No. Reg : 211010000032571
LAPORAN ANTARA KATEGORI PENELITIAN
PENELITIAN PEMBINAAN/PENINGKATAN KUALITAS
IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH UNTUK PEMBIAYAAAN MODAL USAHA (STUDI KASUS PADA BANK SYARIAH MANDIRI KCP
SIPIROK)
Disusun Oleh:
JA’FAR NASUTION, Lc., M.E.I
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank Syariah merupakan bank yang kegiataannya mengacu pada hukum syariah, dalam operasionalnya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah atau sesuatu yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dengan bank.
Akad Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli yaitu modal beserta keuntungan yang diperoleh harus diketahui bersama.Akad mudharabah adalah akad salah satu bentuk kerjasama antara dua pihak, pihak pertama sebagai pemilik modal dan pihak kedua sebagai pengelola usaha yang mempunyai keahlian menjalan usaha bersama tersebut.
Bank syariah dengan akad murabahah masih mendominasi,
yakni mencapai 54,03%. Risiko akad tersebut dinilai lebih rendah bagi
bank dan skema kepastian angsuran bagi nasabah. Akad ini banyak
digunakan ketimbang akad mudharabah karena karakteristik kepastian
dalam besaran angsuran dan margin. Selain itu, Akad murabahah
memiliki risiko pembiayaan yang lebih rendah bagi bank.
Akad murabahah merupakan transaksi dan sekaligus jaminan pembiayaan sehingga lebih memperkuat posisi sumber pengembalian kredit bagi bank. Alasan lainnya adalah karakteristik pembiayaan akad murabahah dengan konsep perjanjian jual beli terbilang lebih sederhana perhitungannya dan lebih mudah dipahami oleh nasabah. Sementara pembiayaan mudharabah, musyarakah dan pempiayaan lainnya lebih kompleks.
Oleh karena itu, permintaan dari masyarakat terhadap produk pembiayaan murabahah lebih tinggi dibandingkan dengan akad lainnya.
Permintaan terbesar berasal dari pembiayaan konsumtif. Namun demikian, keinginan masyarakat atas kebutuhan menggunakan transaksi syariah masih tinggi, pembiayaan berakad murabahah tidak hanya dapat digunakan untuk kebutuhan konsumtif seperti pembiayaan kenderaan bermotor dan perumahan, tetapi digunakan juga untuk pembiayaan yang bersifat produktif termasuk pembiayaan untuk tujuan modal usaha.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2018
yang lalu, porsi akad murabahah lebih tinggi mencapai 54,03% dari total
pembiayaan yang disalurkan Rp 325,69 Trilliun. Adapun akad lainnya
adalah akad musyarakah 34,13% akad mudharabah 6,11% akad ijarah
3,27% , akad qard 2, 06% dan akad istisna’ 0,41%. Sampai saat ini,
pembiayaaan yang terbanyak yang disalurkan oleh bank syariah adalah
pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah. Adapun,
pembiayaan dengan akad mudharabah maupun musyarakah seharusnya
lebih mendominasi karena pada kedua akad inilah sebenarnya pembiayaan modal usaha digunakan dan kedua akad inilah merupakan karakteristik dasar perbankan syariah dibentuk.
Berdasarkan observasi peneliti dan hasil wawancara dengan Costumer Service, Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok menggunakan
akad murabahah dalam pembiayaan modal usaha, akad murabahah yang seharusnya digunakan untuk transaksi jual beli yang bersifat konsumtif akan tetapi akad ini digunakan untuk pembiayaan modal usaha bagi nasabahnya. Dalam pelaksanaan akad ini, pihak bank memberikan kuasa kepada nasabahnya untuk membeli barang yang diperlukan untuk usaha nasabah atas nama bank. Kemudian, pihak bank menjual barang tersebut kepada nasabah ditambah sejumlah keuntungan untuk dibayar nasabah dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan masing-masing.
Berdasarkan temuan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok. Dalam penelitian ini peneliti tertarik mengambil judul’’
Implementasi Akad Murabahah Untuk Pembiayaaan Modal Usaha (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan bank Syariah Mandiri KCP Sipirok?
2. Kenapa akad murabahah digunakan untuk pembiayaan modal usaha?
3. Apakah pembiayaan modal usaha yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok sudah sesuai dengan Syariah?
C. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka akan peneliti jelaskan definisi operasional variabel dari judul penelitian yaitu “Implementasi Akad Murabahah Untuk Pembiayaaan Modal Usaha (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok), yaitu:
1. Akad Murabahah
Akad Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan yang disepakati dalam arti penjual harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan tingkat keuntungan yang disepakati.
Akad Murabahah tidak didasarkan pada sebuah ayat yang khusus dari al-Quran, akan tetapi didasarkan pada keutamaan dalil jual beli dalam al-Quran.Demikian juga hadis yang berkaitan dengan akad ini merujuk kepada hadis hadis yang berkaitan dengan akad jual beli.
2. Pembiayaan
Pembiayaan yang artinya kepercayaan yaitu lembaga pembiayaan selaku pemilik modal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan ikatan yang benar, jelas syarat-syaratnya dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
3. Modal Usaha
Modal usaha merupakan salah satu aspek yang harus ada dalam berwira usaha. Modal usaha juga dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk menjalankan usaha untuk tetap berjalan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan bank Syariah Mandiri KCP Sipirok.
2. Untuk mengetahui kenapa akad murabahah digunakan untuk pembiayaan modal usaha
3. Untuk mengetahui bagaimana solusinya supaya akad murabahah sesuai dengan syariah.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Secara Teoritis
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi
peneliti tentang mengenai pelaksanaan akad murabahah untuk
pembiayaan modal usaha yang dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok
2. Dapat juga digunakan sebagai sumber informasi dan kontribusi bagi dunia akademik
b. Secara Praktis
1. Secara praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi karyawan untuk meningkatkan minat nasabah pada produk pembiayaan yang ditawarkan
2. .Sebagai bahan acuan penelitian dan sebagai tugas wajib dosen
menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan , penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembiayaan
Pembiayaan yang artinya kepercayaan yaitu lembaga pembiayaan selaku pemilik modal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan ikatan yang benar, jelas syarat-syaratnya dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
1Pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang usahanya dibidang pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen.
Adapun sistem pembayarannya adalah angsuran atau berkala.
2(Suhrawardi, dkk: 2012:118 ) .
a. Fungsi Pembiayaan
1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa
2) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga
1 Veithsal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2001), hlm.3.
2 Suhrawardi dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam (Jakrta: Sinar Grafika, 2012), hlm.118.
3) Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.
b.Jenis-jenis Pembiayaan
1) Pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan 2) Pembiayaan dilihat dari jangka waktunya 3) Pembiayaan dilihat dari sektor usaha 4) Pembiayaan dilihat dari jumlahnya.
32. Modal Usaha
Menurut Juliasty” Modal usaha merupakan salah satu aspek yang harus ada dalam berwira usaha. Modal usaha juga dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk menjalankan usaha untuk tetap berjalan.
Modal usaha dapat diartikan dari berbagai segi yaitu:
a. Modal pertama kali membuka usaha b. Modal untuk melakukan perluasan usaha c. Modal untuk menjalankan usaha sehari-hari
Jenis modal dalam usaha dibagi menjadi dua yaitu: Modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal awal yang diperlukan untuk investasi awal usaha. Modal investasi dikeluarkan untuk membeli kebutuhan usaha yang tetap seperti tanah, bangunan dan peralatan.
Sedangkan modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai
3 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 113.
operasional usaha. Modal kerja ini dibagi dua yaitu modal tetap dan modal tidak tetap (biaya pengeluaran tidak tetap setiap bulannya).
43. Akad Murabahah
a. Pengertian akad Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan yang disepakati dalam arti penjual harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan tingkat keuntungan yang disepakati.
Akad Murabahah tidak didasarkan pada sebuah ayat yang khusus dari al Quran, akan tetapi didasarkan pada keutamaan dalil jual beli dalam al-Quran.Demikian juga hadis yang berkaitan dengan akad ini merujuk kepada hadis hadis yang berkaitan dengan akad jual beli.
b. Fatwa Murabahah
Murabahah dalam fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/TV/2000 yang
memutuskan:
Pertama: Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba 2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariat Islam 3) Bank membiayai sebagian atau seluruhnya harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
4 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 101.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian secara utang
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungan. Dalam hal ini harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Kedua: Ketentuan murabahah kepada nasabah
1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atas asset kepada bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerimanya sesuai janji yang telah disepakati, karena
secara hokum janji tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4) Jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. (Juhaya S.
Praja: 2015: 213-214)
Yazid affandi meneyebutkan bahwa nilai keadilan dalam akad mudharabah adalah terletak pada keuntungan dan pembagian resiko dari
masing-masing pihak yang sedang melakukan kerjasama sesuai dengan porsi keterlibatannya.
5. Demikian juga Wahbah Zuhaili dalam kitabnya menyatakan bahwa seseorang tidak boleh melakukan akad mudharabah kecuali ada usaha riil yang dilakukannya. Hal ini karena jika tidak ada usaha tersebut maka sama saja dengan akad murabahah.
6c. Rukun dan syarat akad Murabahah
Rukun akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu:
1) Aqidain yaitu terdiri dari penjual dan pembeli 2) Mabi’ yaitu barang dagangan
3) Tsaman yaitu harga 4) Ijab dan Kabul
Syarat-syarat murabahah adalah sebagai berikut:
5 Yazid Afandi, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Logung, 2009).
6 Wahbah Az-zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu (Beirut: Darul Fikri, 2004).
1) Penjual harus memberi tahu biaya modal kepada nasabah
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian. (M. Nur : 2012: 198).
d. Karakteristik Murabahah
Karakteristik murabahah adalah sipenjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, muarabah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
77 Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh Dan Keuangan) (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2013), hlm.98.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yang mana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
8Tujuan penelitian deskriptif ini adalah membuat gambaran bagaimana pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan modal usaha yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
8 Margono, “Metodologi Penelitian Pendidikan” (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997).
Penelitian ini dilakukan di PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu (KCP) Sipirok yang terletak dijalan Merdeka Merdeka No. 96 (Kelurahan Sipirok) Kecamatan Sipirok , Sumatera Utara.
Penelitian ini diselesaikan dalam waktu 10 bulan mulai dari studi awal September 2019 sampai Juli 2020.
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri. Peneliti hanya mengambil informasi dari karyawan atau pegawai yang ada di Bank Syariah mandiri KCP Sipirok.
D. Sumber Data Penelitian
Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu:
a) Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data pokok yang di peroleh dari lapangan penelitian secara langsung. Adapun sumber data pokok dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pegawai yang ada di Bank Syariah mandiri KCP Sipirok.
b) Sumber data skunder
Sumber data skunder atau data pelengkap untuk menguatkan data primer yaitu data dari dokumen dan orang yang dianggap dapat memberikan informasi dalam menguatkan data penelitian.
E. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data
Adapun instrumen data yang digunakan adalah:
a) Wawancara
Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.
9b) Observasi
Perlunya metode observasi dimana peneliti dapat melihat secara langsung di lapangan penelitian mengenai kondisi informasi sehingga dapat menemukan suatu objek dalam penelitian ini.
10c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan dan pengalamannya.. Data dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan atau laporan yang diperoleh dari internal Bank Syariah Mandiri KCP Sipirok.
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penenelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.138.
10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).
F. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses penyusunan data yang dapat ditafsirkan memberi makna pada analisa hubungan berbagai konsep. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik : Reduksi, klasifikasi, editing, deskripsi dan penarikan kesimpulan.
G. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif diperlukan keabsahan data. Adapun teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi.
Trianggulasi yang dilakukan penelitian dengan cara:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b) Membandingkan apa yang disampaikan masyarakat.
c) Membandingkan hasil penelitian dengan fakta dilapangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Awal
Pelaksanaan pembiayaan murabahah untuk modal usaha pada Bank Syariah Indonesia (BSI) KCP Sipirok
1) Proses pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan pada Bank Syariah Indonesia (BSI) KCP Sipirok
Akad Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh
penjual dan pembeli yaitu modal beserta keuntungan yang diperoleh
harus diketahui bersama.Akad mudharabah adalah akad salah satu
bentuk kerjasama antara dua pihak, pihak pertama sebagai pemilik
modal dan pihak kedua sebagai pengelola usaha yang mempunyai keahlian menjalan usaha bersama tersebut.
Akad murabahah merupakan transaksi dan sekaligus jaminan pembiayaan sehingga lebih memperkuat posisi sumber pengembalian kredit bagi bank. Alasan lainnya adalah karakteristik pembiayaan akad murabahah dengan konsep perjanjian jual beli terbilang lebih sederhana perhitungannya dan lebih mudah dipahami oleh nasabah. Sementara pembiayaan mudharabah, musyarakah dan pempiayaan lainnya lebih kompleks.
Pembiayaan yang artinya kepercayaan yaitu lembaga pembiayaan selaku pemilik modal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan ikatan yang benar, jelas syarat-syaratnya dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Branch Manager BSI KCP Sipirok maka beliau menjelaskan bahwa’’ Pembiayaan merupakan pemberian sejumlah dana bagi nasabah yang membutuhkan dan sesuai dengan kategori yang diberikan oleh bank yang bersangkutan berupa modal kerja dengan menggunakan akad murabahah dan mudharabah dan tidak diberikan kepada orang yang tidak membutuhkan.”
1111 Wawancara dengan Bapak Riski Hamdani Nasution (Branch Manager BSI KCP Sipirok) Pukul 14.30/ Jum’at 25 Juni 2021