• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : Tuty Halwiyah NIM 10536505215

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Teruslah berusaha dan berdoa

Serta sabar untuk mewujudkan impian . .

Kupersembahkan karya ini buat : Kedua orang tuaku, sahabatku dan teman –temanku, Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(7)

ABSTRAK

Tuty Halwiyah, 2019. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sma Negeri 14 Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. H Djadir, M.Pd dan Pembimbing II Andi Husniati, S.Pd., M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question (LSQ) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) dengan desain penelitian control group pretest-posttest design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Sampel penelitian sebanyak 60 peserta didik yang terdiri dari dua kelas yaitu X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan X MIA 5 sebagai kelas kontrol yang masing-masing terdiri dari 30 orang siswa. Data yang diolah adalah data tes hasil belajar kedua kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini.

Instrumen pada penelitian ini adalah tes hasil belajar,lembar observasi dan angket respons siswa. Uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Pvalue (sig) > α = 0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai Pvalue (sig) > α = 0,05 yang berarti data homogen. Hasil penelitian ini melalui analisis t-test menunjukan bahwa p (sig.(2-tailed)) adalah 0,000 < 0,05 yang artinya H0 di tolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negerei 14 Makassar untuk strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question (LSQ) lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

.

Kata Kunci: Pengaruh, Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ), Hasil Belajar Matematika

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Alhamdulillah atas izin Allah SWT dan dengan doa, usaha serta semangat yang penulis miliki, akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sma Negeri 14 Makassar” dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya dengan segenap cinta dan hormat kepada orang tua tercinta Ayahanda Amir Wero Dan Ibunda Hj. Suriani , yang senantiasa mengiringi setiap perjalanan penulis dengan do’a restu, memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang yang tulus tanpa pamrih, selalu memberi jalan menerima setiap pulang serta menjadi tempat rebah terbaik bagi penulis saat asa kian terpuruk dan harap tak lagi kokoh, ibarat lilin yang rela lenyap hanya untuk menerangi setiap jalanku. Cinta yang luar biasa ini tidak akan pernah mampu penulis balas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

(9)

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ma’rup, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Dr. H Djadir, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Ibu Andi Husniati, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik. 6. Bapak Wahyuddin,S.Pd., M.Pd. dan Bapak Fathrul Arriah, S.Pd., M.Pd.

selaku validator yang telah meluangkan waktunya memvalidasi dan memberikan saran terhadap perbaikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

7. Bapak, Ibu, Asisten Dosen serta seluruh staff dan karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini dan membekali penulis selama perkuliahan.

(10)

8. Ibu Dra. Hj. Nurhidayah Masri selaku Kepala SMA Negeri 14 Makassar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian disekolah tersebut.

9. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2015 terkhusus kepada kelas 2015 B atas arahan dan dampingannya selama ini penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, utamanya kepada Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar, September 2019

(11)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii SURAT PERNYATAAN...iv SURAT PERJANJIAN...v

MOTO DAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR LAMPIRAN ……….xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 8

B. Penelitian Yang Relevan ... 8

C. Kerangka Pikir ... 9

D. Hipotesis Penelitian ... 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Populasi Dan Sampel ... 26

C Variabel Penelitian ... 27

D. Defenisi Operasional Variabel... 27

E. Prosedur Penelitian ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data………30

H. Tehnik Analisis Data..………...31

(12)

2. Analisis Inferensial ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...39

1. Hasil Analisis Deskriptif...39

a. Deskripsi hasil belajar siswa ...39

b. Deskripsi hasil pengamatan aktivitas siswa...48

c. Deskripsi respons siswa terhadap pembelajaran……….52

2. Hasil Analisis Inferensial...57

a. Uji normalitas...57

b. Uji homogenitas...58

c. Uji hipotesis...59

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian...61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...65

B. Saran...65 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kegiatan Guru dan Siswa ... 12

3.1 Desain penelitian ... 26

3.2 Kategori Skor Hasil Belajar ... 32

3.3 Standar Kriteria Ketuntasan Minimal SMA Negeri 14 Makassar ... 32

3.4 Kriteria ... 34

3.5 Kriteria Pengkategorian Aktivitas Siswa ... 34

3.6 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran ... 35

3.7 Kriteria Pedoman Penilian Respon Siswa ... 36

4.1 Deskripsi Pretest Kelas Eksperimen ... 40

4.2 Deskripsi Posttest Kelas Eksperimen... 41

4.3 Distribusi Frekuensi Dan Pesentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 14 Makassar Sebelum Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) ... 41

4.4 Distribusi Frekuensi Dan Pesentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA 5 SMA Negeri 14 Makassar Setelah Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) ... 42

4.5 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Sebelum Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)... .43

4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Setelah Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)... 43

4.7 Deskripsi Pretest Kelas Kontrol... 44

4.8 Deskripsi Posttest Kelas Kontrol ... 44

4.9 Distribusi Frekuensi Dan Pesentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA 5 SMA Negeri 14 Makassar Sebelum Diterapkan pembelajaran konvensional ... 45

4.10 Distribusi Frekuensi Dan Pesentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA 5 SMA Negeri 14 Makassar Setelah Diterapkan pembelajaran konvensional ... 45

4.11 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Sebelum Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)... 46

(14)

4.12 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Setelah Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)... 46 4.13 Hasil Analisis Gain ... 47 4.14 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Keals X SMA Negeri 14 Makassar Setelah

Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)... 49 4.15 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Keals X SMA Negeri 14 Makassar Setelah

Penerapan Model Konvensional ... 51 4.16 Hasil Respons Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Makassar Terhadap Pembelajaran

Matematika Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) ... 53 4.17 Hasil Respons Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Makassar Terhadap Pembelajaran

Matematika Melalui Pembelajaran Konvensional ... 56 4.18 Hasil Uji Normalitas ... 59 4.19 Hasil Uji Hipotesis ... 60

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Rencana Pelaksanaan Pembeljaran (RPP) 2. Lembar Penilaian Validasi

3. Daftar Hadir Siswa LAMPIRAN B

1. Instrumen Tes Hasil Belajar.

2. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran 3. Kisi – Kisi Instrumen

4. Instrumen Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 5. Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa

6. Instrumen Angket Respon Siswa LAMPIRAN C

1. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa 2. Hasil Analisis Data Melalui Program SPSS 3. Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa

4. Hasil Analisis Data Respons Siswa LAMPIRAN D

1. Persuratan 2. Validasi 3. Dokumentasi

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham dan sebagainya. (Trianto, 2009: 1) mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Dari pendidikan akan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Oleh karena itu tidak heran jika pendidikan selalu memperoleh perhatian, penanganan dan prioritas utama dari pemerintah, pengelola pendidikan, masyarakat dan sekolah. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Proses pendidikan dan pengajaran di sekolah berlangsung interaksi antara guru dan siswa yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi, proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Kondisi ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua

(17)

proses yang terpadu yaitu proses belajar dan proses mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses penerapan prinsip. Slameto (Djamarah, 2011: 13) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru seacara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Salah satu dari mata pelajaran pokok dalam sistem pendidikan di Indonesia yaitu matematika. Menurut Ruseffendi (1991: 260), matematika merupakan “Queen and Servant of Science”, maksudnya adalah matematika selain sebagai pondasi bagi ilmu pengetahuan lain juga sebagai pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut. Besarnya peran matematika dipelajari secara luas disegala tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu ilmu dasar yang dapat digunakan untuk menunjang adanya ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika, kimia, komputer dan lain-lain. Suherman (2003: 25) mengatakan bahwa matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu karena hampir dalam setiap bidang ilmu pengembangannya bergantung pada matematika, dan hampir setiap aktivitas sehari-hari manusia menggunakan matematika.

Mengingat pentingnya matematika maka setiap peserta didik diharapkan aktif dalam pembelajaran matematika. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang ada pada

(18)

dirinya. Pembelajaran matematika mempunyai pandangan yang berbeda untuk setiap peserta didik. Ada yang memandang matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan ada yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Realita dilapangan menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan belajar matematika, hal tersebut karena matematika bersifat abstrak dan membutuhkan pemahaman konsep sehingga siswa jenuh.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 14 Makassar tahun ajaran 2018/2019 , terdapat beberapa masalah yang terjadi di dalam pembelajaran matematika diantaranya ketika proses belajar mengajar berlangsung terlihat hanya beberapa orang siswa saja yang aktif dalam belajar, sedangkan siswa yang lain terlihat masih tidak aktif dan tidak fokus dalam belajar. Saat guru memberikan arahan terhadap materi yang tidak dipahami, siswa lebih banyak diam seolah-olah mengerti dengan apa yang telah dijelaskan guru dan hanya bertanya kepada teman sebangkunya. Pada saat latihan hanya beberapa siswa yang memgerjakan latihan tersebut sedangkan siswa lainnya menyalin jawaban dari teman bahkan ada siswa yang tidak membuat latihan.

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran dituntut kreatif dalam memilih strategi pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru hendaknya bisa menerapkan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mampu menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, dan selama proses pembelajaran berlangsung siswa tidak malu bertanya dan mengeluarkan perdapat terhadap materi yang tidak dipahaminya. Strategi Active Learning merupakan salah satu

(19)

strategi yang bisa meningkatkan kemampuan bertanya siswa terhadap hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Salah satu strategi yang bisa meningkatkan kemampuan bertanya siswa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran yaitu strategi pembelajaran aktif tipe Learning Start With a Question (LSQ).

Zaini (2008: 44) menyatakan bahwa “Learning Starts With a Question (LSQ) adalah pembelajaran yang bisa membuat siswa belajar secara aktif dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar”. Strategi ini dapat membantu siswa untuk mencapai kunci belajar yaitu bertanya. Bertanya adalah salah satu cara untuk mengungkapkan rasa keingintahuan akan jawaban yang tidak atau belum diketahui. Learning Starts With a Question (LSQ) memfasilitasi siswa untuk bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa terlebih dahulu diminta untuk membaca dan memahami sekaligus memberi tanda materi yang tidak dimengerti pada bahan bacaan. Membaca akan membuat peserta didik memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari. Setelah selesai membaca siswa dikelompokkan secara berpasangan atau kelompok kecil. Dalam pasangan atau kelompok kecil siswa diminta untuk mendiskusikan poin-poin penting pada bahan bacaan yang telah diberi tanda kemudian menuliskan pertanyaan pada kertas yang telah disediakan. Setelah itu siswa diminta untuk mengumpulkan kertas pertanyaan. Jadi guru menyampaikan materi pelajaraan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Dengan demikian Learning Starts With a Question (LSQ) dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa bisa

(20)

mandiri dalam memahami pelajaran dan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sebelum materi diajarkan dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts with a Questions (LSQ) lebih baik dari pada hasil belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat permasalahan yang berpusat pada siswa yakni ketika proses belajar mengajar berlangsung terlihat hanya beberapa orang siswa saja yang aktif dalam belajar, sedangkan siswa yang lain terlihat masih tidak aktif dan tidak fokus dalam belajar. Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa.

(22)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, sekolah dan siswa.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pembelajaran matematika melalui penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question (LSQ).

2. Bagi Guru, pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif

tipe Learning Starts With A Question (LSQ) dapat dijadikan sebagai salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. 3. Bagi Sekolah, tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan salah satu bahan masukan terhadap hasil belajar matematika siswa.

4. Bagi Siswa, penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question diharapkan dapat melatih keaktifan siswa dalam kemampuan menyampaikan pendapat, bertanya dan berdiskusi dalam kegiatan belajar mengajar serta meningkatkan penguasaan konsep siswa.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka 1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu perbuatan seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (KBBI, 2008: 664). Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa yang timbul atau disebabkan oleh penerapan Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question (LSQ) yang ikut meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Strategi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa kedalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan, oleh karena itu dibutuh pembelajaran yang bisa mendorong aktivitas siswa. Salah satu pembelajarannya adalah pembelajaran aktif. “Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dengan mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga mencapai belajar yang memuaskan.” Mendengar dan melihat saja tidak cukup untuk belajar sesuatu. Jika siswa bisa melakukan dengan informasi yang diperoleh siswa akan memperoleh umpan balik mengenai seberapa bagus pemahamannya. Karena pembelajaran bukanlah memberikan

(24)

informasi yang diperlukan dari guru ke siswa dan setiap guru harus memperhatikan bahwa siswa tidak bisa diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Karena belajar tidak hanya sekedar kegiatan menghafal melainkan juga proses berfikir.

Guru berperan sebagai pengolah proses belajar mengajar didalam pembelajaran aktif, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran yang baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai.

Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru untuk anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. “Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat tercapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efesien.”

(25)

Menurut Udin S. Winataputra dan Tita Rosita (1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, dkk (2007) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Pengertian strategi pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran dimana siswa diajak serta aktif dalam proses belajar mengajar.

Silberman yang dikutip oleh Trianto mengungkapkan bahwa dalam aplikasi strategi pembelajaran aktif dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Bagaimana membantu siswa aktif sejakawal, misalnya strategi tim membangun,penilaian mendadak dan keterlibatan langsung.

b. Bagaimana membantu siswa untuk memperoleh pegetahuan keterampilan dan kemampuan yang aktif, misalnya strategi pembelajaran dikelas, diskusi kelas dan kolaborasi

c. Bagaimana membuat pelajaran yang tidak terlupakan, misalnya review,penilaian diri dan perencanaan masa depan.

3. Learning Starts With A Question

Learning Starts With A Question adalah salah satu teknik intruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam bagian pembelajaran dengan rekan sebaya. Tipe ini membuat siswa belajar secara aktif dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada

(26)

penjelasan dari pengajar. Learning Starts With A Question merupakan teknik sederhana yang dapat diaplikasikan pada situasi sehari-hari mengenai proses pembelajaran dan dapat memberikan langkah untuk berkomunikasi dua arah antara guru dan peserta didik, sehingga mampu menggugah keinginan peserta didik untuk bertanya.

Strategi ini merupakan salah satu cara untuk mendapatkan partisipasi individu dari seluruh siswa, dalam pembelajaran ini siswa dapat bertanya kepada guru, mendengarkan secara aktif, berdiskusi dan menanggapi pertanyaan dan argumentasi. Semakin aktif siswa dalam belajar maka pemahaman siswa makin bertambah, sehingga hasil belajar pasti meningkat.

4. Langkah-Langkah Startegi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question

Langkah – langkah dalam menerapkan pembelajaran tipe Learning Starts With A Question menurut Marno dan Idris (2009:151-152) adalah sebagai berikut :

(27)

Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Guru dan Siswa

NO Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. 2. 3. 4. 5.

Guru membagikan bahan ajar berupa modul dan meminta siswa membentuk kelompok. Guru meminta siswa untuk mempelajari modul tersebut. Guru meminta siswa untuk membuat pertanyaan tentang hal-hal yang belum di mengerti.

Guru meminta siswa mengumpulkan pertanyaan. Guru mengelompokkan jenis pertanyaan atau yang paling dibutuhkan siswa dan memulai pelajaran dengan menjelaskan hal yang ditanyakan.

siswa menerima modul dan membentuk kelompok.

Siswa mempelajari modul dengan cara berkelompok. Siswa menyusun pertanyaan secara berkelompok tentang materi yang belum di mengerti.

Siswa mengumpulkan pertanyaan.

Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanggapinya.

Adapun langkah-langkah dalam strategi Learning Starts with a Question (LSQ) adalah sebagai berikut:

a. Pilih bahan materi yang sesuai kemudian bagikan kepada peserta didik. Bahan bacaan tidak harus di fotokopi kemudian dibagi kepada peserta didik, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan materi itu materi yang memuat informasi umum atau yang tidak detail sehingga memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.

b. Minta peserta didik untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman sebangkunya.

c. Minta peserta didik untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar

(28)

dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak di ketahui yang telah diberi tanda. d. Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik untuk

menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka pelajari lewat membaca.

e. Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik.

f. Sampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

5. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question

Setiap strategi, model, metode, ataupun teknik pengajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan dalam strategi Learning Starts with a Question (LSQ) ini adalah:

a. Kelebihan:

1) Peserta didik dituntut untuk berani dan tidak malu 2) Memotivasi peserta didik untuk berfikir

3) Meningkatkan gairah belajar peserta didik

4) Siswa lebih siap untuk belajar, karena sebelumnya siswa sudah membaca bahan ajar yang akan dipelajari sehingga memiliki sedikit gambaran dan memperoleh pemahaman lebih setelah penjelasan dari guru

5) Strategi ini dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dan meningkatkan minat bertanya

(29)

6) Pendidik mengetahui sejauh mana peserta didik menerima materi yang disampaikan sehingga pembelajaran dapat diselaraskan dengan kemampuan mereka.

b. Kekurangan :

1) Tidak semua peserta didik berani mengajukan pertanyaan

2) Peserta didik yang kurang memperhatikan akan jenuh jika pokok bahasan yang dipelajari tidak disukai.

Beberapa kekurangan yang terdapat pada strategi Learning Starts with a Question (LSQ) dapat diperbaiki karena peserta didik akan berani mengajukan pertanyaan apabila setiap hari dibiasakan untuk bertanya. Apabila peserta didik jenuh dengan materi yang diajarkan, guru juga dapat berinovasi saat pembelajaran berlangsung seperti diadakan permainan edukatif ataupun sejenisnya. Jadi kekurangan dari strategi Starts with a Question (LSQ) dapat diperbaiki seiring berjalannya waktu dan siswa mulai terbiasa untuk mengajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung.

6. Keterampilan Bertanya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata“tanya” yang berarti antara lain permintaan penjelasan. Bertanya adalah cara pengajaran yang sangat berharga apabila digunakan dengan terampil. Metode bertanya dan menjawab juga dapat dilakukan bergantian antara guru dan peserta didik. Guru bertanya pada siswa atau siswa bertanya pada guru. Cara yang paling efektif untuk memulai bentuk ini cukup dengan guru mengajukan pertanyaan “Apakah ada yang ingin

(30)

bertanya?” terutama pada akhir jam pelajaran. Sebagian siswa biasanya ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan secara terbuka dihadapan seluruh kelas, walaupun sebenarnya mereka ingin bertanya. Menurut Sadiman bertanya merupakan ucapanverbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bertanya merupakan proses mencari informasi agar memahami suatu. Karena jika tidak bertanya kita akan ketinggalan informasi bahkan kita juga tidak mengetahui informasi tersebut. Pada zaman era modern biasanya anak-anak menyebut dengan istilah “kudet”. Oleh sebab itu keterampilan bertanya seharusnya dimiliki setiap orang terlebih siswa, agar mendapat wawasan yang lebih terhadap semua bidang yang diajarkan di sekolah maupun tidak.

Kata “terampil” yang berarti memilki arti “mahir, cakap” dalam menyelesaikan tugas atau mampu dan cekatan”. Jadi keterampilan bertanya adalah kecakapan atau kemahiran seseorang dalam meminta penjelasan.Keterampilan bertanya adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah yaitu dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.

Dalam mengajukan pertanyaan, guru memerlukan beberapa teknik, begitu juga pada siswa. Ketika siswa mengajukan pertanyaan pasti

(31)

menggunakan teknik-teknik tertentu. Teknik tersebut menunjukkan indikator keterampilan siswa di dalam bertanya.

Saat mengajukan pertanyaan hendaklah kita memperhatikan kaidah bertanya sebagai berikut:

a. Mengetahui segala sesuatu mengenai masalah yang akan didiskusikan sebelum kita mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

b. Hendaklah kita bersungguh-sungguh mencari informasi. c. Janganlah kita ingin menguji pembicara

d. Singkat dan tepat; rumuskanlah terlebih dahulu pertanyaan dengan baik sebelum diajukan kepada pembicara.

e. Pertanyaan tidak boleh terlalu berbelit-belit harus jelas dan lugas Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati ataupertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Dalam mengajukan pertanyaan guru maupun siswa memerlukan teknik tertentu. Teknik tersebut menunjukkan indikator keterampilan siswa di dalam bertanya. Indikator keterampilan bertanya siswa meliputi:

a. Substansi pertanyaan

b. Frekuensi pertanyaan dalam 1 jam pelajaran c. Bahasa

(32)

d. Suara e. Kesopanan

Pada keterampilan proses menanya guru dituntut memiliki keterampilan bertanya dasar maupun bertanya lanjut. Meskipun pada dasarnya guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa, namun tujuan sebenarnya adalah mengupayakan siswa memiliki kemampuan aktif bertanya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukanpada langkah menanya ini berupa siswa mengajukan pertanyaan tentang informasiyang tidak dipahami dari objek yang diamatinya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran yang selalu mengedepankan pengetahuan.

7. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu metode pembelajaran yang bepusat pada guru. Sanjaya (2006: 259) menyatakan bahwa pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Jadi pada umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Menurut Djafar (2001: 86) pembelajaran konvensional dilakukan dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini peserta didik sekaligus mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan dan mencatat.

(33)

8. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dipahami dari dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan proses belajar. Jadi hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitf, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2009: 7) “hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.” Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari

(34)

perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar . Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya.

John M. Keller memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut menurut John Keller dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi (motivasi, harapan untuk berhasil, inteligensi dan penguasaan awal, dan evaluasi kognitif). dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (rancangan dan pengelolaan motivasional, rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar serta rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan).

Dari beberapa uraian diatas, dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang diperoleh dengan kerja keras, baik secara individu maupun kelompok setelah mengalami proses pembelajaran.

Setelah memahami pengertian dari hasil belajar seperti yang telah diuraikan di atas, selanjutnya kita juga perlu memahami tentang pengertian matematika. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata tersebut erat hubungannya dengan kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dan struktur,

(35)

perubahan dan ruang. Secara informal, dapat pula di sebut sebagai ilmu bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai matematika dan kemampuannnya dalam memecahkan masalah masalah matematika.

B. Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini diuraikan penelitian dahulu yang relevan, mengenai strategi pembelajaran aktif Learning Starts With a Question.

1. Setelah penulis membaca dan mempelajari karya ilmiah sebelumnya, unsur relevan dengan penelitian yang penulis laksanakan adalah sama-sama menggunakan metode yang sama-sama. Adapun penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Susanti dengan judul: Peningkatan minat dan hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question di kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Dari penelitian yang dilakukan oleh saudari Susanti pada tahun 2006, Susanti menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question meningkatkan hasil belajar siswa

(36)

kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 8 Surakarta sebesar 0,24 point atau 24%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nilma Purnama tentang pengaruh strategi pembelajaran Learning Start With a Question (LSQ) terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di SMPN 181 Jakarta. Uji yang digunakan untuk menganalisis yaitu dengan uji Man Whitney, hasil yang diperoleh yaitu nilai Zhitung = -4,46 pada taraf signfikan 0,05 diperoleh p = 0,00. Sehingga tingkat hasil belajar siswa yang diajar dengan LSQ lebih baik dari diajar dengan metode ekspositori.

3. Penelitian yang dilakukan Sutan Hade Anantotur dengan judul “peningkatan motivasi dan keaktifan belajar matematika melalui strategi pembelajaran aktif tipe learning start with a question”. Jenis penelitian ini adalah PTK di kelas VIIB semester genap SMP Muhammadiyah 1 Kartasura tahun 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan keaktifan belajar siswa. Untuk motivasi dapat dilihat dari perhatian siswa saat guru memberi penjelasan dari 32,3% menjadi 68,75%, menanyakan yang belum jelas dari 9,375% menjadi 53,125%, mengerjakan PR/tugas dari 46,875% menjadi 87,5%. Sedangkan untuk keaktifan dapat dilihat dari mengajukan pertanyaan dengan presentasi dari 3,12% menjadi 46,875%, menjawab pertanyaan dari 46,875% menjadi 56,25%, dan mengerjakan soal di papan tulis dari 6,25% menjadi 62,5%.

(37)

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question pada siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

C. Kerangka Pikir

Pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik dan memuaskan adalah harapan orang tua siswa dan seluruh pihak yang terkait. Jika kegiatan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka pembelajaran menjadi tidak bermakna. Maka dari itu guru harus cerdas dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna.

Salah satu strategi pembelajaran yang cocok diterapkan adalah strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question. Strategi pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas keapada siswa untuk meningkatkan aktivitas siswa agar benar-benar merasa ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Dari permasalahan tersebut maka alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question karena pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif bertanya sehingga dapat mendukung terciptanya proses pembelajaran aktif jika dioptimalkan secara sinergi.

(38)

Skema Kerangka Pikir : Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri

14 Makassar

Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A

Question

Pembelajaran konvensional

Kelebihan : Siswa lebih siap untuk belajar, karena

sebelumnya siswa sudah membaca bahan ajar yang akan dipelajari sehingga memiliki sedikit gambaran dan memperoleh

pemahaman lebih setelah penjelasan dari guru Kekurangan : Tidak semua peserta didik berani

Kelebihan : setiap siswa memiliki kesempatan yang sama mendengarkan penjelasan guru

Kekurangan : pelajaran berjalan membosankan dan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam model

pembelajaran ini

hasil belajar matematika siswa yang menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question lebih baik

daripada menerapkan pembelajaran konvensional

(39)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pikir dan hasil penelitian yang relevan diatas maka dalam penelitian ini adalah : “Ada pengaruh positif penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar. Untuk pengujian statistik, hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:

H0 : versus H1 :

Keterangan :

H0 : Tidak Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa kelas kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

H1 : Ada pengaruh positif penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

:Rata-rata gain hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen. : Rata-rata gain hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan antar variabel yang digunakan peneliti, variabel tersebut yaitu strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With a Question dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen terdapat suatu perlakuan (treatment). Bentuk penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimen. Penelitian ini mengambil dua kelas sebagai sampel. Dua kelas tersebut yakni kelas eksperimen yang dikenai perlakuan dan kelas kontrol yang sengaja tidak diberi perlakuan seperti kelas eksperimen. Sehingga dari penelitian ini peneliti dapat melihat ada tidaknya pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif Learning Start With a Question (LSQ) dan dapat melihat besarnya pengaruh strategi pembelajaran aktif Learning Start With a Question (LSQ) terhadap hasil belajar siswa.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Control Group Pretest-Posttest Design, karena dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(41)

Tabel 3.1 Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan (variabel bebas) Posttest (variabel terikat) Eksperimen O1 X O2 kontrol O1 - O2 Keterangan:

O1 = Pretest kelompok kelas eksperimen dan kontrol O2 = Posttest kelompok kelas eksperimen dan control

X = Perlakuan (treatment) kelas eksperimen yang diberikan yaitu pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar tahun ajaran 2019/2020.

2. Sampel

Sampel penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih menggunakan Cluster Random Sampling, Pengambilan dilakukan secara acak karena keadaan dari masing-masing kelas X SMA Negeri 14 Makassar relatif sama.

Asumsi tersebut didasarkan pada tingkat yang sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan rangking. Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu:

a) Menentukan populasi b) Mencari data unit populasi

(42)

c) Memilih 2 kelas sebagai sampel yang representatif d) Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variable terikat, variabel tersebut yaitu:

a) Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With a Question dan pembelajaran konvensional.

b) Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika setelah diterapkannya strategi pembelajaran aktif Learning Start With a Question pada siswa.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question adalah strategi pembelajaran dalam bertanya. Strategi ini, untuk membuat siswa belajar secara aktif dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik itu aktif dan terus betanya daripada hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar.

(43)

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam proses belajar sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Dalam penelitian ini, kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question dalam bidang matematika kelas X dengan melakukan tes.

3. Pengaruh penerapan Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question (LSQ) terhadap hasil belajar matematika

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu perbuatan seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (KBBI, 2008: 664). Pengertian pengaruh ini dijadikan acuan untuk merumuskan definisi operasional tentang pengaruh dalam penelitian ini. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa yang disebabkan oleh penerapan Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question (LSQ) yang ikut meningkatkan aktivitas belajar siswa.

E. Prosedur Penelitian

Setelah dilakukan penetapan sampel penelitian dan sebagainya yang diuraikan pada langkah-langkah diatas, maka pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

(44)

1. Tahap Awal

a. Konsultasi dengan pembimbing, guru dan kepala sekolah untuk meminta izin melakukan penelitian di sekolah.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

c. Menyusun instrumen penelitian dalam bentuk tes untuk divalidasi. Adapun instrumen berupa angket respon siswa, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa (pre-test dan post-test).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memilih dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Memberikan pretest kepada siswa baik kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Kelas eksperimen diterapkan perlakuan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.

d. Diakhir proses pembelajaran diberikan posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3. Tahap Akhir

Mengumpulkan, menganalisis dan mendeskripsikan data yang telah diperoleh sesuai dengan variabel yang diteliti. Kemudian instrumen divalidasi oleh tim validator.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh

(45)

dari pada responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Tes

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes untuk mendapatkan skor perolehan nilai setelah diterapkannya strategi pembelajaran aktif Learning Starts With a Question (LSQ) pada siswa kelas eksperimen dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

2. Lembar Observasi Aktivitas

Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With a Question (LSQ).

3. Lembar Observasi Keterlaksanaan

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With a Question (LSQ).

4. Angket Respon Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With a Question (LSQ) pada kelas eksperimen.

G. Teknik Pengumpulan Data

(46)

1. Data tentang hasil belajar matematika siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes yang diberikan sebelum dan setelah diberi perlakuan (pretest-posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk tes essay.

2. Data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question dikumpulkan dengan menggunakan data hasil pengamatan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question.

3. Data tentang keterlaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

4. Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan strategi aktif tipe learning starts with a question dikumpulkan dengan menggunakan data angket respon siswa yang diisi dengan kondisi yang sebenarnya.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang sudah terkumpul, teknik analisis data yang digunakan adalah:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran umum dari data yang diperoleh.

a. Analisis Data Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analaisis statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi

(47)

siswa sebelum dan sesudah diterapkan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question. Untuk mengkategorikan hasil belajar siswa digunakan teknik Kategorisasi Standar berdasarkan ketetapan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kategori Skor Hasil Belajar

Skor Hasil Belajar Siswa Kategori 0 ≤ x < 65 Sangat Rendah

65 ≤ x < 75 Rendah

75 ≤ x < 85 Sedang

85 ≤ x < 95 Tinggi

95 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi

Sumber: SMA Negeri 14 Makassar Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai peserta didik paling sedikit 75 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah, sedangkan ketuntasan klasikal terpacu apabila 70% siswa di kelas tersebut telah mencapai skor paling sedikit 75.

Tabel 3.3 Standar Kriteria Ketuntasan Minimal SMA Negeri 14 Makassar

Nilai Kriteria

0 ≤ x < 75 Tidak tuntas

75 ≤ x < 100 Tuntas

Sumber : SMA Negeri 14 Makassar Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal

digunakan rumus :

(48)

Keterangan :

P = Presentase ketuntasan ∑ = Sigma/Jumlah

Ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan berhasil jika presentase peserta didik yang tuntas belajar atau peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 jumlahnya lebih besar atau sama dengan 70% dari jumlah peserta didik seluruhnya.

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest. Perhitungan menggunakan normalized gain menurut Hake dilakukan untuk menghindari adanya bias penelitian yang disebabkan perbedaan indeks gain akibat nilai pretes yang berbeda dari kelas eksperimen dan control. Untuk menganalisis N-Gain digunakan rumus Normalized-N-Gain.

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (1998) sebagai berikut : Tabel 3.4 Kriteria

Rentang Kriteria

n-g ≥ 0.7 Tinggi

0.3 ≤ n-g < 0.7 Sedang

(49)

b. Data Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan siswa yang muncul dari setiap langkah-langkah pembelajaran dideskripsikan dalam bentuk rata-rata banyaknya presentase siswa yang melakukan aktivitas untuk setiap kategori aktivitas siswa dalam proses pemeblajaran matematika.

Data mengenai aktivitas siswa dianalisis dengan menghitung presentase tiap aktivitas siswa menggunakan rumus :

Keterangan :

n = Aktivitas ke . . .

Sn = Presentase aktivitas siswa

Xn = Banyaknya siswa yang melakukan n aktivitas N = Jumlah siswa secara keseluruhan.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan aktivitas siswa berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Pengkategorian Aktivitas Siswa No. Presentase (%) Kategori

1. 81 – 100 Sangat Aktif

2. 71 – 80 Aktif

3. 61 – 70 Cukup Aktif

4. 51 – 60 Kurang Aktif

(50)

c. Keterlaksanaan pembelajaran

Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan pembelajaran digunakan analisis rata-rata. Artinya tingkat keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan cara menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan jumlah aspek yang dinilai. Adapun pengkategorian keterlaksanaan pembelajaran disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran

Skor Rata-Rata Kategori

81% - 100% Sangat Baik 61% - 81% Baik 20% - 60% Cukup > 20% Kurang Sumber : Sugiono, 2011: 170 d. Respons siswa

Data tentang respons siwa yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan presentase dari setiap respons siswa yang dihitung dengan rumus :

Keterangan :

P : Presentase respon siswa yang menjawab ya

F : Banyaknya siswa yang menjawab ya

(51)

Sedangkan untuk menghitung respon siswa secara keseluruhan dilakukan dengan cara menghitung rata-rata jawaban positif seluruh siswa kemudian dikonversikan kedalam presentase. Setelah presentase didapat kemudian mencocokkan kedalam kriteria pedoman penilaian yang digunakan.

Tabel pedoman penilaian menurut Ngalim Purwanto (2013) sebagai berikut :

Tabel 3.7 Kriteria Pedoman Penilian Respon Siswa No. Presentase (%) Kategori

1. 86 – 100 Sangat Baik

2. 76 – 85 Baik

3. 70 – 75 Cukup Baik

4. 55 – 69 Kurang Baik

5. 0 – 54 Sangat Kurang Baik

Dalam penenlitian ini ada lima kriteria respon siswa.

Respon siswa dikatakan efektif apabila presentase respon siswa mencapai baik atau sangat baik.

2. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistika dimana pembuatan keputusan tentang populasi yang diteliti berdasarkan kepada data yang diperoleh dari sampel.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dalam

(52)

penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau 0,05, dengan hipotesis yaitu :

H0 = Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Keterangan :

Jika Pvalue < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua sampel sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Lavene’s Tes for Equality of Variances. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis t-test. Jika sampel tersebut memiliki varians yang sama, maka keduanya dikatakan homogen. Pada Lavene’s Tes for Equality of Variances digunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05.

H0 = Data mempunyai varians yang sama

H1 = Data mempunyai varians yang berbeda Keterangan :

Jika Pvalue < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak c. Uji Hipotesis

Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan uji-t pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Uji-t ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda, biasanya digunakan

(53)

untuk membandingkan akibat dua perlakuan yang dilakukan pada suatu penelitian.

H0 : versus H1 :

H0 : Tidak Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa kelas kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

H1 : Ada pengaruh positif penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

Keterangan :

Jika Pvalue < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistika deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif meliputi nilai rata-rata, median, standar deviasi, variansi, nilai minimum dan nilai maksimum. Sedangkan analisis inferensial meliputi pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis.adapun hasil analisis masing-masing data tersebut sebagai berikut :

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil penelitian yang dimulai sejak tanggal 07 Agustus 2019 s/d 23 Agustus 2019, penulis dapat mengumpulkan data melalui instrumen tes hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

Penelitian dilakukan dengan memberikan dua perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas yaitu pada kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol (pembelajaran dengan menggunakan model konvensional) dan kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen (mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question).

a. Deskripsi Hasil Belajar Matematika

Hasil penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya yang dapat menggunakan sebuah hipotesis atau jawaban sementara. Pada penelitian ini, menggunakan

(55)

analisis statistik deskriptif dan analisis statitistik inferensial. Dalam hal ini, untuk mendeskripsikan data hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif, sedangkan untuk menjawab rumusan masalah menggunakan statistik inferensial.

Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Negeri 14 Makassar kelas X MIA 3 dan X MIA 5. Jumlah siswa masing-masing kelas sebanyak 30 orang sehingga jumlah keseluruhan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebanyak 60 orang. Dari 60 orang siswa tersebut hasil belajar yang berbeda yang disajikan pada uraian berikut ini :

1) Deskripsi Hasil Belajar Matematika yang Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Makassar.

Berdasarkan tes pretest dan posttest yang diberikan pada kelas eksperimen, yang diajar dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question pada siswa kelas X SMA Negeri 14 Makassar pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak satu variabel. Berikut ini adalah, nilai tes hasil belajar kelas eksperimen.

Tabel 4.1 Deskripsi Pretest Kelas Eksperimen

Descriptive Statistics N Range Minimum Maksimum Mean

Std. Deviation Variance PRE TEST EKSPERIMEN 30 15 5 20 10.3 3.88765 15.1138 Valid N (listwise) 30

(56)

Tabel 4.2 Deskripsi Posttest Kelas Eksperimen

Descriptive Statistics N Range Minimum Maksimum Mean

Std. Deviation Variance POST TEST EKSPERIMEN 30 25 70 95 82.1 7.814 61.0586 Valid N (listwise) 30

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan nilai pretest pada kelas eksperimen mempunyai skor maksimum 20 dan minimum 5 sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 10.3. sedangkan nilai post test pada kelas eksperimen mempunyai skor maksimum 95 dan nilai minimum 70 sehingga rata-rata yang diperoleh adalah 82,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif LSQ nilai post test jauh lebih baik daripada nilai pretest.

Selanjutnya jika skor hasil belajar matematika siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe LSQ dikelompokkan kedalam lima kategori maka diperoleh tabel distribusi frekuensi dan presentase skor yang dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Pesentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA 3 SMA Negeri 14 Makassar Sebelum Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)

No. Skor Kategori Frekuensi Presentase (%) 1. 0 ≤ x < 65 Sangat Rendah 30 100 2. 65 ≤ x < 75 Rendah 0 0 3. 75 ≤ x < 85 Sedang 0 0 4. 85 ≤ x < 95 Tinggi 0 0 5. 95 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 0 0 Jumlah 30 100

(57)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Pesentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA 5 SMA Negeri 14 Makassar Setelah Diterapkan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ)

No. Skor Kategori Frekuensi Presentase (%) 1. 0 ≤ x < 65 Sangat Rendah 0 0 2. 65 ≤ x < 75 Rendah 4 13,3 3. 75 ≤ x < 85 Sedang 13 43,3 4. 85 ≤ x < 95 Tinggi 11 36,7 5. 95 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 2 6,7 Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 30 peserta didik kelas X SMA Negeri 14 Makassar yang mengikuti pretest terdapat 30 peserta didik atau 100% peserta didik termasuk dalam kategori sangat rendah. sedangkan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 30 peserta didik kelas X SMA Negeri 14 Makassar yang mengikuti posttest terdapat lima kategori yakni pada kategori sangat rendah tidak terdapat siswa yang berada dalam kategori tersebut, pada kategori rendah terdapat 4 orang siswa atau 13,3%, pada kategori sedang terdapat 13 orang siswa atau sekitar 43,3%, pada kategori tinggi terdapat 11 orang siswa atau sekitar 36,7% dan pada kategori sangat tinggi tedapat 2 orang siswa atau sekitar 6,7%. Sehingga berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas, rata-rata hasil belajar matematika siswa pada saat belum diterapkan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question (LSQ) tergolong dalam kategori rendah namun setelah diterapkan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question (LSQ) rata-rata hasil belajar matematika siswa tergolong sedang. Artinya setelah diterapkan strategi pembelajaran aktif tipe

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Guru dan Siswa
Tabel 3.1 Desain penelitian
Tabel 3.2 Kategori Skor Hasil Belajar
Tabel 3.5 Kriteria Pengkategorian Aktivitas Siswa  No.  Presentase (%)  Kategori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian air tanah di Kabupaten Klaten mendasarkan UU No.7 Tahun 2004 Pasal 1Angka18 yaitu upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan

Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar —yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan

Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang di anggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Dari struktur ini terbagi lagi menjadi enam perangkat yakni elemen 5W+1H atau what, who, when, where,

Penentuan temperatur optimum protease mobil dilakukan dengan cara mereaksikan enzim (konsentrasi 9 g/mL) dengan substrat (kasein) dalam buffer pH 8, selanjutnya diinkubasi

Kedudukan yang strategik Rangsangan keagamaan dan kerohanian Pembangunan ilmu dan penghayatan nilai Peningkatan kemahiran dan penghasilan teknologi Persaingan dengan

Pertumbuhan yang luar biasa dari komunitas Napster Versi baru setiap file-pemeriksaan software termasuk sebuah tombol Beli yang mempunyai link ke CDNow Mungkin bermanfaat

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran