• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pungutan wajib rakyat sebagai wajib pajak dan bersifat memaksa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan pungutan wajib rakyat sebagai wajib pajak dan bersifat memaksa."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara Indonesia. Pajak merupakan pungutan wajib rakyat sebagai wajib pajak dan bersifat memaksa.

Melalui pajak, pemerintah dapat memenuhi tanggung jawab negara lewat program-programnya dalam rangka mencapai kesejahteraan umum.

Pemerintah maupun perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda tentang pajak. Penerimaan negara tahun 2020 mencapai Rp 1.633,6 triliun, dimana sebesar Rp 1.070 triliun atau sekitar 89,3% berasal dari penerimaan pajak (Merdeka.com, 2021). Berdasarkan data diatas menggambarkan bahwa penerimaan negara terbesar yaitu dari penerimaan pajak. Maka dari itu pemerintah berusaha mengoptimalkan penerimaan pajak agar setiap periodenya mencapai target yang diinginkan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pandangan perusahaan sebagai wajib pajak. Menurut perusahaan, pajak dapat menambah beban dan meminimalisir perolehan laba di perusahaan. Sehingga banyak wajib pajak badan yang ingin memperkecil pembayaran pajaknya agar memperoleh laba yang tinggi. Hal ini lah yang dapat memicu tindakan penghindaran pajak dan membuat optimalisasi pemerintah dalam perpajakan menjadi terhambat.

Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan suatu tindakan yang dilakukan wajib pajak perorangan atau badan dalam rangka meminimalkan

(2)

jumlah beban pajak secara legal (Jusman & Nosita, 2020). Di satu sisi praktik tax avoidance diperbolehkan karena tidak melanggar undang-undang, hanya saja memanfaatkan celah undang-undang perpajakan. Namun disisi lain praktik tax avoidance tidak diinginkan karena dapat mengurangi penerimaan negara (Mahdiana & Amin, 2020). Meskipun hal tersebut tidak melanggar hukum, namun semua pihak sependapat bahwa praktik tax avoidance tidak dibenarkan, karena akan berdampak pada terkikisnya basis pajak yang mengarah pada kurangnya penerimaan pajak (Jusman & Nosita, 2020).

Menteri keuangan Sri Mulyani mengatakan akibat penghindaran pajak, penerimaan pajak global berpotensi hilang sekitar Rp 3.360 triliun per tahunnya melalui praktik pemindahan keuntungan antara negara (base erosion and profit shifting). Tax Justice Network melaporkan bahwa, Indonesia diperkirakan mengalami kerugian hingga 4,86 miliar USD atau setara dengan Rp 68,7 triliun (kurs Rp 14.149) akibat penghindaran pajak. Dalam laporan The State of Tax Justice 2020 menyampaikan bahwa kasus penghindaran pajak di Indonesia berada pada peringkat ke-4 se-Asia, dengan peringkat tertinggi China, di ikuti India dan Jepang (Kompas.com, 2020). Berdasarkan data tersebut menggambarkan bahwa tingkat penghindaran pajak di Indonesia masih sangat tinggi.

Maraknya fenomena penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia membuat tarif PPh badan semakin turun, dari 25% menjadi 22% dan akan terus turun hingga 20% di tahun depan. Sri Mulyani mengungkapkan banyaknya perusahaan yang melaporkan rugi secara terus menerus sebagai tren terbaru

(3)

dalam skema penghindaran pajak, yang didukung dengan meningkatnya persentase wajib pajak badan yang melaporkan kerugian dari 8% di tahun 2012 menjadi 11% pada 2019. Tidak hanya itu, jumlah wajib pajak badan yang mengaku rugi selama 5 tahun berturut-turut juga meningkat dari 5.199 WP badan di tahun 2012-2016 menjadi 9.496 WP badan di tahun 2015-2019 dengan peningkatan hampir dua kali lipat. Peningkatan tersebut diduga sebagai upaya dalam praktik penghindaran pajak, sebab perusahaan tersebut mengaku sedang mengalami kerugian namun tetap melakukan kegiatan operasional dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. UN Trade mengungkapkan bahwa 60%

- 80% merupakan transaksi afiliasi yang beroperasi di perusahaan multinasional.

Untuk kasus di Indonesia sebanyak 37% - 42% dari PDB dilaporkan sebagai transaksi afiliasi di dalam SPT WP Badan. Hal tersebut diperkirakan dapat memicu kerugian negara di seluruh dunia sebesar US$ 100-240 miliar per tahunnya atau setara dengan 4%-10% penerimaan PPh Badan global (cnbcIndonesia.com, 2021). Menurut Center For Indonesia Taxation Analysis di era globalisasi banyak terjadi praktik penghindaran pajak khususnya dari perusahaan multinasional. Seperti pada tahun 2016 kurang lebih 2000 PMA tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan alasan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus (10 tahun berturut-turut) namun masih beroperasi, hal ini indikasi kuat adanya praktik penghindaran pajak secara agresif (Kompas.com, 2021).

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak, salah satunya melalui mekanisme Multinationality. Menurut (Pramesthi et al.

2019) multinationality atau multinasional dapat dilihat dari perusahaan

(4)

yang melakukan afiliasi dengan perusahaan lain di luar negeri. Perusahaan yang berafiliasi dapat dimanfaatkan oleh perusahaan multinasional untuk melakukan tax avoidance. Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan multinasional dalam penghindaran pajak salah satunya melalui pemindahan keuntungan ke negara tax haven (Heidy & Ngadiman, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Puspita et al. (2018) membuktikan bahwa multinationality berpengaruh terhadap tax avoidance. Berbeda dengan hasil penelitian Anggraini et al. (2020) yang menunjukkan bahwa multinationality tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Leverage juga menjadi faktor yang mempengaruhi tindakan tax avoidance. Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam mencukupi kewajiban jangka panjangnya dan untuk mengetahui struktur hutang beserta risiko suatu perusahaan (Kasmir, 2019). Leverage dengan tax avoidance mempunyai hubungan positif. Dimana timbulnya biaya bunga kewajiban yang tinggi dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengurangi laba sehingga pajak yang dibayarkan rendah. Penelitian dari Mahdiana & Amin (2020) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance.

Sedangkan menurut Dewanti & Sujana (2019) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Capital Intensity atau intensitas modal merupakan suatu aktivitas perusahaan dalam berinvestasi aset tetap. Aset tetap (tidak termasuk tanah) mempunyai biaya depresiasi yang diakui oleh pajak, sehingga biaya tersebut dapat dijadikan pengurang laba perusahaan (Siboro & Santoso, 2021).

(5)

Tingginya rasio capital intensity akan berdampak pada tingginya biaya depresiasi sehingga dapat memperkecil laba perusahaan dan rendahnya pajak yang dibayarkan. Penelitian Mailia & Apollo (2020) menunjukkan bahwa capital intensity berpengaruh signifikan terhadap praktik tax avoidance. Berbanding terbalik dengan penelitian Jusman & Nosita (2020) yang membuktikan bahwa capital intensity tidak mempunyai pengaruh terhadap tax avoidance.

Selain multinationality, leverage, dan capital intensity faktor lain yang mempengaruhi tax avoidance yaitu firm size. Firm size merupakan gambaran mengenai besarnya sumber daya yang dimiliki perusahaan (Rahmadani et al. 2020). Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai perbandingan kecil atau besarnya suatu objek, perusahaan yang memiliki aset yang tinggi dapat digolongkan sebagai perusahaan besar (Heidy & Ngadiman, 2021). Besarnya ukuran perusahaan akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh dan berdampak pada laba. Sehingga berpeluang untuk meminimalisir pajaknya melalui tax plan yang dapat berpotensi dalam penghindaran pajak.

Penelitian Pitaloka & Merkusiwati, (2019) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Berbeda dengan hasil penelitian Ulfa et al. (2021) membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Berdasarkan fenomena penghindaran pajak, adanya inkonsisten dari penelitian sebelumnya yang membuat peneliti tertarik untuk menguji kembali agar dapat memperkuat hasil penelitian menggunakan variabel

(6)

multinationality, leverage, capital intensity dan firm size terhadap tax avoidance. Perbedaan penelitian ini terletak pada periode pengamatan yang dilakukan pada tahun 2020. Dimana pada tahun tersebut terjadi perbedaan kondisi ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2020 sebagai objek penelitian. Alasan menggunakan perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan karena salah satu perusahaan yang mampu bertahan di tengah pandemic covid-19 dimana sektor tersebut mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,30% secara tahunan (yoy) yang ditandai dengan pertumbuhan penjualan di sepanjang tahun 2020 (kompas.com, 2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah tax avoidance dengan judul “PENGARUH MULTINATIONALITY, LEVERAGE, CAPITAL INTENSITY, DAN FIRM SIZE TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris pada Perusahaan Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2020).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah multinationality berpengaruh terhadap tax avoidance?

(7)

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance?

3. Apakah capital intensity berpengaruh terhadap tax avoidance?

4. Apakah firm size berpengaruh terhadap tax avoidance?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu antara lain:

1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh multinationality terhadap tax avoidance

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh leverage terhadap tax avoidance

3. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh capital intensity terhadap tax avoidance

4. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh firm size terhadap tax avoidance

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti secara empiris terkait pengaruh multinationality, leverage, capital intensity dan firm size terhadap tax avoidance. Dimana dapat memberikan kontribusi bagi literatur ilmu akuntansi terkait kajian tax avoidance. Serta dapat dijadikan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

(8)

2. Manfaat praktik

Secara praktik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pihak yang membutuhkan dalam pengambilan keputusan dan membuat kebijakan. Bagi investor maupun kreditur, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gambaran terkait tindakan penghindaran pajak agar terhindar dari sanksi pajak. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam membuat keputusan perpajakan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dijelaskan, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul :

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul “Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak,

Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja, Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak

Kebermanfaatan kegiatan pengabdian masyarakat ini dievaluasi melalui kuisioner dengan pengujian kebermanfaatan perangkat simulasi yang dihitung perspektif pengelola

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, sadranan merupakan upaya untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dengan keyakinan yang berdasarkan pada pandangan mengenai

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan teori yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas

Manfaat utama dari kegiatan ini yaitu skill pembuatan telur asin dan es krim yang diterima langsung oleh sasaran (santri), sedangkan manfaat lainnya diterima oleh pondok pesantren

cross check terhadap data yang tertera pada Formulir Aplikasi Pembiayaan dan dokumen calon nasabah serta memastikan dokumen belum berakhir masa aktifnya. 5) Bila