• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak SISTEM REALITAS VIRTUAL TERAPI ACROPHOBIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak SISTEM REALITAS VIRTUAL TERAPI ACROPHOBIA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

SISTEM REALITAS VIRTUAL TERAPI ACROPHOBIA 5

Invensi ini berhubungan dengan sistem realitas virtual terapi acrophobia, lebih khusus lagi, invensi ini berhubungan dengan sistem terapi yang memanfaatkan teknologi realitas virtual untuk penderita fobia ketinggian atau acrophobia yang dilakukan dengan menghadapkan penderita acrophobia dengan 10

objek langsung ketakutannya atau fobianya dengan menggunakan cara desentisasi dan menggunakan realitas virtual dibantu dengan kacamata 3D sebagai media tampilan. Dalam sistem realitas virtual terapi acrophobia pada invensi ini dimana sistem operasi android dicirikan dengan minimum spesifikasi 15

android kitkat 4.4. Sistem realitas virtual terapi acrophobia dengan cara desentisasi pada invensi ini melalui aplikasi Android mempunyai menu utama yang terdiri dari menu memulai terapi, menu bantuan, menu tentang dan menu keluar. Dalam invensi ini menu memulai terapi meliputi menu memilih fase 20

yang terdiri dari tampilan fase 1, tampilan fase 2, dan tampilan fase 3.

(2)

Deskripsi

SISTEM REALITAS VIRTUAL TERAPI ACROPHOBIA

Bidang Teknik Invensi 5

Invensi ini berhubungan dengan sistem realitas virtual terapi acrophobia, lebih khusus lagi, invensi ini berhubungan dengan sistem terapi yang memanfaatkan teknologi realitas virtual untuk penderita fobia ketinggian atau acrophobia yang dilakukan dengan menghadapkan penderita acrophobia dengan 10

objek langsung ketakutannya atau fobianya dengan menggunakan cara desentisasi dan menggunakan realitas virtual dibantu dengan kacamata 3D sebagai media tampilan.

Latar Belakang Invensi 15

Dari segi etimologi Acrophobia berasal dari bahasa Yunani ἄκρον, ákron yang berarti puncak dan φόβος, phóbos,yang berarti takut. Acrophobia dianggap sebagai tipe fobia spesifik yang mengacu pada fobia (rasa takut yang ekstrem dan tidak wajar) terhadap objek atau situasi tertentu yaitu ketinggian. 20

Acrophobia bisa berakibat fatal karena penderita akan mendapat serangan panic di ketinggian dan sangat gelisah untuk segera turun ke tempat yang aman.

Rasa takut akan ketinggian memiliki beberapa kriteria sehingga dapat dianggap sebagai fobia. Pertama, rasa takut itu 25

berlebihan dan cenderung tidak realistis. Dengan kata lain, tingkat ketakutan tersebut harus diluar dari proporsi terhadap bahaya sebenarnya. Kedua rasa takut tersebut mengakibatkan stress berlebihan atau gangguan yang signifikan, yang dapat mengganggu ketika bekerja, dalam berhubungan, atau bahkan 30

dalam kehidupan penting lainnya. Rasa hati-hati yang wajar penting ketika berada di ketinggian, tetapi rasa takut yang berlebihan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari misalnya naik tangga atau bekerja di gedung yang tinggi. Pada tahap

(3)

yang lebih lanjut, rasa takut yang berlebihan dapat

mengakibatkan gangguan kesetimbangan tubuh. Sistem

kesetimbangan manusia mengintegrasikan kerja otak, telinga dan isyarat visual untuk memperhitungkan posisi dan gerak. Isyarat visual berkurang dan kesetimbangan jadi lebih buruk termasuk 5

pada manusia normal ketika berada di ketinggian. Tetapi kebanyakan manusia merespon dengan cara lebih mengandalkan system otak dan telinga. Untuk menangani fobia spesifik

semacam acrophobia dibutuhkan teknologi yang dapat

memvisualisasikan lingkungan asli ke dalam dunia virtual salah 10

satunya dengan desentitasi. Desentitasi merupakan suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seseorang dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit dan rangsangan tersebut diberikan terus menerus hingga seseorang tidak takut atau cemas lagi.

15

Invensi teknologi yang berkaitan dengan teknologi sistem terapi realitas virtual juga telah diungkapkan sebagaimana terdapat pada paten Mark Wedho; Kong Lingjun; Bulunda Wedho; Wang Guomei Nomor CN203469194 (U) Tanggal 2014-03-12. dengan judul Acrophobia realitas virtual treatment system dimana 20

diungkapkan sistem terapi realitas virtual untuk acrophobia yang memunculkan skenario dalam bentuk virtual, namun invensi tersebut masih terdapat kekurangan yaitu tanpa adanya cara penggunaan desentisasi, selain itu dalam pengoperasiannya masih menggunakan personal komputer yang tidak fleksibel atau 25

rumit untuk di instalasikan. Demikian juga diungkapkan pada paten dengan nomor CN 109420292A tanggal 29-08-2017 dengan judul “High-altitude training method and system based on virtual reality” dalam paten ini diungkapkan menggunakan aplikasi realitas virtual berbasis komputer, sedangkan dalam 30

invensi ini dibuat berbasis telepon pintar dengan sistem aplikasi berbasis android.

(4)

Selanjutnya Invensi yang diajukan ini dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang dikemukakan diatas dengan cara membuat suatu aplikasi terapi virtual dalam menaklukan fobia akan ketinggian , bukan dalam realita yang nyata tapi terapi tersebut di visualisasikan dari lingkungan virtual dengan 5

memasukan metode desentisasi ke dalam alat terapi, dan sudah dapat berjalan pada perangkat dengan sistem operasi android sehingga lebih fleksibel terutama dalam hal instalasi.

Uraian Singkat Invensi 10

Tujuan utama dari invensi ini adalah untuk mengatasi permasalahan yang telah ada sebelumnya khususnya teknologi sistem terapi bagi penderita ketakutan akan ketinggian, dimana suatu sistem terapi untuk penderita acrophobia sesuai dengan invensi ini terdiri dari beberapa fitur yaitu aplikasi 15

realitas virtual terapi acrophobia yang dioperasikan melalui sistem operasi Android; alat bantu berupa kacamata 3D sebagai media tampilan realitas virtual acrophobia.

Dalam sistem realitas virtual terapi acrophobia pada invensi ini dimana sistem operasi android dicirikan dengan 20

minimum spesifikasi android kitkat 4.4.

Selanjutnya sistem realitas virtual terapi acrophobia dengan cara desentisasi pada invensi ini melalui aplikasi Android mempunyai menu utama yang terdiri dari menu memulai terapi, menu bantuan, menu tentang dan menu keluar.

25

Dalam invensi ini menu memulai terapi meliputi menu memilih fase yang terdiri dari tampilan fase 1, tampilan fase 2, dan tampilan fase 3.

Tujuan lain dari invensi ini adalah dapat digunakan untuk umum sebagai sistem terapi bagi penderita acrophobia dengan 30

teknologi virtual. Tujuan dan manfaat-manfaat yang lain serta pengertian yang lebih lengkap dari invensi berikut ini sebagai perwujudan yang lebih disukai dan akan dijelaskan dengan mengacu pada gambar-gambar yang menyertainya.

(5)

Uraian Singkat Gambar

Gambar 1, adalah gambar alat terapi yang terdiri dari kacamata 3D dan telepon pintar dengan sistem operasi Android.

Gambar 2, adalah gambar pandangan perspektif berbentuk 5

struktur navigasi dari aplikasi alat terapi bagi penderita ketakutan akan ketinggian sesuai dengan invensi ini.

Gambar 3, adalah gambar tampilan awal menu utama aplikasi.

Gambar 4, adalah gambar tampilan bantuan aplikasi. 10

Gambar 5, adalah gambar tampilan tentang aplikasi.

Gambar 6, adalah gambar menu pilihan fase yang tersedia. Gambar 7, adalah gambar fase pertama dalam proses terapi. Gambar 8, adalah gambar fase kedua dalam proses terapi. Gambar 9, adalah gambar fase ketiga dalam proses terapi. 15

Gambar 10, adalah gambar tampilan halaman resume aplikasi yang terdiri dari dua pilihan yaitu resume dan menu.

Uraian Lengkap Invensi

Invensi ini secara lengkap diuraikan dengan mengacu 20

kepada gambar-gambar yang menyertainya.

Mengacu pada Gambar 1 yang merupakan tampilan dari sistem realitas virtual terapi acrophobia yang terdiri dari aplikasi realitas virtual terapi acrophobia yang dioperasikan melalui sistem operasi Android dengan alat bantu berupa kacamata 3D 25

sebagai media tampilan realitas virtual acrophobia.

Mengacu pada Gambar 2, yang memperlihatkan blok diagram secara lengkap sistem realitas virtual terapi acrophobia yang menggunakan aplikasi berbasis android, yang diaplikasikan untuk penderita fobia ketinggian dalam bentuk struktur 30

navigasi, yang terdiri dari satu menu utama dengan empat pilihan menu yang dapat dipilih, yaitu memulai terapi, bantuan, tentang, dan keluar, pada pilihan memulai terapi apabila dipilih akan menuju halaman memilih skenario fase-fase

(6)

terapi dari satu sampai tiga, pada pilihan tentang dan bantuan yang apabila dipilih akan menuju halaman tentang, begitu juga halaman bantuan penggunaan aplikasi, untuk pilihan keluar dipilih apabila user akan keluar dari aplikasi.

Mengacu pada Gambar 3, merupakan tampilan menu utama 5

ketika pengguna akan memulai berinteraksi dengan aplikasi yang terdapat judul dan menu-menu pilihan yang dapat dipilih pengguna.

Mengacu pada Gambar 4, merupakan tampilan menu bantuan ketika pada menu utama pengguna memilih tombol bantuan, pada 10

tampilan bantuan berisi informasi mengenai bagaimana pengguna dapat menggunakan aplikasi ini.

Mengacu pada Gambar 5, merupakan tampilan menu tentang yang berisi tentang aplikasi alat terapi acrophobia, informasi

yang dijelaskan mengenai spesifikasi perangkat untuk

15

penggunaan aplikasi dan seputar aplikasi alat terapi itu sendiri.

Mengacu pada Gambar 6, merupakan tampilan menu memilih fase setelah pengguna memilih tombol memulai terapi ketika dihalaman menu utama, yang mana pada tampilan ini berisi fase-20

fase yang dapat dipilih oleh pengguna, fase dimulai dari fase satu, kemudian fase dua, dan terakhir adalah fase ketiga, dan

terdapat pula tombol kembali untuk kembali kehalaman

sebelumnya.

Mengacu pada gambar 7, merupakan tampilan fase 1 dari 3 25

skenario yang harus dijalani seorang penderita acrophobia, yang mana pada fase 1 ini skenario yang harus dijalani adalah berjalan di kompleks perkotaan Gedung-gedung tinggi.

Mengacu pada gambar 8, merupakan tampilan fase 2 yaitu fase setelah apabila penderita acrophobia menjalani fase 1. 30

Pada fase ini yang harus dilalui adalah penderita nantinya akan menaiki sejumlah tangga untuk mencapai puncak, dengan situasi melewati jurang disisi-sisi tangga.

(7)

Mengacu pada gambar 9, merupakan tampilan dari fase terakhir yaitu fase 3, pada fase ini penderita harus melalui jembatan dari sisi Gedung satu ke Gedung dua.

Mengacu pada gambar 10, merupakan tampilan pada setiap fase, mulai dari fase 1, fase 2, dan fase 3 terdapat pilihan 5

resume dan menu, yang jika pengguna akan kembali ke halaman menu atau melanjutkan terapi.

Dari uraian diatas jelas bahwa hasil dari invensi ini dapat memberi manfaat bagi penderita acrophobia dan juga psikolog dalam menangani kasus fobia akan ketinggian karena 10

secara praktis dan efisien mampu mengurangi fobia bagi penderita dan juga membantu psikolog dalam menangani kasus acrophobia dan invensi ini benar-benar menyajikan suatu penyempurnaan yang sangat praktis khususnya pada alat terapi bagi penderita fobia akan ketinggian yaitu acrophobia.

15

Selanjutnya untuk lebih memperjelas lingkup invensi dimana tertuang dalam klaim berikut ini.

(8)

Klaim :

1. Sistem realitas virtual terapi acrophobia yang terdiri dari:

- aplikasi realitas virtual terapi acrophobia yang 5

dioperasikan melalui sistem operasi Android;

- alat bantu berupa kacamata 3D sebagai media tampilan realitas virtual acrophobia;

2. Sistem realitas virtual terapi acrophobia pada klaim 10

1, dimana sistem operasi android dicirikan dengan minimum spesifikasi android kitkat 4.4.

3. Sistem realitas virtual terapi acrophobia pada klaim 1, dimana aplikasi Android mempunyai menu utama yang terdiri 15

dari menu memulai terapi, menu bantuan, menu tentang dan menu keluar.

4. Sistem realitas virtual terapi acrophobia pada klaim 1, dimana menu memulai terapi meliputi menu memilih fase yang 20

terdiri dari tampilan fase 1, tampilan fase 2, dan tampilan fase 3.

25

(9)

Abstrak

SISTEM REALITAS VIRTUAL TERAPI ACROPHOBIA

Invensi ini berhubungan dengan sistem realitas virtual 5

terapi acrophobia, lebih khusus lagi, invensi ini berhubungan dengan sistem terapi yang memanfaatkan teknologi realitas virtual untuk penderita fobia ketinggian atau acrophobia yang dilakukan dengan menghadapkan penderita acrophobia dengan objek langsung ketakutannya atau fobianya dengan menggunakan 10

cara desentisasi dan menggunakan realitas virtual dibantu dengan kacamata 3D sebagai media tampilan. Dalam sistem realitas virtual terapi acrophobia pada invensi ini dimana sistem operasi android dicirikan dengan minimum spesifikasi android kitkat 4.4. Sistem realitas virtual terapi acrophobia 15

dengan cara desentisasi pada invensi ini melalui aplikasi Android mempunyai menu utama yang terdiri dari menu memulai terapi, menu bantuan, menu tentang dan menu keluar. Dalam invensi ini menu memulai terapi meliputi menu memilih fase yang terdiri dari tampilan fase 1, tampilan fase 2, dan 20

(10)

Klaim :

1. Sistem realitas virtual terapi acrophobia yang terdiri dari:

- aplikasi realitas virtual terapi acrophobia yang 5

dioperasikan melalui sistem operasi Android;

- alat bantu berupa kacamata 3D sebagai media tampilan realitas virtual acrophobia;

2. Sistem realitas virtual terapi acrophobia pada klaim 10

1, dimana sistem operasi android dicirikan dengan minimum spesifikasi android kitkat 4.4.

3. Sistem realitas virtual terapi acrophobia pada klaim 1, dimana aplikasi Android mempunyai menu utama yang terdiri 15

dari menu memulai terapi, menu bantuan, menu tentang dan menu keluar.

4. Sistem realitas virtual terapi acrophobia pada klaim 1, dimana menu memulai terapi meliputi menu memilih fase yang 20

terdiri dari tampilan fase 1, tampilan fase 2, dan tampilan fase 3.

25

(11)
(12)

GAMBAR 4

(13)

GAMBAR 6

GAMBAR 7

(14)

GAMBAR 9

Gambar

Gambar  1,  adalah  gambar  alat  terapi  yang  terdiri  dari  kacamata 3D dan telepon pintar dengan sistem operasi Android

Referensi

Dokumen terkait

Secara kualitatif terdapat perbedaan an- tara model pembelajaran tematik terpadu bila di- bandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu

Kinerja dari ESI khususnya ESI-Aspartat tipe kawat terlapis berbasis polipirol dapat dilihat dari harga faktor Nernst, konsentrasi pengukuran yang mengikuti persamaan Nernst

Teknik naratif dan penerbitan yang digunakan dalam filem dokumentari ini telah berjaya membawa pendekatan `Aristotle’s Golden Mean’ dalam membawa persamaan interpretasi dan

Dari 75 data yang diperoleh pola kalimat bahasa indonesia sebnyak 72 data yang bisa dianalisis Murid Taman Kanak- kanak (TK) Kalfary Kabupaten Kepulauan Mentawai

Berdasarkan hasil uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) yang dilakukan, menunjukan bahwa kadar protein bekasam ikan seluang pada perlakuan tanpa penambahan starter berbeda

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mengambil tempat penelitian di daerah Tingkat I di Sumatera Utara, ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

karena kita membeli atau membuat bahan – bahan/barang – barang dalam jumlah lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian

Untuk melakukan pengujian apakah ada pengaruh perbedaan tingkat pendidikan responden terhadap hasil jawaban yang diberikan atas variabel penelitian, dapat