• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain guru Pembimbing atau konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas. Tugas masing masing personil tersebut khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut (Sukardi,2008:91)

a. Kepala sekolah

Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan ketrampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor.

Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran

pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di

sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang

paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling

di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan

program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan

konseling. Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan

program bimbingan dan konseling di sekolahnya.

(2)

Dijelaskan pula bahwa peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai berikut:

1). Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling;

2). Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut keperluannya;

3). Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;

4). Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling;

5). Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid,

orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau dalam bulletin-buletin bimbingan dan konseling;

6). Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan bimbingan dan konseling;

7). Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling;

8). Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam kelas);

9). Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program bimbingan dan konseling

(3)

dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah;

10). Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok maupun individual;

11). Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.

Adapun peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:

1). Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling;

2). Memilih dan menentukan para konselor;

3). Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para guru, murid, dan orang tua murid/masyarakat terhadap program bimbingan dan konseling;

4). Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya;

5). Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang pekerjaan/jabatan;

6). Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling;

7). Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas kepala sekolah dalam

pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut:

(4)

1). Staff selection. Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang cocok

untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan analisa untuk mengetahui apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih spesialis.

2). Description of staff roles. Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan

membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.

3). Time and facilities. Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan fasilitas untuk

kepentingan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.

4). Interpretation of program. Menginterpretasikan program bimbingan dan konseling kepada

murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu program bimbingan dan konseling. Dalam menginterpretasikan program bimbingan dan konseling mungkin perlu bantuan dari staf bimbingan dan konseling, tetapi tanggung jawab terletak pada kepala sekolah sebagai administrator.

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa Seorang profesional yang terlatih dan memiliki keahlian dan kewenangan dalam bidang praktek konseling. Di mana dalam kerjanya bertujuan untuk membantu konseling memecahkan kesulitan yang dimilikinya, (Darminto, 2007: 16).

Disisi lain sukardi (2002:43) membagi jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling

dalam tujuh bagian yakni layanan orientasi, informasi, penempatan penyaluran, penguasaan

konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok. Dari tujuh jenis

layanan yang telah dikemukakan, Tohirin (2007:187) menambahkannya yakni layanan konsultasi

dan layanan mediasi

(5)

Pengertian di atas, mengisyaratkan bahwa menjadi guru bimbingan dan konseling membutuhkan keahlian tertentu, terutama yang berkaitan dengan psikologis seseorang (siswa).

Sebab, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang terlepas dari suatu beban atau minimal pembelajar tidak terbebani dengan suatu masalah yang dialaminya.

Guru bimbingan dan konseling yang profesional dalam membimbing siswa yang mengalami berbagai permasalahan, diperlukan sejumlah syarat keilmuan akademis yang memadai untuk menjawab permasalahan peserta didik. Menurut Ahmad (dalam Tasrif, 2011:

163) ada sejumlah syarat untuk menjadi seorang konselor termasuk untuk menjadi bimbingan dan konseling yang baik yakni sebagai berikut:

a. Seorang guru bimbingan dan konseling memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang kegiatan yang mengandung pokok-pokok pengetahuan yang luas yang menyangkut kegiatan membimbing dan konseling di sekolah.

b. Seorang guru bimbingan dan konseling harus memiliki mental dan sikap bijaksana yang matang.

c. Bagi seorang yang membimbing dan menasehati orang lain, maka secara material seorang guru bimbingan dan konseling harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani serta performance yang menarik.

d. Seorang guru bimbingan dan konseling harus memiliki sikap dan sifat afektif yang baik, ramah, sopan santun, dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

e. Seorang guru bimbingan dan konseling harus siap menjalankan kode etik dalam bimbingan dan konseling.

b. Guru Mata Pelajaran

(6)

Peran guru mata pelajaran dalam layanan bimbingan dan konseling. (1) membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling, (2) membatu guru pembimbing mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling serta mengumpulkan data peserta didik tersebut, (3) mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, (4) menerima peserta didik yanag memerlukan pelayanan khusus seperti program perbaikan atau pengayaan, (5) membantu menciptakan suasana kelas, hubungan guru dengan peserta didik,hubungan sesame peserta didik yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, (6), memberikan kemudahan bagi peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, (7) berprtisipasi dalam penanganan masalah peserta didik,seperti konferensi kasus, (8) membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling, serta upaya tindak lanjutnya. Marsudi (2003:72)

c. Wali Kelas

Peran wali kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling (1) membantu guru pembimbing dalam melaksanakan tugas-tugasnya, khusus dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, (2) membantu guru mata pelajaran melaksanakan peran pelayanan bimbingan dan konseling, khusus di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, (3) membantu memberikan kemudahan bagi peserta didik di kelas yang menjadi tanggung jawabnya dalam menjalani layanan atau kegiatan bimbingan dan koseling, (4) berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan koseling, khususnya konferensi kasus, (5) mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.

2.2 Tugas Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

(7)

Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu bimbingan dan konseling dengan rasio satu orang bimbingan dan konseling untuk 150 orang siswa.

Selanjutnya berdasarkan fungsi dan prinsip bimbingan dan konseling, maka kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama Nurihsan (2005:27) yakni: (1) Layanan dasar bimbingan, (2) Layanan responsive, (3) Layananan perencanaan individual, dan dukungan system.

Dengan demikian, kehadiran bimbingan dan konseling dalam suatu sekolah merupakan suatu keharusan. Sebab, dengan adanya bimbingan dan konseling, tentu guru mata pelajaran yang ditugaskan oleh kepala sekolah sebagai pembina/pembimbing dapat tergantikan. Kondisi ini dilaksanakan dengan tujuan agar guru mata pelajaran dapat lebih fokus dengan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Selain hal tersebut, program ini bertujuan untuk menghindari terjadinya masalah antara emosi guru pada kegiatan bimbingan dengan kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan tidak terarahnya kegiatan KBM tersebut.

Olehnya itu fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah sangat lah perlu untuk memberikan pembimbingan kepada siswa yang punya masalah khususnya dalam belajar menurut Hikamawati (2011:17) ada sepuluh fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu:

(1) fungsi pemahaman, (2) Fungsi Prefentif, (3) Fungsi pengembangan, (4) Fungsi

Penyembuhan, (5) Fungsi Penyaluran, (6) fungsi adaptasi, (7) Fungsi penyesuaian, (8) Fungsi

perbaikan, (9) Fungsi fasilitas, (10) Fungsi pemeliharaan

(8)

Selanjutnya, oleh karena kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab guru BK sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas guru mata pelajaran, maka beban tugas tersebut meliputi:

a. Kegiatan penyusunan program pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

b. Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.

c. Kegiatan evaluasi pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.

d. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing/Konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, selebihnya dihargai sebagi bonus dengan ketentuan sebagai berikut:

1) 10 – 15 siswa = 2 jam

2) 16 – 30 siswa = 4 jam

3) 31 – 45 siswa = 6 jam

4) 46 – 60 siswa = 8 jam

5) 61 – 75 siswa = 10 jam

6) 76 – atau lebih = 12 jam, (Sukardi, 2008: 96).

2.3 Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Siswa.

(9)

Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat setelah mengadakan evaluasi dan pencapaian hasil balajar siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban setiap guru atau pelajar. Dikatakan kewajiban karena setiap pangajar akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya atau kepada siswa itu sendiri, bagaimana dan sampai di mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa tentang materi dan keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikan.

Hal–hal yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan anak (inteligensi) adalah: Belajar tidak senantiasa berhasil akan tetapi sering kali ada hal–hal bisa mengakibatkan kegagalan atau setidaknya merupakan kegagalan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ektern.

a. Faktor Intern

Secara umum, adapun contoh faktor internal sebagai berikut:

1) Keadaan jasmani

Keadaan jasmani yang segar dan sehat akan membuat siswa belajar lebih baik, keleluasan jasmani seperti mengatuk, lesu, kurang gizi, kelelahan menyebabkan siswa tidak dapat memuasatkan perhatian pada pelajaran.

2) Kesehatan

Kondisi fisik tidak sehat membuat siswa tidak dapat belajar dengan tenang.

3) Emosional

Emosional atau perasaan seperti sedih, takut, gembira, marah, cemas, terasa aman akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar.

4) Intelegensia atau kemampuan

(10)

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda- beda, ada yang berkemampuan tinggi, ada yang berkemampuan sedang dan ada yang rendah.

5) Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagi dorongan untuk melakukan sesuatu seperti belajar, bekerja atau berolahraga. Motivasi datang dari diri sendiri (motivasi intrinsik) atau datang dari luar diri orang tersebut (motivasi ekstrinsik).

b. Faktor Ekstern

Selain faktor dari dalam diri siswa, keberhasilan peserta didik juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (dari luar diri manusia itu sendiri) yang meliputi:

1) Faktor yang datang dari keluarga yang mencakup: cara mendidik anak, hubungan orang tua dan anak, contoh atau bimbingan dari orang tua, suasana rumah / keluarga, keadaan ekonomi keluarga

2) Faktor yang datang dari sekolah, yang meliputi: metode mengajar/cara penyajian, hubungan guru dengan murid, media pendidikan, kondisi gedung, dan kurikulum.

Contoh–contoh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan keluarga

Kurangnya perhatian orang tua, hubungan ayah dan ibu yang kurang harmonis dan lingkungan belajar yang kurang mendukung menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan tenang.

2) Faktor ekonomi

(11)

Keadaan ekonomi orang tua yang memprihatinkan menyebabkan siswa kadang – kadang tidak ada waktu untuk belajar karena harus membantu orang tua untuk mencari nafkah.

3) Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi dewasa ini yang sedemikian cepat akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa. Salah satu contohnya adalah televisi. Karena kurang kontrol dan bimbingan orang tua menyebabkan anak lebih suka menonton televisi dari pada belajar, (Hamalik, 2003: 99).

2.3.1 Upaya Guru BK Dalam Menangani Masalah Rendanya Prestasi Belajar Siswa.

Menurut Sukardi, (2007: 60) langkah-langkah yang ditempuh oleh guru bimbingan dan konseling untuk menjamin keberhasilan belajar adalah : (1) identifikasi masalah siswa, (2) diagnosa, (3) prognosa, (4) pemberian bantuan (5) follow up (tindak lanjut).

Masing-masing langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Identifikasi Masalah Siswa

Identifikasi masalah siswa adalah untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan langkah ini”sangat mendasar sekali” dan merupakan awal kegiatan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah untuk menentukan masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan belajar siswa, masalah yang terjadi dijaga, kerahasiaannya.

Dikandung maksud agar siswa yang mengalami permsalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan instrumen.

b. Diagnosa

(12)

Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai rumusan-rumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam bidang pribadi, serta kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitas-nya sehari-hari, sehingga mempengaruhi belajarnya.

c. Prognosa

Prognosa merupakan kegiatan mempraktikan permasalahan, apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan kepadanya.

d. Pemberian bantuan

Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin.

e. Follow up (tindak lanjut)

Tindak lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau ketidakberhasilan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan.

Sehubungan dengan penelitian ini, peran guru BK yang dimaksudkan tidak menggunakan langkah-langkah sebagaimana dijelaskan di atas. Indikator peran guru BK dalam menangani rendahnya prestasi belajar dilihat secara luas, yakni menyangkut: (1) aktivitas guru memperoleh informasi tentang prestasi belajar siswa dan jenis layanan bimbingan yang diberikan, (2) materi bimbingan yang diberikan, dan (3) keahlian guru BK.

Aktivitas guru memperoleh informasi tentang prestasi belajar siswa dan jenis

layanan bimbingan yang diberikan meliputi, (1) guru BK meminta saya memberikan informasi

tentang hasil belajar yang saya peroleh setiap semester, (2) guru BK tidak perduli dengan hasil

(13)

belajar yang saya peroleh, (3) saya sangat beruntung adanya guru BK disekolah dalam memberikan layanan menangani rendahnya prestasi belajar, (4) saya tidak pernah mendapat layanan bimbingan dari guru BK terkait dengan rendahnya prestasi belajar, (5) dengan adanya layanan guru BK masalah rendahnya prestasi belajar siswa dapat teratasi

Materi bimbingan mengenai prestasi belajar meliputi, (1) guru BK melaksanakan layanan bimbingan dan konseling didalam kelas, (2) guru BK tidak pernah mengunjungi setiap kelas untuk memberikan layanan bimbingan kepada siswa yang prestasi belajar siswa rendah, (3) guru BK sangat antusias memberikan layanan materi bimbingan yang optimal untuk perkembangan peserta didik dalam belajar, (4) layanan yang diberikan guru BK tidak mempunyai pengaruh bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, (5) rendahnya prestasi belajar siswa dapat teratasi dengan baik oleh adanya materi layanan dan bimbingan dari guru BK

Keahlian guru BK dalam menangani masalah prestasi belajar meliputi, (1) guru BK selalu memperhatikan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam belajar, (2) guru BK hanya membiarkan siswa yang memiliki kesulitan belajar tanpa memberikan solusi, (3) guru BK mampu memberikan kemampuan, kematangan, dan kepribadian yang kuat bagi siswa untuk selalu meningkatkan prestasi belajarnya, (4) guru BK hanya memberikan nasehat saja tidak mencerminkan sikap sebagai guru pemberi layanan dan bimbingan, (5) saya melihat guru BK mempunyai keahlian dalam layanan dan bimbingan yang mampu memberikan spirit kepada siswa dalam meningkatkan prestsi belajarnya.

Adapun keahlian guru BK selain menangani masalah prestasi belajar siswa meliputi: (1) mampu melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, (2) memasyrakatkan layanan

bimbingan dan konseling, (3) mampu merencanakan program bimbingan dan konseling,(4)

melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling,(5) mengevaluasi proses dan

hasil pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling, (6) melaksanakan tindak lanjut

berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan bimbingan dan konseling, (7)

(14)

mengadministrasikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, (8) mempertangjawabkan

tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling kepada koordinator dan

konseling.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian dan pengembangan ( research and development ) dan menggunakan model pengembangan yang diadaptasi dari model

Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam kesulitan, kami memohon kepada-Mu

Hasil ini menunjukkan bahwa secara parsial, baik kepemimpinan visioner maupun motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi (Hipotesis 2

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Giving Question and Getting Answer dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Motivasi

-> Multi – connections : dapat digabungkan dengan peralatan jaringan untuk menampilkan secara tour dari channel yang bersangkutan. Setelah memilih koneksi, anda dapat

Prinsip kerja metode ini adalah mengukur perubahan kandungan oksigen dalam botol terang dan botol gelap yang berisi contoh air setelah diinkubasi dalam jangka waktu tertentu

Keputusan penyapihan yang dilakukan oleh ibu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesibukan ibu yang bekerja, pengetahuan ibu, status kesehatan ibu dan bayi, status

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia pembelajaran interaktif penginderaan jauh berpengaruh terhadap hasil belajar, dimana hasil yang diperoleh