• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERADABAN ISLAM PRA KEMERDEKAAN Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam Diampu Oleh : Mujiburohman, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PERADABAN ISLAM PRA KEMERDEKAAN Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam Diampu Oleh : Mujiburohman, M."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“PERADABAN ISLAM PRA KEMERDEKAAN”

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam Diampu Oleh : Mujiburohman, M.Ag

Disusun oleh kelompok 9 :

 1). Muhamad Suma ( 18.01.01.0027 )

 2). Umiatul Amini ( 18.01.01.0058 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

NIDA EL-ADABI 2021

(2)

I

KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah,Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat Kami selesaikan. Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW, pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.

Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam yang membahas mengenai Peradaban Islam Pra Kemerdekaan.

Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah,baik masalah individu ataupun masalah kelompok.

Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.

Bogor, 30 April 2021

Tim Penyusun

(3)

II DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... I DAFTAR ISI ... II

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Penulisan ... 1

BAB II ... 2

PEMBAHASAN ... 2

A. Teori Kedatangan Agama Islam di Indonesia ... 2

B. Sejarah Awal Masuknya Islam ke Indonesia ... 3

BAB III ... 8

PENUTUP ... 8

A. Kesimpulan ... 8

B. Saran ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia. Agama Islam pertama kali diajarkan Rasulullah di Mekkah ditengah-tengah kaum jahiliyah. Setelah kurang lebih 13 tahun berdakwah di Mekkah, kemuadian beliaupun hijrah ke Madinah dan menyebarkan agama Islam disana.

Setelah Rasulullah SAW wafat, maka penyebaran agama Islam diteruskan oleh para sahabat, tabi’in, para wali, para ulama, dan para tokoh perjuangan Islam dari satu tempat ke tempat lain.

Akhirnya agama Islam pun tersebar dari jazirah Arab sampai Eropa, Afrika, India, China, dan Indonesia. Proses penyebaran Islam tersebut berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan dengan berbagai cara.

Yang lebih mengagumkan lagi, masuk dan diterimanya agama Islam di Indonesia bukan melalui jalan kekerasan, namun melalui hubungan dagang maupun kontak social kemasyarakatan yang terjalin secara baik. Dalam lembar sejarah di tanah air, hampir tidak ada ditemukan besar dalam penyebaran agama Islam, baik yang dilakukan oleh para saudagar dari mancanegara maupun oleh para wali dan ulama di tanah air.

Para pendakwah dalam menyebarkan agama Islam selalu mampu menunjukkan kepada para penduduk di negeri yang ereka datangi dengan berdakwah secara persuasive. Dakwah secara persuasive adalah dakwah melalui pendekatan baik itu pendekatan tradisi, adat, maupun budaya.

Bahkan para wali songo mampu mengemas dakwah mereka melalui pendekatan tradisi, adat, dan budaya local. Sehingga penerimaan agama Islam lebih merasuk kedalam hati masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Teori Kedatangan Agama Islam di Indonesia 2. Sejarah Awal Masuknya Agama Islam ke Indonesia 3. Agama dan Kekuatan Politik masa Kolonialisme C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui teori tentang kedatangan Agama islam di indonesia 2. Mengetahui sejarah awal mulanya masuknya agama islam ke indonesia 3. Mengetahui antara agama dan kekuatan politik pada masa koloni

(5)

2 BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Kedatangan Agama Islam di Indonesia

Banyak teori yang mengatakan bahwa Indonesia telah memiliki peradaban yang tinggi sejak zaman pra-sejarah. Bahkan ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa, sebuah wilayah yang dimaksud Plato (seorang filsuf Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM), yang dimaksud sebagai kota atau Negara dengan peradaban yang tinggi kemudian musnah dalam semalam oleh sebuah bencana alam yang maha dahsyat itu adalah Indonesia. Sebuah teori juga mengatakan bahwa bencana alam yang maha dahsyat yang dimaksud adalah letusan gunung Toba yang membuat Indonesia berubah menjadi bentuk gugusan kepualauan yang terdiri dari beberapa pulau-pulau besar dan sepuluh ribu lebih pulau-pulu kecil. Hingga saat ini, dampak dari letusan gunung Toba dapat pula kita lihat berupa danau Toba yang ditengahmya terdapat pulau Samosir. Menurut para ahli, sebenarnya pulau Samosir tersebut adalah ana gunung toba yang sewaktu-waktu bias meletus kembali.

Kembali kepada teori kedatangan agama Islam di Indonesia, menurut para sejarawan, proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan ber-evolusi, lambat laun, dan sangat beragam. Ada 4 teori mengenai kedatangan Agama Islam di Indonesia, yaitu :

a. Teori Mekkah

Teori Mekkah diperkenalkan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang kita kenal dengan nama Buya Hamka. Seorang ulama dan sastrawan terkemuka di Indonesia. Beliau menolak seluruh anggapan para sejarawan barat yang mengatakan bahwa Islam dating ke Indonesia tidak lagsung dari Arab.

Bahan argumentasi yang dijadikan rujukan oleh Buya Hamka adalah sumber local Indonesia dan sumber arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan Islam ke Indonesia tidak dilandasi oleh factor ekonomi, melainkan didorong oleh motovasi spirit penyebaran agama Islam (dakwah). Dalam oandangan Buya Hamka, jalur perdagangan antara Aran dan Indonesia telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

b. Teori Gujarat

Teori Gujarat menyatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat sendiri terletak di India bagian barat,

(6)

3

berdekatan dengan laut Arab. Teori ini kebanyakan dipakai olh sejarawan dari Barat dan kaum Orientalis.

c. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatagan Islam ke Indonesia berasal dari Persia atau Iran. Pencetus teori ini adalah Hoesein Djadjadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan analisisnya, Hoesein lebih menitikberatkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Inopnesia.tradisi tersebut antara lain tradisi merayakan 10 Muharram atau Assyuro, sebagai hari suci kaum Syi’ah atas kematian Husein bin Ali, cucu nabi Muhammad SAW, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman, Sumatera Barat. Istilah “tabut” yang berarti keranda, diambil dari bahasa arab yang ditransmisikan melalui bahasa Persi.

d. Teori China

Teori China mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau China. Orang China telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindhu-Budha, etnis China telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran Islam telah sampai di China pada abad ke-7 M, yang menurut satu riwayat, agama Islam dibawa ke China oleh salah seorang sahabat nabi yang bernama Saad bin Abi Waqqas. Konon, pada masa dinasti Tang (618-960) di daerah kanton, Guang Zhou, dan pesisir selatan China telah banyak berdiri pemukiman muslim.

Bukti-bukti yang menguatkan teori China ini adalah terdapat banyak masjid-masjid yang berarsitektur Tiongkok di kota-kota pelabuhan di pesisir utara pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang abad 13-15 M seperti Gresik. Misalnya menurut catatan-catatan China, banyak terdapat para pedagang China yang mengelola usaha mereka disana.

Semua teori-teori diatas masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Yang pasti, kedatangan agama Islam ke Indonesia tidak berasal dari satu tempat, satu kelompok, dan tidak dalam waktu yang bersamaan pula.

B. Sejarah Awal Masuknya Islam ke Indonesia

Ada dua teori yang banyak dipakai dalam penulisan sejarah awal masuknya Islam ke Indonesia, yaitu:

a. Teori Gujarat

(7)

4

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke 13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat, berdekatan dengan laut Arab. Tokoh yang mensosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari universitas Leiden pada abad ke19.

b. Teori China

Teori China mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia melalui 2 jalur. Jalur pertama, para pendakwah dari China tiba terlebih dahulu di kerajaan Champa. Setelah beberapa saat bermukim disana, mereka melanjutkan dakwah ke Indonesia yang pada masa itu dibawah kekuasaan imperium Kerajaan Majapahit. Para pendakwah mendarat di kota pelabuhan terbesar saat itu, Gresik. Sedangkan jalur kedua, para pendakwah berlayar menuju Philipina, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku Utara.

Dari kedua teori diatas, keduanya bermuara pada sekelompok pendakwah yang berdakwah di tanah Jawa yang pada masa itu masyarakatnya masih menganut agama Hindu Syiwa dan Budha.

Kedua agama tersebuat adalah agama resmi kerajaan Majapahit, yang pada masa itu menguasai seluruh wilayah Indonesia hingga Singapura (Temasek) dan Malaysia (Malaka). Para pendakwah yang dating ke tanah Jawa itulah yang kita kenal sekarang sebagai Wali Songo.

Para wali tersebut datang ke tanah jawa sekitar awal abad ke-14 M, dimulai dengan kedatangan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang mendarat di kota pelabuhan Gresik. Syekh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Gresik adalah orang Arab yang telah lama menetap di Gujarat India. Di Gujarat, beliau disamping seorang pendakwah juga seorang pedagang ( mengikuti cara hidup Nabi Muhammad SAW). Setelah dakwah beliau berhasil dan mayoritas penduduk Gujarat beragama Islam, barulah beliau melanjutkan dakwahnya ke Indonesia. Kedatangan Syekh Maulana Malik Ibrahim, tidak hanya “membenarkan” teori Gujarat yang banyak digunakan sejarawan Belanda, tetapi juga membenarkan teori Mekkah yang ditulis oleh Buya Hamka.

Adapun teori China, dipakai untuk kedatangan Sunan Bonang ke tanah Jawa. ,meski tidak ada catatan yang menyebutkan dimana Sunan Bonang pertama kali mendarat, walaupun beliau dating tidak lama setelah Sunan Gresik, namun yang dicatat sejarah adalah bahwa beliau adalah seorang keturunan China yang bermukim di Champa, kemudian datang ke Indonesia untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dari Sunan Bonang inilah yang keturunannya banyak memiliki kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia.

C. Agama dan Kekuatan Politik pada Masa Kolonialisme

(8)

5

Agama Islam berkembang di Indonesia berlangsung selama berabad-abad. Pemeluk agama Islam di Indonesia yang pertama meliputi para pedagang yang segera disusul oleh orang-orang kota, baik dari lapisan atas maupun lapisan bawah. Menganut agama Islam merupakan senjata bagi mereka untuk melawan musuh dari luar dan dalam. Bahaya dari dalam adalah masuknya agresor-agresor perdagangan dan agama barat di kawasan Asia Tenggara yaitu orang-orang Portugis yang muncul sebagai unsure kekuasaan di Asia Tenggara pada permualaan abad ke-16.

Dengan keyakinan bahwa membaptiskan orang-orang disana kedalam agama Kristen, maka mereka akan menghapuskan monopoli Islam dalam perdagangan rempah-rempah, kemudian muncul pengancam baratlainnya yaitu VOC. Berdeda dengan orang-orang Portugis yang dilawannya mati- matian dan akhirnya diusir dari Malaka dan dari benteng-benteng pertahanan lainnya di Indonesia, orang Belanda tidak memperdulikan penaklukan yang bersifat agama dibandingkan dengan keuntungan-keuntungan dibidang perdagangan.

Persaingan dan perang-perang perebutan tahta antara penguasa yang telah menjadi Islam tidak jarang memberikan kesempatan kepada orang Portugis dan Belanda untuk mencari alasan mencampuri urusan politik Indonesia. Namun, kebanyakan perlawanannya yang dijumpai Portugis dan Belanda menggumpal disekitar agama Islam. Silam tetap melanjtkan peranannhya selama berabad-abad sebagai pusat perlawanan terhadap campur tangan barat dan kelak terhadap pemerintahan colonial Belanda.

Pentingnya politik Islam Indonesia termasuk Islam Jawa, sebagian besar berakar pada kenyataan bahwa didalam Islam batas antara agama dan politik sangatlah tipis. Islam adalah suatu way of life dan agama. Sebagaimana didalam masyarakat islam lainnya, guru-guru agama dan para kyai serta ulama, sejak awal merupakan unsure social yang penting dalam masyarakat Indonesia. Ancaman Islam yang dilakukan para priyayi meskipun telah memeluk agama islam tetapi mereka tetap melangsungkan kebudayaan aristokrasinya sendiri yang pada umumnya bertentangan dengan kebudayaan santri dan para ulama yang sedang tumbuh. Kemerosotan ini merupakan akibat yang tidak dapat dihindarkan dari kekuasaan Belanda di Indonesia yang kenyataannya membuat raja-raja Indonesia menjadi alat kekuasaan Kristen. Sejak pertengahan abad ke-19 dan seterusnya, agama Islam di Inonesia secara bertahap mulai menanggalkan sifat-sifatnya yang sinkretik.

Memasuki awal abad ke-20, masyarakat Indonesia mulai mengalami transformasi social, politik, ekonomi, dan budaya yang cepat serta pengaruh dari dunia luar. Dalam konteks perubahan atau pembaharuan inilah masyarakat Islam di Indonesia merasa perlu untuk memiliki organisasi yang dapat mengayomi umat dalam bidang agama maupun politik. Berikut ini empat organisasi Islam yang berkembang di Indonesia yang mengurus bidang keagamaan dan juga politik umat Islam di Indonesia:

a. Muhammadiyah

Ketika Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tahin 1912, umat islam sedang dalam kondisi terpuruk. Bersama seluruh bangsa Indonesia, mereka terbelakang dalam

(9)

6

tingkat pendidikan yang sangat rendah. Selain itu kemakmuran ekonomi yang sangat parah serta kemampuan politik yang sangat lemah. Lebih memprihatinkan lagi identitas keislaman merupakan salah satu poin negative kehidupan umat. Islam pada waktu itu identik dengan profil kaum santri yang selalu mengurusi kehidupan akhirat sementara seolah tidak mau tahu dengan perkembangan dan persoalan zaman. Sementara lembaga organisasi keagamaan juga masiih bergelut dengan urussn yang tidak banyak bersentuhan dengan dinamika realita social, apalagi berusaha untuk meajukannya.

b. Persis (Persatuan Islam)

Persis sebagai organisasi berlabel modernis telsh memberikan warna baru bagi dinamika peradaban Islam di Indonesia pada waktu itu. Persis yang lahir pada abad ke-20 merupakan respons terhadap karakter keberagaman masyarakat Islam di Indonesia yang cenderung sinkretik, akibat dari pengaruh prilaku keberagaman masyarakat Indonesia. Indonesia sebelum memiliki organisasi Islam memang merupakan lahan subur bagi praktik sinkretisme, akibat sikap akomodatif para penyebar Islam di Indonesia terhadap adat istiadat yang sebelumnya telah mapan. Meskipun tidak dapat dipungkiri, bahwa keberhasilan penyebaran agama Islam juga tidak lepas dari sikap akomodatif. Bagi Persis, praktik sinkretisme merupakan kesatuan yang tidak boleh dibiarkan berkembang dan harus segera dihapus karena bias merusak sendi- sendi fundamental agama Islam.

c. Nahdatul Ulama (NU)

NU lahir pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini diprakarsai oleh sejumlah ulama terkemuka. Lahirnya NU bisa dikatakan sebagai kebangkitan para ulama. NU didirikan untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional atau sebagai reaksi atas prestasi ideology gerakan modernisasi Islam yang mengusung gagasan purifikan puritanisme.

Pembentukan NU merupakan upaya pengorganisasian dan peran para ulama, pesantren, yang sudah ada sebelumnya. Agar wilayah kerja keulamaan lebih ditingkatkan, dikembangkan, dan diluaskan jangkauannya. Dengan kata lain, didirikannya NU adalah untuk menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan menyatukan langkah-langkah para ulama dan kiai pesantren.

d. Masyumi

Masyumi didirikan pada 24 Oktober 1943 sebagai pengganti MIAI karena pada waktu itu Jepang memerlukan satu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada di zaman Belanda, yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola fikir modern, sehingga pada minggu-minggu pertama Jepang telah melarang Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII). Pada tanggal 7-8 Oktober, diadakan

(10)

7

muktamar Islam di Yogyakarta dan dihadiri oleh hampir semua tokoh organisasi Islam dari masa sebelum perang serta masa pendudukan Jepang.

Kongres memutuskan untuk mendirikan syuro pusat bagi umat Islam Indonesia. Masyumi yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam, pada awal berdirinya Masyumi hanya empat organisasi yang masuk Masyumi, yaitu Muhammadiyah, NU, Perserikatan Ulama Islam, dan Persatuan Umat Islam.

Beberapa tokoh Masyumi yang terkenal adalah:

 K.H Hasyim Asy’ari

 K.H Walid Hasyim

 H. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)

 Muhammad Natsir

 Syafrudin Prawiranegara

Dari empat organisasi tersebutdapat dipahami pembaharuan Islam yang berkenaan dalam bidang politik, social, dan budaya yang bertujuan untuk memperbaiki Islam yang murni.oleh karena itu ajaran islam bersifat universal, tidak saja dalam dimensi sejarah, akan tetapi universal dalam dimensi sosiologis dan antropologis. Dengan demikian, Islam adalah agama bagi semua zaman, dan bagi semua orang dalam berbagai posisi social, ekonomi, budaya, dan politik.

Sesuai dengan tujuannya bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam.

(11)

8

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa;

Islam yang datang ke Indonesia berasal dari berbagai tempat/teori, diantaranya Mekkah, Gujarat, dan China, dimana satu sama lain memiliki pembenaran dan bukti yang memperkuatnya.

Pada masa pra-kemerdekaan Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, namun menurut Buya Hamka, Islam datang ke Indonesia tidak atas dasar perdagangan, melainkan memang para pembawa agama Islam berniat untuk menyebarkannya ke wilayah Indonesia(waktu itu Nusantara).

Dalam upaya penyebarannya, Wali Songo melakukan dakwah dengan cara akulturasi budaya. Yaitu dengan memasukkan ajaran-ajaran islam kedalam kebudayaan-kebudayaan Nusantara yang pada waktu itu berkembang (Hindu-Budha).

Pada masa pra kemerdekaan, Islam juga berkembang dalam bidang politik. Hal itu dilakukan atas dasar perlunya menghimpun kekuatan untuk mempertahankan Islam dan juga dalam upaya meraih kemerdekaan.

Islam sangat berperan besar dalam proses mengusir penjajah, partai-partai besar Islam yang ada pada masa itu diantaranya NU, Muhammadiyah, Persis, dan Masyumi.

B. Saran

Alhamdulillah akhirnya makalah ini berhasil kami susun. Kami sadar dalam proses penyusunan hingga tersusunnya makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami akan sangat menghargai kritik dan saran dari rekan-rekan semua, agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ,manfaat bagi kita semua. Terimakasih.

(12)

9

DAFTAR PUSTAKA Koran Republika edisi 1998

Andresyahputra2410.blogspot.co.id www.islamcendekia.com

Referensi

Dokumen terkait