumber daya manusia di bidang kesehatan jiwa bagi pemerintah daerah provinsi NTB.

(11)

Waktu Pelayanan

Waktu pelayanan yang dilakukan adalah: 1. Layanan ACT Statis

Tiap hari kerja: Senin – Kamis 07.30 – 13.00 Wita

Jumat 08.00 – 10.30 Wita

Sabtu 08.00 – 12.00 Wita

2. Layanan ACT Mobile

Dilaksanakan 10 x di wilayah Pulau Lombok. 3. Layanan Hotline 24 jam sehari

Pelaksana 1. Psikiater

2. Dokter umum

3. Perawat

3. PELAYANAN MOBILE

Pelayanana mobile adalah pelayanan yang dilakukan dengan mendekatkan akses pada sasaran dengan tidak mengurangi mutu layanan.

Terdiri dari: 1. Integrasi

Integrasi adalah program kegiatan pembinaan kesehatan jiwa kepada petugas kesehatan (dokter, perawat, tim kesehatan) yang dilakukan di puskesmas atau di tingkat pelayanan dasar.

2. Mobile Clinic

Mobile Clinic adalah kegiatan layanan pengobatan dan konsultasi tentang masalah kesehatan jiwa yang dilakukan langsung ke masyarakat.

3. Droping Pasien

Dropping (Pemulangan Pasien) adalah layanan pemulangan/pengembalian pasien stabil/kooperatif yang tidak dijemput keluarga setelah dirawat selama 3 bulan atau lebih kepada keluarganya.

4. Home Visite

Kunjungan rumah (home visite) adalah kegiatan layanan kunjungan ke rumah pasien dan keluarganya yang terlantar/terpasung/terisolasi yang pernah/tidak pernah dirawat di RSJ Mutiara Sukma akan tetapi tidak pernah kontrol secara teratur/belum mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa.

4. PENANGGULANGAN PSIKOSOSIAL PASCA BENCANA

Penanganan pasca bencana tidak hanya dititikberatkan pada sektor kesehatan fisik tapi juga aspek psikososial. Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma sebagai salah satu institusi

(12)

pelayanan kesehatan jiwa masyarakat merasa bertanggung jawab untuk memberikan penanganan secara lebih serius dan komprehensif dalam penanganan kasus kasus yang terkait dengan aspek psikososial masyarakat.

Tujuan

1. Melakukan Asesmen psikososial pasca bencana di daerah yang terkena

2. Mengidentifikasi dan Mendeteksi Dini kasus psikososial yang terjadi pasca bencana

3. Memberikan penanganan dampak psikososial pasca bemcana

Strategi

1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan

2. Membentuk Tim kecil penanganan dampak psikososial pasca bencana terdiri dari psikiater, dokter umum, psikolog, perawat spesialis kejiwaan, perawat, dan petugas kesehatan lainnya.

3. Penanganan dampak psikososial pada kelompok masyarakat yang terkena bemcana

dan daerah sekitarnya.

1. Membuat Posko Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Dampak Psikososial

2. Melakukan Asesmen Psikososial

3. Memberikan intervensi psikososial secara berkelompok berdasarkan usia dan kelompok yang rentan

4. Memberikan intervensi psikososial secara individual terhadap korban / penyintas yang berisiko mengalami gangguan yang lebih berat.

Rencana aksi 1. Deteksi dini

Melakukan skrining dengan menggunakan alat kuisioner yang terkait dengan dampak psikososial. Kuisioner tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu untuk anak-anak dan dewasa.

2. Memberikan Intervensi Psikososial yang akan diberikan secara berkelompok berdasarkan kelompok usia yaitu kelompok anak-anak, dewasa, dan lansia. maupun individual terhadap penyintas yang lebih berisiko terhadap gangguan psikologis yang lebih berat. Berikut rincian kegiatan yang akan dilakukan:

1. Kelompok dewasa

Bercakap cakap tentang perasaan, harapan , keinginan, hal positif yang masih bisa disyukuri, latihan relakasi, teknik hipnosis 5 jari

2. Kelompok remaja

Bercakap-cakap tentang cita-cita, harapan, olahraga, musik, bernyanyi, menulis, aktivitas social, latihan relaksasi

3. Kelompok anak

Bermain, menggambar, bernyanyi, bercerita. 4. Kelompok lansia

(13)

Bercakap – cakap tentang perasaan, berikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan di pengungsian, berbagi pengalaman sukses masa lalu, relaksasi. Kelompok lansia merupakan kelompok yang butuh perhatian dan rentan.

Sedangkan intervensi secara individual akan dilakukan dengan pemberian konseling oleh psikolog dan psikiater..

3. Memberikan pengobatan dan perawatan terhadap kelompok yang berisiko

mengalami gangguan yang lebih berat.

Kegiatan ini diberikan kepada korban / penyintas yang mengalami gangguan mental emosional, pasca trauma, maupun individu dengan riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya berdasarkan hasil skrining, anamnesis, dan pemeriksaan psikiatrik.

(14)

V.

Cara Melaksanakan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan di Instalasi Keswamas RSJ Mutiara Sukma menggunakan metode siklus PDSA (Plan, Do, Study and Action). PDSA singkatan bahasa Inggris dari “Plan, Do, Study and Action”, (Rencanakan, Kerjakan, Pelajari, Tindak Lanjuti) adalah suatu proses empat langkah alternatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas untuk lebih menggambarkan hasil rekomendasinya.

(15)

VI.

Sasaran

No Kegiatan Target

1. Promosi Kesehatan Rumah Sakit 100%

2. Assertive Community Treatman (ACT) 100%

3. Layanan Hotlane 100%

4. Self Helf Group (SHG) 100%

5. Websate MAKPASOL(masyarakat aktif klik pasung on line) 100%

6. Integrasi 100%

7. Mobile Clinik 100%

8. Droping 100%

9. Home Visite 100%

(16)

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

NO URAIAN BULAN (2017) KET 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 PKRS - Penyuluhan pendidikan individu - Penyuluhan pendidikan kelompok 2 ACT ( Assertive Community Treatment) 10 x - SHG 2 x - Hotlane - MAKPASOL 3 Pelayanan Mobile - Integrasi 20 x - mobile clinic 20 x - Droping 20 x - Home Visit 20 x 4 Bencana Keterangan : = Jadwal kegiatan = Program = Bila diperlukan

(17)

VIII. Monitoring Evaluasi

1. Dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan secara berkala. a. Harian (laporan dari kegiatan).

b. Bulanan (laporan Kepala Unit Kerja ke Kasi Pelayanan medikdan PMKP)

c. Tahunan (laporan Kepala Unit Kerja ke Kasi Pelayanan medik dan PMKP)

2. Sarana yang dipergunakan dalam monitoring dan evaluasi adalah

a. Laporan langsung ke Kasi Pelayanan Medik / Direktur ( secara teratur dan insidentil ). b. Rapat kerja unit.

c. Rapat kerja bulanan. d. Rapat kerja kepala seksi e. Rapat koordinasi.

f. Monev keswamas

(18)

IX.

Pencatatan dan Pelaporan

1. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Program Kerja Instalasi Keswamas RSJ Mutiara Sukma terdokumentasi melalui hard file dan soft file sesuai kebutuhan. Data hard file dan atau soft file terdokumentasi dan tersimpan di penanggung jawab dokumen keswamas.

2. Masing – masing kegiatan mempunyai dokumentasi dalam bentuk hard file dan soft file sesuai dengan kebutuhan terkait Program Kerja Instalasi Keswamas.

Mataram

Tanggal : 1 Desember 2016 Kepala Instalasi KESWAMAS

Dr. A. A. A. Arimawati Nip:19760124 200501 2 010

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dipandang cukup penting, karena memfokus-kan pada masalah-masalah sosial dan budaya di dalam masyarakat. Nilai-nilai

Peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar/bacaan yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar dengan

Sampah yang ada di Indonesia didominasi oleh sampah organik (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2017), sehingga dengan melakukan pengujian sifat sampah

Jika dilihat secara utuh keberadaannya bersama dengan tanda kehormatan lain, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 DRT Tahun 1959 tentang Ketentuan- Ketentuan Umum

pembatalan Perda Kabupaten Tanah Datar Nomor 24 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pengambilan

Berdasarkan lembar validasi yang telah dinilai oleh dosen ahli menunjukan hasil validasi rubrik penilaian untuk pengembangan keterampilan proses sains siswa

(4) Permohonan keberatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal

Aliran piroklastik adalah aliran dengan densitas yang besar, campuran  panas, fragmen batuan kering dan gas panas yang menjauh dari ventilasi sumber mereka pada kecepatan