7
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Upaya dilakukan untuk menuntaskan pemukiman kumuh adalah melalui pencapaian target melalui pengembangan air minum kepada masyarakat yang harus tercapai 100 persen, pengembangan cakupan layanan sanitasi pengolahan limbah 100 persen, pengelolaan sampah 100 persen, pembangunan sarana drainase 100 persen dan penataan kawasan kumuh 0 persen.
7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
7.1.1 Kondisi eksisting
A) ISU STRATEGIS
Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kota Banjarmasin meliputi
berbagai wilayah dan kawasan antara lain :
1) Mempertimbangkan keseimbangan perkembangan antar Sub Wilayah kota, maka
pembangunan perumahan di Kota Banjarmasin ditetapkan dengan pola 1:3:6
dan pengembangannya untuk sementara diarahkan ke Wilayah Selatan dan
Barat.
2) Untuk Wilayah Utara perlu pengendalian lebih lanjut karena pertumbuhan
perumahan di kawasan ini cukup pesat. Namun penting untuk memperhatikan
ketersediaan lahan bagi RTH/Kantong Air dan tempat bermain anak (play
3) Kawasan dengan kepadatan tinggi merupakan kawasan yang harus dibatasi
perkembangannya. Kawasan dengan kepadatan sedang dan rendah perlu
dikendalikan secara hati-hati mengingat kondisi lahan kota yang berada dalam
ekosisitem rawa dan dipengaruhi pasang surut sungai/laut.
4) Dalam pemenuhan tingkat pelayanan infrastruktur dan adanya permasalahan
yang disebabkan kondisi fisik kawasan, perlu pengendalian rencana program
pada kawasan yang sedang dikembangkan yaitu :
KASIBA/LISIBA: HKSN, Sei Andai
Koridor Utama Kota: Hasan Basri – S. Parman, Sutoyo S. – P. Samudra,
A.Yani-Pramuka, Dan Lingkar Dalam Utara-Gatot Subroto
Urban Renewal/Revitalisasi: Basirih-Teluk Tiram, Kelayan-Pekapuran,
Kuin, Sei Jingah- Surgi Mufti
Tepian sungai dan RTH: Rawasari
Urban Renewal/Revitalisasi: Pelambuan, Belitung, Veteran
Kawasan tersebut teridentifikasi sebagai kawasan strategis yang sudah berjalan
dikarenakan kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki
pengaruh penting terhadap Provinsi khususnya dalam faktor permukiman yang
menunjang bidang perekonomian masyarakat Kota Banjarmasin.
5) Kawasan yang memiliki potensi sebagai kawasan strategis sehingga perlu
didorong pertumbuhannya yaitu :
Lambung Mangkurat
Kawasan Lambung Mangkurat merupakan kawasan sentral Kota
Banjarmasin yang merupakan kawasan perkantoran, sehingga perlu
adanya perencanaan dan perlu didorong pertumbuhannya untuk kawasan
ini.
Taman Tepian Sungai Martapura
Lokasi ini merupakan peruntukan pengembangan Ruang Terbuka Hijau
(Taman Siring Martapura) pada pinggir jalan.
Berdasarkan RTH Kota Banjarmasin Kawasan ini merupakan wilayah yang
direncanakan sebagai taman kota skala besar, mengingat lahan ini cukup
besar dan berada pada wilayah Tengah Kota Banjarmasin.
Tabel 3.1
Kawasan Strategis Kota Banjarmasin Tahun 2008 -2011
7 Kawasan Basirih
13 Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran
Sumber :Perubahan Kawasan Strategis RPIJM Kota Banjarmasin, 2008-2011.
6) Struktur pusat kota belum mengakomodir potensi Kota Banjarmasin sebagai Kota
Sungai, pembangunan jaringan transportasi dan permukiman lebih berorientasi ke
jalan darat. Hal tersebut bertentangan dengan sejarah terbentuknya kota
Banjarmasin yang berorientasi ke sungai.
7) Terpusatnya kegiatan sosial ekonomi budaya di satu titik pusat kota berdampak
terhadap konsentrasi penduduk, perumahan kumuh, masalah infrastruktur, utilitas,
ruang terbuka hijau dan kemacetan lalu lintas di pusat kota.
8) Bercampurnya penggunaan lahan kegiatan yang bertentangan seperti industri dan
perumahan sebagai dampak belum tertatanya pola ruang.
9) Terbatasnya pelayanan inftartuktur dan utilitas kota, khususnya pelayanan air
bersih, limbah, sampah, dan drainase.
10)Berkurangnya RTH karena pembangunan perumahan, perlu dipertimbangkan
ketetapan UU Penataan Ruang yang mewajibkan kota memiliki RTH minimal 20%
dari Ruang Kota.
11)Pembangunan perumahan baru yang dilaksanakan developer belum mengikuti
prinsip perancangan kota sungai, diindikasikan tidak dibangunnya green belt sebagai
sepadan sungai oleh developer.
B) KONDISI EKSISTING
1. Kondisi Dan Karakteristik Perumahan Penduduk
Jika dilihat dari pola dan karakteristik perumahan penduduk di Kota Banjarmasin,
Table 3.2
Karakteristk perumahan di kota Banjarmasin
Tipologi
Perumahan Biasa Sangat bervariasi Di semua
kecamatan
Relatif menyebar
Sumber: Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin, 2010
Pola permukiman yang sangat bervariasi ini berdampak pada pola keruangan Kota
tingginya volume lalu lintas yang ditimbulkan (trip generation/attraction), aktivitas
permukiman di sepanjang sungai menimbulkan dampak pada penurunan kualitas air
sungai, dan sebagainya. Perbedaan bangunan fisik perumahan ini juga dapat
dijadikan indikator kesejahteraan penduduk Kota Banjarmasin.
2. Tipologi Permukiman
Berdasarkan hasil kajian, masing-masing tipologi memiliki permasalahan dan
memerlukan treatment yang berbeda satu dan yang lainnya. Adapun, tipologi
permasalahan perumahan di Kota Banjarmasin meliputi:
A. Perumahan Kawasan Sungai Di Daerah Terbangun
1. Sungai Kelayan
Masalah pokok pada daerah ini adalah kurang tertatanya perumahan dan
bangunan di sepanjang sungai, sehingga menyebabkan berbagai
permasalahan:
a) Menurunnya kualitas lingkungan (environmental quality) yang ditunjukkan
dengan kepadatan lingkungan yang tinggi; kekumuhan, kesemrawutan dan
keadaan tata bangunan yang tumbuh secara disharmonis; penampilan
fasade dan komposisi bangunan yang kurang serasi dengan lingkungan
sekitar; bencana banjir, kebakaran dan lain sebagainya;
b) Sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, baik cair
maupun padat (MCK dan sampah), menyebabkan kondisi fisik dan mutu air
sungai kotor dan rusak.
Dasar air sungai semakin dangkal, sehingga debit air semakin kecil dan
menyebabkan air sungai tidak mampu menghanyutkan materi alam
maupun buangan sampah;
Kuantitas air sungai sangat rendah di musim kemarau, sedangkan
volume air cenderung meningkat pada saat hujan dan air pasang,
sehingga mengakibatkan luapan dan genangan air ke jalan pada waktu
c) Menurunnya vitalitas dan stabilitas ekonomi kawasan, menyebabkan
pertumbuhan dan produktivitas kawasan tidak terkendali serta dis-ekonomi
kawasan (Diseconomic of a neighbourhood);
d) Kondisi prasarana dan sarana yang ada belum berfungsi secara optimal:
Penurunan kondisi dan pelayanan prasarana (jalan/jembatan, air bersih,
drainase, sanitasi, persampahan)
Penurunan kondisi dan pelayanan sarana (pasar, ruang untuk industri,
ruang ekonomi formal dan informal, fasilitas budaya dan sosial, sarana
transportasi)
e) Memudarnya nilai-nilai tradisi sosial dan budaya setempat, serta lemahnya
kesadaran publik dalam pemanfaatan ruang.
2. Sungai Pekapuran
Karakter masalah pada daerah ini sama dengan masalah di sungai Kelayan
yakni penyempitan badan sungai akibat penggunaan perumahan yang terlalu
menjorok ke sungai, sehingga menimbulkan degradasi kualitas lingkungan
(enviromental quality) dan kualitas hunian di kawasan ini.
B. Kawasan Perumahan Berubah Menjadi Kawasan Jasa
1) Jalan S. Parman
Kawasan Jalan S. Parman terletak di Kelurahan Antasan Besar dan Pasar
Lama. Menurut Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) Wilayah Banjarmasin
Tengah rencana peruntukannya adalah Kawasan Perumahan dan
Perkantoran dengan Right of Way (ROW) 20 meter. Namun, seiring dengan
perjalanan waktu serta pesatnya perkembangan pembangunan dan
teknologi modern, fasilitas ruko dan toko berkembang sangat pesat
terutama di kanan kiri jalan – terjadi konversi alih fungsi lahan dari kawasan
bangunan-bangunan toserba, ruko, warung/kios, hotel, serta rumah tinggal
yang halamannya berubah menjadi warung makan atau tempat usaha.
2) Jalan Pahlawan
Kawasan ini terletak di Kelurahan Seberang Mesjid. Menurut RTRW wilayah
Banjarmasin Tengah, rencana peruntukannya adalah Kawasan Permukiman
dengan ROW. 15 meter. Namun seiring dengat pesatnya perkembangan
kota, kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan jasa yang terlihat
dengan bermunculannya bangunan-bangunan berupa usaha kerajinan
meubel, ruko, minimarket, dan warung/kios.
C. Perumahan Di Kawasan Berkembang
Permasalahan perumahan di kawasan berkembang ini terjadi pada Kawasan
Kayutangi dan Kawasan Gatot Subroto. Pelaksanaan pembangunan pada kedua
kawasan ini sudah sesuai,tetapi pada Kawasan Kayutangi masih terdapat beberapa
lahan/kapling yang belum dibangun. Sedangkan pada kawasan Gatot Subroto
beberapa lahan untuk fasilitas umum/sosial masih belum dipergunakan warga.
D. Kawasan Industri
Masalah ini terjadi pada Kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya
kawasan ini seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan
ini tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri belum
berkembang secara optimal dalam artian kawasan yang telah disediakan belum
sepenuhnya dimanfatkan oleh investor karena kurangnya promosi dan pengenalan
potensi kawasan terkait.
E. Kawasan Kumuh
Kelurahan dari 5 Kecamatan) yang ada di Kota Banjarmasin. Luasan permukiman
kumuh di Kota Banjarmasin meliputi kawasan seluas 549,7 Ha atau 5,58% dari luas
Kota Banjarmasin yang seluas 9.846 Hektar.
Hasil penilaian kekumuhan dihitung berdasarkan akumulasi dari bobot yang telah
dilakukan dengan sistem yang telah ditentukan. Tahapan penilaian melalui proses dua
kali, yakni Penilaian Tahap Pertama untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan
permukiman yang memenuhi kriteria kumuh. Penilaian Tahap Kedua untuk
menentukan prioritas tindakan penanganan, yang terkait dengan status atau letak
lokasi kawasan permukiman kumuh. Mengingat lokasi kawasan ini merupakan
hinterland kawasan yang menjadi bagian kota metropolitan.
Secara garis besar, kawasan kumuh prioritas di Kota Banjarmasin berdasarkan Studi
Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin 2014 sebagai berikut:
1. Kawasan Kumuh Rawasari – Pelambuan, meliputi kawasan kumuh yang berada
pada wilayah Kelurahan Teluk Dalam dan Pelambuan.
2. Kawasan Kumuh Pasar Lama – Seberang Masjid, meliputi kawasan kumuh yang
berada pada wilayah Kelurahan Pasar Lama, Seberang Masjid, Melayu dan
Kelurahan Gadang.
3. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Martapura, meliputi kawasan kumuh yang
berada pada wilayah Kelurahan Sungai Baru, Pekapuran Laut, Pekauman, Teluk
Tiram.
4. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Barito di Kawasan Alalak, meliputi kawasan
kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Alalak Utara, Alalak Tengah,
Alalak Selatan.
5. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Kuin, meliputi kawasan kumuh yang berada
pada wilayah Kelurahan Kuin Utara, Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, Belitung Utara,
Belitung Selatan.
6. Kawasan Kumuh Kelayan, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah
7. Kawasan Kumuh Telaga Biru – Basirih, meliputi kawasan kumuh yang berada
pada wilayah Kelurahan Telaga Biru dan Basirih.
8. Kawasan Kumuh Belasung, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah
Kelurahan Kertak Baru Hilir, Kertak Baru Hulu, Mawar, dan Kelurahan
Telawang.
9. Kawasan Kumuh Sungai Jingah – Surgi Mufti, meliputi kawasan kumuh yang
berada pada wilayah Kelurahan Banua Hanyar, Sungai Jingah, dan Surgi Mufti.
10.Kawasan Pemurus, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah
Kelurahan Pemurus Luar, Pemurus Baru dan Pemurus Dalam.
Hasil identifikasi kawasan kumuh kota Banjarmasin tahun 2014
N o
Kecamatan Jumlah
kawasan kumuh
Kelurahan Lokasi kumuh (RT) Luas
Teluk tiram
Dalam RPIJM sektor pengembangan permukiman akan difokuskan pada
kawasan prioritas. Dasar penetapan kawasan prioritas pengembangan
permukiman di Kota Banjarmasin meliputi :
1. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Nasional;
2. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan;
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin;
4. Rencana Program Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D)
Kota Banjarmasin;
5. Rencana Kawasan Prioritas Kota Banjarmasin;
6. Rencana dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program
pengembangan dan pembangunan permukiman;
7. Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin.
Berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai hasil kebijakan dan
kesepakatan yang tertuang dalam dokumen laporan rencana berkaitan dengan
penggunaan ruang di Kota Banjarmasin, yang menjadi dasar dalam penentuan
lokasi/kawasan prioritas untuk Penyusunan RPKPP Tahun 2010, terpillih sebagai
Kawasan Prioritas, yaitu :
1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari
2. Kawasan Basirih
3. Kawasan Sungai Andai
Kawasan prioritas, yaitu Kawasan Pelambuan Rawasari, Kawasan Basirih,
Kawasan Sungai Andai merupakan bagian dari wilayah Kota Banjarmasin yang
mempunyai fungsi utama sebagai pusat permukiman (KASIBA/LISIBA),
perdagangan dan jasa dan industri dengan skala pelayanan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) yang ditandai dengan pusat-pusat pertokoan, perbankan dan adanya
pelabuhan Trisakti. Pemanfaatan ruang lainnya diperuntukan bagi perumahan
kepadatan rendah sampai tinggi, fasilitas umum berskala regional dan Ruang
Tujuan pengembangan kawasan sesuai dengan fungsinya adalah:
a. Mengintegrasikan kebijakan-kebijakan pengaturan kota;
b. Meningkatkan pelayanan kawasan;
c. Meningkatkan aksesibilitas antar dalam kawasan;
d. Meningkatkan produktifitas, efisiensi kawasan budidaya;
e. Meningkatkan kelestarian sempadan sungai;
f. Merevitalisasi fungsi kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan;
g. Meningkatkan kelembagaan dan peran serta masyarakat.
Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan dimaksudkan untuk
menciptakan keteraturan ruang. Setiap pusat-pusat pelayanan merupakan lokasi
terkonsentrasinya fasilitas-fasilitas pelayanan yang berperan sebagai faktor
pengikat setiap lingkungan permukiman. Pusat-pusat lingkungan ini diharapkan
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan penduduk dalam melaksanakan aktivitas
sosial ekonomi. Sedangkan penampatan lokasi beserta daerah pelayanannya yang
jelas akan mengarah pada efisiensi dan efektifitas pola pelayanan yang akhirnya
mengarah pada efisiensi dan pemanfaatan lahan.
Struktur pelayanan kegiatan kawasan direncanakan sebagai berikut:
1. Pengembangan pusat pelayanan skala regional atau fungsi primer (F1)
a. Pelabuhan Trisakti;
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa;
c. Industri dan Pegudangan
2. Pengembangan pusat aktivitas skala kawasan sekunder (F2)
a. Pusat kawasan diarahkan di sekitar Pusat Permukiman;
b. Pusat kawasan diarahkan dengan fungsi utama perumahan dan
permukiman
Rencana pola pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih
merupakan cerimanan ruang fisik dan penetapan dan pengalokasian
Rencana pola pemanfaatan ruang pada kawasan perencanaan pada
dasarnya disesuaikan dengan karakter internal dan eksternalnya. Karakter
eksternal kota dikaitkan dengan fungsi peran yang diemban sehingga diharapkan
dapat berjalan seoptimal mungkin. Sedangkan karakter internal kawasan adalah
kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan
kehidupan dalam kawasan.
Pola dan kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang di kawasan
Pelambuan, Rawasari dan Basirih, berdasarkan fungsi kegiatannya dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Kawasan Permukiman
Daerah permukiman umumnya menyebar hampir di seluruh bagian kawasan
perencaaan. Kecenderungan memusat, sedangkan pola memanjang (linier)
berada pada sepanjang jaringan jalan dan aliran sungai yang ada. Wilayah
permukiman masih banyak yang bercampur dengan fungsi kegiatan lainnya,
terutama di pusat kawasan, yang melayani fungsi kegiatan perdagangan dan
jasa serta perkotaan. Berdasarkan jenis perumahaan yaitu rumah kapling luas
rumah kapling sedang dan rumah kapling kecil, di kawasan ditetapkan dengan
komposisi 1 : 3 : 6. Penetapan komposisi ini berdasarkan pada tujuan
pengembangan kawasan perumahan dengan konsep hunian berimbang.
2. Kawasan perdagangan dan jasa
Kawasan perdagangan umumnya terkonsentrasi sepanjang jaringan jalan
kolektor primer da sekunder serta jalan-jalan lingkungan, hal ini ditandai
dengan adanya kawasan pertokoan dan ruko. Beberapa bangunan
perdagangan dan jasa, terutama yang bernilai tinggi (>2 Lantai) banyak
digunakan untuk tempat sarang burung wallet.
3. Fasilitas umum dan sosial
a. Kawasan pendidikan sebagian berada di kawasan terutama sepanjang jalan
pendidikan ini (pendidikan dasar dan menengah) umumnya menyebar di
sekitar permukiman sesuai dengan fungsinya untuk melayani lingkungan.
b. Fasilitas kesehatan yang ada meliputi fasilitas rumah sakit (RSU Suaka
Insan di Jalan Zafri Zamzam dengan skala pelayanan regional, kota dan
BWK), puskesmas (Puskesmas Teluk Dalam), posyandu dan apotik/toko
obat.
4. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Trisakti yang berada di pinggir Sungai
Barito dan termasuk ke dalam Kawasan Pelambuan.
5. Di dalam Kawasan Basirih dalam kebijakan RTRW Kota Banjarmasin, sebagian
lahannya dialokasikan sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan yang
berada di sisi Jalan Lingkar Selatan.
6. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Meliputi: Taman Lingkungan, Lapangan/Sarana Olah Raga dan sarana rekreasi,
Jalur Hijau, Kawasan konservasi yang meliputi kawasan sempadan sungai dan
pekarangan.
Berdasarkan jenis kegiatan fungsional kawasan, rencana pola pemanfaatan ruang di
kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih sebagai berikut :
1. Perdagangan dan Jasa
a. Diarahkan disepanjang Jl. Kolektor Primer dan Jalan Lingkar Selatan.
b. Perlu adanya pengaturan yang jelas mengenai bangunan yang digunakan
untuk sarang burung wallet, bangunan yang mempunyai sarang burung wallet
diwajibkan mengikuti ketinggian bangunan yang ditetapkan.
2. Perumahan dan Permukiman
a. Diarahkan ke pinggiran kawasan mengikuti struktur ruang BWK-Sub BWK.
b. Pengembangan perumahan wajib mengikuti ketentuan penggunaan bangunan
c. Pengembangan perumahan dengan konsep lingkungan hunian berimbang
(1:3:6)
3. Fasilitas Umum dan Sosial
a. Fasilitas Umum dan Sosial di arahkan di lokasi Pusat Lingkungan.
b. Pembangunan dan pengembangan sarana permukiman yang ada dalam
kawasan yang berfungsi sebagai pelayanan kawasan.
4. Kawasan Pelabuhan Trisakti di arahkan di lokasi yang ada sekarang khusus untuk
pelabuhan samudera.
5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
a. Pertamanan: Pola Pengembangan perlu mempertimbangkan jenis, letak/lokasi
serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria:
Karakteristik tanaman: perakaran tidak mengganggu pondasi, dahan
tidaknmudah patah, tidak bergetah, struktur daun setengah rapat
sampai rapat.
Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara
seimbang
Kecepatan tumbuh sedang
Berupa habitat tanaman local dan tanaman budidaya
Jenis tanaman tahunan atau musiman
Jarak tanaman setangah rapat, 90% dan luas arael harus dihijaukan
b. Kawasan Lindung dan Konservasi
Pola pengembangan meliputi kawasan rentan genangan pada kawasan
sempadan Sungai, terutama Barito dan sungai-sungai lainnya yang melintasi
kawasan.
Lapangan Olahraga/Rekreasi: sarana olahraga dan rekreasi. Pola
pengembangannya perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan
perumahan dan pusat-pusat kegiatan olahraga.
Jalur Hijau: Pola pengembangannya perlu mempertimbangkan lokasi,
Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai
rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu
fondasi;
Kecepatan tumbuhannya bervariasi;
ominasi jenis tanaman tahunan;
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat; 90% - 100% dan
luas areal harus dihijaukan.
Kawasan Sempadan Sungai: Pola pengembangannya tetap
mempertimbangkan keberadaan kondisi yang telah ada.
Penataan/penetapan lokasinya secara tepat perlu mempertimbangkan
ketentuan: tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya,
menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian
lingkungan, mencegah pengrusakan tanah, serta mencegah
penggunaan tanah yang berlebihan.
Pekarangan: Pola pengembangan menyatu dengan kapling-kapling
perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang direncanakan
serta unsur kawasan hijau kawasan, criteria vegetasi untuk pekarangan:
Jenis Tanaman tahunan atau musiman;
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
Jatak tanam bervariasi, persentase hijau disesuaikan dengan
intensitas kepadatan bangunan.
Ruang Terbuka Air (RTA)
Ruang Terbuka Air dibangun untuk mendukung pemecahan masalah
banjir dengan menempatkan dibeberapa lokasi daerah genangan serta
penataan
Dengan demikian, kriteria bagi pemilikan/penentukan kesesuaian vegetasi
untuk rencana hijau Kawasan Perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Diutamakan tanaman-tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
2. Perakaran kuat, terutama pada daerah-daerah yang lereng/labil;
3. Berumur panjang;
4. Mudah dalam perawatan;
5. Mudah diperbanyak;
6. Bermanfaat baik dari segi estetikanya maupun produksinya;
7. Pertumbuhan relatif cepat (terutama untuk penghijauan/RTH).
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perencanaan
Aspek-Aspek Kebijakan Arah Pengembangan
Bangunan yang
Fasilitas Umum & Sosial
perakaran tidak
mengganggu
pondasi, dahan
tidak mudah
patah tidak
bergetah
Ketinggian
bervariasi, warna
hijau dan variasi
warna lain secara
seimbang
Kecepatan
tumbuh sedang
Berupa habitat
tanaman lokal
dan tanaman
budidaya
Jarak tanaman
setengah rapat,
90% dan luas
areal harus
dihijaukan
Lapangan
OR/Rekreasi
Pola
pengembangannya
perlu dikaitkan
dengan
kawasan perumahan
dan pusat-pusat
kegiatan olahraga
Jalur hijau Pola
Pengembangan
perlu
mempertimbangkan
lokasi, jaringan yang
diamankan, serta
kriteria vegetasi
untuk jalur hijau
awasan Konservasi,
Pola
Pengembangannya
berada pada
kawasan rentan
genangan dan perlu
memepertimbangkan
lokasi, jaringan yang
diamankan
Pemakaman
tetap
mempertimbangkan
keberadaan dengan
ketentuan : tidak
berada dalam
kawasan yang padat
penduduknya,
penggunaan lahan
yang subur
Pekarangan. Pola
Pengembangan:
menyatu dengan
kapling-kapling
perumahan sesuai
dengan kepadatan
perumahan yang
direncanakan serta
unsur kawasan hijau
Sumber: Laporan Review RPKPP Kota Banjarmasin, 2010
Gambaran kondisi eksisting masing-masing kawasan prioritas yang
menjadi fokus RPIJM dalam pengembangan permukiman adalah sebagai
berikut:
1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari
Kawasan Rawasari yang terletak di Kelurahan Teluk Dalam merupakan
kawasan padat penduduk yang cenderung berkembang menjadi kumuh dan
tidak sesuai lagi dengan standard lingkungan permukiman yang sehat.
Penguasaan lahan di daerah aliran sungai oleh sekelompok penduduk
secara tidak legal juga cukup tinggi. Lahan berkembang cepat menjadi
hunian sementara yang kumuh dan seringkali bukan pada peruntukan
perumahan dalam Rencana Umum Tata Ruang. Kawasan Pelambuan
merupakan daerah pengembangan
Kawasan Pelambuan merupakan daerah pengembangan baru Pemerintah
Kota Banjarmasin yang berkembang cepat (new development area).
Karakteristik pemanfaatan ruang yang dominan adalah industri menengah
dan kecil (industri karet dan kayu), kawasan perdagangan dan jasa,
dimana keberadaan pabrik/industri ini menjadi daya tarik bagi penduduk
yang membutuhkan pekerjaan sehingga penduduk memilih bekerja dan
bermukim di sekitar kawasan-kawasan industri. Seperti diketahui
tanah-tanah yang ditempati oleh penduduk (kelas pekerja) ini merupakan lahan
perusahaan atau lahan bukan miliknya.
Pada kawasan prioritas pada jalan lingkungan dan jalan gang dengan
kondisi jalan yang kurang baik dan perkerasan yang beranekaragam
sehingga dalam perencanaan perlu diseragamkan dan disesuaikan dengan
kemampuan masyarakat untuk perawatannya yaitu perkerasan cor beton.
Kondisi Eksisting infrastruktur permukiman di Kawasan Rawasari
Pelambuan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 28 perkerasan Jalan menggunakan
batako, kondisi jalan kurang baik.
Pada jalan Gang Rahayu 2 di RT 74 perkerasan jalan menggunakan
batako dan sebagian menggunakan beton cor, kondisi jalan yang
menggunakan batako keadaannya rusak sedangkan pada jalan yang
menggunakan beton cor kondisi jalannya baik.
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 29 perkerasan jalan menggunakan
batako dan sebagian menggunakan beton cor, kondisi untuk bagian luar
dalam keadaan kurang baik sedangkan pada jalan dalam gang Rahayu
3 kondisi jalannya baik.
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 30 perkerasan jalan menggunakan
batako kondisi untuk bagian luar dalam keadaan kurang baik sedangkan
pada bagian dalam pada Gang Al-Banjari kondisi jalannya baik.
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 75 perkerasan jalan menggunakan beton
cor kondisi dalam keadaan baik.
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 25 perkerasan jalan menggunakan aspal
kondisi dalam keadaan kurang baik.
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 27 perkerasan jalan menggunakan aspal
Pada Jalan Gang Rahayu di RT 26 perkerasan jalan menggunakan
batako kondisi dalam keadaan cukup baik.
2. Kawasan Basirih
Kondisi perkembangan permukiman pada kawasan Basirih, yaitu:
a. Umumnya jalan lingkungan disetiap gang dibuat dari cor beton, batako
dan beberapa masih menggunakan pasir putih dimana dana berasal dari
warga sendiri. Pengembangan jalan dilakukan oleh developer. Lebar
jalan antara 2-4 meter dan panjang antara 50-500 m, maksudnya 2 dan
50 m adalah lebar dan panjang jalan terkecil rata-rata dari seluruh gang
dan komplek yang ada diwilayah ini. Sedangkan 4 dan 500 m adalah
lebar dan panjang jalan terbesar rata-rata diseluruh gang dan komplek
diwilayah ini;
b. Sebagian jalan menggunakan penutup jalan aspal dan sudah mengalami
kerusakan;
c. Gang-gang yang ada tidak dibuat oleh pengembang seperti developer,
tapi perumahan yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dan Jembatan
terbuat dari kayu;
d. Menurut penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh yang
dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi
seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status
(kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan
penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat lokal, maka kawasan Basirih termasuk kawasan
permukiman kumuh;
e. Seiring dengan pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk,
Permukiman baru di kawasan Basirih berkembang tidak terkendali
disepanjang sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya
penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang
hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan.
3. Kawasan Sungai Andai
Kondisi perkembangan permukiman pada kawasan Sungai Andai, yaitu:
a. Kawasan Sungai Andai masih banyak terdapat lahan kosong yang dapat
digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun;
b. Banyak munculnya perumahan-perumahan di Sungai Andai
c. Terdapat permukiman di pinggiran Sungai Andai.
d. Menurut Studi Kawasan Kumuh 2010, Kawasan Sungai Andai
merupakan kawasan dengan kumuh ringan.
e. Terdapat pasar kompleks yang didirikan dengan mengambil badan
sungai dan pasar tradisional ini terlihat kumuh;
f. Beberapa jalan lingkungan menggunakan penutup jalan aspal dan
paving blok, namun pada beberapa titik sudah mengalami kerusakan,
sedangkan beberapa jalan lingkungan yang lain masih terdapat jalan
yang menggunakan jalan tanah (tanah merah);
g. Jalan yang di dekat sungai masih menggunakan jalan titian dari papan
kayu.
C) PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan prioritas
adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari
Permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Pelambuan Rawasari
adalah:
a. Adanya permukiman padat penduduk mengakibatkan lingkungan kumuh,
karena umumnya masyarakat yang berpenghasilan rendah dan miskin
bermukim di lingkungan kumuh sehingga penampilan facade bangunan
b. Pertumbuhan berbagai aktivitas, bangunan dan kawasan tidak tertata dengan
baik, belum terencana secara komprehensif dan representatif, sehingga relatif
kusam, kumuh dan tidak terawat;
c. Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak
huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan infrastruktur
khususnya jalan lingkungan dan utilitas umum yang memadai terutama bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah;
d. Adanya keterbatasan lahan untuk permukiman;
e. Adanya permukiman tepian sungai yang tidak tertata sehingga
mengakibatkan polusi air sungai;
f. Berkembangnya fungsi-fungsi di sekitar kawasan yang tidak terarah dan tidak
terkendali dengan baik cenderung menumbuhkan kesemrawutan;
g. Pada malam hari,kawasan ini rawan terhadap tindakan kriminalitas;
h. Kepadatan lalu lintas cukup tinggi pada saat peak-hour dan keberadaan
industri menengah/kecil – bau yang ditimbulkan pabrik karet – menimbulkan
pencemaran udara dan suara;
i. Penataan, penyediaan, kelengkapan dan persebaran street furniture yang
belum optimal;
j. Pada kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya kawasan ini
seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan ini
tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri
belum berkembang secara optimal dalam artian kawasan yang telah
disediakan belum sepenuhnya dimanfatkan oleh investor karena kurangnya
promosi dan pengenalan potensi kawasan terkait.
Sedangkan hambatan dan tantangan dalam pengembangan permukiman di
kawasan Pelambuan Rawasari adalah:
A. Masyarakat menginginkan adanya relokasi sementara, sehingga Pemerintah
Kota Banjarmasin harus menyediakan tempat yang dapat menampung ribuan
B. Kehadiran RUSUNAWA diprediksi akan memberikan dampak, yaitu:
Meningkatkan jumlah penduduk, sehingga secara signifikan akan
meningkatkan jumlah kebutuhan infrastruktur, termasuk kemungkinan
terjadinya peningkatan volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan serta
pejalan kaki disekitar RUSUNAWA. Apabila pada beberapa titik muncul
atau terdapat kemacetan lalulintas, kondisi jalan menjadi penting untuk
difikirkan. Lebar jalan yang terlalu sempit dan pertemuan antara jalan
yang menghubungkan dua pusat kegiatan dengan jalan-jalan
lingkungan mempunyai potensi untuk berkembang secara fisik dengan
berbagai aktifitas sehingga sebelum berkembang secara tidak terkendali
dan dapat menyebabkan kemacetan, jalan sempit dan titik
persimpangan seperti itu perlu diperhatikan dan ditata;
Perubahan iklim mikro di sekitar kawasan, sebagai akibat hadirnya
bangunan baru di kawasan tersebut. Salah satu iklim mikro yang harus
diperhatikan adalah arah dan kecepatan angin yang melalui kawasan.
Sirkulasi udara yang baik dapat membawa heat-gains atau pertambahan
panas dan kelembaban pada diri manusia sehingga dapat secara efektif
meningkatkan kenyamanan manusia dalam suatu ruang. Udara akan
bersirkulasi bila ada in-let dan outlet tertentu bagi udara. Oleh karena
itu sirkulasi udara adalah hal yang paling penting untuk diciptakan dalam
suatu kawasan di sebuah negara beriklim tropis lembab seperti Kota
Banjarmasin. Sirkulasi udara dapat diciptakan dengan cara
memperhatikan sirkulasi eksisting dan selanjutnya memperkuat dan
mengarahkan sirkulasi udara tersebut. Oleh karena itu, Penataan
Bangunan dan Infrastruktur (PSD) hendaknya juga mengandung suatu
aturan yang ditujukan untuk menjamin agar sirkulasi udara aksisting
tidak terhambat oleh letak dan orientasi dari bangunan-bangunan yang
bakal tumbuh di kawasan tersebut;
Bila pola pembangunan dengan pengurukan dilanjutkan maka
lain. Oleh karena itu dalam penataan bangunan dan infrastruktur (PSD)
pembangunan harus diatur dengan baik agar dampak pembangunan
tidak menyebabkan kawasan lain mengalami limpahan air permukaan
yang seharusnya diperankan oleh Kawasan Studi;
Bertambahnya limbah yang dihasilkan oleh pertambahan jumlah
penduduk dan pembangunan lingkungan. Sampah bisa diatur
pengelolaannya dengan sistem tempat pembuangan sementara (TPS)
di titik-titik tertentu pada Kawasan Studi dan selanjutnya dibawa ke
tempat pembuangan akhir di luar kawasan. Limbah cair dan padat yang
umumnya berasal dari kotoran manusia bisa ditangani dengan sistem
setempat dengan catatan sistem penyediaan air bersih dilakukan oleh
PDAM dan bukan dari sumur artesis dari masing-masing persil. Biasanya
peningkatan jumlah limbah akan diikuti dengan peningkatan jumlah
pemulung disekitar kawasan, sehingga dengan demikian jumlah rumah
kumuh akan bertambah pula. Hal ini memerlukan pemecahan yang
cukup serius. Belum adanya kebijakan yang terperinci untuk
pengembangan dan perencanaan kawasan studi akan menyebabkan
terjadi perkembangan yang tidak terarah dan kurang terkoordinasi;
meningkatkan volume air kotor serta mengurangi daya serap tanah
terhadap air hujan (sebab luas permukaan tanah yang ditutup oleh
bangunan akan menjadi semakin besar), sehingga akan meningkatkan
volume air hujan dalam sistim drainasi yang ada.
C. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam menangani lingkungan
permukiman kumuh, yaitu:
Peremajaan lingkungan kumuh merupakan proyek besar. Jadi harga
yang dipertimbangkan dengan matang mengenai manfaat proyek
karena menyangkut sekian banyak manusia yang akan tergusur atau
dimukimkan kembali;
permukiman kumuh kelihatannya masih senang tinggal dirumah
kumuhnya dari pada dirumah sewa bertingkat atau rumah susun;
Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh
survai sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan
penduduk yang akan tergusur. Pembangunan rumah susun bukan
sekedar masalah teknis tetapi menyangkut sosial ekonomi dan budaya
penduduk;
Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan
kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi,
pencegahan kebakaran, tempat pembuangan sampah sementara dan
tempat bermain anak- anak;
Penggusuran sering diartikan buruk, akan tetapi pemerintah berusaha
meremajakan lingkungan kumuh dan memungkinkan penduduknya
ketempat yang lebih baik;
Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh
harus dipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu
sendiri maupun program lainnya yang sedang dilaksanakan;
Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung
mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup
dengan rasa kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru;
Belum kuatnya dana pembangunan permukiman;
Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang
manusiawi tanpa kekerasan;
Sulitnya penegakan hukum karena penghuni lingkungan kumuh hampir
tidak mengerti peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengubah pola hidup
masyarakat;
Pengelolaan program peremajaan lingkungan kumuh harus
pemerintah dan kepentingan masyarakat yang lingkungan
permukimannya akan diremajakan.
2. Kawasan Basirih
Analisis permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Basirih yaitu untuk
mewujudkan struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba, disamping melalui
pentahapan program yang dikembangkan oleh badan pengelola dan sejalan
dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan Pemerintah di
dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang bersifat strategis
sebagai kegiatan stimulan dan pendampingan, yang untuk selanjutnya diharapkan
dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan yang positif dari dunia
usaha, masyarakat, dan pemerintah.
Prinsip-prinsip pembangunan kawasan permukiman yang berkelanjutan, baik
secara internal di dalam kawasan maupun secara eksternal kesalingterkaitannya
dengan skala kawasan yang lebih luas, diterapkan secara efektif di dalam
pengembangan Kasiba dan Lisiba, termasuk Lisiba berdiri sendiri.
Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dengan manajemen kawasan yang efektif
diharapkan juga mampu berfungsi sebagai instrumen untuk mengendalikan
tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak teratur dan
cenderung kumuh.
Keragaman fungsi secara relatif terbatas dari Kasiba dan Lisiba, disamping dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, juga diharapkan dapat menampung
secara seimbang kebutuhan perumahan dan permukiman bagi semua lapisan
masyarakat, termasuk lapisan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.
Sehingga dengan demikian mereka dapat terbantu untuk memperoleh
kesempatan yang sama untuk menikmati hunian yang layak, prasarana dan sarana
Sedangkan hambatan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan
Basirih adalah:
a. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan prasarana,
sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan
pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa
permukiman kumuh.
b. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam menangani lingkungan
permukiman kumuh, yaitu:
Peremajaan lingkungan kumuh merupakan proyek besar. Jadi harga
yang dipertimbangkan dengan matang mengenai manfaat proyek
karena menyangkut sekian banyak manusia yang akan tergusur atau
dimukimkan kembali;
Masih ada dualisme antara penataan lingkungan dengan peremajaan
lingkungan yang mengikuti standar teknis bangunan. Penghuni
permukiman kumuh kelihatannya masih senang tinggal dirumah
kumuhnya dari pada dirumah sewa bertingkat atau rumah susun;
Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh
survei sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan
penduduk yang akan tergusur. Pembangunan rumah susun bukan
sekedar masalah teknis tetapi menyangkut sosial ekonomi dan budaya
penduduk;
Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan
kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi,
pencegahan kebakaran, tempat pembuangan sampah sementara dan
tempat bermain anak- anak;
Penggusuran sering diartikan buruk, akan tetapi pemerintah berusaha
meremajakan lingkungan kumuh dan memungkinkan penduduknya
Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh
harus dipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu
sendiri maupun program lainnya yang sedang dilaksanakan;
Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung
mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup
dengan rasa kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru;
Belum kuatnya dana pembangunan permukiman;
Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang
manusiawi tanpa kekerasan;
Sulitnya penegakan hukum karena penghuni lingkungan kumuh hampir
tidak mengerti peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengubah pola hidup
masyarakat;
Pengelolaan program peremajaan lingkungan kumuh harus
berpandangan objektif dan luas. Pengelola harus melihat kepentingan
pemerintah dan kepentingan masyarakat yang lingkungan
permukimannya akan diremajakan.
3. Kawasan Sungai Andai
Analisis permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Sungai Andai
yaitu:
a. Untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba, disamping
melalui pentahapan program yang dikembangkan oleh badan pengelola dan
sejalan dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan
Pemerintah di dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang
bersifat strategis sebagai kegiatan stimulan dan pendampingan, yang untuk
selanjutnya diharapkan dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan
yang positif dari dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah.
b. Kawasan KASIBA/LISIBA harus dilengkapi dengan jaringan primer dan
c. Dengan kondisi Sungai Andai sebagai kawasan KASIBA/LISIBA, maka perlu
adanya penyusunan master plan pengembangan kawasan cepat tumbuh
Sungai Andai, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam pengembangan Sungai
Andai kedepannya.
d. Perencanaan PSD Sungai Andai perlu di review karena kondisi perkembangan
kawasan Sungai Andai yang cepat.
Sedangkan hambatan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan
Sungai Andai adalah :
a. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan prasarana,
sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan
pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa
permukiman kumuh;
b. Kerjasama Pemerintah Kota Banjarmasin dan para pengembang untuk
menjadikan kawasan Sungai Andai menjadi kawasan yang tertata, teratur
dengan prasarana dan sarana infrastruktur yang baik dan dapat memberikan
income bagi Kota Banjarmasin.
7.1.2 Sasaran program
Sasaran program pada sektor pengembangan permukiman menselaraskan dengan RAD 100-0-100 dengan target tercapainya SPM pada thun 2019, sasaran berkurangnya luasan permukiman kumuh dengan indikator persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh melalui penataan bangunan dan lingkungan serta peningkatan kualitas permukiman. Dengan tertangani kawasan kumuh perkotaan serta terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan dikawasan perkotaan mampu mengurangi persentase kawasan kumuh di kota Banjarmasin. Juga meningkatkan sarana dan prasarana dikawasan tradisional kawasan pierre tendean yang menjadi salah satu fokus penanganan penataan bangunan dan lingkungan untuk mengurangi persentase
berkurangnya luas permukiman kumuh.
Adapun kegiatan yang direncanakan untuk mencapai target sasaran yaitu:
1. Perbaikan lingkungan permukiman kumuh
2. Pembangunan kawasan di pierre tendean
3. Penataan bangunan dan lingkungan perkotaan
Dengan tujuan meningkatkan kualitas permukiman dikawasan kumuh dan penataan bangungan serta lingkungan di perkotaan.
Tabel 7.x
Target sasaran renstra Dinas Cipta Karya dan Perumahan
7.1.3 Usulan kebutuhan program
1 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Utara Kawasan Kuin Utara 1 Kelurahan 2017 4,112,722 181,720 2 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Utara Kawasan Alalak Tengah 1 Kelurahan 2017 2,711,655 181,907 3 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Utara Kawasan Alalak Utara 1 Kelurahan 2017 1,311,923 181,471 4 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin
Selatan Kawasan Mantuil 1 Kelurahan 2017 1,585,240 49,472
5 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin
Selatan Kawasan Tanjung Pagar 1 Kelurahan 2017 2,531,129 49,472
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 5,430,399 - - - - - - - -
I Infrastruktur Berbasis Masyarakat
Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman
1 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh 6,41 Hektar Kws. Kelurahan Pasar Lama 1 Kelurahan 2018 3,719,827 2 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh 7,36 Hektar Kws. Kelayan Tengah 1 Kelurahan 2018 1,710,572
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 52,810,370 - - - 3,219,260 - - - -
I Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
1 Pemugaran sarana dan prasarana rumah sederhana di kawasan kumuh (pembangunan sarana dan prasarana rumah
sederhana sehat) Kota Banjarmasin 1 Ha 2019 100,000
II Infrastruktur Berbasis Masyarakat
Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman
1 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kws. Telaga Biru, Kec. Banjarmasin 1 Kelurahan 2019 2,500,000 120,000 2 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Pemurus Baru 1 Kelurahan 2019 2,500,000
3 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kota Banjarmasin 1 Kelurahan 2019 3,500,000
4 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kws. Pangeran Kec. Banjarmasin Utara 1 Kelurahan 2019 1,500,000 120,000 5 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Sungai Lulut 1 Kelurahan 2019 2,500,000
6 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Teluk Dalam 1 Kelurahan 2019 2,500,000 7 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kel. Kelayan Barat dan Kelayan Timur 2 Kelurahan 2019 2,500,000
8 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Rawasari 1 Kelurahan 2019 3,000,000 100,000 9 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh (Rehab Ringan - Fasade Bangunan) 180 Buah Kel. Melayu - Kel. Sungai Bilu 1 Kelurahan 2019 7,500
10 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws Kecamatan Banjarmasin Selatan 1 Kelurahan 2019 3,500,000
11 Peningkatan Kualitas RSH di Perumahan dan Permukiman kumuh Kws. RSH Banjar Indah Permai 1 Kelurahan 2019 3,500,000 500,000 12 Peningkatan Kualitas RSH di Perumahan dan Permukiman kumuh Kws. RSH Herlina 1 Kelurahan 2019 3,500,000 500,000 13 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Komplek Banjar Indah Permai, Komp. Beruntung Jaya,
Kel. Pemurus Dalam, Kec. Banjarmasin Selatan 1 Kelurahan 2019 3,500,000 500,000
APBD KAB/KOTA(PDAM/PDPAL)BUMD SWASTAKPS / MASYA RAKAT CSR
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
NO. RINCIAN KEGIATAN DETAIL LOKASI VOL SATUAN TAHUN
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- DAK APBD PROV.
14 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Basirih, Komplek Tata Banua, Kec. Banjarmasin
Selatan 1 Kelurahan 2019 3,500,000 500,000
15 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Pekauman 1 Kelurahan 2019 2,500,000 79,260 16 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Kumuh Pemurus Baru 1 Kelurahan 2019 2,500,000 500,000 17 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Pengambangan 1 Kelurahan 2019 3,000,000 100,000 18 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Rawasari 1 Kelurahan 2019 2,500,000 100,000 19 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh (Titian Panjang) Kel. Seberang Mesjid - Kel. Melayu - Kel. Sungai Bilu 1105 Kelurahan 2019 4,302,870
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 7,000,000 - - - 620,000 - - - -
I Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
1 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kumuh perkotaan Kawasan Basirih Selatan dan Mantuil,
Kec. Banjarmasin Selatan 1 Ha 2020 3,500,000 120,000
2 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Perumahan Mantuil Raya, Tata Banua Kec. Banjarmasin Selatan 1 Ha 2020 3,500,000 500,000
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 4,000,000 - - - 100,000 - - - -
I Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
1 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Pengambangan 1 Ha 2021 2,500,000
7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
7.2.1 Kondisi eksisting
Secara umum kondisi bangunan dan lingkungan pada kawasan perkotaan di Kota
Banjarmasin sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari adanya jarak antar bangunan,
jaringan jalan yang menghubungkan antar kawasan cukup baik dengan saluran di kiri
dan kanan jalan. Penataan bangunan yang cukup teratur di Ibukota Kecamatan dengan
suasana perkotaan yang cukup kental ketersediaan fasilitas penunjang yang cukup
lengkap dan memadai serta kompleksitas kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Pada
kawasan sekitar perdagangan dan jasa seperti pasar, ruko, perkantoran dan
fasilitas-fasilitas sosial maka perkembangan penataan permukiman cukup baik, walaupun
permukimannya sangat padat dan kurang memadai. Pada kawasan-kawasan yang berada
pada koridor jalan utama penghubung antar kecamatan, keadaan umum lingkungan
kawasan tersebut relatif lebih tertata dengan baik hanya pada titik – titik seperti kawasan
bantaran sungai di Kota Banjarmasin yang perlu mendapat perhatian lebih.
a. Peraturan Penataan Bangunan dan Linngkungan
Peraturan Penataan Bangunan dan Lingkungan Daerah di atur oleh Undangundang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor
36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung
negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah
1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan
Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama
Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung;
2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran yang
belum memiliki atau melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan
Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;
3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan
bangunan gedung;
4. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi
(SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru;
5. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan
kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap
prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai
setiap saat;
6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi
penyandang cacat;
7. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan
belum ditata ulang;
8. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh,
kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara
kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten/Kota;
Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan
dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan
Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan
Gedung. Untuk tahun anggaran 2013-2017, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun
sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar
lebih cepat memampukan Kabupaten/Kota.
Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah
(RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif
dan responsif.
Tabel 7.7
Peraturan-Peraturan Terkait Penataan Bangunan Dan Lingkungan
no Perda/ Peraturan Gubernur/ Peraturan Walikota/ Peraturan Bupati/Peraturan
Lainnya
No Tahun Tentang
1 Perda no. 07 1995 Peraturan kota
2 Perda no. 03 1996 Kuburan
3 Perda no. 02 1996 Terminal
4 Perda no. 02 1999 Marka Jalan
5 Perda no. 13 2000 RUTRK Martapura
6 Perda no. 13 2001 Kaki Lima
7 Perda no. 13 2002 Jasa Konstruksi
8 Perda no. 09 2002 IMB
9 Perda no. 13 2005 Lingkugan hidup
10 Perda no. 12 2005 Ijin Bangunan
11 Perda no. 19 2007 Kebersihan lingkungan
12 Perda No. 11 2007 Penyelenggaraan
Pariwisata
13 Perda No. 02 2007 Tempat khusus parker
14 Perda no. 12 2012 Cagar budaya
15 Perda no. 11 2012 Menara Telkom
Secara ideal berdasarkan ketetapan dalam UU RI No. 26 Tahun 2007 dimana
proporsi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau adalah 30 % dari luas wilayah (20 % RTH
Pubik dan 10 % RTH Privat) sebagai ruang terbuka hijau. Kawasan yang berupa ruang
terbuka hijau di Kota Banjarmasin terdiri dari sebagian kecil sawah,
tegalan/pekarangan, padang rumput, rawa, taman, hutan kota, median jalan,
sempadan sungai dan kawasan terbuka lainnya. Prosentase antara lahan terbangun
dan lahan tak terbangun masih didominasi oleh lahan tidak terbangun.
Untuk ruang terbuka hijau publik jika ditinjau dari fungsi , bentuk dan sifatnya
meliputi taman, jalur hijau baik di median jalan maupun di tepi jalan, hutan kota dan
makam. Ruang terbuka hijau publik dalam pengembangannya memerlukan
pengelolaan dari pemerintah daerah melalui dinas terkait. Tinjauan terhadap ruang
terbuka hijau privat lebih dititikberatkan pada RTH berupa taman pada lingkungan
permukiman, taman halaman rumah dan sebagainya, sedangkan RTH yang berupa
pekarangan, sawah, rawa, dan kawasan budidaya pertanian lainnya tidak menjadi
penjelasan dalam materi pekerjaan ini.
c. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kondisi penataan bangunan dan lingkungan secara umum di Kota Banjarmasin
lumayan baik, untuk kondisi dan tingkat kekotaan seperti saat ini tentunya
kompleksitas permasalahan yang ada cukup banyak. Sehingga kebutuhan akan
penataan bangunan dan lingkungan untuk beberapa dekade sebelumnya dirasakan
mendesak dan menjadi prioritas. Kondisi riil dilapangan menunjukkan untuk bangunan
gedung baik fungsi sosial maupun komersial memiliki jumlah lantai lebih dari 3 lantai,
merupakan bangunan komersial (mall, bank dan lain sebagainya) yang tentunya saat
perencanaan dan pembangunannya lebih ketat dalam memenuhi syarat-syarat
Untuk membantu proses pengembangan ruang terbuka hijau harus didukung oleh
ketersediaan ruang sebagai media tumbuhnya tanaman secara memadai, dari hasil
pengamatan lapangan dan evaluasi pemanfaatan lahan yang ada, menunjukan
kondisi bahwa sebagian besar kawasan Kota Banjarmasin masih bisa dimanfaatkan
untuk tata hijau, dengan demikian ketersediaan lahan kosong di Kotaan Banjarmasin
cukup potensial menunjang bagi pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilingkungan
permukiman. Dengan keterbatasan lahan di lingkungan permukiman padat bangunan
masyarakat dapat menerapkan konsep vertical Farming untuk menambah tata hijau
permukiman.
d. Pemberdayaan Komunitas dan Penanggulangan Kemiskinan
Salah satu penghambat pembangunan ekonomi adalah kemiskinan. kemiskinan
merupakan tolak ukur bagi sebuah Negara maupun daerah apakah pembangunan
yang tengah berlangsung dapat di nikmati oleh segenap warga tanpa memandang
hal-hal yang bersifat atributif. Dengan kata lain, pembangunan yang berlangsung
benar-benar merata dalam masyarakat. Perkembangan sebuah kota saat ini lebih
terbuka terutama pasca penetapan otonomi daerah sejak Tahun 1999 setelah
dikeluarkannya UU No 22 Tahun 1999 dan dirubah dengan UU 32 Tahun 2004. Sejak
otonomi daerah digulirkan pada tahun 1999, muncul harapan baru dalam
pembangunan di daerah. Harapan tersebut tidak hanya dalam bidang politik, dimana
masyarakat berpartisipasi dalam memilih kepala daerah, tetapi juga dalam bidang
ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Melalui otonomi daerah, diharapkan Pemerintah
Daerah dan masyarakat lebih banyak memainkan peran strategis dalam penyusunan
perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan di daerah.
Walaupun demikian, selama kurang lebih 10 tahun penerapan otonomi daerah,
masih banyak kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin dan
masyarakat untuk menuju kesejahteraan yang dicita-citakan. Salah satu aspek
dimiliki dalam otonomi, Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin dapat mendayagunakan
potensi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga tidak
terjeremus pada kemiskinan. Namun dalam realitasnya, pengembangan potensi
wilayah bukannya memberikan manfaat bagi masyarakat malah seringkali
menimbulkan konflik antara Pemerintah Daerah, swasta, serta masyarakat. Dengan
keterlibatan masyarakat yang lebih baik diharapkan pengembangan wilayah mampu
mewadahi berbagai aktifitas maupun kebutuhan warganya sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
pasal 65 ayat 1 disebutkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh
Pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat.
Tingginya angka kemiskinan menekan ruang, dan mempengaruhi kondisi sosial
dan ekonomi kota. Sumber konflik Pemerintah Kota dengan penduduk miskin adalah
perebutan ruang. Telah jadi pandangan harian kalau masyarakat miskin seringkali
melakukan okupasi terhadap ruang terbuka. Bahkan kerap dilakukan pada daerah
bahaya seperti bantaran sungai. Munculnya tempat tinggal diwilayah ini tentu
membahayakan, dan menyebabkan penyempitan badan sungai yang mengakibatkan
banjir.
Dan berikut ini merupakan kemiskinan yang dapat dilihat dari penyebab terjadinya
kemiskinanannya itu sendiri, yaitu :
1. Kemiskinan Individu, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alami
seseorang; misalnya cacat mental atau fisik, usia lanjut sehingga tidak mampu
bekerja, dan lainlain.
2. Kemiskinan Alamiah, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh masalah alam;
misalnya kondisi alam yang tidak bersahabat dengan daerah para penduduk
sehingga menyebabkan masyarakata tidak bisa melakukan aktivitasnya
3. Kemiskinan Kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan rendahnya kualitas SDM
akibat kultur masyarakat tertentu; misalnya rasa malas, tidak produktif, terlalu
bergantung pada harta warisan, dan lain-lain.
4. Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kesalahan system
pemerintahan suatu Negara.
Setiap kemiskinan yang terjadi pasti disebabkan oleh beberapa faktor-faktor tertentu,
dan berikut ini adalah faktor penyebab kemiskinan, yaitu :
1. Tingkat pendidikan yang rendah.
2. Produktivitas tenaga kerja rendah.
3. Tingkat upah yang rendah.
4. Distribusi pendapatan yang timpang.
5. Kesempatan kerja yang kurang.
6. Kualitas sumberdaya alam masih rendah.
7. Penggunaan teknologi masih kurang.
8. Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah.
9. Kultur/budaya (tradisi).
10.Politik yang belum stabil
Pada prinsipnya, pendekatan yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan
kemiskinan harus bersifat multidimensional mengingat penyebab dari kemiskinan tidak
hanya merupakan masalah fisik akan tetapi juga menyangkut permasalahan ekonomi,
sosial, dan budaya. Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada
tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara
lain pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua mendorong
pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan
memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; keempat
Salah satu program dalam penanggulanagan kemiskinan yaitu program pembangunan
berbasis masyarakat. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program
pembangunan berbasis masyarakat serta berbasis kawasan kumuh. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di
kawasan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan
kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus
ketiga ini antara lain:
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di
daerah perkotaan
Program NUSP 1
Program SAIg
Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.
Seperti halnya sektor Pengembangan Permukiman, untuk sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan yang menjadi fokus penanganan dalam RPIJM untuk 5 tahun kedepan
di prioritaskan pada kawasan prioritas yang termuat dalam dokumen RPKPP Kota
Banjarmasin yakni Kawasan Pelambuan dan Rawasari, Kawasan Basirih serta Kawasan
Sungai Andai.
Gambaran kondisi eksisting masing-masing kawasan prioritas yang menjadi fokus RPIJM
dalam penanataan bangunan dan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari
Penataan bangunan lingkungan khususnya aspek lingkungan berupa ruang terbuka
hijau. Kondisi RTH Kawasan Pelambuan Rawasari berupa Ruang terbuka tepian masih
belum optimal dimanfaatkan ruang terbuka hijau. Beberapa ruas jalan saja yang
sudah ditata sebagai ruang terbuka hijau. Padahal sebenarnya dengan penataan
sepanjang tepian jalan, sepanjang tepian sungai maupun di median jalan akan bisa
memperluas pemerataan lokasi ruang tebruka hijau di seluruh kawasan Pelambuan
Karakteristik ruang terbuka hijau di sekitar permukiman sempadan Sungai Pelambuan
Rawasari adalah kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat yang ada di
Sempadan Sungai, 90% tidak memiliki taman rumah dan hanya 10% yang memiliki
taman rumah, mayoritas tidak terdapat jarak antara pondasi bangunan terluar dengan
pagar yang mana idealnya adalah minimal 2 meter; sebagian besar masyarakat tidak
memiliki pohon di sekitar rumah yang mana seharusnya minimal 1 pohon, dan
sebagian besar masyarakat memiliki struktur tanaman yang kurang baik. Struktur
tanaman yang baik terdiri dari pohon, semak, perdu, tanaman penutup/rumput, dan
pot . Meskipun masyarakat memiliki struktur tanaman yang buruk (tanaman pada
pot), akan tetapi masyarakat masih merawatnya dengan baik. Hal ini tampak pada
keseringan menyiram tanaman dan masyarakat juga masih bersedia memotong
tanaman.
Penataan bangunan dan lingkungan khususnya kawasan lahan bekas penampungan
batubara, lahan eks stockpile di Pelambuan dengan kondisi lahan yang ada sudah
kurang refresentatif, sehingga lahan ini perlu di reklamasi.
2. Kawasan Basirih
Kawasan Basirih masih banyak terdapat lahan kosong yang dapat digunakan sebagai
ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) sangat jarang dijumpai pada
ganggang, dan hanya dibeberapa jalan komplek.
Kepadatan dan kondisi bangunan relatif, dimana pada daerah gang-gang kepadatan
bangunan sangat tinggi hampir antara dinding rumah jadi batas, kondisi bangunan
sedang rata-rata terbuat dari kayu. Sedangkan untuk daerah komplek kepadatan
sedang dengan kondsi bangunan baik dan terbuat dari beton.
Sepanjang sungai Teluk Tiram terdapat pasar. Pasar ini berkesan kumuh karena
merupakan pasar tradisional dan terletak di bantaran sungai Teluk Tiram, sehingga
3. Kawasan Sungai Andai
Kondisi perkembangan penataan bangunan lingkungan pada kawasan Sungai Andai,
yaitu:
a. Museum Wasaka dilengkapi dengan dermaga dan RTH yang lokasinya masih satu
area dengan Museum Wasaka dekat dengan Jembatan Benua Anyar.
b. Kawasan bantaran Sungai Andai yang masih terdapat permukiman ilegal, seperti
yang terdapat pada Gambar 7.2.
c. Belum adanya jalur hijau pada kawasan Sungai Andai.
d. Masih banyaknya lahan yang bisa digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau, yaitu
di sekitar Jembatan Sungai Andai.
e. Kondisi bangunan pasar Sungai Andai yang perlu dibenahi dan di renovasi.