• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Dari 57 juta kematian pada tahun 2008, 63% (36 juta kematian) disebabkan oleh NCD, terutama penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian), kanker (7,6 juta kematian), penyakit paru kronis (4,2 juta kematian) dan diabetes (1,3 juta kematian) (WHO, 2010).

Kanker masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi sebagian orang karena tingginya angka kematian akibat kanker. Di Amerika, kanker menjadi penyebab kematian nomer dua (Diananda, 2008). Angka kejadian tumor di Indonesia pun mengalami kenaikan peringkat pada pola penyakit penyebab kematian umum didukung angka kejadian neoplasma pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 menempati urutan ke-10, pada SKRT 1995 menempati urutan ke-9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5.

Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan gambaran

(2)

sebanyak 12% dari seluruh kematian di dunia disebabkan penyakit kanker (Profil Kesehatan Indonesia, 2005).

Terdapat 14,1 juta kasus kanker baru dan 8,2 juta kasus kematian akibat kanker dan 32,6 juta jiwa hidup dengan kanker (dalam 5 tahun diagnosis) di seluruh dunia pada 2012 (globocan, 2012). Badan Kesehatan dunia juga menyebutkan bahwa paru-paru, hati, lambung, kolorektal, dan payudara menjadi penyebab terbanyak kematian akibat kanker setiap tahunnya (World Health Organization, 2014). Kematian yang disebabkan kanker diperkirakan akan terus meningkat sampai tahun 2030 hingga mencapai 11 juta kematian (Union for International Cancer Control, 2009).

Di antara penyakit kanker yang ada, kanker paru memliki prevalensi tertinggi di dunia dengan capaian 18

% dari total kanker (World Health Organization, 2008).

Pada tahun 2010, insiden kanker paru menduduki peringkat ke-3 dari kanker di dunia serta memiliki angka mortalitas tertinggi di antara seluruh kejadian kanker di dunia. Selain itu, kanker paru mempunyai tingkat insidensi dan mortalitas tertinggi pada pria dan menduduki peringkat ke-4 pada wanita (setelah kanker payudara, kanker servix, dan kanker kolorektal) (World Health Organization, 2010).

(3)

Seperti halnya pada NCD, sebagian besar kejadian dan kematian akibat kanker juga terdapat pada negara- negara kurang - sedang berkembang. Secara umum, 53%

dari jumlah total kasus kanker baru dan 60% dari jumlah kematian akibat kanker terdapat di negara-negara kurang - sedang berkembang. Kanker paru (530.000 kasus atau 15.3%), merupakan penyakit kanker yang terbanyak di negara-negara kurang dan sedang berkembang. (IARC, 2008).

Indonesia memiliki prevalensi yang tinggi terhadap salah satu faktor risiko kanker paru yaitu konsumsi rokok (World Health Organization & DepKes RI, 2003).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 menunjukkan bahwa satu dari tiga orang Indonesia merokok. Prevalensi kelompok umur di atas 15 tahun yang merokok tiap hari secara nasional sebesar 28,2% dan penduduk Indonesia yang kadang-kadang merokok sebanyak 6,5%. Paling tinggi perokok Indonesia pada kelompok umur 25-64 tahun.

Peningkatan konsumsi rokok pada populasi akan meningkatkan prevalensi kejadian kanker paru (Sat Sharma, 2009). Paparan rokok jangka panjang memicu karsinogen di dalam rokok membentuk genotoksik intermediate yang menginduksi beberapa proses perubahan

(4)

genetik. Rentetan kerusakan DNA akibat senyawa karsinogen pada asap tembakau yang terjadi secara terus-menerus ini menyebabkan banyak perubahan genetik yang berkaitan dengan kanker paru-paru (Hecht, 1999)

Tidak hanya paparan rokok pada perokok aktif dan perokok pasif, polusi udara juga dapat memicu kanker paru. Selain pada kondisi kanker primer, kanker di berbagai bagian tubuh dapat menyebar atau bermetastasis ke paru-paru seperti kanker payudara dan serviks menyebabkan kanker paru. Kemunduran umum kondisi penderita kanker paru berlangsung sangat cepat (Danusantoso, 2000).

Beberapa etiologi kanker paru disebabkan abnormalitas pada gen penyupresi tumor di antaranya mutasi pada jalur p53 dan jalur Rb sehingga memengaruhi subjalur upstream dan downstream. Beberapa terapi berupaya untuk mencegah mutasi pada jalur gen penyupresi tumor (Brambilla dan Gazdar, 2009). Terapi neoadjuvant seperti kemoterapi setelah radiasi atau pembedahan memungkinkan peningkatan kelangsungan hidup pada stadium IIIa atau stadium II disertai nodul (Welsh, 2007)

Kemoterapi merupakan terapi menggunakan zat kimia atau obat yang sangat kuat membunuh sel kanker. Obat

(5)

ini biasa disuntikkan intravena melalui pembuluh darah vena lalu bersirkulasi ke seluruh tubuh membunuh sel yang tumbuh secara cepat. Beberapa sel normal dalam tubuh sayangnya juga membelah secara cepat seperti di folikel rambut, sumsum tulang dan melapisi mulut serta intestinal. Obat kemoterapi tidak dapat membedakan sel yang sehat dan sel kanker, sehingga beberapa sel sehat juga bisa dirusak selama terapi. Ini adalah salah satu alasan dari beberapa efek samping yang dapat terjadi selama kemoterapi (Conaway, 2014).

Masyarakat terus mencari alternatif lain terapi kanker. Selain murah dan banyak tersedia di lingkungan masyarakat lokal, masyarakat pada umumnya percaya bahwa obat herbal tidak menimbulkan efek samping (Gupta dan Raina, 1998). Obat-obatan herbal masih digunakan pada 75-80% populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk pelayanan kesehatan primer (Kamboj, 2000).

Banyak obat konvensional berasal dari tanaman herbal, seperi aspirin dari kulit tanaman Willow, quinine dari kulit tanaman cinchona, dll. Faktanya, substansi aktif pada tanaman masih menjadi dasar pengobatan saat ini untuk terapi berbagai penyakit termasuk kanker (Vickers dan Zollman, 1999). Banyak agen kemoterapi menggunakan tanaman obat atau derivat

(6)

dari tanaman obat. Menariknya tanaman herbal sudah digunakan untuk terapi berbagai kanker untuk waktu yang panjang (Zhou, 2008).

Salah satu tanaman herbal yang berpotensi untuk mengobati penyakit kanker adalah Pimpinella alpina atau dikenal dengan Purwaceng. Tanaman ini berupa semak kecil yang dapat dengan mudah dijumpai di Indonesia, khususnya di daerah dataran tinggi (Suzery M, 2004). Tanaman Pimpinella alpina merupakan tanaman asli Indonesia yang hidup secara endemik di daerah pegunungan seperti dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, Gunung Pangrango di Jawa Barat, dan area pegunungan di Jawa Timur (Rahardjo, 2003).

Salah satu penelitian biomolekular uji kandungan menyatakan bahwa akar Pimpinella alpina ini mengandung turunan senyawa kumarin yaitu senyawa bergapten, iso- bergapten yang bermanfaat sebagai obat analgetika, anti piretika, dan anti kanker (Syahid dkk., 2004).

Penelitian yang mempelajari fitokimia Pimpinella alpina sudah cukup banyak. Sidik et al (1975) melaporkan bahwa akar Pimpinella alpina mengandung bergapten, isobergapten, dan sphondin yang semuanya termasuk ke dalam kelompok furanokumarin.

(7)

Hernani dan Rostiana (2004) meneliti senyawa kimia yang teridentifikasi secara kualitatif pada tanaman Pimpinella alpina, yaitu bergapten, marmesin, 4- hidroksi kumarin, umbeliferon, dan psoralen. Studi farmakologi klinis dilakukan beberapa peneliti dengan menguji efek penggunaan akar Pimpinella alpina pada tikus.

Zat aktif yang berguna sebagai anti kanker pada sel kanker adalah kumarin yang terkandung dalam akar Pimpinella alpina dalam bentuk kumarin psoraldin dan berfungsi dalam meningkatkan efek anti kanker pada nekrosis tumor (Bronikowska J et al., 2011). Selain kumarin, menurut Sreelatha et al., (2009) kandungan alkaloid diketahui juga berpotensi sebagai agen anti kanker dengan menghambat proliferasi (antiproliferatif) dan menginduksi proses apoptosis dari sel kanker tersebut.

Kumarin mampu menunjukkan berbagai aktivitas biologis yang bermakna. Dalam penelitian obat, derivat kumarin telah ditemukan pemanfaatannya dalam fotokemoterapi, antitumor, dan terapi anti HIV (Nofal et al, 2000). Aksi antioksidan dan antiproliferasi pada kumarin banyak diteliti secara luas. Antiproliferasi

(8)

kumarin menunjukkan aktivitas sitostatik dan sitotoksik (Stanchev et al, 2007).

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka perlu adanya alternatif pengobatan baru untuk kanker paru dengan menggunakan metode herbal. Kandungan zat aktif pada akar tanaman Pimpinella alpina dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai efektivitas akar purwaceng pada penyembuhan penyakit kanker paru melalui aktivitas anti kanker yaitu kemampuan antiproliferasi pada sel kanker paru melalui jalur ekspresi gen P53 dan Rb.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak air Pimpinella alpina memiliki efek antiproliferasi terhadap sel kanker paru A549?

2. Apakah efek antiproliferasi ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549 terjadi melalui jalur ekspresi gen P53 dan Rb?

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek antiproliferasi ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549.

2. Untuk mengetahui kemampuan antiproliferasi ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549 melalui jalur ekspresi gen p53 dan Rb.

(9)

I.4. Keaslian Penelitan

Selama ini, penelitian terkait Pimpinella alpina hanya sebatas mengenai kandungan kimia nya dan efek fertilitasnya.

Penelitian terkait kanker yang telah ada sebelumnya adalah penelitian Bronikowska J et al., (2011) yang membahas kumarin secara khusus merupakan zat yang berguna sebagai anti kanker pada sel kanker. Dan penelitian (Arifianto, 2013) yang membahas uji induksi apoptosis ekstrak air Pimpinella alpina pada sel kanker paru A549.

Sementara penelitian tentang efek antiproliferasi ekstrak Pimpinella alpina pada kanker paru dengan parameter doubling time belum pernah dilakukan sebelumnya.

I.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan Pimpinella alpina sebagai agen kemoterapi dengan aktivitas antiproliferasinya pada sel kanker paru dan sebagai dasar informasi ilmiah untuk mengkaji lebih lanjut pemanfaatan Pimpinella alpina dalam terapi anti kanker baru. Selain itu, secara aplikatif penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk

(10)

menggunakan Pimpinella alpina sebagai salah satu alternatif terapi pengobatan untuk kanker paru.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan memberikan terapi musik religi kepada pasien sebagai salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang

Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 20 tahun lebih berisiko untuk terjadi kanker leher rahim, karena memperbesar

Determinasi tumbuhan bertujuan untuk memastikan bahwa sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benar buah tomat (lycopersicum esculentum Mill)

1. Presentase siswa yang merasa senang terhadap guru yang mengajar yaitu sebesar 50% dan siswa yang merasa tidak senang yaitu sebesar 50%. 66,7% dari jumlah keseluruhan

Alat yang digunakan : Timbangan Ekstraksi Ampas Ember Plastik Labu Ukur 1001110 ml Corong Kertas Saring Gelas Tapis Tabung Pol 400 ml Polarimeter!Sacharomat. Bahan

Berdasarkan permasalahan di atas, tema kayanya negeriku subtema 1 kekayaan sumber energi di Indonesia dan subtema 2 pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia kelas IV SD

Biaya ( cost ) : berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek Dari beberapa beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa proyek adalah proyek bersifat

Berdasarkan analisa terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Berau tahun 2014, maka dapat diberikan saran sebagai berikut : Partisipasi masyarakat dalam