VII - 1
encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi hingga pada usulan kebutuhan program dan pembiayaan.
7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari peningkatan kualitas permukiman kumuh, pengembangan lingkungan permukiman perkotaan, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan permukiman perdesaan potensial, pengembangan permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Pengembangan permukiman khusus meliputi pengembangan kawasan perbatasan, pengembangan kawasan pulau-pulau kecil terluar dan pengembangan kawasan rawan bencana, pasca bencana dan kawasan tertentu.
R
R encana P embangunan
I nfrastruktur C ipta K arya
7
VII - 2 7.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu strategis Kabupaten Manggarai dapat diidentifikasi seperti yang terlihat pada tebel berikut
Tabel 7.1
ISU-ISU STRATEGIS SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KABUPATEN MANGGARAI
No Isu Starategis Keterangan
(1) (2) (3)
1. Aspek Teknis
Air Bersih
Sebagian besar penduduknya berlum terlayani air bersih PDAM, sehingga sebagian besar
menggunakan sumur dan mata air.
Aspek Drainase Belum seluruh wilayah kabupaten Manggarai memiliki saluran drainase. Hal ini menyebabkan
aliran air yang tidak lancar ketika hujan terjadi sehingga menyebabkan genangan.
Aspek Persampahan Hampir diseluruh kawasan permukiman di Kawasan Perkotaan Manggarai masih tidak terlayani oleh sistem jaringan pengelolaan sampah. Sampah buangan masyarakat pada umumnya ditimbun
atau dibakar sendiri.
Aspek jalan lingkungan Secara umum kondisi jalan lingkungan di kawasan perkotaan Manggarai belum sepenuhnya berkondisi baik
2 Aspek Lingkungan permukiman
dan Kependudukan
Distribusi penduduk yang tidak tersebar merata pada seluruh wilayah mengakibatkan biaya
investasi yang tinggi untuk pengembangan prasarana wilayah. Hal ini diindikasikan dengan
jumlah dan kepadatan penduduk yang terkonsentrasi di Kecamatan Langke Rembong dan
Ruteng. Akibat tidak terpusatnya pembangunan pemukiman dan kecManggarairungan
membangun dengan tidak melihat pada tata ruang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Maka
untuk selanjutnya diharapkan pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan tata ruang,
agar balance dengan apa yang telah direncanakan dalam tata ruang.
3 Aspek Pembiayaan Kurangnya kemampuan masyarakat yg berumah tak layak huni mengakses sumber daya
untuk membangun dan meningkatkan kualitas perumahan dan permukimannya.
Belum efisiennya pengembangan permukiman yang menyebabkan kemampuan
pembangunan yang masih sulit dijangkau oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Oleh
VII - 3
No Isu Starategis Keterangan
(1) (2) (3)
akses kredit pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk peningkatan
kemudahan mekanisme sistem kredit di bidang pembiayaan masyarakat.
4 Aspek Peraturan Perundangan Kurangnya regulasi pendukung kepastian hukum kepemilikan dan pembangunan perumahan
yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
Perlu adanya perda yang mengatur permasalah pengelolaan permukiman.
5 Aspek Rencana Pengembangan Akibat tidak terpusatnya pembangunan pemukiman dan kecManggarairungan membangun
dengan tidak melihat pada tata ruang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Maka untuk
selanjutnya diharapkan pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan tata ruang, agar
balance dengan apa yang telah direncanakan dalam tata ruang.
Masih kurangnya perhatian terhadap sektor distribusi akibat pelayanan dan kapasitas
prasarana dan sarana outlet (terutama pelabuhan) yang jauh dari Kabupaten Manggarai,
sehingga mengakibatkan ketergantungan pengangkutan dan distribusi barang masih
berorientasi ke keluar Kabupaten yaitu Ruteng Kabupaten Manggarai.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Pelaksanaan pembangunan permukiman di kabupaten Manggarai masih terpusat di kawasan perkotaan
khususnya Kota Ruteng sebagai ibukota kabupaten dan pusat pengembangan wilayah bagi seluruh wilayah Kabupaten
Manggarai. Secara keseluruhan luas wilayah kawasan pusat pengembangan perkotaan yang direncanakan sampai
dengan tahun 2030 di kabupaten Manggarai, adalah + 4.778.79 Ha. Adapun permukiman perdesaan, karakteristiknya
membentuk pola yang menyebar dalam setiap kecamatan dengan kelompok permukiman yang menyebar pula dalam
setiap desa. Keberadaan permukiman perdesaan ini dengan masing-masing pusat-pusat desanya tidak begitu signifikan
luasnya dalam pola ruang eksisting kabupaten Manggarai.
Tidak tersedia data yang akurat tentang jumlah bangunan perumahan di kabupaten Manggarai. Namun
demikian, jika diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga memiliki rumah sendiri maka dapat diperkirakan jumlah rumah
di kabupaten Manggarai pada tahun 2012 adalah 63.231 unit rumah dengan rincian menurut kecamatan disajikan pada
tabel 4.1
Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Manggarai berdasarkan data dari Satker Bankim hanya berada di
VII - 4
DED (belum ada penetapan dari Pemda). Secara Visual kawasan ini dapat di kategorikan sebagai kawasan kumuh
dikarenakan kondisi sarana dan prasarana yang memprihatinkan, kepadatan yang tinggi, kondisi fisik bangunan yang
sebagian besar tidak layak. Berdasarkan data ini luas kawasan kumuh mencapai 45 Ha. Untuk Rusunawa belum pernah
dibangun di Kabupaten Manggarai.
Tabel 7.2
Jumlah Rumah di Kabupaten Manggarai Dirinci Menurut Kecamatan*
No Kecamatan Penduduk Jumlah Rumah Rata2 Anggota Kel.
1 Satar Mese 32.507 6.777 4,8
2 Satar Mese Barat 34.115 6.993 4,9
3 Langke Rembong 58.209 10.945 5,3
4 Ruteng 40.964 8.887 4,6
5 Wae Rii 25.884 6.029 4,3
6 Lelak 11.601 2.563 4,5
7 Rahong Utara 21.399 4.755 4,5
8 Cibal 38.540 8.898 4,3
9 Reok 31.650 7.384 4,3
Jumlah 294.869 63.231 4,6
Tabel 7.3 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Perda No. 6 Tahun 2012 RTRW Kab. Manggarai Tahun
2011-2015
2 Perda No. 1 Tahun 2011 RPJMD Kab. Maggarai tahun
VII - 5
3 Perda No.3 Tahun 2013 Bangunan Gedung
Perkotaan
Tabel 7.4 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Manggarai berdasarkan
SK Penentapan Kawasan Kumuh No HK/197/2014
NO
Kecamatan Kelurahan/desa Luas Wilayah
(Km2)
Tabel 7.5 Data Kondisi RSH di Kabupaten Manggarai
NO
Lokasi RSH Tahun
Pembangunan
Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK
yang Ada
1 Kec. Rahong Utara,
Desa Golo Langko 2012 24 Baik
2 -
3 -
Tabel 7.6 6Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Manggarai
No
VII - 6
Perdesaan
Tabel 7.7 Data Program Perdesaan Di Kab. Manggarai Tahun 2013
No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi Infrastruktur
Infrastruktur Perdesaan PPIP (32 desa) 1 Pembangunan
Infrastruktur Jalan
Ds. Koak, Ds. Langgo, Ds. Legu, Ds. Pong Leko, Ds. Benteng Kuwu, Ds. Rado, Ds. Lenda, Ds. Perak, Ds. Pong Lao, Ds. Cumbi, Ds. Poco Likang, Ds. Pong Murung, Ds. Belang Turi, Ds. Beo Rahong, Ds. Ndehes, Ds. Ranggi, Ds. Dimpong, Ds. Tengku Lese, Ds. Compang, Ds. Bangka Ajang, Ds. Bangka
23 Ds/Kel 100 % Cukup Baik
2 Pembangunan Air Minum Desa
Ds. Kakor, Ds. Goloworok, Ds. Meler, Ds. Pong Lengor, Ds. Dimpong, Ds. Benteng Tubi, Ds. Loce, Ds. Torong Koe, Ds.
9 Ds/Kel 100 % Cukup Baik
VII - 7 C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Manggarai dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Tabel 7.8 Identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman
Kabupaten Manggarai
1 Aspek Teknis 1) Kawasan yang belum terjangkau
2) Kondisi PS yang sudah ada yang tidak terpelihara
3) Minimnya PS yang tersedia seperti listrik, jalan, air minum, persampahan type rumah yang sudah ada (eksisting), karateristik fisik wilayah, serta ketersediaan lahan yang memungkinkan untuk pengembangan masing type rumah.
2 Aspek Kelembagaan
1) lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama
Penyediaan sarana utilitas didukung oleh Pemerintah Kota, sedangkan investasi fisik bangunan disiapkan oleh developer/ pengembang atau investasi langsung
1)distribusi penduduk yang tidak tersebar merata
2) penurunan kualitas lingkungan hidup
Tidak seimbangnya pembangunan Desa dan Kota yang telah
menumbuhkan berbagai kesenjangan sosio-ekonomi
VII - 9 7. 1. 2 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
7. 1. 2.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Berdasarkan analisis kebutuhan dan usulan program pengembangan infrastruktur permukiman yang yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di kabupaten Manggarai maka diusulkan beberapa kegiatan/proyek prioritas bangunan Infrastruktur permukiman di kabupaten Manggarai.
Pengembangan PS Permukiman dilakukan sejalan dengan pelaksanaan asas desentralisasi di bidang pekerjaan umum sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.14 Th. 1987, mengenai penyerahan sebagian tugas Departemen PU kepada pemerintah daerah. Demikian pula halnya dengan pembiayaan proyek pembangunan permukiman disusun berdasarkan klasifikasi tanggungjawab pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat.
7. 1. 2.2 Usulan Pembiayaan dan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Walaupun pembangunan keciptakaryaan merupakan kawenangan pemerintah daerah namun mengingat berbagai keterbatasan yang ada maka pola pendaan untuk sebagian besar komponan pengembangan permukiman di kabupaten Manggarai diharapkan berbentuk shering dengan proporsi 90 % oleh pemerintah pusat dan 10 % oleh pemerintah kabupaten.
VII - 10 Tabel 7. 9 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Manggarai
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria
Kesiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan / SPPIP 1 Lap 900,000 Ruteng
2 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Permukiman Prioritas (RPKPP) 1 Lap 900,000
Kab. Manggarai
3 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh 1 Kaw 2,800,000 Pagal
4 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh 1 Kaw 2,800,000 Cancar
5 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan
Kumuh 1 Kaw 10,000,000 Ruteng
6 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Golowoi
7 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Sambi
8 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000
Rahong Utara
9 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Wae Rii
10 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Lelak
11 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Narang
12 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Satarmese
13 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,750,000 Reok
14 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,750,000 Satarmese
15 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,750,000
Satarmese Barat
16 Penyediaan Prasarana dan Sarana (PS) Permukiman RSH
Yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 2,700,000
Kota Ruteng
VII - 11
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria
Kesiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
18 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Satarmese
19 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Satarmese
Barat
20 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Ruteng
21 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Lelak
22 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Rahong
Utara
23 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Wae Rii
24 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Langke
Rembong
25 Pembangunan Infrastruktur Rawan Bencana 10 Desa 10,000,000 Kec. Cibal
26 Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Kawasan
Daerah Terpencil 1 Paket 600,000 Manggarai
.
7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. ISU STRATEGIS
Isu strategis Bidang PBL tingkat Kabupaten Manggarai sebagai berikut :
Tabel 6.13 Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Manggarai
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL
di Kab/Kota
1. Penataan Lingkungan Permukiman Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan
VII - 12
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota
3. Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET
B. KONDISI EKSISTING
Kondisi eksisting Kabupaten Manggarai
Kondisi eksisting Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan di fokuskan pada penataan bangunan melalui fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan melalui penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, Penyediaan Ruang Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan atau revitalisasi kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan.
Sampai dengan tahun 2015 presentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB belum terdata dikarenakan sampai dengan tahun 2015 belum pernah dilakukan pendataan bangunan gedung di Kabupaten Manggarai .
Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel 12.13
Tabel 7.7. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015
N
2 PROSENTASI BANGUNAN BER-IMB % Belum t er dat a
3 PROSENTASI BANGUNAN BERSERTIFIKAT SLF
% Belum Terdat a
4 PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG unit Belum t er dat a
5 PROSENTASI RTH % 20% Dat a RTRW
6 STATUS BANGUNAN PUSAKA (NASIONAL) Ada/ t idak Tidak ada
VII - 13 Sumber Data Olahan
Dari tahun 2011- 2015 pembangunan sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan di Kabupaten Manggarai yang dibiayai melalui APBN hanya pada Penataan Kawasan Tradisional.
Tabel 7.8. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015
Sumber: hasil olahan
Kondisi eksisting Kabupaten Manggarai yang memuat kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan, kondisi eksisting tersebut dapat diuraikan sebagi berikut :
Gambaran umum bangunan gedung di Kabupaten Manggarai dibedakan atas tiga kategori yaitu :
a. Bangunan gedung perkantoran dan fasilitas umum/sosial milik pemerintah
b. Bangunan fasilitas umum/sosial milik swasta
c. Bangunan rumah tinggal milik perorangan
Bangunan umum milik pemerintah dan sebagian bangunan umum milik swasta dibangun berdasarkan perencanaan yang baik, dengan mengikuti ketentuan teknis ketertiban dan keselamatan bangunan. Akan tetapi sebagian besar bangunan milik swasta dan masyarakat, dibangun tanpa perencanaan dan tanpa pengendalian oleh instansi teknis terkait sehingga ketertiban, ketahanan dan keselamatan bangunannya tidak terjamin.
VII - 14
Sektor penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan di Kabupaten Manggarai yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
a. Masih tersebarnya permukiman-permukiman kumuh
b. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional kecual bangunan gedung
bersejarah, padahal punya potensi wisata
c. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong
pertumbuhan kota
d. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Gedung :
a. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan
gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
b. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayan publik .
c. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum sepenuhnya
didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
d. belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya
untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.
Rumah Negara
a. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan, dan kenyaman
b. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi
penyandang cacat;
VII - 15
d. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
3. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat
a. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
b. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan
prioritas pembangunan.
Tabel .7.9. Indentifikasi Permasalahan & Tantangan PBL Kabupaten Manggarai
NO ASPEK PBL MASALAH YG DIHADAPI TANTANGAN
PENGEMBANGAN ALTERNATIF SOLUSI
1 Teknis -Tersebarnya pemukiman/ ketidakteraturan - Sarana lingkungan hijau kurang diperhatikan
Lokasi yang menyebar, belum terdata dgn baik
- Menata/meminimalisir
- Peningkatan fasilitas RTH
- Identifikasi bangunan & dimanfaatkan sesuai fungsi kebutuhan
2 Kelembagaan Belum siap landasan operasional Kurang kerja sama antar Instasi terkait
Perlu penegasan dlm penerapan aturan yang sudah ada
3 Pembiayaan Dana yang minim Kerjasama dgn swasta Usul Tingkatkan dana
4 Partisipasi
masyarakat/swasta Sangat kurang Kurang kesadaran Sosialisasi
5 Lingkungan Permukiman Kurang tertata, kumuh, lokasi tidak sesuai lahan peruntukan
Meelokasi sesuai
peruntukan kawasan, Menata sesuai peruntukan kawasan
7.2.2. Sasaran Program
VII - 16
diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota serta mereduksi berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
1. Peraturan Penataan Bangunan :
Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)
2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan
Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan
Fasilitasi Penguatan Pemda
Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan
Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara
Pembinaan Penataan Bangunan Loinglungan Khusus
Perencanaan dan Analisa Teknis
Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan
3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
Bangunan Gedung Hijau
Bangunan Gedung Mitigasi Bencana
Bangunan Gedung Perbatasan
Pembangunan Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya
4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan Bangunan Kawasan Strategis
Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana
Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan
VII - 17
Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata
5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan
Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau
Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka
Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah
Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata
6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan
Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B
Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
7.2.3. Usulan Program dan Kegiatan
Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Manggarai di sajikan pada Bab. VIII Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya.
7.3. SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM
7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN SPAM
VII - 18
Kabupaten Manggarai yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum 100% antara lain :
a. Kurang tersedianya air minum disaat musim kemarau
b. Sebaran pemukiman yang tidak merata, berakibat pada kebutuhan sarana prasarana yang air
minum yang lebih besar biayanya.
c. Terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran di sekitar kawasan tangkapan air dan sumber
mata air.
d. Pterbasnya kapasitas air baku
e. Tingkat kebocoran dan idle capacity yang tinggi dan
f. PDAM yang kurang sehat.
B. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN
Berdasarkan dat a capaian unt uk akses rumah t angga t erhadap air minum layak di Kabupat en M anggarai sampai dengan t ahun 2015 sebesar 61,84% at au 38,17% rumah t angga di Kabupat en M anggarai belum m endapat kan / belum mengakses air minum layak. Dari dat a BPS t ahun 2016 jumlah Rumah Tangga yang m engakses air minum menggunakan leding hanya 23,33%, yang menggunakan pompa sebesar 1,68% sedangkan sumur dan mat a air sebanyak 74,98 %.
Penyediaan air minum dengan sist em perpipaan di Kabupat en M anggarai unt uk kaw asan perkot aan dikelola oleh PDAM Kabupat en M anggarai dan sampai dengan akhir t ahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 28,54% at au 14.237 Sambungan Rumah. Unt uk membant u meningkat kan pelayanan air minum di Kabupat en M anggarai pem erint ah Pusat m elalui Sat uan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direkt orat Air M inum t elah mem bangun pipa sepanjang 55.372 met er dengan pagu mencapai Rp 10.947.383.000,- dan dilaksanakan dari t ahun 2012 s/ d 2014.
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2013 2014 2015
PELAYANAN PENDUDUK
1 Jumlah Penduduk Jiwa 332.560 337.286 338.324
2 Jumlah Pelanggan Jiwa 12.529 12.813 14.237
3 Penduduk Terlayani % 25,96 26,25 28,54
DATA PRODUKSI
1 Kapasitas Produksi Lt/detik 1.702,50 1.776,00 1.962,00
2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit
3 Biaya Produksi di PDAM Rp 6.943.666.113 8.826.966.527 8.931.116.618
DATA DISTRIBUSI
1 Kapasitas Distribusi Lt/dtk 1.702,50 1.766,00 1.962,00
2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr 113 117,29 1.962
3 Air Terjual M3/th 3.527.246 3.726.702 4.039.959
4 Air Terdistribusi M3/th 4.713.768 4.603.392 5.085.504
5 Total Penjualan Air Rp 6.600.439.958 7.016.797.156 7.674.437.684
6 Cakupan Pelayanan Air % 74,82 80,95 79,44
VII - 19
6 Tarif rata-rata Rp 1.871,27 1.882,84 1. 899,61
DATA KONSUMEN
1 Jumlah Sambungan Rumah (SR) Unit 12.529 12.813 14.237
2 Komsumsi Rumah Tangga Unit 11.533 11.806 13.141
3 Komsumsi Non Rumah Tangga Unit 996 1.007 1.096
4 Jumlah Jiwa/Sambungan Tumah Tangga
Unit 6 6 6
Tabel 7.9. Banyaknya Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum Thn 2015
Sumber: BPS, Manggarai Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 7.10. Akses Air Minum Layak Desa dan Kota Tahun 2013-2015
Sumber: BPS, Prov.NTT
1 Total Akses Air Minum
Layak
53.11% 60.89% 61.84%
2 Total Akses Perkotaan 79.16% 91.40% 85.81%
VII - 20 Tabel 7. 8. Pembangunan Sektor Air Minum di Kabupaten Manggarai Tahun 2011 - 2015
NO NAMA IKK
5 Optimalisasi SPAM MBR di Kota Manggarai Kab. Manggarai 40 L/dtk (SKPA)
2013 APBN 8.000.000 Kota Manggarai IPA Sungai Kota Manggarai dan IKK Wolowaru Kabupaten Manggarai ( Paket APBN - 34)
2015 APBN 13.035.735 Manggarai
VII - 21
VII-22
C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGAMBANGAN SPAM
Adapun beberapa permasalahan pengembangan SPAM di Kabupaten Manggarai antara lain:
1. Peningkatan Cakupan dan Kualitas
a) Tingkat pelayanan air minum dengan system perpipaan belum optimal
b) Kualitas sumber air baku semakin menurun dan terbatas.
c) tingkat kebocoran air yang didistribusikan oleh PDAM cukup tinggi Tingginya tingkat kebcoran tersebut terjadi karena oleh jaringan air minum kurang dikelola dengan baik, minimnya dana pemeliharaan dan perawatan terhadap pipa jaringan akibat tarif yang terlalu rendah, selain itu disebabkan adanya penyebab non teknis.
d) Sistem distribusi yang belum baik
e) Pola permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi air minum sangat tinggi.
2. Pendanaan
a) murahnya tarif retribusi air dan masih kurang patuhnya masyarakat membayar.
b) masalah posisi modal yang masih negatif dan keterbatasan kemampuan pendanaan untuk menggantikan aktiva yang masih rendah, dan itu terlihat dari masih seringnya terjadinya akumulasi kerugian
3. Kelembagaan dan Perundang-Undangan
Harus diakui bahwa saat ini dari aspek kelembagaan Perusahaan Derah Air Minum (PDAM) Kota Ruteng, sudah belum mampu menjadi perusahaan yang mandiri, meskipun PDAM adalah perusahaan milik daerah. Namun Pemerintah Kabupaten sebagai pemilik, dari aspek pendanaan masih belum maksimal memberikan dukungan.
4. Peran Masyarakat
c) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.
VII-23 Tabel 6.18 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM
N o. Aspek Pengelolaan Air M inum
Permasalahan Yang Dihadapi
Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan A. Kelembagaan/ Perundangan
1 Organisasi SPAM Kondisi sakit Diperbaiki lagi
2 Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll) SDM Kurang koordinasi Kesinambungan manaj emen
3 SDM M asih Terbatas Peningkatan SDM
B. Teknis O perasional:
1 Sumber Air Baku beroperasi Tingkatkan kapasitas
2 Bangunan Intake belum ada diadakan
3 IPA
4 Reservoir dan Pompa Distribusi
5 Jaringan Transmisi Kurang memadai Diadakan
6 Jaringan Distribusi Terpelihara ditingkatkan
7 Sambungan Rumah Terbatas Diperluas
8 M eter Pelanggan Terbatas Ditingkatkan
C. Pembiayaan
1 Sumber-sumber pembiayaan
2 Tarif Retribusi Sangat rendah Perda tarif baru
3 M ekanisme penarikan retribusi Pembayaran langsung ditingkatkan
4 Realisasi penerimaan retribusi Tidak sesuai target
D. Peran Serta M asyarakat
1 Penyuluhan Belum maksimal Dialkukan penyuluhan
2 Kemam puan membayar retribusi Belum maksimal Dilakukan sosialisasi
VII-24
I. Tantangan Pengembangan SPAM
Beberapa tantangan pengembangan SPAM di kabupaten Manggarai antara laian :
1. Terlaksananya penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang terdesentralisir, efisien, dan
terpadu
2. Terciptanya pola penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang berkelanjutan melalui
kewajiban, melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan
3. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui minimalisasi resiko
biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat kurangnya sehatnya air minum yang dikomsumsi
4. Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam penanganan penyediaan dan pengelolaan
prasarana dan sarana air minum
5. Peningkatan pelayanan sistem perpipaan yang menjangkau seluruh wilayah kabupaten Manggarai
6. Untuk pelayanan air minum di pedesaan dilakukan dengan pengolahan air yang diambil langsung dari mata
air/sungai dan dari sumur pompa dalam berbasis komunitas, dengan membangun unit pengolahan air minum
skala kecil menggunakan system filterisasi.
7. Dari aspek manajemen dan regulasi diperlukan adanya kebijakan yang mampu menjamin kesinambungan institusi pengelola dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi yang bertanggung jawab atas penyediaan air
minum. Dalam kerangka kesinambungan tersebut, tersedia perangkat kebijakan yang mampu menjamin bahwa
tarif air yang berlaku dapat menutup minimum biaya operasional dan dari sisi pengelola memberikan jaminan
bahwa institusi pengelola air minum dapat bekerja dengan komposisi biaya yang minimum.
Untuk mengatasi rendahnya kualitas air dan sekaligus mengurangi beban biaya pengolahan air tersebut, maka
diperlukan adanya relokasi intake, selain itu diperlukan adanya peremajaan terhadap peralatan-peralatan untuk
keperluan pengolahan dan distribusi
7.3.2. Sasaran Program
Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di perkotaan diarahkan untuk menggunakan sumber air yang bersumber dari PDAM.
Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di daerah pedesaan, pelayanan air minum dilakukan melalui proyek air minum pedesaan, dengan memanfaatkan mata air yang ada kemudian menyalurkannya ke bak penampungan air yang dibangun di dalam lingkungan permukiman penduduk.
Sebagian sarana/infrastuktur air minum yang sudah ada hampir merata di semua desa, namun belum memenuhi secara keseluruhan, karena beberapa wilayahnya sulit dijangkau.
VII-25 Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Rincian di sajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7.11
Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
[
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata 01. Sumba Barat 0 39,42 39,42 50,28 51,11 51,87 52,74 53,50 51,90 1.117 659 1.776 2.409 2.455 2.499 2.544 2.589 2.499
Kebutuhan Volume air (ltr/ detik) Kota Kabupaten
Propinsi
VII-26 Tabel 7.12
Proyeksi Kebutuhan Air Perdesaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata
01. Sumba Barat 0 19 19,10 55,94 56,85 57,71 58,67 59,51 57,74
02. Sumba Timur 7 48 54,49 120,48 122,09 123,61 125,03 126,44 123,53
03. Kupang 8 118 126,56 229,46 237,52 245,79 255,49 266,10 246,87
04. Timor Tengah Selatan 13 120 132,34 325,11 326,79 328,41 329,82 331,25 328,28
05. Timor Tengah Utara 4 97 101,58 155,13 156,72 158,30 159,75 161,13 158,21
06. Belu 6 73 78,71 113,54 115,48 117,28 119,03 120,86 117,24
07. Alor 1 43 43,56 105,69 106,53 107,26 108,04 108,69 107,24
08. Lembata 6 62 67,96 79,32 80,76 82,65 84,25 85,86 82,57
09. Flores Timur 7 111 117,72 135,10 136,14 137,63 138,83 139,98 137,54
10. Sikka 26 96 122,09 166,26 167,30 168,26 169,13 169,91 168,17
11. Ende 3 102 104,89 116,65 117,16 117,67 118,07 118,47 117,60
12. Ngada 11 59 69,15 81,58 82,32 83,89 85,01 86,07 83,77
13. Manggarai 12 72 83,60 151,40 153,48 155,94 158,17 160,31 155,86
14. Rote Ndao 5 74 79,51 102,18 106,34 110,37 114,64 119,00 110,51
15. Manggarai Barat 13 68 81,38 151,65 155,21 158,59 162,10 165,52 158,61
16. Sumba Tengah 0 13 13,38 41,42 42,08 42,75 43,40 44,01 42,73
17. Sumba Barat Daya 2 57 59,22 157,17 160,41 163,46 166,68 169,78 163,50
18. Nagekeo 10 52 62,80 78,37 79,34 80,18 81,08 81,88 80,17
19. Manggarai Timur 7 65 71,83 173,04 175,64 177,87 179,89 182,37 177,76
20. Sabu Raijua 1 28 28,96 61,84 63,89 65,82 67,91 70,05 65,90
21. Malaka *) 0 41 41,55 99,07 100,72 102,33 103,92 105,39 102,29
22. Kota Kupang 5 5 10,14 10,35 10,65 10,92 11,21 11,51 10,93
147 1.424 1.571 2.711 2.753 2.797 2.840 2.884 2.797
Kebutuhan Volume air (ltr/ detik) Asumsi Debit air tersedia 2015
(liter/ det)
Propinsi
VII-27 Tabel .7.13
Sasaran Program Penanganan Air Minum di Provinsi NTT tahun 2015-2019
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
2016 2017 2018 2019 SPAM Ber basis Masyarak at
PAMSI MAS Li t er/ det 164 164 164 491
Pengembangan Sumur gali pem anfaatan pengembangan Non PDAM Terfas ilitasi Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pengembangan SPAM MBR Pemanfaatan SPAM PDAM Terfas ilitas i
339.375 Debit dan jum lah s ambungan Rumah
Pemanfaatan SPAM ibukota kecamatan
Target Sasaran Kinerj a sat uan
Debi t dan jum lah sambungan Rumah SPAM Regional
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan
Tot al
Pengembangan jaringan perpipaan dikawas an Rawan Air
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan SPAM ibukota pem ekaran
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan SPAM PDAM Terfas ilitas i Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan SPAM Berbas is Mas yarakat
VII-28 Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat sebagai berikut:
1. Peraturan Pengembangan SPAM
- Penyusunanan Rancangan Undang-undang
2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
- Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda
- Rekomendasi Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Air Minum
- Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum
- Rencana Induk Bidang Air Minum
3. Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
4. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
5. Pegembangan SPAM Perkotaan
- Pembangunan SPAM IKK
- Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran
- Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan
- Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan
- Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
6. Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat
- Pamsimas
VII-29 - Pembangunan SPAM di Kawasan kumuh
- Pembangunan SPAM di Kawasan nelayan
- Pembangunan SPAM di Kawasan perbatasan
- Pembangunan SPAM di Kawasan Pulau Terluar
- Pembangunan SPAM Strategis
8. Pembangunan SPAM Regional
- Pembangunan SPAM Regional
9. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air
- Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air
- Pemanfaatan Iddle SPAM di Kawasan Rawan Air
10. Pembangunan Jaringan Perpipaan di Kawasan Khusus
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan kumuh
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan nelayan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan perbatasan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan Pulau Terluar
- Pengembangan Jaringan Perpipaan Strategis
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;
VII-30 5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
Dokumen RISPAM Manggarai sementara disusun pada tahun 2016 ini.
Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.
2. Tersedia dokumen RPIJM
3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
o Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa
JDU terbesar ≥ 250 mm
o Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar 200 mm;
o Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter
pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;
4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)
5. Ada monitoring
o Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik indikator kinerja untuk
o Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun
yang sama
6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun
8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)
VII-31 7.3.3. Usulan Kebutuhan Program
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPIJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.
Secara rinci, usulan dan prioritas pengembangan air minum di Kabupaten Manggarai disajikan dalam bentuk Matriks RPIJM .
7.4 . PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam RPIJM lebih mengarahkan pada perencaanaan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP khususnya dalam rangka pencapaian Gerakan Nasional 100-0-100.
7.4.1. Kondisi Eksisting Air Limbah, Persampahan dan Darinas2
7.4.1.1. AIR LIMBAH
Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
VII-32 pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Jenis air limbah yang terdapat di kabupaten Manggarai umumnya adalah air limbah lokal atau air limbah produksi rumah tangga, yaitu air bekas buangan dari kamar mandi/wc atau cucian dapur.
Banyaknya rumah tangga yang sebagian besar membuang limbah dari kamar mandi/wc pada Tangki/SPA atau Lobang Tanah, sedangkan jika dilihat dari fasilitas Tempat Buang Air besar,masyarakat saat ini banyak yang sudah mempunyai fasilitas Tempat Buang Air besar sendiri walaupun masih ada yang menggunakan tempat bersama atau pun ditempat umum.
Dari segi jumlah/kuantitas, volume air limbah rumah tangga di kabupaten Manggarai tidak melampui ambang batas, terbukti tidak menimbulkan genangan pada kawasan-kawasan permukiman. Kalupun ada genangan di saluran drainase sekitar kawasan-kawasan pertokoan dan sekitar daerah pasar itu lebih karena tersumbatnya saluran bukan karena over kapasitas. Sedangkan dari segi kualitas, selain limbah rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya dapat dikatakan bahwa limbah cair di kabupaten Manggarai tidak mengandung zat kimia yang berbahaya. Walaupun ada penelitian khusus mengenai tingkat pencemaran air laut, sumur/air tanah dan lingkungan oleh bakteri E. Coly namun secara umum kabupaten Manggarai tidak melampui ambang batas toleransi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kasus penyakit yang berkaitan dengan masalah lingkungan seperti diare atau muntaber yang ditangani oleh RSUD dan pusat-pusat kesehatan lainnya di kabupaten Manggarai .
Penanganan limbah cair pada permukiman perdesaan umumnya dilakukan secara individual dengan cara diresapkan langsung ke tanah atau tanpa sumur resapan. Tidak tersedia data yang akurat mengenai kepemilikan kakus bagi masyarakat perdesaan di kabupaten Manggarai . Namun dapat diperkirakan bahwa sejumlah besar penduduk perdesaan sudah memiliki kakus sendiri, namun mengingat keterbatasan pelayanan air bersih sehingga mengakibatkan sebagian besar kakus di bangun dengan sistem cubluk, sebagian lainnya bahkan tidak memiliki kakus dan melakukan buang air besar di pantai atau di hutan. Untuk jelasnya lihat data pengelolaan limbah di kabupaten Manggarai pada tabel berikut :
VII-33 DAK Sanitasi telah membangun MCK++,Toilet Umum atau Septik Tank Komunal yang dilakukan melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di beberapa kawasan yang termasuk daerah rawan Sanitasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan sanitasi dasar yang layak
.
Tabel 7.14. Data Capaian Akses Sanitasi Dasar yang Layak
NO URAIAN CAPAIAN
Sumber data :Manggarai Dalam Angka BPS, 2015
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah
C.1. Identifikasi permasalahan Air Limbah
Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai,
sebagian masyakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar (pekarangan, saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah baik itu limbah cair atau padat
b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan
pengelolaan air limbah oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan permukiman perdesaan
c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan
perkotaan di Kabupaten Manggarai adalah sistem tengki septik dengan bidang resapan
d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kabupaten Manggarai juga
dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan
VII-34 Tabel 7.33. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
N
A Kelembagaan Melekat pada
Dinas B Perundangan Terkait
Sektor Air Limbah
Komunal Belum ada Harus diadakan
VII-35
IPAL Masih kurang Optimalkan
fungsinya
Ditambah/ditingkatka n
C.2 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai sampai saat ini belum sepenuhnya mampu ditangani dan dibiayai oleh Pemerintah Kota, terutama dalam hal pembangunan sarana dan prasarananya. Penanganan air limbah selama ini diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septicktank yang sederhana dan lainnya berupa cubluk. Akan tetapi dari jumlah penduduk Kabupaten Manggarai tidak semuanya memiliki septicktank dan cubluk, mereka membuang air limbah langsung kedalam badan air sungai.
Adapun tantangan yang muncul dalam pengelolaan air limbah serta adalah sebagai berikut ini :
1. Sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan terpusat di wilayah
Kabupaten Manggarai masih belum ada, hal itu terjadi karena keterbatasan anggaran pemerintah Kota serta belum menjadi skala prioritas.
2. Secara umum persentase masyarakat Kabupaten Manggarai yang mempunyai
akses terhadap jamban keluarga, jamban umum atau jamban bersama dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih belum berkembang, kalupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat perdagangan.
3. Pola pendanaan investasi di bidang pembiayaan prasarana dan sarana air
VII-36
sangat terbatas, untuk itu upaya pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaannya harus lebih ditingkatkan.
4. Sampai saat ini produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan kerangka
peraturan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemilikan, dan fasilitas pengelolaan air limbah.
5. Instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) belum tersedia
Perlu adanya kebijakan khusus yang menangani permasalahan mengenai penanganan dan pengolahan air limbah, serta usulan atau program kegiatan yang bersifat teknis. Adapun dari usulan tersebut selain membicarakan masalah penyediaan alat atau barang, juga memberikan penyuluhan terkait penanganan air limbah serta peningkatan kualitas lingkungan.
7.4.1. 2. Sasaran Program Kebutuhan Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai dapat dilakukan dengan target pelayanan 60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat. Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kabupaten Manggarai adalah sistem pembuangan air limbah setempat (On-Site System) dengan pertimbangan biaya konstruksi rendah, dapat dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan cepat dimanfaatkan. Rencana pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai adalah sebagai berikut :
Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah
manusia).
Sistem pelayanan septik tank kolektif (communal sistem) dikembangkan pada
kawasan perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.
Sistem septik tank individu (individual sistem) dikembangkan pada kawasan
perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil digunakan sistem pelayanan septik tank individu ataupun kolektif dengan memperhatikan kesepakatan dan kemampuan masyarakat.
Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada kawasan
VII-37
Untuk itu uraikan kebutuhan pengelolaan sarana & prasarana air limbah yang diusulkan dengan melihat kondisi eksisting saat ini. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. 34
Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Di Kabupaten Manggarai Yang Diusulkan
No Uraian Kondisi
Eksisting
Yang
diusulkan keterangan
A Peraturan terkait sektor Air Limbah Ketersediaan peraturan bidang air
limbah (perda, pergub,perwali) Belum ada diadakan
B Kelembagaan
Kualitas dan kuantitas SDM kurang ditingkatkan
C Pembiayaan
Sumber Pembiayaan (APBD
Prov/kota/swasta/masyarakat kurang Ditingkatkan
Tarif retribusi Belum ada Di adakan
Realisasi Penarikan Retribusi (%
terhadap target) Tidak ada
D Peran Swasta dan masyarakat
Sudah/belum; bentuk kontribusi Belum ada disosialisaka
n E Sistem Setempat (on site)
Ketersediaan dan kondisi IPLT Tidak
tersedia diadakan
Kapasitas IPLT (...M³) Belum ada diadakan Hanya pd
rumah sakit Tingkat cakupan pelayanan IPLT (%)
dari target Belum ada
Ketersediaan & kondisi truk tinja 2 unit, baik ditambah
VII-38
No Uraian Kondisi
Eksisting
Yang
diusulkan keterangan
Kualitas efluen IPLT (BOD & COD)
... Mg/liter -
F Sistem Terpusat (off site)
Ketersediaan dan kondisi IPAL Ada di 2
kel.
Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL ... M³
Biaya O & P -
7.4.1.3. Usulan Kebutuhan Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air
Limbah
Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal Kriteria Lokasi
• Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di p erkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);
• kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
Lingkup Kegiatan:
• Penyusunan Perencanaan Teknis Bidang Pengembangan PLP
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Regional
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kota meliputi : Pengelolaan terpusat dan
pengeloaan setempat
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kawasan yang berbasis institusi dan
berbasis masyarakat
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Khusus mencakup kawasan kumuh, kawasan
rawan sanitasi dan limbah pedesaan. Kriteria Kesiapan:
VII-39
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
• Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan);
• sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang
(non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
• sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);
• sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana
yang dibangun;
• pemerintah daerah bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan.
Sedangkan kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota untuk Wilayah Kabupaten Manggarai belum ada, sehingga tidak diuraikan program pembangunannya.
. Usu lan Kebutuhan Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);
2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);
3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan;
5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah;
6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun.
7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Untuk jelasnya uraian usulan Kebutuhan Program Pengembangan Air Limbah disajikan dalam matriks usulan pada Bab VIII.
VII-40 7.4.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten
Manggarai antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah
Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas
lainnya adalah bertambahnya pula buangan/limbah yang dihasilkan.
Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Penanganan sampah di Kabupaten Manggarai umumnya masih dilakukan secara individual, kecuali di pusat Kabupaten Manggarai penanganan sampah dilakukan secara kolektif skala kota melalui Dinas Kebersihan Kota, tapi belum berjalan optimal.
1. Kemampuan Kelembagaan
Pengelolaan sampah kini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Manggarai bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola sampah secara komunal skala kota. Belum memadainya SDM secara kualitas dan kuantitas dalam pelayanan persampahan.
2. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.
3. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
VII-41
berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
4. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Manggarai , dapat diuraikan sebagi berikut ini:
a. Aspek Teknis
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Manggarai sudah dilakukan secara skala Kota dimana masyarakat membuang sampah pada tempat pengumpulan sementara (TPS), kemudian sampah tersebut akan diangkut menggunakan mobil sampah untuk dibuang ke Tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Penanganan Sampah di Kabupaten Manggarai belum optimal berdasarkan data dari Dinas Kebersihan Kabupaten Manggarai Produksi sampah perhari
yang dapat diangkut menuju TPA Alak kurang lebih 160 M3 sedangkan sisanya
selain langsung dibakar oleh masyarakat, ada yang dibuang ke kali, pinggir pantai ataupun tanah kosong.
VII-43 Tabel 7.35: Data Pengolahan Persampahan
Sumber : Profil CK Kabupaten Manggarai 2016 b. Pendanaan
Semua rencana sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang di bangun oleh pemerintah di Kabupaten Manggarai umumnya disesuaikan dengan rencana perluasan kota dengan menggunakan dana APBD. Namum keterbatasan keuangan daerah mengakibatkan upaya penyempurnaan dan
N
6 Jarak ke Permukiman
Terdekat
km ± 100 s/ d 200 m
7 Jarak ke permukiman
VII-44
pemeliharaan sarana dan prasarana dasar tersebut sepertinya belum mendapat perhatian yang lebih mManggarai tail. Salah satu peluang yang dimungkinkan adalah dana pemberdayaan. Dewasa ini sebagian besar peningkatan atau pembangunan TPS-TPS di desa atau kelurahan dibiayai melalui program pemberdayaan desa.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan
C.1. Identifikasi Permasalahan sampah
Dalam kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Manggarai umumnya
terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, seperti :
Permasalahan Pembangunan sector persampahan di Kabupaten Manggarai secara umum adalah :
1. Terbatasnya sarana prasarana pengelolaan dan pengolahan sampah berdampak pada rendahnya cakupan pelayanan
2. Belum Optimalnya Manajemen Persampahan
3. Belum adanya master plan persampahan
4. Belum adanya penerapan sanksi hukum berkaitan dengan penanganan sampah
5. Rendahnya peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan sampah
6. Peran dan potensi belum dikembangkan secara sistematis
Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk pengelolaan dan pengembangan
pengelolaan persampahan
Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum
adalah:
(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per kapita meningkat);
(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:
VII-45
monitoring dan evaluasi);
b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);
c. Belum memadainya penanganan sampah.
Tabel 7.36. Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi
No. Aspek Pengelolaan Persampahan
Perm asalah Yang Dihadapi Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan
A. Kelembagaan:
- Bentuk Organisasi Pengelola Belum optimalnya manajemen persampahan
pemisahan peran yang jelas antara pembuat peraturan, pengatur/pembina dan pelaksana (operator).
- Tata Laksana (Tupoksi, SOP, Dll) Kurang koordinasi Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Diklat
Menyelenggarakan pembinaan & bimbingan teknis dalam peningkatan PS persampahan
- Kuantitas dan Kualitas SDM Sangat minim dan rendah Biaya untuk pengelolaan persampahan harus menerapkan prinsip pemulihan biaya (full cost receovery), dan sedapat mungkin menghindari dana subsidi pemerintah (NGO) dan swasta agar meningkatkan partisipasnya
D. Peran serta Masyarakat dan swasta Rendahnya partisipasi masyarakat
& swasta
pemisahan peran yang jelas antara pembuat peraturan, pengatur/pembina dan pelaksana (operator).
E. Teknis Operasional:
1. Dokumen perencanaan (MP, FS, DED)
2. Pewadahan Tempat sampah yang memadai
menjadi hal yang sangat langka pada kawasan yang padat
3. Pengumpulan banyaknya timbunan sampah yang
terkumpul tapi tidak tertangani (diangkut/ditanam)
Pengumpulan sampah harus dilakukan secepat mungkin dan menjangkau seluruh kawasan perkotaan
4. Penampungan Sementara Pada beberapa daerah yang padat
penduduknya TPS sangat kecil dan tidak cukup untuk menampung sampah yang ditimbulkan.
VII-46 No. Aspek Pengelolaan Persampahan
Perm asalah Yang Dihadapi Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan
5. Pengangkutan ceceran sampah maupun
cairannya sepanjang rute
Pengangkutan dari TPS dan dibuang ke TPA harus tidak menyebabkan kemacetan lalulintas serta tidak enimbulkan ceceran sampah maupun cairannya di sepanjang jalan;
6. Pengolahan 3R
7. Pengelolaan Akhir di TPA Masih menggunakan System open
dumping sehingga Semakin banyaknya volume sampah yang dibuang akan memerlukan TPA
Pengoperasian TPA dilakukan dengan sistem sanitary landfill;
8. Pengendalian pencemaran di TPA terjadinya kerusakan lingkungan
karena bau yang ditimbulkan dari sampah yang terdekomposisi, bau tersebut kemudian akan mengundang lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular. Selain hal tersebut tanah maupun air permukaan dan air bawah tanah terkontaminasi oleh cairan lindiyang timbul karena TPA tidak dilengkapi dengan kolam pengolah lindi.
Mengoptimalkan manfaat nilai tambah dari sampah dengan menerapkan daur ulang atau melakukan pengomposan.
9. Sarana penunjang TPA Masih minim PS penunjang TPA
seperti excavator
Peningkatan PS persampahan berupa alat berat
C.2. Tantangan Pengembangan Persampahan
Tantangan Pengembangan Persampahan di Kabupaten Manggarai saat ini adalah :
1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh
wilayah yang ada terutama di kawasan permukiman di Kabupaten Manggarai .
2. Belum terlaksananya pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang
ter-dentralisasi, efisien, efektif dan terpadu
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan yang
memadai di seluruh wilayah Kabupaten Manggarai
4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan dan
industri yang belum memadai guna menunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Manggarai
VII-47
6. Perlunya masyarakat sadar kebersihan dengan aktif membantu pemerintah
dalam mengatasi masalah persampahan
Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah dibuatnya kebijakan dari pemerintah dengan pManggarai katan menyeluruh sehingga dapat dijadikan payung bagi penyusunan kebijakan ditingkat pusat maupun daerah. Karena belum adanya kebijakan pemerintah tersebut menyulitkan pengelolaan persampahan. Kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahap aspek teknis yaitu dengan melakukan pengurangan timbulan sampah dengan
menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ), dengan harapan pada tahun 2025
tercapai “zero waste“.
7.4.2.2. Sasaran Program Kebutuhan Pengembangan Persampahan
Tabel 7.37 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
No. Uraian Kondisi Eksisting (Perda, Pergub, Perwali,dst)
Belum ada √
B Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan tata laksana √
- Kualitas dan kuantitas SDM Masih terbatas √ √
C Pembiayaan
- Sumber pembiayaan (APBDProv/ √ √ √ √ √
- Tarif Retribusi Belum ada √ √ √ √ √
- Realisasi penarikan retribusi (%terhadap target) Belum ada √ √ √ √ √
D Peran swasta dan masyarakat
(Sudah ada, blm ada, bentuk kontribusi, dll)
Sudah ada √ √ √ √ √
E Teknis Operasional
1. Perencanaan (dokumen MP, FS, DED) Tersedian SSK & BPS
√
VII-48
Pewadahan
a. Bin/Tong Sampah
90 unit kondisi baik √
Pengumpulan
a. Gerobak sampah b. Becak sampah 9 unit kondisi baik
√
Penampungan Sementara
a. Transfer depo b. Container 10 (6 kondisi baik
dan 4 rusak berat)
7.4.2.3. Program dan Kriteria Kesiapan Sistem Persampahan
A. Pembangunan Prasarana TPA
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
Lingkup Kegiatan :
- Peningkatan Kinerja TPA
Pembuatan tanggul keliling TPA, jalan operasional, perbaikan saluran gas dan saluran
drainase serta pembuatan sel dan lapisan bawah yang kedap sesuai persyaratan sanitary landfill;
Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan pemerintah kab./kota
bersedia mengoperasikan TPA secara sanitary landfill;
Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling TPA,
pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan timbang, kantor operasional
oleh pemerintah kab./kota ;
Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan dana untuk pengolahan sampah di
TPA serta pengadaan alat angkut sampah (melalui MoU Pemda dan Dit. PPLP);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan
operator Instalasi Pengolahan Leachate (IPL);