BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola dan struktur serta bahan material yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman diantaranya adalah :
1. Peran Kabupaten dalam pengembangan wilayah; 2. Rencana Pembangunan Kabupaten;
3. Memperhatikan kondisi ilmiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya;
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g5. Dalam proses penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (masterplan) Pengembangan Permukiman;
6. logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dan Pengembangan Permukiman;
7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun perencanaan teknik;
8. Memperhatikan peraturan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia; 9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektifitas dan efisiensi dalam Pengembagan Perkotaan
pada Kota bersangkutan;
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan;
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta; 12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman;
13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya;
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut;
15. Safeguard sosial dan dan lingkungan;
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gTujuan Pengembangan Permukiman adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur. 3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah.
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman. Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman. 2. Tersedianya perumahan tipe RSH, Rusunawa. 3. Terarahnya pertumbuhan wilayah.
4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman. Program/kegiatan pembangunan permukiman dapat dibedakan menjadi :
1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH). b. Penataan dan Peremajaan Kawasan.
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Subang belum dirasakan mendesak karena kepadatan penduduknya yang masih tergolong rendah.
d. Peningkatan Kualitas Permukiman
2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). b. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gd. Penyediaan Prasarana dan Sarana Di Daerah atau Desa Terpencil. e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan.
f. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dalam Rangka Penanganan Bencana.
7.1.1
Profil Pembangunan Permukiman
A. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ciri utama wilayah ini adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerinahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, serta jumlah penduduk yang relatif padat tetapi dengan luasan lahan yang relatif kecil. Arahan dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan yakni:
▪ Pengarahan dan pembatasan kegiatan permukiman perkotaan terutama di sepanjang jalan nasional (jalur pantura) dalam kaitan dengan pengendalian pemanfaatan sawah irigasi.
▪ Pemanfaatan ruang perkotaan berpola konsentris dibandingkan linear sebagai upaya meningkatkan efisiensi pelayanan kota.
▪ Penyusunan rencana tata ruang kota pada kawasan yang menunjukkan kecenderungan perkembangan pesat serta ibukota kecamatan.
▪ Pengembangan permukiman untuk mendukung perkembangan zona industri di Kecamatan Cipendeuy, Pabuaran, Kalijati, Purwadadi, Cibogo, Pagaden, dan Cipunagara.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gB. Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengolahan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman perdesaan lokasinya menyebar dalam bentuk pusat-pusat permukiman desa. Dalam kawasan perdesaan paling tidak terdapat kegiatan berupa:
▪ Pusat pelayanan jasa sosial ekonomi, seperti pasar, peribadatan, pendidikan.
▪ Lahan usaha pertanian, seperti: sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis, tegalan, perkebunan dan kebun campuran.
Pengembangan pusat permukiman harus dikaitkan secara serasi, selaras dan saling menguatkan dengan sistem kota dan pengembangan kawasan-kawasan produksi dan prasarana wilayah.
Dalam rangka memadukan perkembangan desa dan kota perlu dipilih pusat-pusat desa yang merupakan desa-desa yang mempunyai keterkaitan dengan desa-desa lain dan pusat-pusat permukiman kota. Arahan kebijaksanaan pengembangan perdesaan yakni:
▪ Perbaikan sistem dan mekanisme budidaya pertanian antara lain melalui perbaikan prasarana produksi, peningkatan panyuluhan bagi petani dan pemberian insentif (berupa kredit) dalam memacu produksi petani.
▪ Peningkatan prasarana perhubungan dan pemasaran antar desa dan kota.
C. Prasarana Dan Sarana Dasar Permukiman
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gKondisi rumah yang permanen didominasi oleh kecamatan Subang yaitu sebanyak 27.230 unit disusul oleh kecamatan Pagaden sebanyak 19.436 unit sedangkan untuk jumlah rumah permanen terkecil berada pada Kecamatan Legon kulon yaitu sebanyak 3.873 unit (lihat Tabel 7.1).
Tabel 7.1
Jumlah Perumahan Rakyat Menurut Jenis Per Kecamatan Di Kabupaten Subang Tahun 2005
No Kecamatan
Jenis Rumah
Permanen Semi
Permanen Temporer Jumlah
1 SAGALAHERANG 8.698 2.004 1.205 11.907
2 JALANCAGAK 12.550 5.837 1.611 19.998
3 CISALAK 8.295 1.123 1.179 10.597
4 TANJUNGSIANG 8.502 944 1.736 11.182
5 CIJAMBE 9.604 319 1.174 11.097
6 CIBOGO 5.458 157 762 6.377
7 SUBANG 27.230 4.698 53 31.981
8 KALIJATI 13.896 1.174 1.292 16.362
9 CIPEUNDEUY 5.835 308 365 6.508
10 PABUARAN 11.221 1.035 5.621 17.877
11 PATOKBEUSI 7.097 6.375 3.998 17.470
12 PURWADADI 9.934 1.405 2.255 13.594
13 CIKAUM 6.038 336 3.536 9.910
14 PAGADEN 19.436 2.335 1.637 23.408
15 CIPUNAGARA 9.275 1.086 2.668 13.029
16 COMPRENG 5.602 3.639 2.664 11.905
17 BINONG 10.551 4.387 5.987 20.925
18 CIASEM 11.063 7.380 6.352 24.795
19 PAMANUKAN 14.696 2.476 4.619 21.791
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo Kecamatan
Jenis Rumah
Permanen Semi
Permanen Temporer Jumlah
21 LEGONKULON 3.873 2.459 1.242 7.574
22 BLANAKAN 7.427 2.552 3.484 13.433
JUMLAH 227.235 53.349 58.680 339.234
Sumber : Kantor PMD Kabupaten Subang
Tabel 7.2
Jumlah Perumahan Rakyat Dirinci Setiap Wilayah Di Kabupaten Subang Tahun 2005
No. Wilayah
Jumlah Rumah & Kondisinya Tahun 2005
Permanen Semi
Permanen Temporer Total
1 Pegunungan 47,649 10,227 6,905 64,781
2 Dataran 131,573 26,935 30,838 189,346
3 Pesisir Pantai 48,013 16,157 20,937 85,107
Kabupaten Subang 227,235 53,319 58,680 339,234
Sumber : Hasil Olahan
❖ Air Bersih
Pelayanan air bersih untuk mendukung aktifitas penduduk dan aktivitas kota lainnya seperti pasar, perkantoran, perdagangan, industri dan lain-lain, dilayani PDAM.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gTabel 7.3
Penggunaan air bersih di Kabupaten Subang Tahun 2015
No. Uraian Satuan RS-RSH REAL
ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA 1. JumlahPenduduk jiwa 5,474 1,682 - -
2. Standar Kebutuhan Air Bersih
a. Sambungan Rumah (SR) l/jiwa/hari 160
Jumlah jiwa/SR jiwa 3 3 3 3
b. Kebutuhan untuk Industri l/Ha/hari 40,000 40,000 40,000 40,000
c. Kebutuhan untuk Pariwisata l/Ha/hari 4,800 4,800 4,800 4,800
d. Kebutuhan untuk Perdagangan & Jasa l/Ha/hari 5,210 5,210 5,210 5,210
f. Hidran Umum (HU) l/jiwa/hari 30 30 30 30
Jumlah jiwa/HU jiwa 100 100 100 100 3. Targert Tingkat pelayanan air bersih Sistem perpipaan %
a. Sambungan Rumah % 75 75 75 75
b. Sambungan Industri % 100 100 100 100
c. Sambungan Pariwisata % 100 100 100 100
d. Sambungan Perdagangan & Jasa % 100 100 100 100
f. Hidran Umum % 5 5 5 5
4. Jumlah pelanggan
a. Sambungan Rumah (SR) unit 1,360 418 - -
b. Luas Industri Ha
c. Luas Pariwisata Ha
d. Luas Perdagangan dan Jasa Ha
f. Hidran Umum per 100 penduduk unit 3 1 - - 5. Kebutuhan Air Domestik per hari
a. Sambungan Rumah liter/det 23 - - -
b. Sambungan Industri liter/det - - - -
c. Sambungan Pariwisata liter/det - - - -
d. Sambungan Perdagangan & Jasa liter/det - - - -
f. Hidran Umum per 100 penduduk liter/det 0 0 - -
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo. Uraian Satuan RS-RSH REAL
ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA a. Persentase dari kebutuhan Domestik % 20 20 20 20
b. Total Debit Kebutuhan Air Non-Domestik liter/det 5 0 - - 7. Sub Total Kebutuhan Air liter/det 28 0 - -
8. Tingkat Kebocoran Air Bersih
a. Persentase kebocoran % 20 20 20 20
b. Total Debit kebocoran liter/det 6 0 - - 9. Total Kebutuhan Air Rata-rata liter/det 33 0 - -
10. Faktor Kebutuhan Maksimum Harian 1 1 1 1
11. Kebutuhan Air Maksimum Harian liter/det 36 0 - -
12. Faktor Kebutuhan Puncak Harian 1 1 1 1
13. Kebutuhan Air Puncak Harian liter/det 40 0.00003 - -
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
❖ Air Limbah
Air limbah yang dihasilkan sebagai bahan ikutan aktifitas masyarakat tidak dapat dihindari keberadaannya, jenis air limbah yang dihasilkan yaitu air limbah rumah tangga (mandi dan cuci), dan sumber-sumber lainnya. Pengelolaan air limbah disalurkan melalui saluran-saluran yang ada, baik yang ada disetiap lingkungan perumahan/permukiman dan pinggiran jalan dan berakhir disetiap sungai yang ada.
Tabel 7.4.
Pemakaian Air Kotor di Kabupaten Subang Tahun 2015
No Uraian Satuan RS-RSH REAL
ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA
1. Jumlah Penduduk jiwa 5,474 1,682 - - 2. Persentase Utilitas
a. Proyeksi Persentase Keluarga yang menggunakan Septicktank
% 85 85 85 85
b. Proyeksi Persentase Keluarga yang tidak menggunakan Septicktank tetapi MCK
% 15 15 15 15
3. Jumlah Penduduk yang Terlayani untuk Septicktank
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo Uraian Satuan RS-RSH REAL
ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA
Jumlah Penduduk Terlayani untuk MCK
jiwa 821 252 - -
4. Standar Pelayanan per unit sarana a. Standar Pelayanan Septictank
untuk Keluarga Septicktank untuk Keluarga
Unit 1,541 474 - -
b. Proyeksi Jumlah Kebutuhan MCK (1 MCK = 100 jiwa)
Unit 8 3 - -
6. Lumpur Tinja Domestik yang dihasilkan untuk tiap orang (30 lt x jmlh pddk)/365 hari
lt/hari 382 118 - -
7. Lumpur Tinja Non Domestik (20% tinja domestik)
lt/hari 76 24 - -
8. Total Lumpur Tinja Domestik dan Non-Domestik
lt/hari 459 141 - -
9. Kebutuhan Truk Tinja Kapasitas 2 m3 (jlh lumpur tinja/kapasitas truk)
buah 0 0 - -
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
❖ Listrik
Tabel 7.5
Pemakaian Listrik di Kabupaten Subang Tahun 2015
KASIBA-L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo. Uraian Satuan RS-RSH REAL ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA
a. Rumah Tangga (KK x %xX W) KW 1,386,803 426,228 - -
b. Non Rumah Tangga KW 2,447,299 752,167 - -
c. Penerangan Jalan KW 244,730 75,217 - -
Total Kebutuhan KW 4,078,832 1,253,612 - -
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
Dari Tabel 7.4 , dapat diuraikan bahwa kebutuhan total listrik untuk permukiman RS-RSH adalah 4,078,832 KW, untuk permukiman real estate adalah 1,253,612 KW.
❖ Sampah
Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Subang adalah sampah domestik yaitu dari rumah tangga serta sampah non domestik yang dihasilkan dari industri, pasar, komersil dan jalan. Total produksi sampah total (tahun 2015) untuk RS-RSH adalah 6 m3, real estate adalah 2 m3.
Tabel 7.6
Timbulan Sampah di Kabupaten Subang Tahun 2015
No. Uraian Satuan RS-RSH REAL
ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA
1. Jumlah Total Penduduk (P) jiwa 5,474 1,682 - - 2. Proyeksi Skala pelayanan Pemda thd pddk (%) % 40 40 40 40 3. Jumlah Penduduk yang Terlayani Sampahnya (P X %) jiwa 2,189 673 - - 4. Standar Sampah Domestik (SD) lt/or/hari 2 2 2 2 5. Standar Sampah Non Domestik
a. Sampah Komersial lt/or/hari 0 0 0 0 b. Sampah Fasilitas Umum lt/or/hari 0 1 2 3 6. Volume Sampah Domestik P X % X SD m3/hari 5 2 - - 7. Volume Sampah Non Domestik
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo. Uraian Satuan RS-RSH REAL
ESTATE RUSUNA
KASIBA-LISIBA
9. Sistem Pelayanan (SP):
a. Pel. Komunal % 85 85 85 85
b. Pel. Individual % 15 15 15 15 10. Kebutuhan Peralatan
a. Gerobak Sampah 1 m3 (VS X SP) buah 1 0 - - b. TPS kontainer besi 10 m3 buah 1 0 - - c. Truk terbuka 7 m3 (50%) buah 0 0 - - d. Dump-truck 8 m3 (40%) buah 0 0 - - e. Arm-roll truck 10 m3 (10%) buah 0 0 - -
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
7.1.2
Permasalahan Pembangunan Permukiman
A. Permukiman kumuh dan Ilegal (Slum dan Squater)
Jumlah bangunan dan keluarga pada kawasan kumuh mendominasi di Kecamatan Binong, terdistribusi pada Kelurahan/desa Nangerang, Karangsari, Binong, dan Tambakdahan serta Kec. Pagaden (desa Kamarung).
Total permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Subang tersebar pada 57 lokasi yang menempati lahan seluas 168 hektar, bangunan rumah yang berdiri sebanyak 2040 unit dan didiami 2090 keluarga (KK).
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gTabel 7.7
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Kumuh Kabupaten Subang Tahun 2003
No. Kecamatan
Jumlah Keluarga di Lokasi Kumuh
Jumlah Bangunan di Lokasi Kumuh
Luas Permukiman
Kumuh
Jumlah Lokasi Permukiman
Kumuh
1 BINONG 643 639 13 12
2 BLANAKAN 427 426 10 3
3 CIASEM 0 0 0 0
4 CIBOGO 0 0 0 0
5 CIJAMBE 0 0 0 0
6 CIKAUM 0 0 0 0
7 CIPEUNDEUY 0 0 0 0
8 CIPUNAGARA 207 200 0 10
9 CISALAK 0 0 0 0
10 COMPRENG 107 95 5 10
11 JALANCAGAK 0 0 0 0
12 KALIJATI 142 142 20 3
13 LEGONKULON 0 0 0 0
14 PABUARAN 0 0 0 0
15 PAGADEN 40 40 0 1
16 PAMANUKAN 314 288 9 7
17 PATOKBEUSI 200 200 111 5
18 PURWADADI 0 0 0 0
19 PUSAKANAGARA 0 0 0 0
20 SAGALAHERANG 0 0 0 0
21 SUBANG 10 10 0 6
22 TANJUNGSIANG 0 0 0 0
TOTAL 2.090 2.040 168 57
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gGambar 7.1.
Peta sebaran lokasi kumuh di Kabupaten Subang Keterangan
Peta Sebaran Lokasi Kumuh
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gTabel 7.8
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Ilegal Kabupaten Subang Tahun 2003
No. Kecamatan
Sumber : Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman Jawa Barat, Kabupaten Subang
B. Permukiman pada lokasi rawan bencana
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gKecamatan yang memiliki permukiman rawan banjir yang cukup tinggi adalah: Kecamatan Legonkulon (1778 KK), Pamanukan (1464 KK), Blanakan (730 KK), Ciasem (527 KK) dan Pusakanagara (96 KK).
Kecamatan yang memiliki permukiman rawan bencana lainnya yang cukup tinggi adalah: Kecamatan Tanjungsiang (920 KK), Pabuaran (400 KK) dan Legonkulon (215 KK). Jumlah keseluruhan keluarga yang tinggal didaearah rawan bencana adalah 89 keluarga tinggal di daearah rawan longsor, 4625 keluarga rawan banjir dan 1577 keluarga rawan bencana lainnya.
Tabel 7.8
Profil Permukiman di Daerah Rawan Bencana Kabupaten Subang Tahun 2003
No. Kecamatan
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gC. Alih guna lahan bagi permukiman
Luas lahan yang digunakan untuk perumahan adalah 24.539 hektar atau sekitar 13,8% dari seluruh wilayah Kabupaten Subang. Dalam tiga tahun terakhir terjadi alih fungsi penggunaan lahan menjadi perumahan, dengan rincian:
▪ Sawah menjadi perumahan sekitar 1 ha ▪ Ladang jadi perumahan sekitar 2 ha
Tabel 7.9.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gL a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gGambar 7.2
Prioritas Penanganan Permasalahan Permukiman di Kabupaten Subang Keterangan
Peta Prioritas Penanganan Permasalahan Permukiman
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g7.1.3
Usulan Pembangunan Permukiman
7.1.3.1
Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
Pada kawasan yang cenderung kumuh dan padat serta kurang didukung oleh sarana dan prasarana dasar yang layak dari segi kuantitas maupun kualitas, upaya peningkatan dan perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman akan dijadikan prioritas.
Usulan Dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh diperkotaan diarahkan kepada konsep tridaya dengan bertumpu pada masyarakat sebagai pelaku (sesuai dengan motto gotong
royong) melalui program P2P, NUSSP, P2KP, PNPM, PPIP dan sebagainya, disamping di kawasan DPP melalui program KTP2D, CAP, dan sebagainya.
8
Usulan Dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
• Peremajaan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Bagian dari program peremajaan kota dikawasan hunian dengan fungsi baru yang direncanakan untuk menciptakan lingkungan yang terpadu dan fungsional, tetapi tetap didominasi oleh kegiatan hunian sehingga mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat.
• Perbaikan Kampung (Kampoong Improvement Project/KIP)
Bertujuan untuk memperbaiki dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana dasar lingkungan, serta sarana social lainnya untuk melayani kebutuhan masyarakat berpenghasilan menengah kebawah.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gBertujuan untuk mewujudkan suatu kawasan perumahan yang dapat menampung secara serasi berbagai kelompok masyarakat dengan komposisi perbandingan pengembangan 1 : 3 : 6, yaitu 1 unit hunian tipe kecil, 3 unit hunian tipe sedang dan 6 unit hunian tipe kecil.
• Pengembangan Rusun dan Rusunawa
Salah satu bentuk penanganan masalah kebutuhan lahan untuk perumahan dan permukiman bagi masyarakat menengah ke bawah dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun (rusun) dan rumah susun sewa (rusunawa), dalam hal ini permukiman tidak lagi merupakan suatu sarana yang harus menjadi milik/investasi, tapi merupakan sarana hunian.
• Kawasan Siap Bangun / Lingkungan Siap Bangun (Kasiba/Lisiba)
UU No. 80/1999 tentang Kasiba/Lisiba yang merupakan turunan UU No. 41/1999
• Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh (PPM-Squatters)
Yaitu untuk pengentasan kemiskinan yang menyentuh kawasan permukiman kumuh yang statusnya tidak berijin/ilegal.
• Subsidi Selisih Bunga
Memberikan kemudahan agar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki rumah.
7.2
RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
7.2.1
Penataan Bangunan
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gteknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.
Penataan bangunan dan lingkungan pun merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah sebagai berikut : 1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib,
layak huni, berjati diri, serasi dan selaras; dan
2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
7.2.1 Permasalahan Penataan Bangunan
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerahrawan bencana.
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapatkan perhatian.
• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan Tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien. • Masih banyaknya aset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan • Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Subang
• Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang memiliki potensi wisata.
• Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.
• Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan lain-lain kurang diperhatikan.
4. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan • Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.
• Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat. • Kurang dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya. 5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
• Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.
• Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas Kumuh.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gkewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggarisbawahi bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.
Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses siklus Pemberdayaan Masyarakat melalui model-model program/proyek seperti PNPM-P2KP, PNPM-PPK dan NUSSP.
7.2.2 Landasan Hukum
Landasan hukum yang mendasari Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan didasarkan pada:
1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUGB).
3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
6. Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi.
7. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Bangunan Gedung.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g9. Peraturan Menteri No. 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
11. Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs.
7.2.2.1
Pencapaian Penataan Bangunan Gedung Dan Lingkungan
Dalam pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan, maka dilakukan prioritas pembangunan Nasional yang meliputi :
1. Penanggulangan Kemiskinan
2. Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pembangunan perdesaan 3. Migitasi dan penanggulangan kebencanaan
4. Percepatan pembangunan infrastruktur
5. Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah terisolir/terluar
Rencana Tindak dalam Pencapaian Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :
1. Semua Bangunan Gedung harus sudah laik fungsi Tahun 2010 2. 200 kota harus bebas kumuh pada Tahun 2010
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g7.2.2.2
Kebijakan,
Penataan
Bangunan
Gedung
Dan
Lingkungan
Di Kabupaten/Kota
A. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.
2) Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri.
3) Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.
4) Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.
5) Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.
B. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan dan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah Negara.
2) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman. 3) Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan dan
permukiman.
4) Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g6) Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan dan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.
7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan / mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian Membangun (seni dan budaya).
9) Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan dan Gedung melalui kerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten.
C. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
• Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan.
• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung. • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur.
• Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung. • Pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.
• Pembinaan teknis pembangunan gedung negara.
• Penyusunan Rencana Induk Sistem Proyeksi Kebakaran (RISPK).
• Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan Gedung. • Percontohan pendataan bangunan gedung.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g• Rehabilitasi bangunan gedung dan Negara.
• Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB)
2) Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). • Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
• Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan.
• Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman tradisional.
3) Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan.
Bantuan penanggulangan kesmiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi
7.2.3
Permasalahan Yang Dihadapi
Penataan Bangunan di Kabupaten Subang masih dikelola oleh Sesi Bangunan dari PU Cipta Karya (Distarkim Kabupaten Subang) dan untuk pengelolaan lebih mengarah pada aspek teknis. Sedangkan untuk pengaturan Penataan Bangunan Lingkungan di Kabupaten Subang secara khusus tidak ada.
7.2.4
Program Yang Diusulkan
7.2.4.1
Usulan dan Prioritas Program
1. Program Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademis Perda Bangunan Gedung. 2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g4. Program Perencanaan Cipta Karya
7.2.4.2
Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Usulan dan prioritas proyek penataan bangunan gedung dan lingkungan dapat dilihat pada Lampiran.
7.2.4.3
Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Untuk pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Subang sebagian besar berasal dari dana APBD II atau APBD Kabupaten Subang seperti terlampir.
7.3
RENCANA INVESTASI PENGEMBANGAN AIR MINUM
7.3.1
Petunjuk Umum
A.
Umum
Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air selain itu meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan PS air minum di perkotaan.
Sasaran program komponen Air Minum dibuat untuk mengisi kesenjangan kondisi pada permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan kondisi yang diinginkan pada sasaran kebijakan RPJMN.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Sistem Pengadaan Air Minum, antara lain :
1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah. 2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota.
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Sistem Pengembangan Air Minum.
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi pengelolaan Air Minum.
7. Keterpaduan pengelolaan Air Minum dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik. 8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia.
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi pengelolaan Air Minum pada kota bersangkutan.
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi kelanjutan lingkungan.
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.
12. Kelembagaan yang mengelola air minum.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana air minum, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.
15. Safeguard sosial dan lingkungan.
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
B.
Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi pemerintah daerah di sektor Air Minum adalah sebagai berikut :
1. Program Pembangunan Prasarana Air Minum Melalui Pendekatan Masyarakat di Desa Miskin dan Rawan Air
a. Target :
▪ Desa-desa yang termasuk kategori desa miskin atau desa rawan air. ▪ Desa-desa yang berlokasi di pesisir atau pulau terpencil.
▪ Desa yang sudah terbentuk kelompok masyarakat.
b. Pola Pengelolaan : Oleh masyarakat/Koperasi/Kelompok masyarakat.
c. Penanganan : Unit air baku, unit produksi, unit transmisi dan distribusi utama. d. Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola/penyelenggara SPAM dan masyarakat. ▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM.
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g▪ Ibukota kabupaten baru/hasil pemekaran setelah tanggal 1 Januari 2000 dan telah memiliki rencana induk pengembangan SPAM Kabupaten/Kota dan rencana teknis (DED) pengembangan SPAM di lokasi tersebut.
▪ Kabupaten/Kota pemekaran yang sudah memiliki badan usaha sebagai penyelenggara air minum baik yang dibentuk oleh pemerintah Kabupaten/Kota pemekaran atau merupakan penyelenggara SPAM yang telah terbentuk pada Kabupaten/Kota induknya (penyelenggara SPAM lintas Kabupaten/Kota). b. Pola Pengelolaan : Oleh PDAM dengan azas pengusahaan.
c. Penanganan : Unit air baku, unit transmisi dan produksi. d. Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
3. Program Pengembangan Air Minum di Ibukota Kecamatan (IKK) Yang Belum Mempunyai Sistem dan Rawan Air
a. Target :
▪ IKK (Ibukota Kecamatan)/kawasan yang belum memiliki sistem penyediaan air minum (SPAM)
▪ IKK/kawasan yang telah diverifikasi dan memiliki kesiapan sumber air baku, serta telah memiliki rencana teknis (DED) pengembangan SPAM di lokasi tersebut.
b. Pola Pengelolaan : Oleh institusi (Badan Layanan Umum (BLU)/PDAM/Koperasi). c. Penanganan : Unit air baku, unit produksi dan unit transmisi.
d. Kontribusi Pemerintah Daerah : ▪ Pembinaan kepada pengelola
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan 4. Program Penyediaan Air Minum Bagi Kawasan RSH/Rusuna;
a. Target :
▪ Kawasan RSH/Komplek Rusuna yang termasuk sasaran berdasarkan kesepakatan dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen PU dan Kementerian Perumahan Rakyat.
▪ Kawasan yang menjadi lokasi pembangunan RSH/Rusuna yang telah dibangun dan telah mulai dihuni dan diperuntukkan bagi PNS/TNI/Polri atau masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), serta memiliki kesanggupan dan koordinasi dengan pihak pengguna (developer/pengembang, Pemkab/Pemkot, swasta atau PDAM) untuk mengembangkan unit distribusi dan unit pelayanan.
b. Pola Pengelolaan : Oleh PDAM/BLU (Badan Layanan Umum)/Developer.
c. Penanganan : Unit air baku, unit produksi dan unit transmisi dan distribusi utama. d. Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Pembinaan kepada pengelola
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g5. Program Penyehatan PDAM
a. Target : PDAM tidak sehat (kurang sehat dan sakit) dengan permasalahan teknis yang dominan dalam memberikan kontribusi ketidaksehatannya.
b. Pola Pengelolaan : Oleh PDAM. c. Penanganan :
▪ Melakukan studi detail permasalahan PDAM secara umum, dan masalah teknis secara khusus serta rekomendasi solusi teknis yang dibutuhkan.
▪ Melaksanakan pembinaan teknis penyusunan corporate plan PDAM yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pengelolaan dan staging pengembangan system.
▪ Pembangunan unit transmisi dan distribusi utama sebagai bagian dari optimalisasi kapasitas yang tidak terpakai (idle capacity).
▪ Penyusunan program dan pelaksanaan (zona prioritas) penurunan tingkat kehilangan air termasuk penurunan tingkat air tak berekening (ATR).
d. Kontribusi Pemerintah Daerah :
▪ Konsisten dalam upaya perbaikan kinerja teknis, keuangan dan administrasi PDAM
▪ Konsisten dalam upaya perbaikan kinerja SDM ▪ Konsisten dalam upaya perbaikan tariff
▪ Tidak mengharuskan PDAM untuk berkontribusi PAD ▪ Mendorong PDAM agar bias mandiri dan full cost recovery
6. Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum di Perkotaan.
a. Target : Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang belum tersedianya SPAM dan sebagian besar penduduknya berpenghasilan rendah.
b. Pola Pengelolaan : Oleh PDAM/BLU/Masyarakat/Koperasi.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gd. Kontribusi Pemerintah Daerah : ▪ Pembinaan kepada pengelola
▪ Konsisten dalam pengembangan SPAM e. Khusus untuk pelayanan dari PDAM :
▪ PDAM mempunyai kapasitas yang belum termanfaatkan (idle capacity) ▪ MBR mendapatkan manfaat dengan subsidi sambungan rumah
▪ Pendanaan untuk unit distribusi dan pelayanan
Dalam melakukan analisis perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi (geografis) kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah dan sebagainya.
Peran kota sebagai pusat kegiatan dan fungsinya.
Memperhatikan petunjuk teknis dan standar nasional yang berkaitan dengan air minum yang berlaku dan dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Tingkat pelayanan, efektifitas dan efisiensi pengelolaan air minum pada kota bersangkutan.
Sumber pendanaan yang mungkin bisa digunakan seperti pemerintah, masyarakat dan swasta.
Kelembagaan yang mengelola/menyelenggarakan sistem penyediaan air minum, sehingga dapat berfungsi sesuai tujuannya secara berkelanjutan.
Pembangunan dilakukan secara berwawasan lingkungan.
Memperhatikan sektor unggulan beserta rencana terkait, seperti diidentifikasikan dalam rencana pembangunan perkotaan dan perdesaan.
Memperhatikan keterpaduan dengan komponen lainnya seperti air minum dan persampahan (PP No. 16/2005).
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gSebagai investasi yang bersifat full cost recovery harus dilengkapi dengan análisis kelayakan secara keuangan untuk investasi yang secara jelas mengindikasikan itu. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan atau pengelolaan sarana dan prasarana air minum, perlu identifikasi lebih lanjut dalam bentuk Pra-Studi Kelayakan (Para-FS) dan Studi Kelayakan (FS) kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
7.3.2
Profil Air Minum
Gambaran Umum Sistem Penyediaan Dan Pengelolaan
Pembangunan SPAM di PDAM Kabupaten Subang berawal pada tahun 1982 – 1986 dengan memanfaatkan sumber mata air Cileuleuy untuk pelayanan Kecamatan Subang dan pembangunan sumur dalam untuk pelayanan Kecamatan Pamanukan.
Pada tahun 1986 – 1990 mendapat bantuan dari Kerajaan Belanda melalui Program IKK Departemen PU/DJCK untuk melayani wilayah Pagaden, Pusakanagara dan Purwadadi. Selanjutnya periode 1990 – 1996 mendapat bantuan dari kerajaan Denmark melalui Program IKK Dep.PU/DJCK untuk melayani wilayah Binong, Cipunagara, Compreng, Jalan Cagak, Sagalaherang, Kalijati dan Cisalak.
Pada tahun 1996 – 2000 dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) 40 liter/detik di wilayah Ciasem dan Blanakan, serta pelayanan khusus untuk industri air mineral PT. Tirta Investama. Selanjutnya periode 2002 – 2004 telah dibangun bangunan penangkap air dengan sumber mata air Cibulakan dan penambahan debit untuk Kecamatan Compreng sebesar 5 liter/detik, serta pembuatan IPA 50 liter/detik di daerah Binong dengan sumber mata air dari Saluran Irigasi Tarum Timur.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g634.647 m3 (236,95 liter/detik) dengan angka kebocoran air di Instalasi Produksi sebesar 13,1%. Air terjual pada bulan Juli tahun 2007 sebesar 453.518 m3 (169,32 liter/detik) dengan angka kebocoran air di jaringan distribusi sebesar 28,54%.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gGambar 7.3.
Peta Daerah Pelayanan Air Bersih Kabupaten Subang Keterangan
Peta Daerah Pelayanan Air Bersih Kabupaten Subang
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
( R P I J M )
KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g7.3.2.1
Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Penyediaan Dan Pengelolaan Air
Minum
Sistem Non Perpipaan
Sistem non perpipaan yang ada di Kabupaten Subang, telah melayani 6 IKK dan 72 Desa dengan jumlah penduduk non sistem berjumlah 1.212.012 jiwa.
Untuk tingkat total penduduk telah terlayani sejumlah 548.638 jiwa dengan cakupan penduduk terlayani sebesar 42 %. Selain itu, untuk tingkat pelayan perkotaan jumlah penduduk terlayani non perpipaan sebanyak 113.523 jiwa dengan cakupan penduduk terlayani sebesar 8,53 % penduduk dan untuk tingkat pelayanan perdesaan jumlah penduduk terlayani non perpipaan sebanyak 529.502 jiwa dengan cakupan penduduk terlayani sebesar 38,04 % penduduk.
Total layanan air perpipaan dan Non Perpipaan Pelayanan Non perpipaan 548.638 jiwa yang mencangkup 55 Desa/ kelurahan.
Dalam sistem non perpipaan, kondisi layanan pada lokasi/daerah terlayani air minum yang terlindungi 30 desa/kelurahan dan kondisi layanan pada lokasi/daerah terlayani air minum yang tidak terlindungi 5 desa/kelurahan.
Cakupan area pelayanan dalam satuan desa/kelurahan utnuk jumlah IKK (Ibukota Kecamatan) yang memiliki pelayanan air minum non perpipaan 4 IKK dan Jumlah desa yang memiliki pelayanan air minum non perpipaan 10 desa.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gAspek Pendanaan
Untuk non perpipaan, pendanaannya didapatkan dari Hidran Umum sedangkan pembiayaan oleh APBN / Kab / APBD, untuk Perpipaan Sederhana dan lainnya untuk pendanaan dilakukan oleh APBN / APBD.
Aspek Kelembagaan Dan Peraturan
Dalam sistem non perpipaan, aspek kelembagaanya dilakukan oleh mayarakat sekitar, dan untuk hal peraturan lembaga masyarakatnya penyesuaian dengan penyuplay air yaitu PDAM.
Sistem Perpipaan
A. Aspek Teknis
Perkembangan teknis operasional PDAM Kabupaten Subang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan debit air dalam sistem penyediaan air bersih yang didistribusikan kepada pelanggan. Secara umum sumber air yang dimanfaatkan PDAM Kabupaten Subang lebih banyak dari Sumur Bor (DW). Jumlah kapasitas debit air yang dimiliki seluruhnya 400,88 lt/dt, yang diproduksi sebanyak 318,98 lt/dt dan air yang dipakai atau terjual dengan asumsi 7 Jiwa / pelanggan adalah sebesar 282,29 Lt/dt sehingga sisa kapasitas yang harus segera dijual adalah 66,15 Lt/dt.
Berdasarkan data teknik tersebut diatas, PDAM Kabupaten Subang masih memiliki kekuatan internal yang dapat dioptimalkan untuk menambah sambungan langganan. Kekuatan-kekuatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sisa kapasitas di Cabang Subang, Pamanukan, Pagaden, Purwadadi dan Cabang Ciasem.
2. Menurunkan tingkat kehilangan air di Cabang Subang, Pagaden, Pusakanagara, Purwadadi, Cipunagara dan Ciasem.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g4. Pemanfaatan peluang tersedianya sumber air yang cukup banyak di wilayah Selatan Kabupaten Subang.
5. Minat masyarakat untuk berlangganan air bersih baik Wialayah Utara maupun Selatan masih cukup besar.
Secara teknis Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di PDAM Kabupaten Subang dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) tipe yaitu :
1. SPAM dengan Sumber Mata Air;
2. SPAM dengan Sumber Air Tanah Dalam; 3. SPAM dengan Sumber Air Permukaan.
Kondisi Eksisting SPAM dengan Sumber Mata Air
SPAM dengan sumber mata air terdapat di tiga lokasi yaitu :
1. Cileuleuy dan Cibulakan dengan wilayah pelayanan Kecamatan Subang; 2. Cipondok dengan wilayah pelayanan Kecamatan Cisalak;
3. Jalancagak dengan wilayah pelayanan Kecamatan Jalancagak.
Tabel 7.30.
Kondisi Eksisting SPAM dengan Sumber Mata Air
No. Unit Instalasi SPAM Kondisi Eksisting
Baik Cukup Kurang Jelek
1. Kontinuitas, Kuantitas, Kualitas
Sumber Air √
Bangunan Boundcaptering √
Saluran Penampung Air Baku √
Reservoar √
Kinerja Sumber Air √
2. Pompa √
Water Meter √
Reservoar √
Tingkat Kebocoran √
Kinerja Unit Produksi √
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo. Unit Instalasi SPAM Kondisi Eksisting
Baik Cukup Kurang Jelek
Kondisi Water Meter Pelanggan √
Tingkat Kebocoran √
Kinerja Pelayanan √
Kondisi Dan Kinerja Keuangan √
Kondisi dan Kinerja Karyawan √
Sumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Secara garis besar seluruh unit SPAM masih berjalan dengan baik dengan kondisi meter induk cukup baik. Ada 3 (tiga) hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : jumlah dan kinerja peralatan dan instalasi dan sedikit sekali kebocoran di hanya kondisi meter induk, jumlah dan peralatan/perlengkapan kerja di lokasi.
Kondisi sumber mata air yang terdapat di Cabang Subang (Warung Loa dan Cibulakan) dan Unit Cisalak (Cipondok) sampai saat ini masih terganggu kontinuitas, kuantitas dan kualitasnya. Perlu sedikit modifikasi pada earasi untuk menurunkan Fe agar memenuhi standar air minum.
Bangunan penangkap air masih berfungsi dengan baik dan instalasi perpipaan transmisi masih memenuhi standar teknis dan berfungsi dengan baik. Yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan tercemarnya boundcaptering dari pencemaran limbah buangan domestik rumah tangga.
Meter air masih berfungsi dengan baik, tetapi perlu diperhatikan pengamanan bak meter air dari sampah dan kotoran, untuk itu bak meter air harus selalu tertutup. Pembukaan bak sebaiknya pada saat ada pemeriksaan meter air saja.
Beberapa valve perlu pembersihan dan perbaikan ringan agar tetesan-tetesan kebocoran kecil akan menjadi besar dan tak terkendali. Perlu diingat bahwa valve merupakan salah satu sumber kebocoran yang besar akibat pengoperasian yang kurang baik.
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gKondisi Eksisting SPAM dengan Air Tanah
Secara garis besar kondisi sumber air kurang baik, selain akibat menurunnya debit imbuhan air, juga kualitasnya telah teriterusi oleh air laut. Unit-unit yang dibangun oleh Cowi banyak yang telah mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, terutama di bagian produksi. Kondisi JDU, water meter dan tingkat kebocoran masih dalam batas wajar.
Tabel 7.31.
Kondisi Eksisting SPAM dengan Sumber Air Tanah
No. Unit Instalasi SPAM Kondisi Eksisting
Baik Cukup Kurang Jelek
1. Kontinuitas, Kuantitas, Kualitas Sumber Air √
Kondisi sumur √
Pompa sumur dalam √
Reservoar √
Kinerja Sumber Air √
2. Unit Chlorinasi √
Water Meter √
Reservoar √
Tingkat Kebocoran √
Kinerja Unit Produksi √
3. Kondisi Jaringan Pipa Distribusi √
Kondisi Water Meter Pelanggan √
Tingkat Kebocoran √
Kinerja Pelayanan √
Kondisi Dan Kinerja Keuangan √
Kondisi dan Kinerja Karyawan √
Sumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gdiatas disebabkan oleh faktor alami, oleh sebab itu perlu dipikirkan untuk kedepan mencari sumber daya air baku sebagai pengganti sumber air yang tidak memenuhi syarat tersebut. Pompa-pompa masih relatif baik, meskipun beberapa pompa perlu diganti motornya agar effisiensi pompa yang bersangkutan memenuhi estándar performance pompa. Valve-valve banyak yang bocor, segera dilakukan perbaikan atau penggantian. Oleh sebab itu, perlu peningkatan dalam hal pemeliharaan. Data-data pemeliharaan harus dikaji dengan seksama, agar tidak terjadi drop di tengah jalan, sehingga menimbulkan penghentian pelayanan air.
Kondisi reservoir relatif layak pakai, hanya masalah pemeliharaan rutin, seperti membersihkan bagian dinding dalam reservoir dan lingkungan luar dari sampah dan rumput perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi karyawan yang bertanggung jawab bidang kebersihan.
Kondisi Eksisting SPAM dengan Air Permukaan
Secara garis besar kondisi air permukaan masih relatif baik, seluruh sistem pengolahan air juga masih berfungsi dan beroperasi dengan baik, demikian juga kondisi JDU, water meter dan tingkat kebocoran masih dalam batas wajar.
Tabel 4.32.
Kondisi Eksisting SPAM dengan Sumber Air Tanah
No. Unit Instalasi SPAM Kondisi Eksisting
Baik Cukup Kurang Jelek
1. Kontinuitas, Kuantitas, Kualitas Sumber Air √
Bangunan Intake √
Pipa transmisi √
Rumah Pompa √
Kinerja Sumber Air √
2. IPA √
Water Meter √
Reservoar √
Tingkat Kebocoran √
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo. Unit Instalasi SPAM Kondisi Eksisting
Baik Cukup Kurang Jelek
3. Kondisi Jaringan Pipa Distribusi √
Kondisi Water Meter Pelanggan √
Tingkat Kebocoran √
Kinerja Pelayanan √
Kondisi Dan Kinerja Keuangan √
Kondisi dan Kinerja Karyawan √
Sumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Kondisi umum sumber air permukaan WTP Binong, Pamanukan dan Ciasem secara kontinuitas dan kualitas masih relatif bagus, tetapi yang perlu diantisipasi adalah perubahan kualitas air baku secara tiba-tiba. Untuk itu pengecekan kualitas air baku secara teliti, terutama pada musim penghujan perlu dilakukan secara kontinu, karena perubahan tersebut akan berdampak pada kualitas pengolahan selanjutnya. Bila terjadi pencemaran maka tidak menutup kemungkinan suatu saat (jangka panjang) instalasi-instalasi pengolahan akan membutuhkan pre-treatment untuk mengkondisikan kualitas air sebelum masuk sebagai air baku air minum.
Kondisi reservoir masih layak pakai, hanya masalah pemeliharaan rutin, seperti membersihkan bagian dinding dalam reservoir dan lingkungan luar dari sampah dan rumput perlu ditingkatkan.
Tabel 7.33.
Kondisi Eksisting SPAM PDAM Kabupaten Subang Tahun 2007
No. Kecamatan Nama Sumber
Jenis Sumber
Kondisi
Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan
Baik Kurang
Cibulakan Mata Air Kurang
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gUnit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan
Baik Kurang
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gB. Aspek Pendanaan
Pada saat ini PDAM Kabupaten Subang telah menerapkan seluruh prosedur, pencatatan dan pelaporan akuntansi yang secara umum sesuai dengan Peraturan Menteri Otonomi Daerah No. 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Sistem Akuntansi PDAM yang diterbitkan oleh Dirjen PUOD Menteri Dalam Negeri Tahun 2000.
Setiap tahun PDAM Kabupaten Subang membuat Laporan Manajemen dan Keuangan yang cukup informatif, yang terdiri dari Neraca, Arus Kas dan Laba/(Rugi).
Laba yang diperoleh tahun 2005 sebesar Rp.235.123.451,89 termasuk dari pendapatan non air sebesar Rp. 772.312.750,- atau dari pemasangan sambungan baru, dan laba tersebut belum dibebankannya kewajiban angsuran pinjaman sebesar Rp.1.016.412.029,40 dari plafon pinjaman sesuai dengan surat Perjanjian No. SLA-1141/DP3/2000 sebesar Rp. 3.154.854.152,- sehingga sampai dengan bulan Desember Tahun 2005 total sisa pinjaman adalah sebesar Rp. 4.171.266.181,40.
Nilai investasi yang telah ditanam berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mencapai Rp.35.098.218.330,99 sedangkan kekayaan Pemda Subang yang ditanam di PDAM per 31 Desember 2005 sebesar Rp.2.230.829.000,- dikurangi dengan Kontribusi setoran PADS sebagai uang muka deviden sebesar Rp.1.384.387.641,- berarti penyertaan Pemda Subang secara riil sebesar Rp.846.441.359,- atau 2.41 %
Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Subang untuk Tingkat Keberhasilan
Perusahaan tahun 2005 adalah ”BAIK” karena nilai yang dicapai sebesar 65,88 berada di antara 60 s/d 75 sesuai dengan Kepmendagri No. 47 tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999. Nilai yang dicapai tersebut masih sama bila dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar 62,03
sehingga masih termasuk klasifikasi Kinerja “BAIK”
C. Aspek Kelembagaan Dan Peraturan
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gTanggal 14 Nopember 1988 tentang Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi saat ini pada halaman berikut :
Jumlah Sambungan Aktif = 22.433 SL Ratio karyawan terhadap Jumlah 1.000 Sambungan = 8,34.
Tabel 7.34.
Data Pegawai Pusat/Cabang/Unit PDAM 31 Desember 2004
No. Pusat/Cabang
/Unit
Jumlah Karyawan
Banyak training yang pernah diikuti
0 1 - 2 3 - 4 > 5
1. Pusat 65 12 27 11 13
2. Cabang Subang 29 6 19 2 1
3. Cabang
Pamanukan 21 7 8 1 1
4. IKK Pagaden 5 1 3 - -
5. IKK Pusakanagara 2 - - - -
6. IKK Purwadadi 6 4 1 2 -
7. IKK Binong 4 1 4 - -
8. IKK Kalijati 8 1 6 - -
9. IKK Jalancagak 9 2 7 - -
10. IKK Compreng 8 2 5 2 -
11. IKK Cipunagara 5 3 3 1 -
12. Cabang Cisalak 8 5 4 - -
13. IKK Sagalaherang 5 2 5 - -
14. Cabang Ciasem
Blanakan 13 3 4 2 4
Jumlah 187 46 92 19 15
Persentase 100 % 26,7 % 53,4 % 11,4 % 8,7 %
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gGambar 4.7
Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Subang
7.3.3
Permasalahan Yang Dihadapi
Untuk Kabupaten Subang, permasalahan yang dihadapi adalah semakin berkurangnya lahan-lahan resapan air, yang mengakibatkan sumber air di mata air semakin sedikit.
Sasaran Penyediaan Dan Pengelolaan Prasarana Dan Sarana (PS) Air Minum
Untuk sasaran program pada sistem perpipaan Peningkatan akses air minum perpipaan meningkat dari 70 % menjadi 80 % dengan Kapasitas pelayanan air perpipaan mampu meningkat dari 76.000 jiwa menjadi 85.000 jiwa dan untuk sistem non perpipaan Peningkatan akses air minum perpipaan meningkat dari 10 % menjadi 20 %.
Rencana program air minum dalam pengembangan prasarana dan sarana air minum perpipaan melalui pembangunan adalah sebagai berikut :
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n g• Reservoir : 5 unit
• Pipa Distribusi : 10.000 meter • Unit retikulasi : 50 SR
Dan rencana air minum dalam pengembangan prasarana dan sarana air minum non perpipaan melalui pembangunan adalah sebagai berikut :
• Sumur Gali : 120 unit
• Sumur Pompa : 70 unit
• Bak Penambung Air Hujan : 10 unit • Air Permukaan : 8 unit
7.3.4
Analisis Permasalahan Dan Rekomendasi
Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum
Untuk analisis kondisi jumlah penduduk yang terlayani dan persentase yang terlayani pada tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.35 sampai dengan Tabel 4.39.
Tabel 7.10
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gSumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Tabel 7.11
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gSumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Tabel 7.12
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gSumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Tabel 7.13
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gSumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Tabel 7.14
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gSumber : Master Plan (Rencana Induk) SPAM Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang Tahun 2007
Analisis Kebutuhan Air
Tabel 7.15
Kebutuhan Air/Kapasitas Sistem Yang Diharapkan Tersedia di Kabupaten Subang Tahun 2009 - 2013
No. Kecamatan Kapasitas Sistem (Liter/detik)
2009 2010 2011 2012 2013
1 Subang 50 - - - -
2 Kalijati - - - 50 -
3 Dawuan - 50 - - -
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gNo. Kecamatan Kapasitas Sistem (Liter/detik)
2009 2010 2011 2012 2013
5 Cibogo - - - - -
6 Sagalaherang - - - - -
7 Serangpanjang 40 - - - -
8 Jalancagak - - - - -
9 Ciater - - - 20 -
10 Cisalak - - - - -
11 Kasomalang - - - - -
12 Tanjungsiang - 50 - - -
13 Cipeundeuy - - - - -
14 Pabuaran - 40 - - -
15 Patokbeusi - - - 50 -
16 Purwadadi - - - - -
17 Cikaum - - - - -
18 Pagaden - - - - -
19 Pagaden Barat 40 - - 50 -
20 Cipunagara - - - - -
21 Compreng - - - - -
22 Bimong - - - - -
23 Tambakdahan - - - - -
24 Ciasem - - - - -
25 Pamanukan - 40 - - -
26 Sukasari 50 - - - -
27 Pusakanagara - - - - -
28 Pusakajaya - - - - -
29 Legonkulon 50 - - - -
30 Blanakan - - - - -
TOTAL 230 180 170
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gRekomendasi
Dengan melihat kondisi eksisting dan permasalahan yang ada di Kabupaten Subang, untuk rekomendasi yang dibutuhkan dalam pengembangan sektor Air Bersih/Minum adalah sebagai berikut :
▪ Sambungan Rumah ▪ Reservoir
▪ Pipa Distribusi Primer dan sekunder ▪ Unit Retikulasi
▪ Optimalisasi Sistem Penyediaan Air Minum/Bersih saat ini
7.3.5
Sistem Prasarana Yang Diusulkan
Usulan Dan Prioritas Program
✓ Prioritas :1. Pemanfaatan kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity) berupa perluasan jaringan distribusi, Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU).
2. Optimalisasi
3. Pengurangan kebocoran teknis dan non teknis 4. Peningkatan kapasitas yang ada
✓ Usulan Program
1. Pengadaan dan Pemasangan Pipa 2. Konstruksi
3. Operasional dan Maintanance
Usulan Dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan Air Minum
L a p o r a n R P I J M
K a b u p a t e n S u b a n gPembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Pembiayaan yang bersumber dari APBN yang khusus menbiayai unit air baku dan unit produksi, sedangkan untuk APBD I dan APBD II khusus membiayai unit produksi dan unit
7.4
SEKTOR PENGEMBANGAN PLP
7.4.1
Air Limbah
Sasaran program/kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, yaitu :
▪ Pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2009 di semua Kabupaten/Kota;
▪ Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun;
▪ Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah;
▪ Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50 % di akhir tahun 2009.
Upaya pencapaian sasaran RPJMN tahun 2004 – 2009, kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan meliputi:
▪ Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan;
▪ Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman;
▪ Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman;
▪ Penguatan kelembagaan;