• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Peserta Didik Slow Learner dan Implikasinya Pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMPN 18 Padang ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Peserta Didik Slow Learner dan Implikasinya Pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMPN 18 Padang ABSTRACT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Profil Peserta Didik Slow Learner dan Implikasinya Pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMPN 18 Padang

Riza Hasan1, Rahma Wira Nita2, Yasrial Chandra2

1Mahasiswa Program Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat rizha.hasan@yahoo.com.

ABSTRACT

This research is motivated by the existence of students of SMPN 18 Padang with special needs (Inclusion) who have below average learning achievement, not discipline in regulation. The purpose of this research is to see the profile of slow learners about, 1) Learning delay, 2) behavioral abnormalities in learning, 3) lack of intelligence ability and 4) learning achievement. This research uses qualitative method of descriptive type. Key informants from this research are 2 slow learner learners, additional informants is 2 BK teachers and 2 subject teachers. Data collection techniques used for this study is interview. Data analysis techniques there are three stages of data reduction, data presentation, drawing conclusions. The results of slow learners experiencing behavioral symptoms as follows, 1) Learning delays, 2) behavioral abnormalities, 3) lack of intelligence ability, and 4) Low learning achievement. From the results of research found to be recommended to the teacher BK in order to improve guidance and counseling services for slow learners.

Keywords: Learning delay, abnormalities, lack of intelligence ability, learning achievement

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Dimana pendidikan itu sendiri merupakan suatu proses untuk mempengaruhi peserta didik melalui proses belajar dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan demikian dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya kearah yang lebih baik.

Menurut Basri (Basri, 2013:15) pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti dari usaha pendidikan adalah usaha

1

(2)

pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti oleh tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berfikir, merasa, berbicara dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupannya sehari-hari.

Menurut Undang-undang Pasal 3 ayat (1) dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 berbunyi:

1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan khusus.

4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Menurut Slameto (2010:2) pengertian belajar secara psikologi adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Peserta didik di sekolah dalam proses belajar memiliki kemampuan yang berbeda-beda begitu juga dengan keterlambatan belajar yang dialami oleh peserta didik. Menurut Afifudin (2012:203) “Slow learner, yaitu siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama”.

Menurut Afifuddin (2012:208)

golongan anak dengan lamban

(3)

belajar (slow learner) atau sebutan kasarnya anak “bodoh” (istilah ini tidak tepat dan tidak perlu digunakan). Mereka memiliki tingkat IQ antara 70-80. Golongan ini dapat dibantu dengan pemanfaatan metode dan strategi serta membutuhkan waktu yang khusus, di samping kesabaran guru, untuk mencapai hasil yang optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa slow learner merupakan peserta didik yang mengalami keterlambatan dalam belajar baik dalam menerima pelajaran, mengerjakan tugas lambat, daya tangkap yang lambat, rata-rata prestasinya kurang dari 6, kelainan prilaku dalam belajar, dan kurangnya kemampuan intelegensi.

Mengatasi peserta didik slow learner maka diperlukan layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Sukardi (2008:29) menyatakan bahwa guru sebagai pembimbing (konselor), dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam

setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan pribadi semacam guruakan secara langsung mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.

Sesuai dengan peran guru sabagai pembimbing (konselor) adalah peserta didik diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru bimbingan dan konseling di sekolah ini memberikan pelayanan kepsada peserta didik baik secara kelompok atau secara perorangan, agar peserta didik tersebut mampu mandiri dalam secara kehidupan sehari-hari dan guru bimbingan (konselor) memberikan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi

yang peneliti lakukan di SMP N 18

Padang pada Tanggal 25 Juli sampai

17 Desember 2016 peneliti

menemukan bahwa masih ada

peserta didik berkebutuhan khusus

(Inklusi) yang memiliki prestasi

belajar dibawah rata-rata, adanya

peserta didik slow learner yang

(4)

belum disiplin terhadap peraturan yang ada disekolah, bahkan sering meninggalkan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung dan sering absen, serta sering menganggu teman dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah seorang guru mata pelajaran di SMP N 18 Padang pada Tanggal 8 Agustus 2016 bahwa peserta didik yang berkebutuhan khusus (Inklusi) banyak yang mengalami lambat dalam belajar maupun mengikuti aktifitas yang ada di sekolah tersebut.

Peserta didik slow learner tersebut juga sulit untuk memahami dan mengingat pelajaran yang telah dipelajarinya, selain sulit memahami dan mengingat, peserta didik slow learner ini juga ada yang tidak mau belajar mandiri dalam mengerjakan tugas (menyontek tugas teman) yang diberikan oleh guru mata pelajaran.

Sehingga mereka sulit untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada tiap mata pelajaran. Jika peserta didik slow learner dibiarkan berlarut-larut maka dampaknya bagi peserta didik tersebut yaitu, peserta didik tidak

akan mandiri sampai peserta didik menyelesaikan pendidikannya, peserta didik tersebut akan terus bermalas-malasan dan tidak mau berusaha untuk memahami pelajaran yang tidak peserta didik pahami, sehingga peserta didik slow learner tidak naik kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Profil Peserta Didik Slow Learner dan Implikasinya

pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP N 18 Padang”.

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya peserta didik slow learner yang belum disiplin terhadap peraturan yang ada disekolah.

2. Adanya peserta didik slow learner yang belum memahami pelajaran saat guru menerangkan pelajaran.

3. Adanya peserta didik slow learner yang sulit mengingat pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

4. Adanya peserta didik slow learner

yang merasa terganggu dengan

adanya kegiatan didalam kelas.

(5)

5. Adanya peserta didik slow learner yang malas-malasan dalam belajar.

6. Adanya peserta didik slow learner yang tidak mandiri dalam mengerjakan tugas (menyontek tugas teman).

7. Adanya peserta didik slow learner yang memiliki nilai dibawah (KKM).

8. Adanya peserta didik slow learner sering absen.

9. Adanya peserta didik slow learner yang tidak tercapai Standar Ketuntasan (SKBM) yang menyebabkan peserta didik gagal dalam belajar.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka fokus penelitian adalah:

1. Profil peserta didik slow learner di SMP N 18 Padang dilihat dari:

a. Keterlambatan belajar

b. Kelainan perilaku dalam belajar

c. Kurangnya kemampuan intelegensi

d. Prestasi belajar

2. Implikasi pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu

meningkatkan cara belajar peserta didik slow learner.

Berdasarkan fokus penelitian masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana profil peserta didik slow learner dan implikasinya pada pelayanan bimbingan dan konseling di SMP N 18 Padang?

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Profil peserta didik slow learner di SMP N 18 Padang dilihat dari:

a. Keterlambatan belajar.

b. Kelainan perilaku dalam belajar.

c. Kurangnya kemampuan intelegensi.

d. Prestasi belajar.

2. Implikasi pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu meningkatkan cara belajar peserta didik slow learner.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini sudah

dilaksanakan mulai dari tanggal 25

Juli 2016 sampai 13 Juli 2017 di

SMP N 18 Padang, dengan judul

penelitian “Profil Peserta Didik Slow

(6)

Learner dan Implikasinya pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP N 18 Padang”.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif ini bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan berbagai gejala dan fakta tentang profil peserta didik slow learner dan implikasinya pada pelayanan bimbingan dan konseling di SMP N 18 Padang.

Menurut William (Moleong, 2010:5) penelitian kualitatif adalah penelitian data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah yang dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah, dan memberikan gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.

Jadi, penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fenomena yang dialami subjek penelitian seperti

memahami perilaku, persepsi, motivasi, dalam bentuk kata-kata dan bahasa dan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitan kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Metode kualitatif pendekatannya tidak memiliki aturan, prosedur tetap, lebih terbuka dan terus berkembang sesuai kondisi lapangan. Peneliti sebagai instrumen penelitian dan analisis data harus mempunyai waktu yang leluasa untuk mengumpulkan data minimal 3-6 bulan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap fenomena yang dialami oleh seseorang atau kelompok, keluarga, dan peristiwa yang terbatas untuk mengungkap secara mendalam situasi atau objek dalam bentuk kata-kata atau bahasa.

Dalam penelitian ini yang akan

diungkap oleh peneliti adalah “Profil

Peserta Didik Slow Learner dan

Implikasinya pada Pelayanan

Bimbingan dan Konseling di SMP N

18 Padang”.

(7)

Defenisi operasional ini sangat perlu dicantumkan, untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman pembaca dalam memahami variabel penelitian mengenai profil peserta didik slow learner dan implikasinya pada pelayanan bimbingan dan konseling di SMP N 18 Padang. Anak slow learner, yaitu peserta didik yang lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan peserta didik lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Dimana dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya peserta didik yang lambat menerima dan memahami pelajaran. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan suatu bantuan yang menyangkut permasalahan yang dialami oleh peserta didik lambat belajar tersebut dengan memberikan layanan sesuai yang dibutuhkan oleh peserta didik lambat belajar.

Menurut Bungin (2011:111) informan merupakan orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara atau orang yang diperkirakan menguasai dan

memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian. Penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informasi kunci didasarkan pada informan berikutnya. Informan kunci didasarkan pada pertimbangan tersebut harus memiliki pengalaman yang banyak mengenai latar penelitian dan benar-benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Informan penelitian menurut Suyanto (2005:172) terbagi beberapa macam, seperti:

1. Informan kunci (key informan), yaitu yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan, yaitu mereka

yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat

dalam interaksi sosial yang

diteliti.

(8)

Jadi, orang yang benar-benar mengetahui informasi dan fakta tentang objek penelitian disebut dengan informan kunci penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa informan penelitian adalah orang yang mampu memberikan informasi yang akurat mengenai subjek penelitian yang akan diteliti, kemudian orang tersebut benar-benar mengetahui tentang latar penelitian.

Dalam hal ini yang menjadi informan penelitian kunci ini adalah dua orang peserta didik SMP N 18 Padang, yang memiliki keterbatasan lambat belajar slow learner, dan informan tambahan empat orang terdiri dari guru mata pelajaran dan guru BK.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data, dalam penelitian ini peneliti langsung melakukannya dengan melihat ke lapangan untuk mendapatkan sejumlah data yang dibutuhkan.

Teknik yang peneliti gunakan untuk melengkapi data dalam membahas masalah ini yaitu wawancara.

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung dari subjek penelitian mengenai profil peserta didik slow learner di SMP N 18 Padang.

Yusuf (2005:278) menjelaskan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung atau percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara dengan responden dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.

Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:366) yaitu:

1. Kepercayaan (Credibility) 2. Keteralihan (Transferability)

3. Dapat Dipercaya

(Dependability)

(9)

Data yang telah peneliti kumpulkan seterusnya dianalisis, Sugiyono (2011:338) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu:

1. Reduksi Data (Reduction Data) 2. Penyajian Data (Display Data) 3. Penarikan Kesimpulan

(Verification)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Penelitian

Pada penelitian ini temuan data yang peneliti kemukakan adalah data yang bersifat deskriptif, yaitu data yang disajikan sesuai dengan apa yang dikemukakan informan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan, yaitu profil peserta didik slow learner dan implikasinya pada pelayanan bimbingan dan konseling di SMP N 18 Padang.

Data didapatkan melalui hasil wawancara dengan informan kunci, yaitu dua orang peserta didik slow learner SMPN 18 Padang dan informan tambahan yaitu empat orang yang terdiri

dari 2 orang guru mata pelajaran dan 2 orang guru BK.

2. Deskripsi Hasil Penelitian a. Profil Peserta Didik

Slow Learner dan Implikasinya pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling

1. Keterlambatan Belajar

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di SMPN 18 Padang diperoleh informasi bahwa peserta didik slow learner mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru, lebih suka melamun di dalam kelas, sulit membaca dan memahami isi teks bacaan yang disediakan guru dan malas mengerjakan tugas serta susah fokus dalam waktu yang lama.

2. Kelainan Perilaku

Berdasarkan wawancara

yang peneliti lakukan di SMPN

18 Padang dapat disimpulkan

bahwa peserta didik slow learner

pada saat proses belajar mengajar

sedang berlangsung dia jarang

memperhatikan guru dalam

menjelaskan pelajaran, suka

bermain, meribut dan

(10)

mengganggu teman yang lain dalam belajar serta ingin cepat keluar dari ruangan kelas.

Menurut Orlansky dan Herward (Jamaris, 2014:208) “Kelainan perilaku adalah masalah yang berkaitan dengan emosi. Yang merefleksikan dirinya melalui perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial di sekitarnya” .

3. Kurangnya Kemampuan Intelegensi

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan di SMPN 18 Padang dapat disimpulkan bahwa peserta didik slow learner dalam hal intelegensi memiliki kemampuan di bawah rata-rata teman yang lain, dapat dilihat dari pemahamannya tentang pelajaran yang masih kurang, sulit mengingat pelajaran yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya akan tetapi dia juga tidak mau bertanya kepada guru maupun teman sekelas dan tidak bisa berbicara di ruangan kelas untuk mengemukakan pendapat.

Dia juga belum bisa untuk menjadi pemimpin bagi teman-

temannya. Menurut Dalyono (2012:124) intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya.

4. Prestasi Belajar Rendah

Berdasarkan wawancara

yang peneliti lakukan di SMPN

18 Padang dapat disimpulkan

bahwa peserta didik slow learner

dalam hal prestasi belajar

berbanding lurus dengan

kemampuannya. Sebagian besar

mata pelajaran menjadi momok

yang menakutkan karena sulit

baginya. Hasil belajar pun

menjadi bukti nyata dengan

perolehan nilai yang masih jauh

dari memuaskan. Menurut

Slameto (2003:54) “Prestasi

belajar merupakan suatu

perubahan yang dicapai

seseorang setelah mengikuti

(11)

proses belajar. Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan”.

A. Implikasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada halaman 66 maka dapat dijabarkan implikasi pelayanan konseling untuk peserta didik slow learner sebagai berikut :

a) Aspek Keterlambatan Belajar Terungkap masalah yang muncul pada hasil penelitian bahwa peserta didik slow learner mengalami susah memahami pelajaran, sering melamun, susah memahami bacaan, malas mengerjakan tugas dan susah fokus dalam waktu yang lama. Maka dengan permasalahan yang muncul tersebut dapat dibantu menggunakan layanan konten beserta memberi materi yang cocok seperti keterampilan mencatat, membuat mind mapping, melakukan

kelompok belajar, serta melakukan konsultasi dengan orangtua. Tujuannya agar peserta didik slow learner dapat menguasai materi, menambah wawasan dan

pemahaman serta

mengarahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan.

b) Aspek Kelainan Perilaku dalam Belajar

Terungkap masalah

yang muncul pada hasil

penelitian bahwa peserta

didik slow learner dalam

perilaku dalam belajar

ditemukan adanya peserta

didik slow learner jarang

memperhatikan guru,

bermain saat proses belajar

berlangsung, ribut dan

mengganggu teman, bersikap

tidak peduli terhadap

pelajaran dan ingin cepat

pulang. Maka yang dapat

dilakukan adalah konsultasi

dengan guru mata pelajaran

dengan menggunakan media

yang menarik supaya peserta

didik slow learner ini tertarik

(12)

untuk belajar dengan serius serta guru BK melakukan konseling dengan peserta didik slow learner tujuannya agar peserta didik slow learner tersebut dapat terarah dalam pengambilan keputusan baik untuk belajar, karir, sosial maupun pendidikan lanjutan.

c) Aspek Kurangnya Kemampuan Intelegensi

Terungkap masalah yang muncul pada hasil penelitian bahwa peserta didik slow learner dalam kemampuan intelegensi ditemukan bahwa peserta didik slow learner ini sulit memahami pelajaran, sulit mengingat pelajaran yang telah dipelajari, belum bisa mempin, tidak mau bertanya meskipun tidak paham dan tidak bisa mengemukakan pendapat. Maka dapat dibantu dengan pelayanan konten dengan menggunakan materi keterampilan bertanya dan melakukan bimbingan kelompok bertujuan untuk

melatih berpendapat baik di depan kelas maupun di luar kelas.

d) Aspek Prestasi Belajar Rendah

Terungkap masalah yang muncul pada hasil penelitian bahwa peserta didik slow learner dalam prestasi belajar yang rendah ditemukan peserta didik slow learner ini sebagian besar mata pelajaran terasa sulit dan memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Maka dapat melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran mengenai hasil prestasi yang diraih oleh peserta didik slow learner serta guru harus paham dengan kondisi yang dialami oleh peserta didik slow learner tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

tentang profil peserta didik slow

learner dan implikasinya pada

pelayanan bimbingan dan konseling

di SMPN 18 Padang dapat dilihat

dari beberapa aspek, seperti

(13)

keterlambatan belajar, kelainan perilaku dalam belajar, kurangnya kemampuan intelegensi dan prestasi belajar yang rendah.

Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas peserta didik dapat mengetahui bahwa peserta didik slow learner mengalami sebagai berikut:

1. Profil peserta didik slow learner a. Keterlambatan belajar seperti:

susah memahami pelajaran, suka melamun, susah memahami bacaan, malas mengerjakan tugas dan suka mencontek serta susah fokus dalam waktu yang lama.

b. Kelainan perilaku dalam belajar, seperti jarang memperhatikan guuuru, bermain di saat proses belajar berlangsung, meribut dan mengganggu teman, cuek terhadap pelajaran dan ingin cepat keluar.

c. Kurang kemampuan

intelegensi, seperti, sulit memahami pelajaran, sulit mengingat pelajaran yang telah dipelajari, belum bisa memimpin, tidak mau bertanya

meskipun tidak paham, dan tidak bisa mengemukakan pendapat.

d. Prestasi belajar yang terlihat pada sebagian besar mata pelajaran terasa sulit dan nilai yang tidak memuaskan baginya.

2. Implikasi pelayanan bimbingan konseling untuk membantu meningkatkan cara belajar peserta didik slow learner.

a. Terungkap masalah pada hasil penelitian mengenai keterlambatan belajar. Maka dengan permasalahan yang muncul tersebut dapat dibantu menggunakan layanan konten beserta memberi materi yang cocok seperti keterampilan mencatat, membuat mind mapping, melakukan kelompok belajar, serta melakukan konsultasi dengan orangtua.

b. Terungkap masalah yang muncul pada hasil penelitian dalam perilaku dalam belajar.

Maka yang dapat dilakukan

adalah konsultasi dengan guru

mata pelajaran dengan

menggunakan media yang

(14)

menarik supaya peserta didik slow learner ini tertarik untuk belajar dengan serius serta guru BK melakukan konseling.

c. Terungkap masalah yang muncul pada hasil penelitian dalam kemampuan intelegensi.

Maka dapat dibantu dengan pelayanan konten dengan menggunakan materi keterampilan bertanya dan melakukan bimbingan kelompok.

d. Terungkap masalah yang muncul pada hasil penelitian dalam prestasi belajar yang rendah. Maka dapat melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran mengenai hasil prestasi yang diraih oleh peserta didik slow learner serta guru harus paham dengan kondisi yang dialami oleh peserta didik slow learner tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.

Bungin, H. M. Burhan. (2011).

Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Prenada Media Group.

Dalyono. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasan, Basri. (2013). Landasan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Jamaris Martin. (2014). Kesulitan Belajar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto. (2002). Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut & Desak P.E Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI NO.20 Tahun 2003). 2011. Jakarta: Sinar Grafika.

Yusuf, A. Muri. (2005).

Metodolog Penelitian.

Padang: UNP Press

Referensi

Dokumen terkait

[r]

‘’gini mbak, kinerja disini itu kan sudah ditetapkan oleh perusahaan misalnya harus tanggap ketika konsumen mempunyai keluhan terhadap kinerja karyawan yang kurang

F test results showed that the variable bid- ask spreads, market value, return variance, and the dividend payout ratio simultaneously having an influence on the holding period

Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan dilakukan menurut (Moprhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016) dan (Bulechek, Butcher, Dochterman, &

Dimensi tubuh embung sawahsumur adalah : Panjang Embung : 178.4 m, Tinggi Embung : 11 m, Lebar Puncak : 5.5 m, Elevasi Puncak : + 37,50 , elevasi dasar tampungan : + 28,50

Agar pengutipan menjadi sederhana, judul materi yang diacu tidak perlu diletakkan di bagian bawah pada halaman yang bersangkutan, melainkan cukup dengan memberikan nomor urut

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII Universitas Diponegoro, Semarang 11-12 Agustus