Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdi ri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
Pengembangan Permukiman 7.1
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sar ana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatankualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaanterdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusatpertumbuhan, serta desa tertinggal.
Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 7.1.1
kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka 1.
Panjang Nasional.
RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebut uhanhunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruhmasyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnyakota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan 2.
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dankawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir
BAB VII. RENCANA PEMBANGUNAN
c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun 3.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan 4.
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :
Tugas A.
Pemerintah Pusat 1.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang a.
perumahan dan kawasan permukiman.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan b.
Lisiba.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan c.
kawasan permukiman.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan d.
nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional e.
Pemerintah Provinsi 2.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provins i di a.
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas b.
kabupaten/kota
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan peng embangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi mas yarakat, terutama bagi MBR.
h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota 3.
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota a.
di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan b.
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan c.
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan d.
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota e.
Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan f.
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman g.
Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraanperumahan h.
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sa rana, dan utilitas umum perumahandan i.
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidangperumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, a.
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman. b.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang c.
perumahan dan kawasan permukiman.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan d.
permukiman pada tingkat nasional.
Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan e.
Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi f.
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan g.
kawasan permukiman
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan pemukiman h.
kumuh.
Menetapkankebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan i.
dan kawasan permukiman.
Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utili tas umum perumahan dan j.
kawasan permukiman
2. Pemerintahan Provinsi
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman a.
pada tingkat provinsi.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang b.
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan c.
permukiman pada tingkat provinsi.
Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan d.
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi e.
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan k umuh dan permukiman f.
kumuh pada tingkat provinsi.
Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan g.
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi
Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan h.
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional
Pemerintah Kabupaten/Kota 4.
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman a.
pada tingkat kabupaten / kota
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang b.
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan c.
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta d.
kebijakan dan st rategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan e.
permukiman bagi MBR.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR f.
Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara g.
pemerintahkabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dankawasan permukiman.
Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuhdan i.
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman j.
kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan
pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah :
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan a.
dan perdesaan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan b.
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman c.
kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman d.
di kawasan tertinggal, terp encil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan e.
dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 7.1.2
Isu Strategis Pengembangan Permukiman a.
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konse psi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumahtanggakumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive
Presidenyang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk menduk ung sinergitas
dalampengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunanpermukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitassumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhistandar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang
terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing kabupaten/kota terdapat isu- isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu
dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Penjabaran isu-isu strategis lokal ini dapat difokuskan untuk terkait pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasankumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis di setiap
kabupaten/kotanya. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan isu-isu strategis di dalam SPPIP ke dalam isian tabel 6.1
Tabel 7.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Empat Lawang N
NOO.. AASSPPEEKK//VVAARRIIAABBEELL PPEERRMMAASSAALLAAHHAANN 11 KKOONNDDIISSII HHUUNNIIAANN
Bangunan rumah di tepi sungai memiliki Garis Sempadan Sungai (GSS) berkisar 2
meter dari tepi/badan sungai, sehingga beresiko banjir ketika terjadi air pasang dan curah hujan tinggi
Tata letak hunian tidak terstruktur di sepanjang sempadan rel KA dimana orientasi
bangunan terhadap jalan tidak tertata dan terlihat semrawut dengan jarak yang sempit antar rumah
Kondisi tata letak hunian yang mempunyai GSB (Garis Sempadan Bangunan) yang
sempit antara satu rumah dengan rumah yang lain sehingga rawan akan bahaya kebakaran
Kualitas fisik bangunan rumah non permanen dengan kondisi lingkungan yang
kotor dengan banyak sampah yang mengumpul di kolong-kolong rumah panggung sehingga menimbulkan degradasi lingkungan sekitar rumah
22 KKOONNDDIISSII
INFRASTRUKTUR
Konstruksi jalan ling kungan terbuat dari beton, aspal dan sebagian masih tanah
dengan kondisi sebagian rusak
Sebagian Jalan lingkungan yang sempit hanya bisa dilalui pejalan kaki dan
kendaraan roda dua menjadi akses yang buruk.
Beberapa ruas jalan lingkungan dan jalan loka l belum dilengkapi dengan saluran
tepi
Jaringan drainase di lingkungan kawasan permukiman belum terpola dan
terintergrasi secara terpadu antara drainase sekunder dan primer disebabkan jaringan yang terputus, termasuk gorong-gorong kurang memadai dan penuh sedimen dan sampah sehingga pada saat hujan deras air melimpas ke lingkungan permukiman
Tingkat kebocoran air bersih dari PDAM yang tinggi dan tekanan air yang kurang
mengakibatkan air yang sampai ke pelanggan kecil bahkan banyak yang mati
Masih banyak daerah yang belum terlayani oleh air bersih.
PDAM masih memerlukan bantuan baik dari pusat maupun provinsi dalam
meningkatkan pelayanan.
Sebagian besar masyarakat belum menggunakan jamban keluarga yang dilengkapi
dengan septic tank dan resapan.
Limbah cair domestic (gray water) masih dibuang di lingkungan rumah dan belum
ada sistem penanganannya. Bahkan terkadang saluran air di belakang rumah digunakan menjadi satu sebagai tempat MCK, sehingga sanitasi kurang terjaga kebersihannya.
Walaupun TPA sudah ada tetapi masih belum beroperasi beroperasi maksimal
dikarenakan masih banyak kekurangan sarana dan prasarana seperti armada pengangkut dan lokasi pengumpulan seperti tpst dan 3R mengingat jauhnya lokasi menuju ke TPA
Sebagian masyarakat masih membuang sampah di badan-badan air dan
tempat-
tempat kosong di lingkungan permukiman.
Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang lingkungan yang bersih.
33 SSTTAATTUUSS LLAAHHAANN Masih ada beberapa rumah yang belum memiliki status kepemilikan tanah yang jelas khususnya untuk rumah di sekitar sempadan rel kereta api
44 SSOOSSIIAALL BBUUDDAAYYAA
Kurangnya kesadaran perilaku masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
sehingga mempengaruhi buruknya sanitasi lingkungan
Kebiasaan membuang sampah ke sungai, membuang air limbah (cair dan padat)
juga langsung ke sungai/siring tanpa melalui pengolahan menyebabkan degradasi lingkungan dan kekumuhan kawasan permukiman
55 RREEGGUULLAASSII
Regulasi permukiman di kawasan sempadan rel kereta api masih kurang, karena
masih ada kebelumjelasan mengenai statu s lahan antara PJKA dan milik masyarakat
Belum tegasnya pengendalian pembangunan kawasan permukiman di sempadan
sungai untuk meminimalisir kepadatan bangunan di sempadan Sungai Musi
Sumber : Analisis Tim RP2KP, 2014
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang
terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun inf rastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawas an permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perenca naan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Tabel 7.2
No
No. Peraturan Perihal Tahun
1
2
PERDA Kab. Empat Lawang No. 9
PERDA Kab. Empat Lawang No 18
Rencana T ata Ruang Wilayah Kabupaten Empat Lawang (RTRW)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) K abupaten Empat Lawang (2008 – 2025).
2012
2012
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun di perkotaan dan data program Perdesaan di Kab. Empat Lawang . Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
Tabel 7.3
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Empat Lawang
No. Lokasi Kawasan Kumuh Luas
Kawasan
Kepadatan Penduduk
Jumlah Rumah Semi
2. Desa Karang Tanding Kec. Lintang Kanan
25 – 50 jiwa/Ha 2 kk
3. Desa Batu Ampar Kec. Lintang Kanan
25 – 50 jiwa/Ha 3 kk
4. Desa Rantau Tenang Kec. Tebing Tinggi
25 – 50 jiwa/Ha 2 kk
5. Kelurahan Pasar Tebing Tinggi Kec. Tebing Tinggi
3,25 km²
6. Kelurahan Pasar Pendopo Kec. Pendopo
8 km²
7. Desa Tanjung
Kelumpang Kec. Tebing Tinggi
8. Pasar Ulu Darat Kec. Tebing Tinggi
3.05 Ha 4553 Jiwa 901 kk
9. Jayaloka Kec. Tebing Tinggi
9.97 Ha 1365 Jiwa 253 kk
10. Pendopo 5.927 Ha 6000 jiwa 1135 kk
11. Beruge Ilir Kec. Pendopo 4.788 Ha 708 Jiwa 482 kk
12. Pagar Tengah Kec. Pendopo
5.014 Ha 3600 Jiwa 728 kk
Sumber :Data SPPIP/RP2KP PU Cipta Karya & Pengairan
Tabel 7.4
Data Kondisi RSH di Kabupaten Empat Lawang
No Lokasi Tahun Pengelola Unit Kondisi
Prasarana CK yang
ada 1
* Data blm ada
Tabel 7.5
Data Rusunanawa di Kab. Empat Lawang Tahun 2014
No Lokasi
Rusunawa
Tahun Bangun
Terhuni
/ Tidak Pengelola
Jumlah
penghuni Kondisi
Prasarana CK yang ada
1. - -
-*belum ada rusunawa di Kab. Empat Lawang
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dap at a.
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastrukturyang masih terbatas.
Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,daerah b.
terpencil, dan kawasan perbatasan.
Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial c.
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta b.
Karya sektor Pengembangan Permukiman.
Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- Program c.
Pro Rakyat (Direktif Presiden)
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya d.
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pe mbangunan
e.
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPI2-JM Kab./Kota f.
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas adalah yang terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu strategis, di masing-masing
kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantang an pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan altern atif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah
Kabupaten/Kota bersangkutan. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan permasalahan dan tantangan di dalam SPPIP ke dala m isian tabel 6.6
Tabel 7.6
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kab. Empat Lawang
No Aspek Pengembangan
Permukiman Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi 1 Aspek Teknis
- Hunian
Membangun permukiman
yang senantiasa
mengedepankan persyaratan kualitas permukiman
Peremajaan kota/renewal di kawasan permukiman di sempadan sungai dan sempadan KA
Pembangunan rumah wajib menerapkan
ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan peraturan pemerintah Arah kebijakan perlu disusun dalam penanganan
permukiman informal Menyediakan perumahan
yang layak huni dan
terjangkau terutama bagi MBR dan masyarakat miskin
Perbaikan kualitas/upgrading
-permukiman di kawasan perkampungan kota Perbaikan (renovasi) dan
-pembangunan permukiman yang mengalami degradasi lingkungan di kawasan perkampungan kota Merencanakan alokasi
kawasan pengembangan perumahan baru secara lebih terpadu dan terintegrasi dengan penataan ruang
DRAINASE
Penyiapan rencana induk sistem
wilayah dengan
mendistribusikan sehingga dapat mendistribusikan perkembangan fisik dan kependudukan sebagai generator pertumbuhan baru untuk menghidupkan kawasan yang masih sepi dan lebih merata ke seluruh bagian wilayah
Pengembangan sistem drainase yang berwawasan lingkungan (konservasi air)
Pengembangan sistem jaringan
drainase di Kabupaten Empat Lawang yang berorientasi kepada usia pelayanan infrastruktur jalan dengan sistem aliran grafitasi yang mengikuti bentuk topografi secara alami
Pengembangan sistem jaringan
drainase perkotaan yang terpola dan terintegrasi mulai dari area tangkapan terkecil sampai jaringan pembuangan utama Pengintegrasian sistem drainase
dengan sistem penyediaan cadangan air baku untuk keberlanjutan penyediaan air bersih di kawasan permukiman Pengembangan sistem
pengelolaan air
berkesinambungan melalui sistem drainase ramah lingkungan guna menjaga kelestarian lingkungan, meningkatkan kandungan air tanah serta memperkuat struktur tanah
Pengembangan sistem dan
jaringan drainase kawasan yang terintegrasi dengan sistem drainase kota melalui rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jaringan drainase baru
Pengembangan sistem drainase
ramah lingkungan melalui pengelolaan kelebihan air dengan upaya sebesar-besarnya diresapkan kedalam tanah Infrastruktur
- Membangun permukiman
memperhatikan integrasi yang baik dengan sistem
JALAN DAN TRANSPORTASI Pengembangan kualitas dan
kuantitas pelayanan jaringan jalan arteri, kolektor/ lingkar, dan lokal yang merupakan urat nadi pergerakan orang, barang, dan jasa sebagai prasarana
penghubung guna mendorong dan menopang pertumbuhan : Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), dan Pusat Pelayanan Lokal (PPL). Pengembangan dan
pengoptimalan fasilitas, prasarana dan sarana transportasi darat Peningkatan aksesibilitas
kawasan permukiman melalui rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan baru jalan lingkungan dan jalan lokal Peningkatan pelayanan
DRAINASE
Penyiapan rencana induk sistem
drainase yang terpadu antara sistem drainase utama, lokal dengan pengaturan dan pengolahan sungai
Pengembangan sistem drainase
yang berwawasan lingkungan (konservasi air)
Pengembangan sistem jaringan
drainase di Kabupaten Empat Lawang yang berorientasi kepada usia pelayanan infrastruktur jalan dengan sistem aliran grafitasi yang mengikuti bentuk topografi secara alami
Pengembangan sistem jaringan
drainase perkotaan yang terpola dan terintegrasi mulai dari area tangkapan terkecil sampai jaringan pembuangan utama Pengintegrasian sistem drainase
dengan sistem penyediaan cadangan air baku untuk keberlanjutan penyediaan air bersih di kawasan permukiman Pengembangan sistem
pengelolaan air
berkesinambungan melalui sistem drainase ramah lingkungan guna menjaga kelestarian lingkungan, meningkatkan kandungan air tanah serta memperkuat struktur tanah
Pengembangan sistem dan
jaringan drainase kawasan yang terintegrasi dengan sistem drainase kota melalui rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jaringan drainase baru
Pengembangan sistem drainase
AIR BERSIH
Pengembangan sumber air baku
dan peningkatkan manajemen pendistribusian untuk memenuhi kebutuhan kawasan dan sambungan rumah (SR)
Peningkatan kualitas dan kuantitas
pelayanan serta mengembangkan kapasitas cakupan pelayanan air minum
Peningkatan pelayanan air minum
melalui rehabilitasi jaringan perpipaan yang tidak teratur dan mengembangkan jaringan
AIR LIMBAH/SANITASI
Penyuluhan masyarakat tentang
kesehatan lingkungan dan teknologi penyediaan prasarana air limbah yang sehat dan aman, khususnya pada kawasan permukiman kumuh atau bantaran sungai.
Pengembangan sistem
penanganan air limbah komunal pada kawasan permukiman, khususnya untuk permukiman kumuh atau bantaran sungai Pengembangan sistem
pembuangan limbah terpusat (off site sanitation), khususnya untuk kawasan-kawasan permukiman padat dan pada wilayah dengan potensi topografi lahan yang memungkinkan
Peningkatan pelayanan
pengelolaan air limbah melalui pengembangan sistem sanitasi komunal (biotek)
Peningkatan pelayanan umum
PERSAMPAHAN
Peningkatan dan pengembangan
sistem pengelolaan persampahan melalui penyediaan prasarana dan sarana persampahan
Pemberdayaan masyarakat dalam
menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan, khususnya pada kawasan permukiman kumuh atau bantaran sungai
Peningkatan pelayanan
pengelolaan sampah melalui penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang aman dan memadai dari hulu hingga hilir Pemberdayaan masyarakat dalam
mengelola sampah mulai dari pewadahan sampai tempat penampungan sementara
2 Aspek Kelembagaan Aparatur pemerintah
daerah dan fasilitas pemdamping masyarakat
Membangun permukiman yang dapat mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan daerah dalam pelaksanaan manajemen pembangunan perkotaan yang efektif dan efisien
Penguatan kapasitas aparatur
-pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pembangunan permukiman perkotaan
Fasilitasi pendampingan
-masyarakat dalam
perencanaan, pembangunan dan pengelolaan permukiman perkotaan
Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat. 3 Aspek Pembiayaan
Minimnya dukungan perbankan dan dana dari pemerintah
Membangun permukiman menjadi suatu upaya dalam pemampuan dan
pemberdayaan masyarakat secara sosial ekonomi sehingga dapat dioptimalkan potensi ekonomi sebagai daerah produktif
Penerapan skema atau bantuan pembiayaan perumahan bagi MBR dalam mengakses pembiayaan formal
Mobilisasi sumber-sumber pembiayaan perumahan perlu diefektifkan seperti
mempermudah akses kredit kepada perbankan terutama untuk masyarakat
berpenghasilan rendah, pemberian pinjaman dengan bunga sangat lumak serta pemberian subsidi 4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta Peran serta masyarakat belum diatur secara konkrit
Belum memberdayakan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan rumahnya sendiri yang sehat, aman, serasi dan produktif tanpa merusak lingkungan
pemenuhan secara swadaya (mandiri) kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang dilengkapi dengan sarana prasarana dasar yang memadai
Perubahan terhadap peraturan terkait agar peran serta masyarakat dalam seluruh proses
pembentukan kelompok masyarakat untuk mengatur rencana pemenuhan kebutuhan perumahan dan
pembangunan sarana dan prasarana.
Peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya
SOSIAL BUDAYA
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan peningkatan dan pemeliharaan kualitas lingkungan dan permukiman
Pembinaan terhadap perilaku
-bersih yang melibatkan partisipasi atau pelibatan masyarakat
Penertiban penduduk dengan
-kelengkapan legalitas dan identitas
5 Aspek Lingkungan Permukiman
Mengembangkan kawasan permukiman baru
memperhatikan bentukan alam yang ada sehingga harus mewaspadai daerah
kerawanan bencana yang ada (mitigasi bencana) seperti tanah longsor dan banjir
Penyelesaian kejelasan lahan
-di kawasan sempadan KA Pembatasan lahan kawasan
-terbangun di sempadan sungai dan sempadan KA
Penyiapan lahan untuk
-pembangunan RSH
Pemberian sanksi hukum bagi
-pelanggaran terhadap pemanfaatan lahan dan tata ruang
Penataan bangunan dan lingkungan secara berkelanjutan serta
pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba) sesuai dengan RTRW
REGULASI
Melaksanakan dan
menegakkan peraturan terkait pengendalian bangunan dan lingkungan permukiman
Pengawasan dan pengendalian
-pembangunan permukiman perkotaan
Penguatan mekanisme
-pengawasan permukiman di sempadan sungai dan sempadan KA
Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman 7.1.3
Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus di capai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target. pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk p engurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel berikut. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah tertuang di dalam SPPIP untuk lima tahun pertama ke dalam isian tabel 6.7 :
Tabel 7.7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Di Kabupaten Empat Lawang Untuk 5 Tahun
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
1 Jumlah Penduduk Jiwa 226.934 230.159 230.159
Kepadatan Penduduk Jiwa / Km² 566 575 575 - - Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin Jiwa / Km² 170 172 172 - - Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh titik 16 14 12
2 Kebutuhan Rusunawa TB
3 Kebutuhan RSH UNIT
4
Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru
Kawasan
No Uraian Unit Ket
Lokasi
Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman 7.1.4
Kegiatan pengembangan p ermukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan 1.
Rusunawa serta
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH 2.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial 1.
desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM 3.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 7.1
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut : Umum
1.
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi
Khusus 2.
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari
BLM
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPRRI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani programCipta
Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang me ndukung (i) transportasi, (ii)
produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai d engan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut :
Vitalitas Non Ekonomi 1.
Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wila yah
Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Tingkat kepentin gan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,
apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menang ani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasa n
permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
Status sertifikat tanah yang ada
4. Keadaan Prasarana dan Sarana Kondisi Jalan
Drainase
Air bersih
Air limbah
Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota 5.
Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya
Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan
Usulan Program dan Kegiatan 7.1.5
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usul an program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan
pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2-JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari t ahun pertama hingga kelima.
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman kabupaten/kota yang disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel 6.8
Tabel 7.8
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Empat Lawang
No Kegiatan Volume Satuan
Biaya (dlm Jutaan Rp)
Lokasi
1 Pembangunan jalan dan jembatan 12 unit 40.725,721
Tebing Tinggi, Pendopo, Ulu Musi dan Kota Baru, Pasemah Air Keruh, Talang Padang, Muara Pinang dan Lintang Kanan
2
Rehabilitasi dan perawatan jalan dan jembatan Rehabilitasi dan perawatan jalan dan jembatan
1 unit 1.000
Tebing Tinggi, Pendopo, Ulu Musi dan Kota Baru, Pasemah Air Keruh, Talang Padang, Muara Pinang dan Lintang Kanan
3 Pembangunan terminal tipe B Kec. Tebing
Tinggi - Tebing Tinggi
4 Pembangunan terminal tipe C - Pendopo dan Ulu Musi
5
Pembukaan trayek baru untuk transportasi umum pelayanan angkutan perkotaan dan perdesaan Pembukaan trayek baru untuk transportasi umum pelayanan angkutan perkotaan dan perdesaan
- Kab. Empat Lawang
6
Penyusunan dokumen Rencana Induk Sistem jaringan drainase proyeksi jangka panjang
1 dok 800 Kab. Empat Lawang
7
Penyusunan dokumen Rencana Rinci Sistem jaringan drainase proyeksi jangka menengah skala lingkungan kawasan
- - Tebing Tinggi dan Pendopo
Tebing Tinggi dan Pendopo
8
Pembangunan drainase dan bangunan pelengkap Pembangunan drainase dan bangunan pelengkap
9 Rehabilitasi dan perawatan drainase dan
bangunan pelengkap - Kabupaten Empat Lawang
10 Pembuatan sumur resapan dan lubang
biopori - Kabupaten Empat Lawang
11
Mereview Dokumen Rencana Induk System Pengembangan Air minum (RISPAM) Penyusunan Rencana Induk System Pengembangan Air minum (RISPAM)
1 dok 150 Kabupaten Empat Lawang
12 Penyusunan Rencana Rinci
Pengembangan Air Minum 3 dok 150 Kabupaten Empat lawang
13 Pembangunan dan pengembangan SPAM
IKK 4 unit 4.010
Kecamatan Muara Pinang, Lintang Kanan, Pendopo, Ulu Musi, Tebing Tinggi
14 Program pemberdayaan masyarakat USRI
(Urban Sanitation Rural Infrastructure) - Tebing Tinggi dan Pendopo 15 Penyusunan outline plan Sistem Air
Limbah skala kota 1 dok 800 Tebing Tinggi dan Pendopo
16 Pembangunan jamban keluarga Tebing Tinggi dan Pendopo
17 Pembangunan MCK terpadu 10 unit 4.700 Tebing Tinggi dan Pendopo
18
Pembangunan IPAL Komunal / Tangki Septik Komunal Pembangunan IPAL Komunal / Tangki Septik Komunal
- Tebing Tinggi dan Pendopo
19 Pembangunan IPLT Pembangunan IPLT 1 unit 4.000 Tebing Tinggi dan Pendopo
20 Pengembangan kinerja pengelolaan
persampahan
-KM 12 Jalan Poros Tebing Tinggi – Pendopo desa Lubuk Glanggang.
21 Pembangunan TPA dan pengelolaan
sampah secara bertahap 2 unit 2.000
KM 12 Jalan Poros Tebing Tinggi – Pendopo desa Lubuk Glanggang.
22 Penambahan alat angkut - Kabupaten Empat Lawang
23 Penambahan alat berat - TPA Kabupaten Empat
lawang
Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman b.
Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah kabupaten/kota.
Tabel 7.9
Usulan Pembiayaan Proyek
N
o Kegiatan APBN
APBD Prov
APBD Kota
Masyar
akat Swasta CSR Total
PSD
8M - - - 8M
2 Pembangunan
Infrastruktur Kws Agropolitan
5M - - - 5M
3 Pembangunan
RSH - - -
-4 Penyediaan Infrastruktur bagi MBR
- - 3.414M - - - 3.414M
Note : dalam Jutaan Rupiah
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci terlampir.
Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.2
Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL 7.2.1
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, bai k di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain :
UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 1.
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan ke lembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,
pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2.
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
c. Izin mendirikan bangunan gedung
Persyaratan teknis bangunan gedung mel ingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkun gan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan. keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian d an pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentan g peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bah wa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum d an Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan
indikator pencapaian SPM pada set iap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)
dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasa n serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah Negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan k ebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan
penataanbangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social.
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 7.2 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
Kegiatan penataan lingkungan permukiman a.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemuki man kumuh
dan nelayan
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional
Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung b.
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan c.
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 7.2.2
Isu Strategis A.
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandi ri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
khususnyauntuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG ’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Gl obal ( Global Warming ). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO 2) sebagai akibat
konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka l aut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merup akan salah satu Agenda Internasional yang juga
mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlemen ts Development in an Urbanizing World" , sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
Penataan Lingkungan Permukiman 1.
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 2.
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 3.
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen s eperti RTR, scenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran bagi pencapaian terwujudnya pemban gunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 7.10
Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Empat Lawang
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
Penanggulangan kemiskinan belum
focus, terpadu dan komprehensif
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Masih banyaknya bangunan gedung
Negara yang belum memenuhi persyaratan aturan keselamatan
bangunan gedung
Masih ada penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah Negara yang kurang tertib dan tidak efisien
3 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Belum optimalnya pembinaan dan
penanganan komunitas Rendahnya tingkat partisipasi
angkatan kerja
Kondisi Eksisting B.
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui prog ram P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah seb anyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi eksisting di daerah masing-masing, yang mencakup ko fndisi terkait pera turan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Untuk data kondisi eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL. Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel seperti tabel 6.11
Tabel 7.11
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Perda / Peraturan Gubernur / Peraturan Walikota/ Peraturan Lainnya Keterangan
No. Peraturan Perihal Tahun
1
2
3
PERDA Kab. Empat Lawang No 19
PERDA Kab. Empat Lawang No 18
PERDA Kab.
Rencana T ata Ruang Wilayah Kabupaten Empat Lawang (RTRW)
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD )
Kabupaten Empat Lawang (2008 – 2025).
Bangungan Gedung (BG)
2012
2012
Empat Lawang No. 4
Kabupaten Empat Lawang
Untuk kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 6.12
Tabel 7.12
Penataan Lingkungan Permukiman
Kota Kaw Sejarah
Dukungan Infrastruktur
CK
RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran Luas
RTH
Lokasi RTH % Tersediaan IMB
% Ketersediaan HSGBN
% Instansi Pemadam Kebakaran
Prasarana & sarana kebakaran
*Data belum ada
Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung da n Rumah Negara Kota Palembang dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel 6.13
Tabel 7.13
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan
Jumlah bangunan Gedung berdasarkan
fungsi
Status Kepemilikan
Kondisi Bangunan
Ketersedia an Utilitas
BG
1 Fungsi Hunian :
Fungsi Keagamaan : Fungsi Usaha : Fungsi Sosbud : Fungsi Khusus :
*Dalam Proses Pendataan
Untuk kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota Palembang dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti table 6.14
Tabel 7.14
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No Kab / Kota Kegiatan PNPM
Mandiri
Kegiatan Lainnya
1. Empat Lawang Th 2010-2014 Pamsimas, Sanimas
*Dalam Proses Pendataan
Permasalahan dan Tantangan C.
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
Penataan Lingkungan Permukiman :
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebaka ran; Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman; Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukimanyang
diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untukpeningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropol itan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia; Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan); Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamana n dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana; Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan; Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka serta sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pel aksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi. Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
tantangan sektor PBL yang ada di setiap kabupaten/kota sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan acuan seperti tabel 7.15
Tabel 7.15 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Aspek Penataan Bangunan dan
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Aspek Teknis Pedoman Teknis
Belum optimalnya pedoman teknis atau peraturan daerah terkait penataan lingkungan permukiman
Optimalisasi penerapan dan pengendalian teknis pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan daerah terkait
mengoptimalkan pedoman teknis penataan lingkungan permukiman
2. Aspek Kelembagaan Sumber Daya
Manusia
masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/ sumber daya manusia (SDM) yang menangani/ mengelola Bidang Cipta Karya diKota Palembang
peningkatan kualitas SDM
Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam
pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.
3. Aspek Pembiayaan Alokasi anggaran
Masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk
penataan lingkungan permukiman
Kebutuhan akan sarana prasarana permukiman semakin tinggi
Meningkatkan anggaran dan menjalin kerjasama pihak swasta dalam pembiayaan untuk penataan lingkungan permukiman
4. Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta
Belum optimalnya landasan hukum dan landasan operasional
Penataan lingkungan permukiman kumuh, melalui pemberdayaan
Pelibatan
masyarakat dalam penataan
lingkungan permukiman
untuk lebih
melibatkan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman
masyarakat diatur dalam
peraturan terkait
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Penataan 1.
Bangunan dan Lingkungan
Masih banyak dijumpai adanya suatu lingkungan permukiman yang pertumbuhan dan perkembanganya tidak terkendali berakibat pada degradasi lingkungan dan kekumuhan.
Kurang diperhatikanya sarana lingkungan seperti taman, hidran kebakaran
Masih adanya permukiman kumuh yang tersebar di wilayah perkotaan dengan kondisi rumah yang tidak layak huni
Pembangunan disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai
Perkembangan penduduk perkotaan yang meningkat tajam Tantangan
penanganan permukiman kumuh melalui kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat
Penyusunan perencanaan dan penataan
bangunan dan lingkungan (RTBL) pada kawasan strategis dan memberi Ketegasan pengendalian dalam
pembangunan
Penyediaan sarana lingkungan di setiap perencanaan permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, perbaikan rumah dan pemberian dukungan prasarana dan sarana
permukiman
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Aspek Teknis Perda 1.
Bangunan Gedung
Belum Optimalnya perda bangunan gedung sebagai pedoman teknis penyelenggaraan
Rendahnya kualitas pekerjaan dan ketidakmampuan pelaksana untuk menyelesaikan
Segera
Perizinan 2.
bangunan gedung
bangunan gedung
Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam pelayanan perizinan bangunan gedung
pekerjaan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
Menyederhanakan proses birokrasi Peningkatan transparansi dan pengembangan sistem informasi
peningkatan kemampuan pengelola teknis aparat industry konstruksi yang kompetitif
Peningkatan teknologi dalam rangka perbaikan pelayanan perizinan Peningkatan kualitas dan kuantitas arsip gedung dan rumah negara
2. Aspek
Kelembagaan Lembaga terkait 1.
penyelenggaraa n bangunan gedung dan rumah Negara
Belum optimalnya peranan lembaga terkait
penyelenggaraan bangunan gedung
Mewujudkan sistem institusi/organisasi yang efektif dan efisien dalam mendukung good governance
Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam
Belum optimalnya peran lembaga yang menangani
pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan
Penyelenggaraan dan pengelolaan bangunan gedung secara tertib, fungsional, serasi dan selaras dengan
lingkungannya, dengan tetap menjamin
keandalan teknis dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung melalui sosialisasi dan pelatihan
3. Aspek
Pembiayaan
Terbatasnya pembiayaan, belum
Selain pembiayaan untuk pembangunan
Pendanaan anggaran untuk pengadaan tanah
juga dialokasikan pembiayaan untuk pemeliharaan
Kebutuhan bangunan publik terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk
menjalin kerjasama pihak swasta dalam pembiayaan untuk
penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
4. Aspek Peran serta Masyarakat
Peran serta 1.
masyarakat
Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan bangunan gedung
Pelibatan masyarakat lokal dalam
implementasi penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara
sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat lokal.
Pemberdayaan masyarakat melalui sosialisasi dan pelibatan
masyarakat mulai dari penyusunan program sampai dengan
pelaksanaan
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Bangunan 1.
Tidak Layak Huni
Kualitas 2.
bangunan
Masih banyak terdapat bangunan tidak layak huni yang menjadi permukiman kumuh
Kurang ditegakkanya aturan keselamatan bangunan gedung
Berkurangnya
permukiman yang tidak layak huni
Menciptakan bangunan yang handal, aman dan berkualitas
Pendataan dan melaksanakan program perbaikan rumah tidak layak huni.
Optimalisasi peran penyedia
konstruksi dalam menerapkan profesionalisme
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. Aspek Teknis Landasan 1.
Hukum dan Landasan Operasional
Belum Optimalnya landasan hukum dan landasan operasional untuk lebih
melibatkan swasta dalam
Masing-masing instansi terkait menyiapkan skema kegiatan yang berbeda-beda
Segera
penanggulangan
komunitas yang menaungi penanggulanga n kemiskinan
Belum mantapnya lembaga komunitas yang ada untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
penanggulangan kemiskinan
Pemberdayaan komunitas secara komprehensif dalam aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan
Membentuk lembagayang terkait seperti lembaga pelatihan, pemasaran dan pendanaan
Ketersediaan Dana terbatas
Ketersediaan dana murah jangka panjang dan berkelanjutan Harga kebutuhan dasar masyarakat seperti rumah yang tidak terjangkau oleh pemerintah
Membentuk lembaga pembiayaan, pengerahan dan pemupukan dana, pemanfaatan sumber biaya serta kemudahan bantuan pembiayaan melalui prinsip konvensional atau prinsip syariah
4. Aspek Peran serta Masyarakat
Pemberdayaan 1.
Masyarakat
Kurang tersedia ruanguntuk Keterlibatan
masyarakat dan atau dunia usaha (swasta) dalamkegiatan emerintah untuk penanggulangan kemiskinan
Berupaya
pengembangan skema proyek pemerintah yang memberi peluang keterlibatan dunia usaha sehingga terinternalisasi dalam proyek pemerintah
Pemberdayaan masyarakat berbasis konsep berkelanjutan (pemberdayaan ekonomi, sosial dan lingkungan) melalui bantuan langsung masyarakat
Menjalin kemitraan dengan dunia usaha dalam menyediakan sumber
pembiayaan jangka panjang
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Keterbatasan akses dalam mendapatkan
Tidak hanya
Perencanaan secara