• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504175285BAB 3 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504175285BAB 3 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

3.1.

ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

(2)

III-2 Gambar 3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

(3)

III-3 Gambar 3.2. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan

Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam pelaksanaannya nanti RPIJM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam RPIJM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja/RKP/RKPD.

(4)

III-4 A. RPJPN 2005 - 2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 tahun 2007 merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.

Dengan penjelasan sebagai berikut:

Mandiri : Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Maju : Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.

Adil : Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

Makmur : Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan hal-hal berikutdalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:

(5)

III-5 (demand responsive) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

2. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan asset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat , (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan professional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

3. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial. 4. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

tahapan RPJMN, yaitu:

RPJMN 2010-2014: Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

RPJMN 2015-2019: Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

(6)

III-6 B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2014 - 2019

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

(7)

III-7 penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

C. RENSTRA DITJEN CIPTA KARYA 2014 - 2019

(8)

III-8 Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a) perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

b) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

e) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

f) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

(9)

III-9 memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

(10)

III-10 Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

(11)

III-11 Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

(12)

III-12 pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari porsi pendanaan tersebut.

(13)

III-13 Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

 Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

 Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;

 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;

 Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

 Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;

 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;

 Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;

 Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;

 Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan perbatasan

3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.2.1 Arahan RTRW Nasional

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

I. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

(14)

III-14 b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

II. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. III. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

IV. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: A. Pertahanan dan keamanan,

1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

(15)

III-15 3) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar

yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. B. Pertumbuhan Ekonomi

1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

3) memiliki potensi ekspor,

4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, 5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal C. Sosial Budaya

1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

4) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional, 5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau 6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. D. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi, sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir 3) memiliki sumber daya alam strategis nasional

4) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa 5) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau 6) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. E. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

(16)

III-16 2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, 3) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara,

4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualita lingkungan hidup 6) rawan bencana alam nasional

7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Provinsi

Jawa Tengah memiliki tiga PKN yaitu Kota Semarang, Kota Surakarta dan

Kabupaten Cilacap, sedangkan PKW ditetapkan di Kota Tegal, Purwokerto,

Pekalongan, Kudus, dan Magelang.

3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah

3.1.2.3. Arahan RTRW Kabupaten Brebes

A. Rencana Struktur Ruang

Rencana Sistem Pusat Pelayanan dan Sistem Perkotaan

Pengembangan sistem pusat pelayanan di kabupaten Brebes dipengaruhi hal-hal sebagai berikut :

a. Kota kota di sepanjang jalur pantai utara meliputi ibukota-ibukota kecamatan di Brebes, Wanasari, Tanjung, Bulakamba, dan Losari memerlukan rencana yang terpadu sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada.

b. Struktur kota-kota berbentuk linier dengan mengikuti jalur perhubungan sebagai berikut :

i. Jalur yang membentang dari timur ke barat (atau sebaliknya) 1. Jaringan utama jalur regional Pantai utara;

(17)

III-17 ii. Jalur yang membentang dari Utara ke Selatan (atau sebaliknya)

1. Jalur Tengah Utama : Tanjung – Ketanggungan – Larangan – Taonjong – Bumiayu – Paguyangan;

2. Jalur Brebes – Jatibatang – Songgom; 3. Jalur Brebes – Larangan;

4. Jalur Tanjung – Kersana – Banjarharjo – Salem.

c. Peranan ibukota kecamatan sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat pelayanan dalam pembangunan.

Rencana penetapan SWP dilakukan atas pertimbangan untuk mendorong pertumbuhan wilayah kabupaten berdasarkan karakteristik kawasan, pengurangan ketimpangan perkembangan wilayah bagian Utara-Tengah-Selatan, dan pengembangan sistem struktur kegiatan. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) direncanakan sebagai berikut :

a. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Utara terdiri dari Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba, Kec. Tanjung, dan Kec. Losari. Kecamatan-Kecamatan yang masuk dalam SWP Utara pada dasarnya merupakan wilayah kecamatan yang mendapatkan pengaruh langsung dari Jalan Arteri Primer Pantura, pusat dari SWP Utara adalah Perkotaan Brebes. Berdasarkan karakter perkembangannya kawasan SWP Utara dibagi menjadi 2 (dua) Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP), yaitu :

1. SSWP) Utara-Timur : meliputi wilayah Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba. Pengembangan kawasan ini diarahkan pada usaha keterpaduan antar fungsi (terutama pemerintahan, perdagangan-jasa, permukiman industri, permukiman perkotaan, pertanian, dan pelestarian kawasan pesisir) dalam kawasan perkotaan. Pusat pelayanan SSWP Utara-Timur adalah di Perkotaan Brebes.

2. SSWP Utara-Barat : meliputi wilayah Kec Tanjung dan Kec. Losari. Arahan kegiatan SSWP ini adalah kegiatan perdagangan-jasa, transportasi, pengelolaan-konservasi kawasan pesisir dan pertanian. Pusat pelayanan SSWP Utara-Barat adalah di Perkotaan Tanjung. b. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Tengah terdiri atas Kec. Jatibarang,

(18)

III-18 Kec. Banjarharjo. Kecamatan-Kecamatan yang masuk dalam SWP Tengah pada dasarnya merupakan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian tengah, pusat dari SWP Tengah adalah Perkotaan Ketanggungan. Berdasarkan karakter perkembangannya kawasan SWP Tengah dibagi menjadi 2 (dua) Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP), yaitu:

1. SSWP Tengah-Timur : meliputi wilayah Kec. Jatibarang, Kec. Songgom, Kec. Larangan. Arahan kegiatan SSWP Tengah-Timur adalah kegiatan pertanian lahan basah, agrobisnis, industri kecil, hutan produksi. Pusat pelayanan SSWP Tengah- Timur adalah di Perkotaan Jatibarang.

2. SSWP Tengah-Barat : meliputi wilayah Kec. Ketanggungan, Kec. Kersana, Kec. Banjarharjo. Arahan kegiatan SSWP Tengah-Barat adalah kegiatan perdagangan jasa, transportasi, industri kecil, pertanian lahan basah, hutan produksi, konsevasi sumberdaya air. Pusat pelayanan SSWP Tengah-Barat adalah di Perkotaan Ketanggungan.

c. Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Selatan terdiri atas Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec. Sirampog, Kec. Paguyangan, Kec. Bantarkawung, dan Kec. Salem. Kecamatan-Kecamatan yang masuk dalam SWP Selatan pada dasarnya merupakan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian selatan, pusat dari SWP Selatan adalah Perkotaan Bumiayu. Berdasarkan karakter perkembangannya kawasan SWP Selatan dibagi menjadi 2 (dua) Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP), yaitu :

1. SSWP Selatan-Timur : meliputi wilayah Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec. Sirampog, Kec. Paguyangan. Arahan kegiatan SSWP Selatan-Timur adalah kegiatan perdagangan-jasa, transportasi, konservasi alam, konservasi sumber daya air, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, agribisnis, hutan rakyat, industri (termasuk agro industri), dan konservasi alam. Pusat pelayanan SSWP Selatan-Timur adalah di Perkotaan Bumiayu.

(19)

III-19 sumberdaya air. Pusat pelayanan SSWP Selatan-Barat adalah di Perkotaan Salem.

Guna menciptakan perkembangan wilayah Kabupaten Brebes yang efektif dan efisien, maka perlu direncanakan penetapan hirarki kawasan perkotaan. Hirarki kawasan perkotaan merupakan strata perkotaan dalam sistem perwilayahan yang lebih luas yang menyangkut tingkatan fungsi dan peran kawasan perkotaan dalam melayani wilayah sekitarnya. Hirarki kawasan perkotaan terbentuk karena tingkat kelengkapan, tingkat pelayanan serta tingkat akomodasi sarana dan prasarana wilayah dalam kawasan perkotaan tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut maka arahan pengembangan hirarki kawasan perkotaan, dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini :

a. memilih kawasan perkotaan dan meningkatkan peran dan fungsi kotanya, yang berpotensi berkembang cepat, yang didukung oleh sarana dan prasarana wilayah regional yang berupa sistem jaringan jalan dengan kandungan bahan alam yang potensial, untuk menyejajarkan dan meningkatkan kelas hirarki kota yang masih rendah;

b. memfungsikan pola hirarki kawasan perkotaan sebagai salah satu alternatif pola pengembangan wilayah yang tepat, dengan pedoman efektif dan efisien.

Selanjutnya rencana struktur pusat pelayanan di kabupaten Brebes direncanakan sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi kawasan perkotaan Brebes, kawasan perkotaan Ketanggungan, kawasan perkotaan Bumiayu. PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota PKL direncanakan memiliki skala pelayanan satu Satuan Wilayah Pembangunan (SWP)1. Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan Kabupaten.

(20)

III-20 Banjarharjo, IKK Larangan, IKK Songgom, IKK Tonjong, IKK Sirampog, IKK Paguyangan, IKK Bantarkawung, dan IKK Salem. PPK berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, perdagangan dan jasa, serta pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan. Kota PPK ini direncanakan memiliki skala pelayanan Kecamatan (dalam konteks ini PPK diarahkan juga memiliki skala pelayanan Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP). Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan satu kecamatan atau lebih.

3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), adalah Desa dengan dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa. Pusat-pusat permukiman tersebut berada di Desa Bentar Kec. Salem, Desa Kalilangkap Kec. Bumiayu, Desa Dawuhan Kec. Sirampog, Desa Sindangwangi Kec. Bantarkawung, Desa Pamulihan Kec. Larangan, Desa Cikeusal Kidul Kec. Ketanggungan, Desa Bandungsari dan Desa Cikakak Kec. Banjarharjo, Desa Bojongsari Kec. Losari, Desa Sitanggal Kec. Larangan, Desa Banjaratma Kec. Bulakamba, dan Desa Sawojajar Kec. Wanasari. PPL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. Fasilitas yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan pusat pelayanan lingkungan ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan beberapa desa atau satu wilayah kecamatan.

Sistem Jaringan Transportasi

1. Sistem Jaringan Transportasi Darat

Sistem jaringan transportasi di kabupaten Brebes memiliki 2 (dua) sistem jaringan transportasi darat, yaitu jaringan jalan dan kereta api.

A. Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan yang direncanakan mengikuti pola linier jaringan yang telah ada, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

(21)

III-21 umum, sehingga jika dilihat secara fungsional telah dapat difungsikan;

b. secara kualitas jaringan jalan yang ada perlu peningkatan kualitas fisik jalan dan kualitas fungsi jalan;

c. dibedakan dalam hal penguasaan dan fungsi jalan tersebut.

Rencana jaringan jalan di Kabupaten Brebes dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jalan Arteri Primer yaitu :

i. Ruas Jalan Losari – Brebes;

ii. Ruas Jalan Lingkar Kawasan Perkotaan Brebes dan Kawasan Perkotaan Bumiayu;

iii. Ruas Jalan Pejagan– Ketanggungan – Bumiayu – Paguyangan;

iv. Jalan Bebas Hambatan Kanci – Pejagan, Pejagan – Pemalang, dan Pejagan – Cilacap.

2. Jalan Kolektor Primer yaitu : Ruas jalan yang menghubungkan Jatibarang – Ketanggungan – Kersana – Ciledug.

3. Jalan Lokal Primer meliputi ruas jalan yang menghubungkan ruas-ruas jalan berikut :

i. Ruas jalan yang menghubungkan Tanjung – Kersana – Banjarharjo – Salem.

ii. Ruas jalan yang menghubungkan Brebes – Jatibarang – Songgom.

iii. Ruas jalan Losari – Cikakak.

iv. Ruas jalan Cibendung – Banjarharjo.

v. Ruas jalan Larangan – Bumiayu (melalui Bantarkawung). vi. Ruas jalan Salem – Bantarkawung – Bumiayu melalui Jalan

Desa Kadomanis dan Sindangwangi Kecamatan Bantarkawung.

vii. Ruas jalan lokal primer lainnya yang menjadi kewenangan kabupaten.

(22)

III-22 a. Terminal tipe B direncanakan di Kawasan Perkotaan Brebes, Kawasan

Perkotaan Bumiayu, Kecamatan Ketanggungan, dan Kecamatan Tanjung. Pengembangan terminal tipe B direncanakan untuk melayani angkutan umum antar kota dalam propinsi dan angkutan umum perdesaan. Namun karena sifat karakter pergerakan yang kompleks terminal ini juga dapat melayanai pergerakan angkutan umum antar kota antar propinsi.

b. Terminal Tipe C direncanakan di Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Larangan, Kecamatan Brebes, Kecamatan Losari, Kecamatan Salem, dan Kecamatan Tonjong. Terminal ini direncanakan untuk melayani angkutan umum perdesaan. Namun karena sifat karakter pergerakan yang kompleks terminal ini juga dapat melayanai pergerakan angkutan umum antar kota dalam propinsi dan angkutan perbatasan.

c. Terminal Asal-Tujuan (sub terminal); terminal ini berfungsi untuk melayani pergerakan yang menuju pusat-pusat desa. Sub terminal direncakan di Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Kersana, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog dan Kecamatan Songgom. d. Terminal barang direncanakan di Perkotaan Bumiayu dan Perkotaan Brebes.

Terminal ini berfungsi melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang, serta

perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi. Selanjutnya untuk rencana pemenuhan kebutuhan moda angkutan adalah untuk mengantisipasi kebutuhan angkutan manusia dan barang. Untuk ini dapat dilakukan dengan pendekatan pada pengusaha-pengusaha angkutan bus, angkutan kota, angkutan pedesaan dan angkutan barang. Sehingga pemenuhan kebutuhan pada masa yang akan datang tidak ada kesulitan. Selanjutnya untuk pemenuhan kebutuhan moda angkutan ini juga dapat dilakukan dengan pengendalian, pengelolaan, dan pengawasan pada angkutan barang dan jasa seperti melakukan penertiban lokasi-lokasi yang tidak direncanakan sebagai terminal namun berfungsi sebagaimana layaknya terminal, sehingga tidak ada pelanggaran-pelanggaran kapasitas, jenis pengangkutan dan juga pelanggaran lainnya.

(23)

III-23 pelayanan serta dalam rangka mendorong Kabupaten Brebes supaya lebih berkembang. Rencana peningkatan rute trayek ini meliputi :

a. Jalur Tanjung ke arah Bumiayu melewati Ketanggungan, Larangan, Songgom, Prupuk, dan Tonjong. Pengadaan trayek tersebut untuk melayani masyarakat di sekitar Ketanggungan, Larangan dan Songgom yang akan bepergian ke arah Selatan.

b. Jalur Ketanggungan – Bantarkawung melewati jalur tengah yang masih membutuhkan peningkatan kualitas jaringan jalan sehingga diharapkan setelah jalan tersebut sudah baik trayek tersebut dapat segera dijalankan. c. Jalur Brebes ke Bumiayu lewat Jatibarang, Songgom, dan Tonjong.

Salah satu permasalahan moda angkutan umum manusia di Kabupaten Brebes yang perlu mendapatkan perhatian adalah terdapatnya jenis angkutan umum terbuka yang beroperasi di daerah Salem, Banjarharjo dan Bantarkawung. Ditinjau dari segi keselamatan maka jenis angkutan tersebut sangat berbahaya sehingga tidak layak dioperasikan untuk untuk angkutan manusia. Rencana penanganan masalah tersebut harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat pemakai angkutan karena penggunaan jenis angkutan ini sudah menjadi satu kebiasaan setempat yang butuh waktu untuk mengubahnya.

B. Jaringan Kereta Api

Jalur yang melintasi Kabupaten Brebes adalah Jalur Rel Kereta Api Utara Jawa dan jalur Tengah Jawa, yaitu jalur Semarang – Jakarta dan Jalur Kroya – Purwokerto – Prupuk – Cirebon. Jalur Semarang – Jakarta melintasi Stasiun Brebes, Stasiun Bulakamba, dan Stasiun Tanjung, sementara Jalur Kroya – Purwokerto – Prupuk – Cirebon melintasi Stasiun Patuguran, Stasiun Kretek, Stasiun Talok, Stasiun Linggapura, Stasiun Songgom, Stasiun Larangan, Stasiun Ketanggungan, dan Stasiun Ketanggungan Barat. Jalur kereta api ini merupakan salah satu potensi yang harus dioptimalkan sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan aksesibilitas terutama untuk wilayah yang memiliki stasiun Kereta api. Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian di Kabupaten Brebes meliputi:

(24)

III-24 2. Rencana pengembangan prasarana penunjang Satsiun Kereta Api di

Kabupaten Brebes meliputi pengembangan perlintasan sebidang jalur kereta api dan jalan serta peningkatan Stasiun Brebes, Stasiun Bulakamba, Stasiun Tanjung, Stasiun Ketanggungan Barat, Stasiun Ketanggungan, Stasiun Larangan, Stasiun Songgom, Stasiun Linggapura, Stasiun Talok, Stasiun Kretek dan Stasiun Patuguran;

3. Rencana pengembangan stasiun Kereta Api Perkotaan Brebes direncanakan terpadu dengan terminal tipe B Kawasan Perkotaan Brebes.

2. Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya air

Sesuai dengan letak geografis, iklim di Kabupaten Brebes merupakan iklim daerah tropis. Dalam satu tahunnya ada dua (2) musim yaitu musim kemarau dan antara bulan April – September dan musim penghujan antara bulan Oktober – Maret. Pada tahun 2005 temperatur udara rata-rata 21,70o C, sehingga Kabupaten Brebes secara umum dikatakan bersuhu udara panas. Sedangkan rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2005 adalah 12,9 hari dengan jumlah curah hujan 1595,0 mm. Berdasarkan data curah hujan Kabupaten Brebes 2005 di atas, Kabupaten Brebes merupakan kawasan dengan curah hujan yang tinggi. Dengan curah hujan tinggi itu, menjadikan Kabupaten Brebes kaya akan sumber daya air yang sekalikgus menjadi ancaman, berupa banjir longsor dan bencana lainnya apabila Daerah Aliran Sungai (DAS hulu) tidak memiliki daya resap/tampung air yang tinggi. DAS pada Kabupaten Brebes dibagi menjadi 3 bagian yaiitu :

a. DAS Kabuyutan, meliputi subdas : 1. Kabuyatan Hulu

2. Kabuyatan Hilir 3. Babakan 4. Kluwut 5. Pakijangan 6. Tanjung

b. DAS Pemali, meliputi subdas : 1. Cigunung

(25)

III-25 5. Kumisik

c. DAS Gangsa, meliputi subdas : 1. Gangsa

d. Sungai-sungai yang ada dipermukaan ini dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi dan air bersih. Untuk cadangan penyediaan air di masa yang akan datang Kabupaten Brebes memiliki cadangan air sebagai berikut

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan pemenuhan kebutuhan air bersih baik untuk rumah tangga, industri, pelayanan umum dan tanah pertanian tanaman pangan di Kabupaten Brebes harus segera melakukan langkah-langkah pembenahan terutama dalam hal :

a. Pengembangan prasarana sumber daya air untuk memenuhi berbagai kepentingan pertanian dan bukan pertanian;

b. Pengembangan prasarana sumber daya air untuk air bersih dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah baik yang berada di Kabupaten Brebes dan di kabupaten lainnya.

c. Pengembangan prasarana air irigasi dengan membangun dan memelihara bendung, waduk dan embung di wilayah Kabupaten Brebes yang mempunyai potensi sumber daya air melimpah;

d. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai dan pada zona kawasan lindung tidak diizinkan pemanfaatan sumber daya untuk fungsi budidaya dan pertambangan;

e. Areal lahan irigasi teknis tetap dipertahankan agar tidak berubah fungsi dan / atau peruntukan lain, apabila terpaksa harus berubah fungsi maka wajib disediakan areal lahan baru dengan luasan yang sama serta dilengkapi prasarana irigasi teknis.

A. Rencana Jaringan Irigasi

(26)

III-26 39.790 Ha yang menjadi kewenangan pengelolaan Pemerintah Pusat, 7 DI seluas 1.762 Ha di Wilayah Kabupaten Brebes yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, dan 399 DI seluas 26.635 Ha di Wilayah Kabupaten Brebes yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten.

2) Rencana sistem pengairan untuk irigasi dapat dilakukan dengan metode sumber lokal dan sumber non lokal. Untuk sumber lokal adalah menggunakan potensi sumber air lokal untuk pengairan dengan pengelolaan irigasi pedesaan (PID) dan pengelolaan irigasi kota (PIK), sedangkan sumber irigasi non lokal menggunakan sumber air yang disebarkan dengan sistem jaringan irigasi terpadu berupa jaringan primer dan dari bendung sungai dan waduk. 3) Peningkatan kualitas dari bendungan-bendungan yang sudah ada sehingga

dapat berfungsi dengan lebih baik.

4) Pemberdayaan masyarakat yang terus sehingga pada akhirnya program pengelolaan irigasi oleh masyarakat tercapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan, yaitu dengan meneruskan program Petani Pengguna Penggarap Air (P3A) yang telah terlaksana dan siap mandiri. 5) Pengembangan sarana penampung air yang berupa waduk/ embung

(waduk lapangan) . B. Rencana Jaringan Air Bersih

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Brebes akan direncanakan dengan menggunakan 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk.

a. Sistem Jaringan Perpipaan

(27)

III-27 Kawasan Perkotaan Brebes, Ketanggungan, Bumiayu, dan Tanjung. Serta pengembangan jaringan baru pada masing-masing ibukota kecamatan dengan prioritas pada pengembangan sambungan rumah (SR). Sistem operasi yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah sistem yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).

b. Sistem Jaringan Non Perpipaan

Pelayanan air bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa melalui jaringan penyaluran/pipa. Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa tangan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Brebes.

Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan mempertimbangkan prioritas

berikut :

1. wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumber daya air terbatas; 2. wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks;

3. wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat kesehatan.

3. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan Sistem Persampahan

Prediksi volume sampah didasarkan kepada pelayanan penduduk yang dikaitkan dengan volume timbulan sampah domestik ataupun non domestik. Perhitungan tumbulan sampah domestik disasarkan pada asumsi-asumsi berikut:

a. Volume timbulan sampah pada tahun 2011 : 3 liter/orang/hari b. Volume timbulan sampah pada tahun 2016 : 4 liter/orang/hari c. Persentase pelayanan sampah domestik : 80% jumlah penduduk d. Volume timbulan sampah non domestic : 25% volume timbulan

sampah domestik

(28)

III-28 Keterbatasan sarana menyebabkan hanya sebagian sampah yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Oleh karena itu pelaksanaan pengelolaan sampah harus melibatkan masyarakat karena sebagai penghasil utama sampah, masyarakat juga harus merasakan dampak negatif jika sampah tidak tertangani.

Pengelolaan sampah seharusnya dilaksanakan secara bertingkat, dimulai dari tahap pengurangan timbulan sampah (pelaksanaan konsep reduce, reuse, recovery and recycle), hingga pengolahan dan penimbunan di TPA. Keberhasilan tahapan awal akan mempengaruhi tahapan selanjutnya. Hasil akhir yang diharapkan adalah berkurangnya jumlah sampah secara signifikan. Berkaitan dengan itu, perlu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pengelolan sampah. Dimulai dari upaya untuk mengurangi timbulan, memanfatkan kembali barang, memilih produk isi ulang,

membuang sampah pada tempatnya hingga pemisahan antara sampah kering (anorganik) dengan sampah basah (organik). Termasuk di dalamnya upaya untuk menekan pemanfaatan plastik sebagai sarana pembungkus atau kemasan barang.

Pemerintah daerah Kabupaten Brebes harus bekerjasama dengan masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah sedini mungkin dari sumbernya, terutama di daerah-daerah yang tidak termasuk dalam wilayah pelayanan pengelolaan sampah oleh pemerintah. Pada saat ini pengolaan sampah masih terkonsentrasi di kawasan perkotaan, sehingga proses pengelolaan sampah di pedesaaan harus didorong untuk dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat dan diusahakan dapat memberi manfaat. Dengan karakteristik sampah yang didominasi oleh sampah organik, maka pengomposan merupakan sarana alternatif yang dapat dikembangkan. Pengomposan dapat dilaksanakan di TPS-TPS, terutama di daerah-daerah yang dapat memanfaatkan hasil pengomposan tersebut, misalanya untuk pertanian.

(29)

III-29 Kecamatan Tonjong yang direncanakan dengan menggunakan system controlled landfill. Dan sebagai upaya untuk meminimalkan dampak TPA tersebut, dilaksanakan upaya pemantauan kualitas lindi dan kualitas udara ambient secara berkala sesuai dengan ketentuan pada dokumen pengelolaan lingkungan.

Sistem Penanganan Limbah

Rencana sistem prasarana air limbah di Kabupaten Brebes dilakukan dengan:  Pembangunan instalasi pengolahan limbah yang mampu mengolah limbah rata-rata 600 l/det. Instalasi yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang memadai untuk mengelola limbah bahan beracun dan berbahaya, rencana pengelolaan limbah ini ditujukan pada Kawasan Perkotaan Brebes, Bumiayu, dan Ketanggungan serta kawasan perkotaan lainnya;

 Pembangunan instalasi pengolahan limbah pada kawasan industri, lokasi peruntukan industri yang telah berkembang dan lokasi kegiatan industri besar, industri menengah, industri kecil, industri rumah tangga;

 Pengembangan dan peningkatan IPLT;

 Pengembangan sistem pengolahan dan pengangkutan limbah tinja dari WC umum terminal, pasar, lokasi Sanimas dan rumah tangga perkotaan;  Pengembangan sistem pengolahan limbah kotoran hewan dan limbah

rumah tangga perdesaan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.

4. Rencana Drainase

Rencana pengembangan sistem jaringan drainase di suatu kawasan perencanaan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bebas banjir dan genangan air, baik yang diakibatkan oleh meluapnya air permukaan (run off), maupun yang diakibatkan kondisi permukaan geografisnya yang relatif datar.

(30)

III-30 regional. Namun dalam penyusunan RTRW Brebes ini wilayah yang di kaji hanya meliputi Kabupaten Brebes saja. Untuk perencanaan lebih jauh dan detail mengenai rencana pengembangan sistem drainase harus dilakukan studi lanjutan yang bersifat lebih teknis.

Secara garis besar pola aliran drainase eksisting di Kabupaten Brebes mengalir dari selatan menuju ke arah utara. Sedangkan untuk selanjutnya buangan air tersebut mengalir ke kali atau sungai yang merupakan badan air penerima dengan fungsinya sebagai saluran drainase primer. Perencanaan pengembangan sistem drainase ini didasarkan pada pertimbangan :

 Memanfaatkan sistem drainase yang telah ada (eksisting) secara maksimal, baik sungai, anak sungai maupun saluran lainnya;

 Saluran yang direncanakan diusahakan mengikuti kemiringan tanah yang ada sehingga air hujan dapat dialirkan secara gravitasi;

 Saluran primer diusahakan mengikuti pengeringan alami, sedangkan untuk saluran sekunder akan mengikuti saluran alam dan saluran buatan; dan saluran tersier akan mengikuti pola jaringan jalan;

 Mengalirkan air hujan secepatnya melalui jaringan drainase ke badan air penerima terdekat sehingga waktu pengaliran lebih pendek dan mengurangi kemungkinan terjadinya genangan dalam waktu yang panjang;

 Menghindari pembongkaran saluran yang telah ada dan pembebasan lahan yang berlebihan;

 Mudah dalam pelaksanaan, investasi kecil dan operasi – pemeliharaan yang sederhana.

 Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan sistem drainase di kawasan Kabupaten Brebes adalah :

 Perlu adanya koordinasi dengan wilayah sekitar kawasan rencana untuk pembuatan sistem drainase yang terpadu untuk menghindari timbulnya genangan air atau banjir di daerah hilir;

 Menetapkan garis sempadan yang jelas untuk setiap sungai dan waduk/dam;

(31)

III-31  Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan, di samping

tetap mempertahankan sungai-sungai yang ada sebagai saluran primer dan sekunder;

 Penghijauan untuk mengurangi run off air dan dan erosi tanah.

Arahan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk pengembangan dan pengelolaan saluran drainase di Wilayah Kabupaten Brebes meliputi :

1. Menata Daerah Aliran Sungai Kabuyutan, Pemali, dan Gangsa;

2. Mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang dan kecil dan mengembangkan lokasi penampungan air sebagai kolam penampung atau pengendali banjir lokal yang dilengkapi dengan sistem pompanisasi di kawasan perkotaan yang rawan banjir;

3. Penanganan sistem mikro melalui pembangunan tanggul penahan banjir dan saluran baru, perbaikan inlet saluran air hujan dari jalan ke saluran, perbaikan dan normalisasi saluran dari endapan lumpur dan sampah, memperlebar dimensi saluran;

4. Penanganan sistem makro melalui perbaikan dan normalisasi badan air dari endapan lumpur dan sampah, pembangunan kolam penampungan sementara (tandon air), pemanfaatan daerah genangan sebagai retention pond;

5. Melakukan pemeliharaan dan pembangunan saluran-saluran primer, sekunder dan tersier;

6. Kawasan yang elevasinya kurang dari 1 (satu) meter di atas permukaan laut dilengkapi dengan pembangunan kolam tandon, pintu-pintu air dan sistem pompanisasi;

7. Pembangunan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun yang belum terlayani.

Sedangkan dalam prioritas penanganan masalah banjir, maka perlu dikembangakan sistem penanganan banjir di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung, Ketanggungan dan Losari.

3.2. RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.2.1. RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN

(32)

III-32 Layak Huni, dengan Dukungan Infrastruktur yang Memadai, Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan”. Dalam upaya untuk mewujudkan Kawasan Permukiman Perkotaan yang Layak Huni, dengan dukungan Infrastruktur yang Memadai, Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan, maka ditetapkan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Brebes untuk 20 tahun kedepan, yaitu :

1. Peningkatan kualitas permukiman kumuh,

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman perkotaan sesuai dengan karakteristiknya,

3. Pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan,

4. Mengoptimalkan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan yang ada, 5. Pembangunan kawasan permukiman baru dengan pelayanan infrastruktur

yang layak dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan,

6. Meningkatkan implementasi Rencana Tata Ruang Perkotaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Perkotaan.

Proses penentuan identifikasi kawasan permukiman perkotaan terpilih pada dasarnya mengacu pada penetapan kawasan perkotaan dan kawasan strategis yang telah di tetapkan di dalam RTRW Kabupaten Brebes. Berdasarkan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Brebes yang dalam Perda No 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Brebes Tahun 2010 - 2030 menyatakan bahwa kawasan perkotaan di Kabupaten Brebes terbagi atas Kawasan Perkotaan Brebes, Kawasan Perkotaan Ketanggungan Kersana, Kawasan Perkotaan Bumiayu. Ketiga kawasan perkotaan tersebut merupakan bagian dari PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Berdasarkan Pasal 67 pada perda RTRW Kabupaten Brebes menyatakan bahwa kawasan permukiman perkotaan brebes terdapat 9 kawasan permukiman perkotaan yang menyebar di kabupaten brebes. kesembilan kawasan permukiman perkotaan tersebut yaitu :

(33)

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 050/513 Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Dan Permukiman Kumuh Di Kabupaten Brebes meliputi Kecamatan Brebes, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Ketanggungan dan Kecamatan Kersana. Berdasarkan hasil kajian RP2KP/SPPIP Kabupaten Brebes TA. 2014.

Dalam rangka pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, diperlukan keselarasan antara kebijakan dengan permasalahan maupun kondisi eksisting yang ada. Berdasarkan hal tersebut maka dalam perumusan strategi perlu dijabarkan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan SPPIP 20 tahun.

Tabel 3.1

Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Skala Kabupaten Brebes

Tahapan Strategi

Terwujudnya Kawasan Permukiman yang Layak Huni dan Bebas Kumuh di seluruh wilayah Kabupaten Brebes

1. Menggalakkan pembangunan Rusunawa

2. Meningkatkan pemerataan pembangunan kawasan permukiman baru.

3. Meningkatkan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat MBR.

4. Meningkatkan kualitas hunian tidak layak huni. 5. Melakukan penataan kawasan permukiman kumuh. 6. Melakukan penataan kawasan permukiman ilegal.

7. Menyediakan lahan siap bangun beserta infrastruktur pendukungnya.

8. Meningkatkan penyediaan air minum di kawasan permukiman kumuh.

9. Meningkatkan pelayanan air limbah di kawasan permukiman kumuh.

10. Meningkatkan kapasitas jaringan drainase.

11. Meningkatkan pelayanan pengelolaan persampahan. 12. Meningkatkan kapasitas air minum.

13. Menggalakkan kegiatan bersih – bersih kota dan bersih – bersih kampung.

14. Meningkatkan perlindungan dan konservasi lingkungan. 15. Meningkatkan keberdayaan masyarakat.

16. Menjalin kerjasama dengan swasta.

17. Menjadlin kerjasama antar instansi – lembaga dan 2. Meningkatkan pembangunan permukiman baru

3. Meningkatkan pelayanan publik terhadap pengelolaan air minum, sampah dan air limbah rumah tangga

4. Menyiapkan sumber daya manusia yang handal

(34)

III-34

Tahapan Strategi

pembangunan permukiman baru

6. Menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak swasta pengadaan dan pengelolaan air minum dan sampah

Terpadunya pola

2. Meningkatkan fungsi lembaga/badan pengawas rencana tata ruang

3. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

4. Meningkatkan konservasi kawasan lindung dan lahan pertanian pangan berkelanjutan

5. Menyusun regulasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

1. Memberdayakan masyarakat dan kelompok masyarakat 2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan

instansi/kementerian terkait

3. Meningkatkan upaya pemantauan kerusakan lingkungan hidup

4. Meningkatkan kegiatan pelestarian lingkungan

5. Menciptakan tekhnologi tepat guna dan ramah lingkungan

6. Meningkatkan dana CSR dalam pembangunan infrastruktur permukiman

Sumber : Dokumen SPPIP Kabupaten Brebes, 2014

3.2.2. RENCANA INDUK PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)

3.2.2.1 Rencana Sistem Pelayanan

Rencana Induk SPAM Kabupaten Brebes mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Brebes. Pemenuhan kebutuhan air wilayah pelayanan perkotaan dan perdesaan saat ini dilakukan dengan jaringan perpipaan (JP) maupun bukan jaringan perpipaan (BJP). Pada saat ini jaringan perpipaan yang ada meliputi jaringan PDAM dan non PDAM. Namun di masa yang akan datang seluruh wilayah perkotaan direncanakan dapat terlayani jaringan perpipaan PDAM. Diharapkan pada akhir tahun rencana yaitu 2027, cakupan pelayanan Jaringan Perpipaan PDAM dapat mencapai target 80% dari wilayah pelayanan teknis sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Brebes 2010-2030.

Rencana Pengembangan Daerah Pelayanan

(35)

III-35 Pengembangan wilayah / daerah pelayanan SPAM mengacu pada strategi pengembangan satuan wilayah Pembangunan (SWP) dimana di masing-masing SWP dijabarkan lagi kedalam Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP);

1. Pengembangan wilayah/daerah pelayanan mengacu pada struktur ruang yang ada yakni melalui jaringan prasarana dan sarana jalan yang mendukung untuk pengembangan pelayanan SPAM;

2. Pengembangan wilayah/daerah pelayanan mengacu pada pola pemanfaatan ruang dalam hal ;

- Memperhatikan fungsi kawasan lindung dan peruntukannya;

- Mengoptimalkan fungsi kawasan budidaya untuk mendukung kebutuhan peningkatan pelayanan SPAM.

Khusus wilayah perkotaan dan ibukota kecamatan yang belum terlayani PDAM menjadi target pengembangan jaringan yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritasnya. Selain mengembangkan wilayah pelayanan, PDAM juga masih memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan cakupan pelayanan di wilayah teknis eksisting. Oleh karena itu, rencana sistem pelayanan SPAM Perkotaan difokuskan pada pengembangan sistem eksisting, terutama untuk jaringan perpipaan wilayah Ibukota Kabupaten Brebes. Pengembangan sistem dapat berupa penambahan jumlah sambungan, penurunan kebocoran, penambahan sumber air baku dan perluasan wilayah teknis pelayanan.

Pembagian Daerah Pelayanan

Zonasi pelayanan SPAM dikembangkan dengan mengacu pada strategi pengembangan struktur ruang dimana daerah pelayanan dibagi kedalam beberapa satuan wilayah pembangunan SWP namun tetap memperhatikan aspek geografis, topografis dan potensi jaringan jalan yang ada. Lebih lanjut mengenai zonasi pelayanan SPAM sebagaimana uraian berikut:

A. Zonasi Pelayanan SPAM I, terdiri dari ;

(36)

III-36 3. Kecamatan Wanasari;

4. Kecamatan Jatibarang; (Pusat SSWP Tengah Timur) 5. Kecamatan Songgom;

Pola pengembangan wilayah pelayanan ini sudah dikembangkan PDAM Brebes didalam pelayanan jaringan pelayanan air minum PDAM. Songgom dan Bulakamba masuk dalam zonasi pelayanan I mengingat dan mempertimbangkan struktur ruang dan untuk memudahkan interkoneksi jaringan perpipaan antar wilayah kecamatan di SWP I.

B. Zonasi Pelayanan SPAM II 1. Kecamatan Banjarharjo; 2. Kecamatan Kersana; 3. Kecamatan Larangan;

4. Kecamatan Tanjung; (SSWP /Utara-Barat)

5. Kecamatan Ketanggungan (Pusat SWP II/Tengah) dan (SSWP Tengah-Barat).

6. Kecamatan Losari.

Zonasi pelayanan SPAM II mengacu pada pengembangan pola struktur ruang pada SWP II dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi dalam interkoneksi jaringan perpipaan antar wilayah kecamatan di SWP II. Dan zonasi pelayanan SPAM II dikembangkan dan diadaptasi dari pola pelayanan jaringan air minum PDAM Kabupaten Brebes.

C. Zonasi Pelayanan SPAM III 1. Kecamatan Paguyangan; 2. Kecamatan Bantarkawung;

(37)

III-37 Zonasi pelayanan SPAM III mengacu pada pengembangan pola struktur ruang pada SWP III dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi dalam interkoneksi jaringan perpipaan antar wilayah kecamatan di SWP III. Dan zonasi pelayanan SPAM III dikembangkan dan diadaptasi dari pola pelayanan jaringan air munim PDAM Kabupaten Brebes.

Pertimbangan pengembangan untuk masing-masing zonasi / daerah pelayanan dikembangan dengan mempertimbangkan penggunaan lahan eksisting dan faktor geografis dimana :

1. Zonasi Pelayanan SPAM I a. Kecamatan Brebes,

- Penggunaan lahan di wilayah bagian utara didominasi oleh aktifitas tambak,

- Penggunaan lahan di wilayah Tengah didominasi oleh aktifitas permukiman dan

- Penggunaan lahan di wilayah Selatan didominasi oleh aktifitas sawah .

b. Kecamatan Wanasari,

- Penggunaan lahan wilayah utara didominasi untuk areal tambak;

- Wilayah tengah dan selatan didominasi oleh aktifitas budidaya pertanian dan permukiman .

c. Kecamatan Bulakamba;

- Penggunaan lahan di bagian utara didominasi oleh aktifitas tambak

- Penggunaan Lahan di wilayah tengah dan sebagian wilayah selatan oleh permukiman

- Penggunaan lahan bagian selatan sebagian besar sawah / budidaya pertanian dan

d. Kecamatan Jatibarang,

- Penggunaan lahan didominasi oleh aktifitas sawah/ budidaya pertanian diwilayah utara

(38)

III-38 e. Kecamatan Songgom; didominasi oleh aktifitas sawah/

budidaya pertanian dan serta permukiman membentang dari utara ke selatan.

2. Zonasi Pelayanan SPAM II

a. Kecamatan Banjarharjo, didominasi oleh areal hutan berjenis jati/ pinus, sebagian kecil permukiman dan area tegalan serta waduk malahayu,

b. Kecamatan Kersana, didominasi oleh aktifitas sawah/ budidaya pertanian dan serta permukiman membentang dari utara ke selatan,

c. Kecamatan Larangan; didominasi oleh areal hutan berjenis jati/ pinus di bagian selatan, sebagian lahan sawah / budidaya pertanian, dan sebagian kecil permukiman di wilayah utara, d. Kecamatan Tanjung, didominasi oleh aktifitas sawah/ budidaya

pertanian dan serta permukiman dari wilayah utara hingga selatan.

e. Kecamatan Losari; didominasi oleh aktifitas tambak di sisi utara dan sebagian sawah/ budidaya pertanian dan serta permukiman membentang dari tengah ke selatan.

3. Zonasi Pelayanan SPAM III

a) Kecamatan Paguyangan, didominasi oleh aktifitas sawah/ budidaya pertanian dan serta permukiman membentang dari utara ke selatan,

b) Kecamatan Bantarkawung; didominasi oleh sebagian besar permukiman, dan tegalan serta sawah, dan hutan jati dan pinus dibawah kepemangkuan KPH Pekalongan Barat,

c) Kecamatan Bumiayu, didominasi oleh sebagian besar permukiman, dan tegalan serta sawah,

(39)

III-39 e) Kecamatan Salem; didominasi oleh sebagian besar

permukiman, tegalan serta sebagian sawah/budaya pertanian,serta sabagian hutan jati dan pinus.

Dengan mendasari zonasi/ daerah pelayanan jaringan SPAM sebagaimana diuraikan di atas dapat ditentukan pusat–pusat pengembangan pelayanan guna mengoptimalkan pelayanan SPAM sebagai berikut :

1. Pusat pengembangan ring I berada di wilayah Kecamatan Brebes sebagai kota dengan pelayanan utama sekaligus sebagai pusat ibukota kabupaten dengan beban pelayanan dan dinamika aktifitas publiknya;

2. Pusat pengembangan ring II berada di wilayah Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Wanasari dan Bumiayu sebagai ibukota Satuan Wilayah Pembangunan dan Sub Satuan Wilayah Pembangunan dengan tingkat pelayanan public yang relatif tinggi. Masuknya Kecamatan Wanasari dalam pusat pengembangan kedua dengan mempertimbangkan kawasan hinterland yang mendukung terhadap ketangguhan pelayanan di wilayah Kecamatan Brebes, 3. Pusat pengembangan ring III berada di wilayah Kecamatan

Bulakamba, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Losari, Kecamatan Banjarharjo, dan Kecamatan Tonjong, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Larangan,

4. Pusat pengembangan ring IV berada di wilayah Kecamatan Kersana, dan Kecamatan Songgom.

(40)

III-40 Keterangan:

= Pusat Pengembangan Ring I = Pusat Pengembangan Ring III

= Pusat Pengembangan Ring II = Pusat Pengembangan Ring IV

3.2.2.2 Rencana Pengembangan SPAM

Berdasarkan laporan perkembangan sambungan rumah yang terdapat di PDAM Kabupaten Brebes sampai dengan Desember 2012 tercatat 17.925 pelanggan. Jumlah ini sudah termasuk di dalamnya pelanggan kategori domestic dan non domestic. Persebaran pelanggan sambungan PDAM di Kabupaten Brebes sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

1 3

2 4

1

3

2

2

2

3 3

3 3 3

3

3

3 2

4

(41)

III-41 Tabel 3.2

Rekapitulasi Pelanggan Sambungan PDAM di Kabupaten Brebes

No Kecamatan Jumlah SR % terlayani

1 Salem 74 0,41

2 Bantarkawung 734 4,09

3 Bumiayu 2.825 15,76

4 Paguyangan 975 5,44

5 Sirampog dan Tonjong 869 4,85

6 Larangan 470 2,62

7 Ketanggungan 467 2,61

8 Banjarharjo 463 2,58

9 Losari 0 0,00

10 Tanjung 98 0,55

11 Kersana 1.618 9,03

12 Bulakamba 0 0,00

13 Wanasari 677 3,78

14 Songgom 24 0,13

15 Jatibarang 1832 10,22

16 Brebes 6799 37,93

Jumlah 17.925 100,00

Sumber : RISPAM Kabupaten Brebes

Sebagaimana tabel di atas, dapat terlihat bahwa pelanggan PDAM terbanyak di wilayah Kecamatan Brebes sebesar 6799 SR (37,93%) sedang terkecil di Kecamatan Songgom sebesar 24 SR (0,13%) sedangkan Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Losari masing-masing 0 karena memang belum terlayani sambungan PDAM. Kecamatan Brebes memiliki tingkat pelanggan yang relatif tinggi dan rasio pelanggan dengan wilayah kecamatan lainnya relatif signifikan. Hal ini disebabkan karena menjadi pusat ibukota kabupaten dengan aktifitas publiknya yang relatif tinggi.

(42)

III-42 pada kesepakatan dengan tim teknis, prosentase pelayanan direncanakan selama 15 tahun kedepan yaitu rentang tahun 2013 – 2027.

(43)

III-43 Tabel 3.3

Proyeksi Tingkat Pelayanan Pengembangan SPAM Di Kabupaten Brebes Tahun 2013-2027

No KECAMATAN Tingkat Pelayanan (%)

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

1 Salem 0,61 5,90 11,20 16,49 21,78 27,07 32,37 37,66 42,95 48,24 53,54 58,83 64,12 69,41 74,71 80,00

2 Bantarkawung 5,61 10,57 15,53 20,49 25,45 30,41 35,37 40,33 45,28 50,24 55,20 60,16 65,12 70,08 75,04 80,00

3 Bumiayu 17,33 21,51 25,69 29,86 34,04 38,22 42,40 46,58 50,75 54,93 59,11 63,29 67,47 71,64 75,82 80,00

4 Paguyangan 6,59 11,48 16,38 21,27 26,17 31,06 35,95 40,85 45,74 50,64 55,53 60,42 65,32 70,21 75,11 80,00

5 Sirampog

9,53 14,23 18,93 23,62 28,32 33,02 37,72 42,42 47,11 51,81 56,51 61,21 65,91 70,60 75,30 80,00 6 Tonjong

7 Larangan 2,33 7,51 12,69 17,86 23,04 28,22 33,40 38,58 43,75 48,93 54,11 59,29 64,47 69,64 74,82 80,00

8 Ketanggungan 0,55 5,85 11,14 16,44 21,74 27,03 32,33 37,63 42,92 48,22 53,52 58,81 64,11 69,41 74,70 80,00

9 Banjarharjo 2,04 7,24 12,43 17,63 22,83 28,03 33,22 38,42 43,62 48,82 54,01 59,21 64,41 69,61 74,80 80,00

10 Losari 0,41 5,72 11,02 16,33 21,63 26,94 32,25 37,55 42,86 48,16 53,47 58,78 64,08 69,39 74,69 80,00

11 Tanjung 1,20 6,45 11,71 16,96 22,21 27,47 32,72 37,97 43,23 48,48 53,73 58,99 64,24 69,49 74,75 80,00

12 Kersana 15,40 19,71 24,01 28,32 32,63 36,93 41,24 45,55 49,85 54,16 58,47 62,77 67,08 71,39 75,69 80,00

13 Bulakamba 3,27 8,39 13,50 18,62 23,73 28,85 33,96 39,08 44,19 49,31 54,42 59,54 64,65 69,77 74,88 80,00

14 Wanasari 4,45 9,49 14,52 19,56 24,60 29,63 34,67 39,71 44,74 49,78 54,82 59,85 64,89 69,93 74,96 80,00

15 Songgom 0,22 5,54 10,86 16,18 21,49 26,81 32,13 37,45 42,77 48,09 53,41 58,73 64,04 69,36 74,68 80,00

16 Jatibarang 13,50 17,93 22,37 26,80 31,23 35,67 40,10 44,53 48,97 53,40 57,83 62,27 66,70 71,13 75,57 80,00

17 Brebes 26,38 29,95 33,53 37,10 40,68 44,25 47,83 51,40 54,98 58,55 62,13 65,70 69,28 72,85 76,43 80,00

Jumlah 7,27 9,97 14,97 19,97 24,98 29,98 34,98 39,98 44,98 49,99 54,99 59,99 64,99 70,00 75,00 80,00

Gambar

Gambar 3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3.2. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan  Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tabel 3.1  Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Skala
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja pada setiap langkah penekanan menghasilkan beberapa jenis pengerjaan dan setiap

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa

Laporan Akhir ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui penilaian sikap konsumen dalam minat memilih jasa logistik pada PT POS Indonesia cabang Merdeka

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN

Hal ini bisa dilihat pada program pembelajaran guru, baik pada program semester maupun pada Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci mencantumkan perencanaan waktu

antara kemahiran berbicara dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014 tergolong

Sistem pembayaran mikro elektronik ini dapat diimplementasikan dengan tiga cara, yaitu dengan sistem berbasis internet, berbasis kartu (smartcard), dan berbasis