• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

21 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and development) dengan memenuhi syarat instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel. Gall, Gall, dan Borg (2009: 569) mendefinisikan penelitian pengembangan (R&D) dalam bidang pendidikan sebagai model penelitian pengembangan yang mengadaptasi pengembangan produk industri. Temuan penelitian digunakan untuk merancang produk dan prosedur terbaru, yang kemudian secara sistematis diuji, dievaluasi, dan disempurnakan sampai hasilnya dapat memenuhi kriteria, misalnya ditinjau dari kevalidan dan keefektifannya. Kevalidan pada dasarnya melihat kesahihan produk. Keefektifan pada dasarnya melihat apakah melihat apakah pengembangan produk dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yang valid, praktis, dan efektif serta memenuhi kriteria instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel.

Senada dengan pengertian di atas, Borg dan Gall (1983: 772) melihat penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang digunakan dalam dunia pendidikan. Istilah Product dijelaskan oleh Borg dan Gall (1983:

772) merujuk tidak hanya pada objek material, seperti buku teks, film pembelajaran, dan lain-lain, tetapi juga prosedur dan proses, seperti metode pembelajaran atau metode untuk mengorganisasi pembelajaran. Produk dalam penelitian ini adalah berupa instrumen penilaian koneksi matematis.

B. Prosedur Penelitian

Thiagarajan, dkk dalam Budiyono (2017: 172) langkah-langkah pengembangan instrumen ini mengacu pada model pengembangan dari Thiagarajan yang dipadukan dengan Borg & Gall yaitu model pengembangan Four-D Model (Model 4-D).

(2)

Adapun langkah-langkah research and development pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Bagan aliran proses penelitian pengembangan pada penelitian ini

(3)

1. Tahap I Define (Pendefinisian)

Sama halnya dengan penelitian jenis lain, penelitian pengembangan jiga memiliki pemicu permasalahan. Berdasarkan pemicu inilah peneliti menganalisis lapangan untuk mendapatkan informasi mengenai hal yang sedang terjadi pada pembelajaran di sekolah, selanjutnya dianalisis untuk menentukan tujuan tes. Saat menentukan tujuan tes permasalahan di sekolah menjadi dasar penelitian. Tujuan pembuatan instrumen ini adalah untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Tujuan yang sudah ditentukan diarahkan pada materi yang digunakan peneliti. Pada penelitian ini dipilih materi tentang aljabar, geometri, statistik dan peluang karena sebagian besar siswa merasa sukar dalam mempelajari materi tersebut.

2. Tahap II Design (Perencanaan) a. Merumuskan Tujuan Instrumen

Hasil yang diperoleh dari tahap pendefinisian selanjutnya dianalisis untuk menentukan tujuan tes. Permasalahan di lapangan merupakan hal yang penting untuk merumuskan tujuan tes. Tujuan pengembangan produk instrumen ini adah untuk mendapatkan instrumen yang reliabel dan valid dalam mengukur kemampuan koneksi matematis siswa.

b. Identifikasi Materi

Penelitian dilakukan dengan analisis awal untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa SMP Batik Surakarta. Terdapat 4 bidang materi yang diujikan dalam pre-test, yaitu bidang materi aljabar, bilangan, geometri, dan statistika dan peluang. Dipilih tiga bidang materi yang memiliki persentase paling rendah, yaitu aljabar, geometri, dan statistika dan peluang sebagai bidang materi yang dikembangkan sebagai instrumen penilaian kemampuan koneksi matematis siswa.

(4)

c. Membuat Kisi-kisi Soal

Materi yang telah ditentukan sangat membantu penyusunan kisi- kisi. Penyusunan kisi-kisi ini dibantu oleh guru matematika di sekolah.

Hal ini dilakukan agar materi yang dikembangkan sesuai dengan pembelajaran sehari-hari.

3. Tahap III Develop (Pengembangan) a. Validasi ahli

Setelah instrumen penelitian dilengkapi dari bagian pendahuluan dan penutup, instrumen kemampuan koneksi matematis dinilai kelayakannya melalui validasi isi. Tujuan dari validasi isi adalah untuk mendapatkan rancangan produk terbaik sebelum diproduksi dan diujicobakan. Penilaian/validasi dilakukan terhadap draf-I yang dihasikan pada tahap penyusunan instrumen. Penilaian dilakukan oleh para ahli, yaitu: ahli materi, ahli bahasa, dan ahli penilaian. ahli materi dipilih dua guru dan satu dosen, yaitu Kaspun Anwar M.Pd. merupakan guru matematika SMPN 1 Tembilahan Kota, Juni M.Pd.i merupakan guru matematika MTs N 2 Tembilahan Kota, dan Ikhsan Dwi Setyono, M.Pd. merupakan dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ahli bahasa dipilih tiga dosen pendidikan bahasa Indonesia, yaitu Sudaryanto, M.Pd. merupakan dosen Universitas Ahmad Dahlan, Sugeng Supriyono, S.S., M.Pd.

merupakan dosen Universitas Respati dan Juni Mahsusi, M.Hum.

merupakan dosen Universitas Islam Indragiri. Ahli penilaian dipilih tiga dosen di program pendidikan matematika yaitu Adi Nur Cahyo, M.Pd. merupakan dosen Universitas Muhammadiyah Sukarta.

Validasi ahli telah dilakukan selanjutnya penelitian direvisi Draf-I berdasarkan masukan yang diberikan oleh para ahli. Hasil dari revisi ini berupa Draf-II. Kegiatan ini terdiri dari tahapan sebagai berikut:

1) Menjelaskan kepada para ahli tentang pengembangan instrumen penelitian.

2) Memberikan Draf-I kepada para ahli.

(5)

3) Memberikan lembar validasi tentang tanggapan ahli terhadap produk yang dikembangkan dan menganalisis informasi yang diperoleh.

4) Meminta ahli untuk menilai validasi butir berupa kesesuaian antara butir dengan indikator.

5) Melakukan revisi terhadap produk atas dasar data yang diperoleh.

Validitas isi merupakan validatas yang mengestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement (Azwar, 2015: 42). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Retnawati (2016: 17) yang menjelaskan bahwa validitas isi ditentukan berdasarkan kesepakatan ahli. Pada validitas isi, instrumen divalidasi oleh ahli yaitu dosen dan guru. Data penilaian ahli terhadap soal dianalisis sampai tercapainya kelayakan instrumen menurut para ahli.

Proses validasi berupa pemberian penilaian secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, berupa pemberian skor 1 sampai 5 terkait dengan indikator sedangkan secara kualitatif berupa masukan dan saran terhadap instrumen. Penilaian yang diberikan oleh ahli kemudian dihitung menggunakan indeks validitas Aiken. Budiyono (2019: 72) indeks Aiken dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

= indeks validitas butir = jumlah validator

= angka yang diberikan oleh seorang ahli = angka penilaian validitas terendah (1) = angka penilaian validitas tertinggi (5)

Apabila semakin tinggi indeks yaitu antara rentang 0 sampai 1 mendekati angka 1, maka kevaliditan item atau butir

(6)

semakin tinggi. Indeks akan semakin rendah apabila mendekati 0 atau sama dengan 0 (Aiken, 1980: 956). Azwar (2014: 143) menyatakan bahwa besarnya koefisien validitas yang layak digunakan adalah lebih besar atau sama dengan 0,3. Pendapat lain menyatakan besarnya koefisien validitas yang dapat diterima dan dianggap sudah layak adalah lebih dari sama dengan 0,4 (Retnawari, 2016: 19).

b. Uji coba satu-satu

Uji coba satu-satu dilakukan setelah instrumen penilaian mendapatkan predikat valid dan dapat digunakan, instrumen penilaian kemudian di uji coba satu-satu. Tujuan uji coba satu-satu adalah untuk memperoleh bukti-bukti empirik tentang kelayakan produk terbatas. Pada uji coba data yang dihasilkan penilaian siswa dan guru terhadap keterbacaan soal instrumen, yaitu struktur kalimat, penyusunan teks/gambar, dan ilustrasi soal. Hal ini dilakukan pada sembilan siswa yang sudah dikelompokkan dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi serta tiga guru matematika di kelas VIII SMP batik Surakarta. Berikut tahap-tahap uji coba satu-satu sebagai berikut.

1) Penjelasan kepada siswa tentang produk instrumen penilaian kemampuan yang dikembangkan, diusahakan agar siswa bebas mengemukakan pendapat tentang instrumen yang dikembangkan.

2) Membagikan instrumen kepada siswa dan meminta siswa untuk membaca instrumen, serta mencatat bagian instrumen yang sulit dipahami.

3) Diberikan lembar kuisioner tentang tanggapan siswa terhadap instrumen yang dikembangkan dan menganalisis informasi yang diperoleh.

4) Dilakukan revisi produk atas informasi yang diperoleh.

Setelah dilakukan uji coba satu-satu, didapat data penilaian/tanggapan siswa terhadap instrumen kemampuan koneksi matematis. Data penilaian/tanggapan siswa terhadap soal pada uji coba satu-satu dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(7)

1) Menghitung persentase jawaban siswa.

2) Jika perhitungan menunjukkan hasil yang kurang baik maka dilakukan revisi terhadap perangkat yang dikembangkan.

Data hasil penilaian siswa dan guru terhadap aspek keterbacaan soal instrumen selanjutnya dihitung untuk mengetahui persentase yang dihasilkan dari instrumen penilaian kemampuan koneksi matematis.

Nofiana (2016) perhitungan persentase untuk masing-masing aspek dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

= persentase kelayakan aspek = skor hasil pengumpulan data

= skor maksimal (skor kriteria tertinggi × jumlah aspek × jumlah validator)

Hasil persentase yang telah diperoleh dari penilaian keterbacaan soal instrumen oleh siswa dan guru kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian kemampuan koneksi matematis. Berikut adalah kriteria interprestasi skor keterbacaan soal instrumen

Tabel 3.1 Kriteria interpretasi skor keterbacaan soal instrumen

Interval Kriteria Kriteria Konversi

86% ≤ N ≤ 100% Sangat Baik A

72% ≤ N ≤ 85% Baik B

58% ≤ N ≤ 71% Cukup C

44% ≤ N ≤ 57% Kurang D

N ≤ 44% Sangat Kurang E

(Nofiana, 2016)

c. Uji coba utama

Uji coba utama dilakukan oleh 190 siswa kelas VIII SMP Batik Surakarta. Uji coba utama bertujuan untuk menentukan instrumen kemampuan koneksi matematis yang dihasilkan memiliki kelayakan soal

(8)

yang baik atau tidak. Berdasarkan uji coba utama, soal diketahui kelayakannya berdasarkan validasi konstruk, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda soal, dan uji coba skala luas.

1) Validasi Konstruk

Validitas yang digunakan dalam validitas konstruk adalah validitas faktorial melalui analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu istilah yang menyatakan sejumlah besar prosedur matematik untuk melakukan analisis mengenai interrelasi antara sejumlah variabel dan sedikit interrelasi tersebut dalam sejumlah variabel yang lebih sedikit (Budiyono, 2019: 88). Pada analisis ini dapat diketahui butir soal yang sesuai dengan kemampuan koneksi matematis yang diukur. Jika ada yang tidak sesuai dengan kriteria instrumen maka butir soal tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur.

Validitas konstruk pada penelitian ini dianalisis dengan analisis faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori digunakan untuk melihat apakah model memiliki kecocokan yang baik atau belum. Berdasarkan kajian teori, kemampuan koneksi matematis terbagi ke dalam tiga indikator yaitu koneksi antar konsep matematika (A), koneksi antara matematika dan bidang lain (B), dan koneksi antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (C). Masing-masing indikator dijabarkan menjadi butir instrumen. Indikator A diukur oleh butir A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Indikator B diukur oleh butir A3, A4, B3, B4, C3, dan C4. Indikator C diukur oleh butir A5, A6, B5, B6, C5, dan C6. Lisrel digunakan untuk menghasilkan parameter kecocokan model guna menentukan instrumen telah memenuhi validasi konstruk atau belum. Indeks kecocokan model yang dapat digunakan untuk menentukan validasi konstruk adalah Chi-kuadrat, RMSEA, dan factor loading. Chi-kuadrat digunakan untuk menunjukkan fit atau tidaknya (cocok atau tidaknya) model dengan data di lapangan.

RMSEA digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai parameter model terhadap data empiriknya. factor loading digunakan untuk

(9)

masing-masing indikator, jika factor loading kurang dari 0,30 maka indikator harus dibuang atau dilakukan modifikasi dan diuji kembali.

Parameter kecocokan model menurut Budiyono (2019: 93) disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Parameter kecocokan model

No Indeks Kecocokan Model Cut Off Value

1 Chi-Kuadrat P value ≥ 0,05

2 Root Mean Square Error of Approximation (RSMEA)

RSMEA ≤ 0,08

3 Goodness of Fit Indeks (GFI) GFI ≥ 0,90

4 Adjusted Goodness Fit of Indeks (AGFI) AGRI ≥ 0,90

5 Factor Loading Factor Loading ≥ 0,30

dan tobs > 1,96

Pada uji validitas konstruk, peneliti berharap dapat membuktikan bahwa model fit dengan data di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aplikasi Lisrel model fit dengan data di lapangan dapat dilihat dari perolehan nilai Chi-Kuadrat. Budiyono (2019: 93) model fit dengan data empirik atau instrumen memenuhi validitas konstruk jika Oleh karena itu, diperlukan ukuran- ukuran lain menunjukkan model fit dengan data empirik, seperti Root Mean Square Error of Approximation (RSMEA). Selain Chi-kuadrat dan RSMEA, lisrel juga mengeluarkan factor loading untuk masing- masing indikator yang bersesuai. Jika factor loading kurang dari 0,30 maka indikator yang bersesuaian harus dihilangkan atau dilakukan modifikasi dan diuji lagi.

2) Reliabilitas

Pada suatu instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data, reliabilitas skor hasil tes merupakan informasi yang diperlukan dalam pengembangan. Reliabilitas dapat disebut sebagai taraf kepercayaan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai reliabiltas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2014: 127).

Dengan kata lain, prestasi atau kemampuan seorang siswa dikatakan

(10)

reliabel jika melakukan pengukuran dan hasil pengukuran sama dengan informasinya, walaupun penguji berbeda kolektornya berbeda atau butir soal yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama.

Allen & Yen (1979) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor sebenarnya. Selanjutnya dikatakan bahwa reliabelitas merupakan koefisien korelasi antara dua skor amatan yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan demikian, pengertian yang dapat diperoleh dari pernyataan tersebut adalah suatu tes itu reliabel jika hasil pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.

Reliabilitas adalah tingkat ketepatan keajegan atau kemantapan (Suwanto, 2013). Penentuan reliabitas soal juga dapat menggunakan rumus Alpha Conbrach. Budiyono (2017: 81) instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya sama atau lebih dari 0,70. Rumus Alpha Conbrach yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

(

) ( ∑ ) Keterangan:

: Koefisien reliabilitas instrument : Banyaknya butir instrument

: Variansi butir ke-i, dengan i = 1, 2, 3, …, k ( ) : Variansi skor total (skor peserta)

(Budiyono, 2018:55) 3) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu butir soal dikaitkan dengan seberapa banyak siswa yang menjawab benar butir soal tersebut. Tingkat kesukaran item tes dapat menunjukan tingkat mutu suatu item tes. Item tes dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik apabila butir- butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah,

(11)

dengan kata lain tingkat kesukaran suatu item harus baik. Besar tingkat kesukaran butir soal berada antara 0,00 sampai 1,00. Tingkat kesukaran suatu instrumen dilambangkan dengan “P”. pemilihan tingkat kesukaran tergantung kepada jenis butir soal yang digunakan. Budiyono (2017: 86) butir soal uraian dikatakan mempunyai tingkat kesukaran baik jika . Berikut merupakan rumus tingkat kesukaran untuk tes uraian.

̅

Keterangan:

: Indeks tingkat kesukaran

̅ : Rerata untuk skor butir

: Skor maksimum untuk butir tersebut

(Budiyono, 2017: 86) 4) Daya Pembeda

Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Besar daya pembeda butir soal berada antara -1,00 sampai 1,00. Butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika . Daya pembeda semakin mendekati 1, maka semakin baik daya pembeda butir tersebut (Budiyono, 2017: 84). Adapun rumus indeks daya pembeda tes uraian sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan:

: Indeks daya pembeda

: Skor butir yang dicari indeks daya pembedanya : Skor total

: Banyaknya peserta uji coba

(Budiyono, 2017: 85)

(12)

5) Uji Coba Skala Luas

Pengujian instrumen dilakukan pada siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Batik Surakarta yang berjumlah 172 siswa. Subjek dari uji instrumen adalah siswa yang belum terlibat di uji coba satu- satu maupun uji coba utama. Hasil pekerjaan siswa selanjutnya dianalisis untuk menggambarkan kemampuan koneksi matematis siswa. Tujuan dari uji coba skala luas adalah untuk menilai kelayakan dalam praktik dan menentukan apakah produk siap digunakan di sekolah. Uji coba skala luas melalui tahapan sebagai berikut.

a) Menjelaskan kepada guru dan siswa tentang produk instrumen penilaian kemampuan koneksi matematis yang dikembangkan, mengusahakan agar siswa bersifat rileks dan bebas mengemukakan pendapat mengenai soal yang sedang dikembangkan.

b) Membagi soal kepada siswa dan meminta siswa untuk membaca dan mengerjakan soal, mencatat waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengerjakan soal, serta mencatat bagian-bagian soal yang sulit dipahami.

c) Memberikan lembar kuisioner tentang tanggapan siswa terhadap soal yang dikembangkan dan menganilisis informasi yang diperoleh.

Setelah dilakukan uji coba skala luas di sekolah, peneliti mendapatkan data berupa jawaban siswa terhadap soal instrumen kemampuan koneksi matematis. Data jawaban siswa ini selanjutnya diberi skor sesuai indikator

kemampuan koneksi matematis yang telah dicapai siswa. hasil dari pengujian siswa terhadap tahapan ini selanjutnya dinilai dengan kriteria skor kemampuan koneksi matematis yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Tabel 3.3 berikut merupakan kriteria skor kemampuan koneksi matematis siswa menurut Sari (2020).

(13)

Tabel 3.3 Kriteria pemberian skor kemampuan koneksi matematis Siswa

No Indikator Deskripsi Skor

1

Menghubungkan antar konsep

matematika

Siswa tidak mengerjakan 0

Siswa dapat menghubungkan antar konsep tetapi cara dan hasilnya belum benar

1

Siswa dapat menghubungkan antar konsep tetapi cara belum benar dan hasilnya benar

2

Siswa dapat menghubungkan antar konsep dengan cara yang benar tetapi hasilnya salah

3

Siswa dapat menghubungkan antar konsep dengan cara yang benar dan hasilnya benar

4

2

Menghubungkan matematika dengan

bidang lain

Siswa tidak mengerjakan 0

Siswa dapat menghubungkan antar konsep tetapi cara dan hasilnya belum benar

1

Siswa dapat menghubungkan antar konsep tetapi cara belum benar dan hasilnya benar

2

Siswa dapat menghubungkan antar konsep dengan cara yang benar tetapi hasilnya salah

3

Siswa dapat menghubungkan antar konsep dengan cara yang benar dan hasilnya benar

4

3

Menghubungkan matematika dengan

kehidupan sehari- hari

Siswa tidak mengerjakan 0

Siswa dapat menghubungkan antar konsep tetapi cara dan hasilnya belum benar

1

Siswa dapat menghubungkan antar konsep tetapi cara belum benar dan hasilnya benar

2

Siswa dapat menghubungkan antar konsep dengan cara yang benar tetapi hasilnya salah

3

Siswa dapat menghubungkan antar konsep dengan cara yang benar dan hasilnya benar

4

Skor hasil kemampuan koneksi matematis selanjutnya diinterprestasikan ke dalam kategori kemampuan koneksi matematis tinggi, sedang, dan rendah. Interpretasi skor kemampuan koneksi matematis selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kategori

(14)

kemampuan koneksi matematis tinggi, sedang, rendah. Interpretasi skor yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi skor kemampuan koneksi matematis

Skor (X) Kelompok

Tinggi

Sedang

Rendah

(Budiyono, 2018:13) 4. Tahap IV Desiminate (Pendesiminasian)

Diseminasi hasil penelitian adalah salah satu bentuk kegiatan pertanggungjawaban akademik yang dilakukan oleh setiap peneliti untuk kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Diseminasi hasil penelitian bertujuan untuk menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap stakeholder dan masyarakat luas.

Pada tahap ini dilakukan dengan cara mempresentasikan hasil produk yang dikembangkan dan penyebaran hasil produk melalui publikasi ilmiah di forum publikasi ilmiah baik nasional maupun internasional.

Gambar

Gambar  3.1  Bagan  aliran  proses  penelitian  pengembangan  pada  penelitian  ini

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tingkat nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery di

ABSTRAK: PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI SOSIALISASI PENCEGAHAN HIV/AIDS DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN

lebih baik, jika dilihat dari debt ratio semakin kecil risiko pemberian pinjaman tetapi dilihat dari the debt equty ratio semakin besar resiko pemilik modal,

Peranan tenaga kerja bagi perusahaan sangatlah penting, sehingga perusahaan berusaha untuk mempertahankan dan menjaga agar karyawan betah bekerja di perusahaan tersebut, dan

Dikuasakan kepada Menteri atau Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran atau Pengguna Barang Kementerian Negara/ Lembaga yang dipimpinnya;.. Diserahkan kepada Gubernur/

Penanggung dengan ini setuju dengan Tertanggung bahwa jika setiap saat selama jangka waktu jaminan butir-butir atau bagian dari padanya yang tercantum dalam Ikhtisar menderita

Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberian layanan konseling perorangan kurang efektif untuk meningkatkan minat siswa (persentase nilai angket minat siswa yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari proses uji karakteristik diperoleb taOOI data tegangan dan ketidakpastian auto channel adaptor universal model SYK-500 pada posisi polaritas positip