• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 14be6814d7 BAB VIIBAB 7FIX RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 14be6814d7 BAB VIIBAB 7FIX RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR 7-1

BAB VII

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

7.1. Pengembangan Permukiman

7.1.1. Kondisi Lingkungan Permukiman

Seiring bekembangnya Kabupaten Lebong menjadi salah satu

kabupaten yang sedang berkembangmaka mulai bermunculan

pembangunan pertokoan, perumahan dan perkantoran yangbegitu

pesat diberbagai sudut kota, dan pertambahan penduduk yamg relatif

cepattermasuk perpindahan pegawai yang sebelumnya berdomisili

diluar daerah, diperkirakankebutuhan perumahan dimasa mendatang

akan lebih besar. Mengingat mendesaknyapembangunan sarana dan

prasarana perkotaan sebagai wujud pertumbuhan danperkembangan

kota, untuk dapat mengendalikan pembangunan tersebut

lebihterarah,terencana dan berwawasan lingkungan maka pada tahun

2012 Pemerintah Kabupaten Lebong memproritaskan lebih dahulu

menyusun Rencana Tata RuangWilayah Kabupaten Lebong dan pada

tahun 2016 ini pemerintah sedang menyusun Rencana Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kawasan perumahan yang ada dewasa ini di perkotaan lebong

dapat dibedakanatas kompleks perumahan yang relatif telah tertata

baik dan perumahan yang belum tertata dengan baik. Perumahan

yang tertata baik umumnya adalah perumahan terencana yang

dibangun oleh BRR dan NGO, dan yang dibangun secara individu pada

(2)

LAPORAN AKHIR 7-2 dan jaringan jalan yang mendukungnya. Perumahan tipe ini dapat

dikelompokkan sebagai perumahan yang telah mantap/stabil

peruntukannya. Perumahan yang belum tertata dengan baik umumnya

adalah berupa kawasan kumuh yang tumbuh secara alami, dengan

jaringan jalan, saluran, yang sangat terbatas dan tidak teratur,

drainase dan saluran yang tidak memadai, peletakan bangunan yang

kurang teratur. Perumahan tipe ini dapatdikelompokkan sebagai

perumahan yang belum mantap, yang masihmemerlukan upaya-upaya

penataan berupa peningkatan atau perbaikan kualitas lingkungannya.

Pada beberapa lokasi, perumahan tipe ini yang berdekatan dengan

kawasan komersial (perdagangan dan jasa) sangat potensial untuk

beralih-fungsi atau terintegrasi dengan fungsi-fungsi komersial

tersebut.

Sementara itu pada lahan-lahan yang belum terbangun dewasa

ini, yang direncanakan sebagai kawasan perumahan baru sesuai

arahan tata ruang, haruslahdipersiapkan pengembangan jaringan jalan

baru, agar tidak terulang munculnya perumahan yang tidak terencana

atau tidak tertata dengan baik.

Dengan demikian rencana penanganan terhadap kawasan

perumahan ini perlu dibedakan atas 3 tipe kawasan perumahan, yaitu

kawasan perumahan yang telah sesuaiperuntukannya, kawasan

perumahan yang belum memenuhi syarat kesehatan, dan kawasan

(3)

LAPORAN AKHIR 7-3

7.1.2. Tujuan, Sasaran dan Keluaran Pembangunan

Permukiman di Kabupaten lebong

Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten

lebong mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (PSD

Permukiman) di Perkotaanmaupun Perdesaan (Kumuh/ Kumuh

Nelayan dan Kaum Dhuafa)

b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat,

aman, serasi, dan teratur;

c. Mengarahkan Pertumbuhan Wilayah Kabupaten lebong

(Transmigrasi Lokal);

d. Menunjang Kegiatan Ekonomi di Kawasan-Kawasan Terpilih

maupun Calon Kawasan

Strategis melalui Kegiatan Pengembangan Permukiman.Adapun

sasaran dari Pengembangan Permukiman Kabupaten lebong adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman;

b. Tersedianya perumahan type RSH di Perkotaan maupun di

Perdesaan Kabupatenlebong

c. Terarahnya pertumbuhan wilayah, terutama penyebaran penduduk

dengan terbangunnya permukiman baru;

d. Terdorongnya kegiatan ekonomi di Kawasan-Kawasan Terpilih

maupun CalonKawasan Strategis melalui Kegiatan Pengembangan

Permukiman

Keluaran/ Output dari Kegiatan Pengembangan Permukiman di

Kabupaten lebong antara Lain:

a. Tersedianya lahan siap bangun;

b. Tersedianya Sarana dan Prasarana (jalan, drainase, jaringan air

bersih) kawasan;

(4)

LAPORAN AKHIR 7-4 d. Tersedianya RSH siap huni;

e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak

perekonomian yang dinamis.

Prioritas Program Pengembangan Permukiman dalam jangka

mengengah di Kabupaten lebong ditujukan pada kawasan-kawasan

tertentu yang pemnanganannya dianggap mendesak, antara lain:

a. Kawasan Kumuh/ Kumuh Nelayan dan Kaum Dhuafa;

b. Kawasan Permukiman Baru untuk Pegawai Berpenghasilan

Rendah;

c. Kawasan Permukiman Baru sebagai Relokasi akibat bencana

Alam/Translok;

7.2. Penataan Bangunan Dan Lingkungan

7.2.1. Tujuan, Sasaran dan Keluaran Penataan Bangunan Dan

Lingkungan di Kabupaten lebong

Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

(PBL) Kabupaten lebongmempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Terwujudnya Tatanan Kota yang sehat, Nyaman, bersih dan

berkarakter;

b. Memenuhi kebutuhan PBL Perkotaan maupun Perdesaan meliputi

KoridorPerkotaan/ Pusat Jasa, Situs Budaya, Kawasan Wisata dan

Kawasan terpilih lainnyadi Kabupaten lebong;

c. Terwujudnya Penataan Lingkungan yang nyaman, indah dan

teratur yang memenuhidaya seni dan arsitektur modern;

d. Menggerakkan Pertumbuhan Perekonomian Wilayah Kabupaten

(5)

LAPORAN AKHIR 7-5 Adapun sasaran dari PBL Kabupaten lebong adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar struktur fisik kota yang baik dan

teratur;

b. Terdorongnya kegiatan Perekonomian Wilayah Kabupaten lebong

(Perkotaan danPerdesaan)

Prioritas Program Pengembangan Permukiman dalam jangka

mengengah di Kabupaten lebong ditujukan pada kawasan-kawasan

tertentu yang penanganannya dianggap mendesak, antara lain:

a. Kawasan Kumuh

b. Kawasan Permukiman Baru untuk Pegawai Berpenghasilan

Rendah;

c. Kawasan Permukiman Baru sebagai Relokasi akibat bencana

Alam/Translok;

d. Kawasan Wisata dan Situs Budaya/ Sejarah

7.2.2. Kawasan Perumahan Kumuh

Rencana penanganan terhadap kawasan perumahan yang belum

memenuhi syarat kesehatan lingkungan ini antara lain meliputi :

1) Bagi masyarakat yang berkategori miskin,yang kondisi rumahnya

sangat tidak layak huni dapat dikukan pembangunanrumah,

perbaikan atau pemugaran melalui program perumahaan kumuh.

2) Perbaikan penataan prasarana lingkungan yang memadai sehingga

kawasan inimenjadi kawasan yang ramah lingkungan dan

(6)

LAPORAN AKHIR 7-6 lingkungan mencakup: jalan lingkungan, saluran

drainase,penanganan limbah, sampah, dan ruang terbuka hijau

(RTH).

3) Dalam penataan baik perbaikan/pemugaran maupun peremajaan

tersebut di atas,dapat diterapkan pola pembangunan partisipatif

yang berbasis masyarakat, baikpada tahap perencanaan,

pembangunan, maupun pemeliharaan paskapembangunan.

7.2.3. Kawasan Permukiman Baru bagi Pegawai berpenghasilan

Rendah

Rencana pengembangan terhadap kawasan perumahan baru ini

meliputi :

1. Konversi atau alih-fungsi lahan yang belum terbangun (umumnya

lahan pertanian nonproduktif/tanah kosong) menjadi terbangun

sebagai kawasan perumahan bagiPegawai berpenghasilan rendah

untuk mendukung terselenggaranya penataanwilayah permukiman

(skala menengah dan besar) yang menunjang

kegiatanperkantoran, perdagangan dan lain-lain harus terencana

dengan baik yangberwawasan lingkungan, baik yang dilaksanakan

oleh pengembang (developer)maupuan oleh masyarakat. Dengan

kondisi lahan seperti ini sangat memungkinkandilakukan antara

lain dengan cara pengembangan lahan terarah dan

konsolidasilahan yaitu dengan membangun prasarana lingkungan

(7)

LAPORAN AKHIR 7-7 dapat mengarahkan keteraturan pembangunannyasekaligus

(8)

LAPORAN AKHIR 7-8

7.2.4. Kawasan Wisata dan Situs Budaya/ Sejarah

Rencana Pengembangan Kawasa Wisata dan Situs Budaya

diarahkan untukmeningkatkan fungsi fisik dan potensi kawasan yang

dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah. Kunjungan

wisata Lokal maupun dari luar daerah diharapkan mampu

meningkatkan image daerah serta peningkatan pendapatan

masyarakat setempat.

7.2.5. Kebutuhan Fasilitas Perumahan

Kebutuhan perumahan merupakan salah satu fasilitas yang

sangat penting dalam kehidupan masyarakat sebagai tempat tinggal

dan sangat berpengaruh dalamperkembangan suatu kawasan

perkotaan. Perhitungan kebutuhan perumahan sangat erat kaitannya

dengan pertumbuhan penduduk dimasa mendatang. Proyeksi

kebutuhan perumahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(9)
(10)

LAPORAN AKHIR 7-10

7.3. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

Pembinaan Teknis Bangunan Gedung adalah serangkaian

kegiatan yang diperlukansebagai bagian dari upaya pengendalian

pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,

baik diperkotaan maupun diperdesaan,khususnya wujud fisik

bangunan gedung dan lingkungannya.

Adapun strategi untuk Pembinaan Teknis Bangunan

Gedungantara lain:Menyelenggarakan penataan bangunan gedung

agar tertib,fungsional,andal dan efisien yang bertujuan agar

terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi

persyaratan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kemudahan,

sertaserasi dan selaras dengan lingkungannya sehingga sesuai dengan

sasaran yang dicapai yakni tersusunnya Perda bangunan, terwujudnya

bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi,terselenggaranya

pengawasan penyelenggaran bangunan gedung yang efektif dengan

melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan

gedung, terselenggaranya penyediaan aksebilitas bangunan gedung

umum, terlaksananya pendataan bangunan gedung,tercapainya

standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000,

terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan

wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan,terbentuknya

kelembagaan penataan bangunan dan lingkunan yang didukung oleh

SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukung,terwujudnya

pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan

(11)

LAPORAN AKHIR 7-11 Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar

produktif dan berjati diri dan bertujuan agar terwujudnya revitalisasi

kawasan dan bangunan pada lingkungan yang

sehat,serasi,teratur,produktif dan berkelanjutan sehingga sesuai

dengan sasaran yang dicapai yakni terwujudnya perbaikan lingkungan

permukiman kumuh, terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman

tradisional bersejarah, terlaksananya pengelolaan RTH,pemberdayaan

komunitas.

Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan

bangunan agar dapatmemberikan nilai tambah fisik, sosial dan

ekonomi yang bertujuan agar terwujudnya revitalisasi kawasan dan

bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik,

sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik sesuai dengan sasaran yang

akan dicapai yakni terlaksananya revitalisasi kawasan

strategis,terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk

menyelenggarakan revitalisasi kawasan.

Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan

gedung untuk menunjang pembangunan regional yang berkelanjutan

sehingga terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan

yang akan mengedepankan teknologi danrekayasa arsitektur yang

memenuhi standar internasional untuk menarik masuknya investasi di

(12)

LAPORAN AKHIR 7-12

7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pengolahan limbah,khusus nya limbah air bebas dilakukan

secara individu pada masing-masing rumah tangga dan secara

komunal memanfaatkan fasilitas umum,seperti jumbai umum atau

MCK.Sistem yang digunakan adalah ” on site ” (setempat)Untuk

pemukiman penduduk yang berada didekat sungai, pada umumnya

memamfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang airnya.

7.4.1. Sub Sektor Air Limbah

Belum ada penanganan khusus yang dilakukan terhadap

permasalahan limbah. Sebagian besar masyarakat/ rumah tangga

kurang peduli terhadap permasalahan air limbah. Hampir disetiap

sudut kota dan perdesaan terlihat genangan air kotor (mandi, cuci dan

air bekas lainnya). Penganganan terhadap limbah tinja juga masih

kurang dipahami, terutama pembangunan sistem sanitasi yang sehat

dan aman.

1. Kondisi Air limbah

Secara umum, masalah air limbah dan limbah manusia dikota ini

adalah

1. Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang menadai dan

umumnya kuranghygenis

2. Fasilitas MCK dan jamban umum biasanya kurang terpelihara

3. Fasilitas pengerasan lumpur biasanya kurang memadai, lokasi TPA

(13)

LAPORAN AKHIR 7-13 4. Kesadaran masyarakat akan kebersihan dan sanitasi masih rendah

Dari 27.938 KK yang bertempat di Kabupaten lebong sekitar 46 %

Fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site dengan

menggunakan cubbuk. Sedangkan yang menggunakan on site

kerumal seperti jamban umum atau MCK sekitar 20% dari jumlah

KK, dan yang lainnya menggunakan tempat terbuka atau sungai

untuk fasilitas pembuangan limbah manusia.

2. Analisis Prasarana Air Limbah

Pengembangan sektor air limbah dapat diarahkan terhadap

penyehatan lingkungan secara keseluruhan, terpadu dan

berkelanjutan. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membuat

data base kondisi sarana air limbah rumah tangga, perilku masyarakat

terhadap penanganan masalah limbah, dan kebutuhan sarana air

limbah untuk perumahan dan permukiman.

Tabel 7. 2. Perkiraan Air Buangan Kabupaten lebongPer

Kecamatan Sampai Tahun 2018

Kecamatan

Tahun 2018(liter/hari)

Jumlah kebutuhan air

bersih/KK Perkiraan air buangan/KK

Kec. Rimbo Pengadang 168.487,27 399

Kec. Topos 267.447,53 574,48

Kec. Lebong Selatan 511.460,14 3434

Kec. Bingin Kuning 454.894,78 1695,4

Kec. Lebong Tengah 498.792,20 1871,7

Kec. Lebong Sakti 367.178,16 1269,72

Kec. Lebong Atas 223.158,20 418,11

Kec. Pelabai 324.545,56 830,8

Kec. Lebong Utara 796.062,23 4417,61

Kec. Uram Jaya 236.895,26 442,75

(14)

LAPORAN AKHIR 7-14

Kec. Amen 338.659,70 881,9

Kec. Padang Bano 239.221,07 424,62

Jumlah 4.625.660,86 16990,27

Sumber : Hasil Analisis

Untuk menangani masalah air limbah, kepedulian dari semua pihak

sangat diperlukan, terutama masyarakat setempat

3. Sasaran Program

Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini,

diharapkan pada akhir periode program jangka menengah telah terjadi

kenaikan pelayanan prasarana air limbah walupun pada saat ini

sebagian kecil penduduk Kabupaten lebong diperkirakan masih

menggunakan cara pengelolaan limbah manusia secara konvensional

atau merubah sistem yaitu dengan membuang limbahnya di peraiaran

terbuka seperti di sungai, parit atau di tanah berupa kebun. Upaya

mencapai sarana program yang diinginkan akan dilakukan secara

bertahap.

7.4.2 Sub sektor persampahan

1. Rencana Pengembangan Persampahan

Untuk pelayanan persampahan di Kabupaten lebong direncanakan

penyediaan TPS, baik yang permanen (bak tertutup atau terbuka, dan

lokasi kontainer dengan landasan) maupun temporer (lokasi peletakan

sementara kontainer), sesuai dengan perkembangan fisik terbangun

yang akan dilayani. Sampah yang diangkut dari TPS akan dipindahkan

ke TPA dengan kontainer dan dilaksanakan oleh unit kerja Kantor LHPK

(Lingkungan Hidup dan Pelayanan Kebersihan). Sementara

(15)

LAPORAN AKHIR 7-15 dengangerobak sampah dan ditangani oleh masyarakat sendiri, yang

dikelola pada umumnya oleh perangkat tingkat RT/RW.

Untuk jangka panjang, dengan prinsip adanya partisipasi

masyarakat dalam penanganan sampah, selayaknya diterapkan

pemilahan sampah atas sampah organik dan sampahanorganik mulai

dari perumahan dan fasilitas sebagai penghasil sampah. Untuk itu

perlu didukung oleh pengadaan tong sampah (bin) yang berbeda untuk

masing-masing jenis sampah (misalnya perbedaan warna). Dengan

proses pemilahan ini, maka proses penanganan sampah secara door to

door akan lebih efisien dan lebih baik. Sedangkan untuk kawasan

komersil dan pasar, perlu disediakan transfer depo agar memudahkan

dalam pelaksanaan pelayanannya.

2.Analisis Prasarana Persampahan

Distribusi sampah di Kabupaten lebong pada saat ini masih

banyak dikelola sendiri olehmasing-masing warga dengan cara dibakar

maupun ditimbun. Sampai saat ini lokasi yang digunakan sebagai

Tempat Pembuangan Akhir berada di Desa Air Kopras, Kecamatan

Pinang Belapis. Selain itu untuk mendukung pelayanan penanganan

sampah di bantu oleh tempat penampungan sampah sementara di

beberapa lokasi yang dianggap strategis. Hanya saja tidak dipungkiri

masih banyak warga yang membuang sampah di sungai atau

bawah.Hal ke depannya perlu dilakukan penanganan segera, terutama

(16)

LAPORAN AKHIR 7-16 pelayanan yang baik.Analisis pengelolaan persampahan di Kabupaten

lebong menggunakan standar produksi sampah yaitu;

 2,5 liter/org/hari untuk sampah domestik, dan

 0,25 liter/org/hari untuk sampah nondomestik.

Untuk perencanaan kedepan, sistem pengelolaan persampahan

dilakukan dengan mempertimbangkan teknis operasional, sistem

pengelolaan, sistem pembiayaan, lokasi TPA, aturan-aturan dan peran

serta masyarakat. Adapun proyeksi timbunan sampah domestik dan

non domestik terbesar di KabupatenLebong pada tahun 2018 sebesar

48.017,5Liter/hari dan 4.801,8Liter/hari berada di Kecamatan Lebong

Utara, sementara proyeksi timbunan sampah terendah berada di

Kecamatan Pinang Belapis13.757,5 liter/hari untuk sampah domestik

dan 1.375,8liter/hari untuk sampah nondomestik. Untuk lebih jelas

mengenai proyeksi timbulan sampah di Kabupaten lebong dapat dilihat

pada table7.3.

Sampah merupakan produksi masyarakat yang selalu ada setiap

hari dari berbagai kegiatan. Oleh karena itu pengorganisasian sampah

perlu dirancang secara hirarki danterkoordinir dengan instansi terkait

(17)

LAPORAN AKHIR 7-17

Tabel 7. 3. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten lebong

Tahun 2018

Kecamatan Jumlah

penduduk Domestik (Liter/hr) Non domestick(Liter/hr)

Kec. Rimbo Pengadang 5.700 14.250,0 1.425,0

Kec. Topos 7.181 17.952,5 1.795,3

Kec. Lebong Selatan 17.170 42.925,0 4.292,5

Kec. Bingin Kuning 12.110 30.275,0 3.027,5

Kec. Lebong Tengah 12.478 31.195,0 3.119,5

Kec. Lebong Sakti 10.581 26.452,5 2.645,3

Kec. Lebong Atas 5.973 14.932,5 1.493,3

Kec. Pelabai 8.308 20.770,0 2.077,0

Kec. Lebong Utara 19.207 48.017,5 4.801,8

Kec. Uram Jaya 6.325 15.812,5 1.581,3

Kec. Pinang Belapis 5.503 13.757,5 1.375,8

Kec. Amen 8.819 22.047,5 2.204,8

Kec. Padang Bano 6.066 15.165,0 1.516,5

Jumlah 125.422 313.552,5 31.355,5

Sumber: Hasil Perhitungan Tim Konsultan

Perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana pembuangan

sampah di Kabupaten Lebong pada tahun proyeksi meliputi tong

sampah, alat angkut sampah, kontainer/TPS, stasiun transfer, DAM

TPSA. Jumlah masing-masing sarana dan prasarana pada tahun

proyeksi dapat dilihat pada tabel berikut.Sedangkan untuk

operasionalnya, maka sistem pelayanan sampah yang akan digunakan

antara lain sebagai berikut:

 Pewadahan sampah sebaiknya sesuai dengan volume yang dapat

diangkut dengan mudah oleh petugas dan diletakkan di tempat

yang mudah dilihat dandijangkau sehingga waktu pengumpulan

dapat dilakukan secepatnya,

 Pengumpulan sampah dengan menggunakan bak sampah, TPS,

(18)

LAPORAN AKHIR 7-18 disesuaikan dengan daerahyang akan dilayani. Pola individual, door

to door, diperuntukkan bagi daerahpermukiman dan

sumber-sumber sampahuntuk daerah komersial/pasar yang timbunan

sampahnya besar dan lahan yang tersedia terbatas.Frekuensi

pengumpulan dapat dilakukan pada waktu tertentu, minimal

sekalisehari dan maksimal tiga hari sekali dengan daerah

pelayanan tertentu dan tetap, sampah besar.

Sedangkan kontainer ditujukan :

 Pengangkutan, untuk menghemat waktu bongkar sampah di TPSA,

penggunaantruk biasa sebaiknya dihindari karena memakan waktu

lama. Penggunaan dumptruck sangat dianjurkan karena memiliki

kapasitas angkut lebih besar, mudah dancepat dalam

pembongkaran sampah sampai di TPSA,

 Pembuangan sampah akhir.Tempat Pembuangan Sampah Akhir

yang ada saat ini adalah sanitary landfill.

Tabel 7. 4. Perkiraan Kebutuhan Sarana Persampahan Tahun

2018

No Uraian Proyeksi

1 Jumlah Penduduk 125.422

2 Standard Produksi Sampah (liter/Orang/hari) 2,50

3 Produksi Sampah Domestik (m3/hr) 313,6

4 Produksi Sampah Nondomestik (m3/hr) 31,4

5 Jumlah Produksi sampah Total (m3/Hr) 344,9

6 Kebutuhan Sarana dan prasarana pengangkutan

sampah

- Bin/Tong (40 liter) 8.623

(19)

LAPORAN AKHIR 7-19 kali/hr )

- TPS/Kontainer(Kapasitas 10 m3 rit

Pengangkutan 3kali/hr) 11

- Truk sampah (Kapasitas 6 m3 pengangkutan 5

kali/hari) 11

- StasiunTransfer/20000 penduduk (Unit) 6 7 Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) / unit 1 Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel di atas memperlihatkan jumlah sampah yang dihasilkan

rumah tangga dan sampah bukan dari rumah tangga. Penangananatau

pengelolaan sampah menggunakan sarana tong sampah, gerobak

sampah yangper harinya 3 kali pengangkutan, kemudian di lengkapi

dengan TPS berupa container yang selanjutnya akan diangkut oleh

Truk sampah menuju tempat pembuangan akhir.

7.4.3 Sub Sektor Drainase

1. Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan

Semua program/ kegiatan Sub Bidang Drainase bertujuan untuk

mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan

yang bebas dari genangan. Pertumbuhan penduduk dan kepadatan

penduduk di perkotaan yang cepat menimbulkan tekanan terhadap

ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa

perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.

Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan

prasarana dan sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada

(20)

LAPORAN AKHIR 7-20 rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Drainase ini

mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor:

239/KPTS/1987 tentang Fungsi UtamaSaluran Drainase sebagai

drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir.

Selain itu harus memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya

dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah,

perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat

meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan

pemeliharaan.

2.Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari rencana program investasi infrastruktur

sub bidang drainase di Kabupaten lebong adalah sebagai pedoman/

panduan dalam penanganan drainase perkotaan sehingga dapat

melindungi kawasan Kota dari kerusakan lingkungan yang merugikan,

seperti: banjir/ genangan air, limpasan air hujan dari kawasan yang

lebih tinggi dan lain-lain.

3.Arah Kebijakan Penanganan Drainase

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase

perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep

drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma

lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air

penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh

(21)

LAPORAN AKHIR 7-21 bangunan resapan buatan/ alamiah, seperti: kolam tandon, waduk,

sumur resapan, penataan landscape dll.Arah untuk Pengembangan dan

Pembangunan sistem drainase perkotaan maupun perdesaan yang

dikelola oleh pemerintah Kabupaten lebong di tujukan pada daerah/

kawasan genangan, perkotaan,dan perdesaan. Jaringan drainase

utama diarahkan melalui jalur jalan arteri primer (Jalan Nasional)

khususnya untuk pembuangan run off pada pemukiman-pemukiman

yang tergolongSekunder diarahkan untuk kawasan perkotaan baik di

Ibukota Kabupaten maupun Kota-Kota Kecamatan serta Kawasan

Perdesaan yang mengalami masalah genangan air hujan/

banjirAdapun Kebijakan prioritas untuk penanganan drainase antara

lain:

a. Mengidentifikasi Kawasan-kawasan tergenang baik genangan

permanen maupungenangan periodik untuk dicarikan solusi

penyelesaiannya.

b. Melakukan revitalisasi drainase Utama yang tidak berfungsi akibat

berbagaipersoalan;

c. Melakukan studi kelayakan untuk peningkatan/ penambahan

volume dan panjangdrainase Utama pada kawasan-kawasan

strategis yang tergenang terutama kawasan permukiman padat

penduduk.

d. Melakukan evaluasi terhadap sistem drainase eksisting yang gagal

fungsi;Mendorong masyarakat agar berperan aktif dalam

(22)

LAPORAN AKHIR 7-22

4.Isu-isu Strategis dan Permasalahan Drainase Perkotaan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam penanganan drainase

perkotaan, antara lain:

- Kecenderungan perubahan iklim;

- Perubahan fungsi lahan basah;

- Mewabahnya Penyakit yang disebabkan oleh Air (Waterborn

Desease);

- Kenyamanan dan Kesehatan Lingkungan meningkatkan

Produktifitas;

- Miskoordinasi antar sektor;

5.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase

SesuaiRencana Tata Ruang Wilayah

Drainase merupakan saluaran pembuang air di permukaan

tanah, sehingga air dapat mengalir (tidak tergenang). Drainase yang

dimaksud, yaitu drainase permukaan yang berdasarkan perbandingan

relatif lamanya air tergenang di permukaan tanah. Atas dasar ini

dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tergenang periodik, tidak

tergenang, dan tergenang terus.

Kondisi topografi Kabupaten Lebong yang relatif tidak datar

dengan ketinggian bervariasi antara 500-1000 mdpl di 58,8% wialayah

Kabupaten Lebong, 33,44% berada di1000-1500 mdpl, dan sisanya

7,76% berada di 0-500 mdpl. Kondisi ini menarik selainterdapat

kemudahan dalam pembangunan juga menimbulkan permasalahan

terutamadalam mengalirkan air buangan. Sehingga ditemukan adanya

genangan pada musimhujan maupun tidak pada musim hujan,

sehingga dapat diklasifikasikan antara daerahyang tergenang secara

(23)

LAPORAN AKHIR 7-23 menimbulkan terjadinya genangan atau limpasan air permukaan

terutama di kota-kota kecamatan, adalah sebagai berikut:

a. Penyumbatan pada gorong-gorong,

b. Saluran penuh endapan/sampah,

c. Kapasitas saluran yang ada tidak mencukupi,

d. Belum adanya sistem jaringan drainase yang baik.

Pengaliran air hujan saat ini dilakukan melalui drainase yang

dialirkan ke sungai-sungai terdekat, kemudian dibuang ke laut.

Daerah aliran sungai atau acapkali disebut DAS menurut UU

Sumber Daya Air No. 7 tahun 2004, adalah suatu wilayah daratan

yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,

berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal

dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di

laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas

daratan.

Tabel 7. 5. Hidrologi DAS Kabupaten lebong

Sumber : Data Pokok Kabupaten lebong Tahun 2009

Kelestarian sumber daya hutan, tanah dan air perlu dijaga untuk

kelangsungan pembangunan nasional dan daerah. DAS berdasarkan

fungsi, yaitu bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang

(24)

LAPORAN AKHIR 7-24 terdegradasi, antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan

vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit),

dan curah hujan. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan

air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan sosial dan ekonomi, antara lain dapat diindikasikan dari

kuantitas air, kualitas air, kemampuanmenyalurkan air, dan ketinggian

muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti

pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Sedangkan bagian hilir

didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk

dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,

yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan

menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan

pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Drainase adalah saluran pembuangan air hujan. Pemanfaatan

lahan di daerah aliran sungai terutama di kawasan terbangun

dibutuhkan drainase sebagai saluran air pembuangan. Tetapi seperti

umumnya drainase di Indonesia, jaringan drainase di wilayah

perencanaan pada saat ini digunakan juga dimanfaatkan sebagai

saluran air buangan domestik dan nondomestik dengan kondisi

jaringan menggunakan sistem terbuka. Jaringan drainase ini

diperlukan untuk kawasan budidaya terutama kawasan permukiman.

Jaringan drainase ini menggunakan aliran sungai sebagai drainase

utama. Arah kebijakan Pemerintah Kabupatren lebong dalam

(25)

LAPORAN AKHIR 7-25 dan permukiman penduduk dari banjir dan genangan air hujan yang

(26)

LAPORAN AKHIR 7-26

6.Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase Saat Ini

Saluran drainase utama Kota lebong pada umumnya masih

memanfaatkan sungai yang ada dan saluran pengairan yang saat ini

telah berkembang menjadi saluran drainase Kota lebong. Penanganan

drainase perkotaan selama ini dihubungkan dengan saluran drainase

utama yang telah ada. Pada titik-titik lokasi tertentu, kawasan

perkotaan masih ada genangan akibat luapan/ limpasan yang

disebabkan drainase perkotaannya kurang optimal atau tidak sesuai

lagi dimensi badan saluran karena tekanan terhadap ruang dan

lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan

perdagangan menjadi kawasan terbangun. Berikut data genangan di

Kabupaten Lebong :

Tabel 7. 6. Data Genangan Kabupaten lebong

(27)

LAPORAN AKHIR 7-27

Sumber : Dokumen MPS Kabupaten Lebong

7.Aspek Teknis Penanganan Drainase Perkotaan

Dampak dari perubahan status kota lebong menjadi Ibu Kota

Kabupaten, mulaibermunculan berbagai jenis pembangunan

mengakibatkan terjadi perubahan dari areal persawahan menjadi areal

permukiman dan infrastrukturnya, sehingga akan berpengaruh

terhadap saluran drainase yang ada sekarang. Kondisi saluran/

drainase Kota lebongsaat ini banyak yang belum optimal,

permasalahan yang sering dihadapi antara lain:

- Badan saluran terdapat endapan, sampah dll;

- Saluran rusak;

- Gorong-gorong tersumbat;

- Diameter/ dimensi saluran tidak sesuai;

- Elevasi saluran yang tidak baik;

- Saluran irigasi juga sebagai drainase kota;

- Pemeliharaan yang kurang.

8.Aspek Kelembagaan

Pelayanan drainase perkotaan di Kabupaten lebong terutama

dalam kawasanPerkotaan, Baik Perkotaan Ibukota Kabupaten maupun

Kota-Kota Kecamatan dikelola oleh Bidang Cipta Karya dan Bidang

Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten lebongOpersasi dan

Pemeliharaannya dilakukan bersama antara Pemerintah

Daerah,dengan peranserta aktif dari masyarakat setempat, baik

masyarakat perkotaan, pengelolapasar maupun masyarakat perdesaan

(28)
(29)

LAPORAN AKHIR 7-29

9.Aspek Pendanaan

Pendanaan dalam penanganan drainase baik perkotaan maupun

pedesaan masih sangatmengharapkan dukungan dari Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintah Pusat mengingatkemampuan pendanaan

dana dari Kabupaten relatif kecil. Peranserta aktif masyarakatsetempat

yang ditunjukkan selama ini dapat mengurangi biaya operasional

danpemeliharaan dari Pemerintah.

10. Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat/ pihak swasta dalam penanganan

drainase masih terbatas,terutama pada lingkungan rumah dan

perumahan. Sehingga diharapkan semua pemilikkepentingan/

pemangku kebijakan melakukan kesepakatan/ kesediaan untuk aktif

dalampembangunan organisasi pengelola/ pemeliharaan saluran

drainase perkotaan ini, sepertibergotong-rayong.

Kesadaran masyarakat Kabupaten lebong dalam hal

pemeliharaanaluran drainase di beberapa tempat patut diberikan

apresiasi yang tinggi namun sebagianbesar komunitas tidak peduli

malah menjadi aktor-aktor perusak lingkungan denganmemanfaatkan

badan air saluran sebagai “Tempat Pembuangan Akhir”, Pada masa

lalu,masyarakat Kabupaten lebong baik di Perkotaan maupun

Perdesaan sudahmembuktikan bahwa keterlibatan mereka dalam

penanganan ringan drainase (pemeliharaan berkala yang dikomandoi

lembanga adat) dapat mewujudkan lingkunganyang bersih dan sehat.

Pemerintah Kabupaten lebong, dengan bantuan dan

(30)

LAPORAN AKHIR 7-30 menghidupkan kembali kearifan adat di masa lalu untuk diterapkan

ditengah-tengah masyarakat terutama dalamhal penanganan drainase

dan persampahan.

11. Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang umumnya dihadapi dalam hal pengelolaan

drainase baik di perkotaanmaupun di perdesaan Kabupaten lebong

lebih kepada faktor manusia danlingkungannya sendiri. Kurangnya

akses air buangan dari sumber ke drainase indukmenjadi

permasalahan lain yang perlu segera ditangani. Mengingat

pertumbuhan fisikkota yang begitu cepat, pembangunan gedung yang

kurang memperhatikansaluran pembuang dan pemahaman

pengembang dan masyarakat yang masih belummemadai menjadikan

kondisi ini semakin kompleks.

Dari segi faktor manusia dapat dilihatdari kesadaran sebagian

masyarakat yang membuang sampah dan benda keras lainnyake

dalam saluran yang ada sehingga penyumbatan dan penyempitan

saluran seringkaliterjadi. Dari segi Faktor Lingkungan, kebanyakan

drainase yang ada tidak cukup memilikikemiringan disebabkan semua

kota dan pemukiman padat yang ada di lebongterdapat pada kawasan

yang topografinya rata (flat) sehingga penyumbatan yang terjaditidak

dapat digelontor oleh daya/ aliran air yang ada.

A. Permasalahan Sistem Drainase yang Ada

Permasalahan yang sering dihadapi dalam penanganan

(31)

LAPORAN AKHIR 7-31 - Dimensi saluran sudah tidak mampu lagi menampung air

limpasan;

- Penyempitan badan saluran terutama di tepi jalan akibat

beban jalan dan longsoran;

- Daya resapan air yang berkurang karena permukaan tanah

dasar drainase memadat,sebagian telah tertutup material

padat, seperti: bangunan, jalan dll;

- Banyaknya sampah dan sedimentasi pada badan saluran;

- Kurangnya perhatian perencana dan pelaksana di bidang ini

terhadap elevasi saluran;

- Sebagian besar Gorong-Gorong (Box Culvert) yang melintasi

Jalan-Jalan Utama sudah pecah/ hancur sehingga aliran air

dari hulu ke hilir tersumbat dan terjadi genangan di banyak

titik pada musim hujan baik di perkotaan maupun di

lingkungan permukiman perdesaan.

B. Sasaran Penanganan Drainase

Sasaran penanganan drainase baik di perkotaan maupun

di perdesaan ditujukan pada kawasan rawan genangan air

dengan mengoptimalkan saluran drainase perkotaan yang ada,

revitalisasi saluran drainase, dan pembangunan baru saluran

drainase serta kampanye sehat melalui pemanfaatan dan

pemeliharaan serta pemulihan fungsi drainase di lingkungan

permukiman baik di perkotaan maupun perdesaan. Penanganan

drainase dilakukan secara terpadu dan terkendali antar sektor.

(32)

LAPORAN AKHIR 7-32 kawasan pemukiman potensial baik di perkotaan maupun

perdesaan akan bebas genangan untuk emnciptakan kawasan

yang sehat dan nyaman.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan drainase perkotaan di Kota lebong antara lain:

a. Banyaknya endapan dan sampah pada badan saluran;

b. Pemeliharaan saluran/ drainase yang terbatas;

c. Dimensi saluran/ drainase yang tidak sesuai lagi dengan

kondisi lapangan;

d. Elevasi saluran/ drainase kurang diperhatikan;

e. Masih mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase kota.

D. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Kabupaten lebong memiliki iklim tropis yang ditandai

dengan perbedaan musim antaramusim penghujan dan musim

kemarau. Kondisi iklim sangat penting menjadi pertimbangan

dalam perencanaan suatu saluran/ drainase, selain itu kondisi

aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS).

Data curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Lebong

sebesar 148,25 mm pada tahun 2015 dengan curah hujan

tahunan tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Desember sebesar

276mm dengan jumlah hari hujan 16 hari, dan curah hujan

terendah rara-rata pada bulan Septembersebesar 1 mm dengan

(33)

LAPORAN AKHIR 7-33

Tabel 7. 7. Tabel Data Curah Hujan Dirinci Per Bulandi

Kabupaten Lebong Tahun 2015

Sumber: Lebong Dalam Angka 2016

12. Analisis Kebutuhan

Curah hujan yang dipergunakan sebagai acuan rancangan

bangunan drainase adalah curah hujan sesaat atau curah hujan jangka

pendek. Curah hujan jangka pendek dinyatakan dengan intensitas

hujan atau kelebatan hujan dalam satuan mm/jam. Besarnya

intensitas hujan ini setiap daerah berbeda disebabkan topografi daerah

hujan dan kekerapan/ frekuensi kejadian hujan.Penanganan drainase

perkotaan di Kota lebong untuk mengurangi atau bahkanmeniadakan

(34)

LAPORAN AKHIR 7-34 a. Pengangkatan dan pembersihan endapan dan sampah pada badan

saluran;

b. Pembangunan baru, perbaikan, revitalisasi dan pemeliharaan

saluran/ drainase;

c. Rehabilitasi/ perbaikan dimensi saluran drainase;

d. Penyediaan dan perbaikan bak kontrol;

e. Penyesuaian elevasi saluran/ drainase;

f. Tidak mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase kota.

g. Memberikan penyuluhan secara terstuktur bagi masyarakat

h. Meningkatkan SDM Pengambil Kebijakan (Aparatur Pemda),

Perencana (Konsultan) dan Pelaksana (Kontraktor) lokal

13. Analisis Sistem Drainase

Sistem drainase yang ada saat ini masih belum menunjukkan

hirarki yang tegas sesuai dengan fungsinya masing-masing. Maka

perencanaan drainase/Master Plan dan DED sangat dibutuhkan untuk

kawasan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten lebong agar dapat

menjaga dan memelihara faktor yang dapat menyebabkan banjir,

antara lain:

a. Daerah tangkapan air (cacthment area)

b. Penggunaan lahan terus berkembang yang merubah fungsi.

c. Tempat tampungan air dan sumur resapan yang diperlukan agar

dapat menghambatlimpasan air hujan sebelum masuk ke badan

saluran drainase.

(35)

LAPORAN AKHIR 7-35 e. Debit puncak saluran pada saat hujan dan pasang surut

permukaan air laut.

f. Dimensi saluran, gorong-gorong, dan box culvert.

g. Pembangunan drainase di arahkan sevara terintegrasi antar sektor

(PLN, PDAM,Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup)

14. Alternatif Penyelesaian Masalah

Penanganan drainase perkotaan dilakukan dengan mencari

sumber permasalahan genangan air yang terjadi dalam kawasan

perkotaan. Untuk penyelesaian drainase secara keseluruhan harus

dimulai dengan studi dan menyusun Master Plan Drainase agar

penanganan drainase perkotaan dapat ditangani secara menyeluruh

dan tepat sasaran.Himbauan dan penyuluhan kepada masyarakat agar

tidak membuang sampah di badan saluran.

Penyesuaian dimensi saluran yang disesuaikan dengan kondisi

lapangan saat ini. Perencanaan drainase perlu dilakukan agar

berfungsi secara optimal untuk mengalirkan air dengan membuat

sekmenpada masing-masing kawasan sehingga air tidak berkumpul

pada satu daerah dan begitu juga saluran yang berada di kedua sisi

jalan sesuai dengan kapasitas atau intensitas pemanfaatan ruang/

kegiatan/ pada kawasan masing-masing.Rekomendasi Penanganan

drainase perkotaan khususnya di kawasan Kota lebongantara lain yang

dapat dilakukan adalah:

- Pengangkatan dan pembersihan endapan dan sampah pada badan saluran;

(36)

LAPORAN AKHIR 7-36 - Rehabilitasi/ perbaikan dimensi saluran/ drainase;

- Penyesuaian elevasi saluran/ drainase;

- Tidak mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase kota.

15. Rencana Jaringan Drainase

Untuk jangka menengah dan jangka Panjang, Rencana Investasi

Jaringan Drainase Perkotaan dan Perdesaan diarahkan pada sistem

yang terencana, terpadu dengan memperhatikan prinsip-prinsip

keberlanjutan lingkungan hidup:

a. Sistem drainase perkotaan yang diusulkan yaitu dengan

mengoptimalkan drainasekota yang telah ada dengan melakukan

perbaikan-perbaikan saluran yang telahrusak.

b. Untuk Ruas Jalan Baru dan Jalan Utama (Arteri, Kolektor, dan

Jalan UtamaLainnya) sistem Drainase dilakukan secara Terpadu

antar Sektor (PU,PLN,PDAM, Lingkungan Hidup)pembangunan dan

peningkatan saluran tanah

7.5. Pengembangan Air Minum

Pelayanan air bersih Kota lebong akan terdiri atas sistem

perpipaan dan sistem non-perpipaan. Sistem perpipaan direncanakan

dalam jangka panjang akan melayani sampai 80 % kebutuhan

penduduk yang terdiri dari jaringan pipa primer, pipa sekunder, dan

pipa tersier, dan sisanya oleh sistem non-perpipaan. Sistem perpipaan

akan mengikuti pola jaringan jalan. Sistem non-perpipaan adalah

dengan memanfaatkan air tanah dangkal untuk perumahan (dengan

(37)

LAPORAN AKHIR 7-37 air tanah dalam). Sejalan denganupaya untuk membatasi eksploitasi

air tanah, maka untuk perumahan direncanakanpelayanan air bersih

perpipaan sampai 80 % pada jangka panjang, sementara untuk

industri diarahkan pada pengembangan industri baru yang tidak lapar

(38)

LAPORAN AKHIR 7-38

(39)

LAPORAN AKHIR 7-39

7.5.1. Gambaran Umum Sistem Air Minum

1.Sistem Pengelolaan

Sistem perpipaan saat ini dikelola ditingkat kecamatan dan

sehubungan dengan pemekaran Kabupaten, kondisi seperti ini harus

segera dievaluasi dan dikelola olehPemerintah Daerah Ditingkat

Kabupaten sehingga nantinya akan dapat diperhitungkan dalam aset

daerah dan menjadi sumber PAD bagi daerah itu sendiri.

2.Cakupan pelayanan

Cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten lebong masih dalam

taraf berkisar 40 %.Sehubungan dengan Millenium development Goals

(MDGs)dan komitmen pemerintah pusat terhadap peningkatan taraf

kesehatan masyarakat dimana Kebutuhan masyarakat akan konsumsi

air bersih merupakan hal yang paling utama untuk diperhatikan.

Ditinjau dari prasarana dan sarana yang tersedia, Kabupaten lebong

memiliki kapasitas produksi air bersih yang cukup. Berdasarkan realita

tersebut maka pemerintah dalam hal ini Pemda tingkat dua

bekerjasama dengan pemda tingkat satu dan Pemerintah Pusat untuk

memikirkan peningkatan kapasitas produksi air bersih di Kabupaten

lebong sehingga cakupan pelayanan mencapai >80% dari total

(40)

LAPORAN AKHIR 7-40

3.Daerah pelayanan

Daerah pelayanan air bersih di Kabupaten lebong baru terlayani

di beberapa kecamatan saja, hal inidikarenakan ketidak adanya

prasarana dan sarana instalasi pengolahan. Prioritaspelayanan

kedepan lebih dititik beratkan pada kecamatan yang belum memiliki

(41)

LAPORAN AKHIR 7-41

Gambar 7.2Peta Skematik Jaringan Air Minum Perkotaan

(42)

LAPORAN AKHIR 7-42

4.Sumber air

Sumber Air Baku di Kabupaten lebong berasal dari PDAM TTE

(Tirta Tebo Emas)yang memiliki 15 sumber air. Namun, dengan

banyaknya bencana alam seperti longsor dan banjir membuat PDAM

TTE mengalami kekeringan atau kesulitan di 2 sumber air yang

tersedia. Hal ini berdampak pada pelayanan PDAM yang terlihat tidak

maksimal di beberapa titik kecamatan. Ditambahkan, 13 sumber air

PDAM lainnya, meskipun juga terjadi penurunan debit air, tapi tetap

dioptimalkan kelancarannya.

Tabel 7.8. Daftar Sumber Air Aktif PDAM TTE Kabupaten Lebong

KECAMATAN LOKASI JENIS KAPASITAS (L/detik)

CAKUPAN WILAYAH

Lebong Utara Mata Air Palembang di Desa Ladang

Lebong Sakti Mata Air Magelang

di Desa Magelang Mata Air 15 Lebong Sakti Mata Air Dadam di

Desa Taba Kauk Mata Air 15 Lebong Sakti Mata Air Sebuwok di

Desa Ujung Tanjung Mata Air 15 Lebong Sakti Lebong Selatan Mata Air Danau

Lupang di Desa Manai

Mata Air 22 Bingin Kuning, Lebong Selatan

Mata Air Kucing di Desa Sawah

Bingin Kuning Mata Air Pacua Penok di Desa Bungin

Mata Air 20 Bingin Kuning, Lebong Sakti

Air Piantan di Desa

Talang Kerinci Air Permukaan 80

(43)

LAPORAN AKHIR 7-43 di Kelurahan Rimbo

Pengadang

Pengadang

Mata Air Tik Kersip

di Desa Bioa Sengok Mata Air 25

Rimbo Pengadang

Air Sungai Tik Kodok

di Desa Talang Ratu Air Permukaan 195

Rimbo Pengadang, Lebong Selatan Air Ketelang di Desa

Talang Ratu Air Permukaan 210

Tapus, Rimbo Pengadang

Pinang Belapis Air Musnaw di Desa

Air Kopras Air Permukaan 190

Muara Aman, Lebong Utara

Pelabai Air Belimeu di Desa

Gunung Alam Air Permukaan 180

Lebong Atas, Air Beneng di Desa

Tik Sorong Air Permukaan 100 Topos Air Tik Sapet di Desa

Tik Sorong Air Permukaan 90 Topos

Lebong Atas Air Santan di Desa

Tik Tebing Air Permukaan 30

Lebong Atas dan Pelabai Sumber : Dokumen PDAM TTE Kabupaten Lebong

5.Kapasitas sistem

Ditinjau dari jam operasi, kapasitas sistem yang ada masih

sangat terbatas. Hal iniperlu segera perhatian dari pemerintah, baik

pemerintah daerah maupun pemerintahpusat. Umur dari sistem yang

ada pun sudah tergolong tua. Kondisidemikian perlu dilakukan

pembaharuan teknologi/re-technology.

7.5.2. Kondisi Sistem Prasarana Dan Sarana Air Minum

Kondisi Sistem prasarana dan sarana air minum yang ada belum

memadai artinnya masih dalam taraf air bersih dan perlu dilakukan

(44)

LAPORAN AKHIR 7-44

7.5.3. Analisis Prasarana Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk

dalam melangsungkankegiatan sehari-hari, sehingga dalam upaya

pemenuhannya harus optimum. Ketersediaan air bersih sangat

tergantung pada sumber air yang dapat diolah dan dimanfaatkan.

Sistem distribusi dalam penggadaan air bersih di Kabupaten lebong

masih mengikuti pola lama yaitu pada saat masih dalam bagian

wilayah Kabupaten lebong, yaitu ada 2 cara, melalui sistem perpipaan

(PDAM) dan sistem nonperpipaan (swadaya masyarakat). Untuk

daerah–daerah yang belum terlayani oleh PDAM, kebutuhan air bersih

pada umumnya menggunakan pompa tangan, sumur gali, mata air

dan sungai.

Dalam memprediksi kebutuhan air bersih total, analisisnya

dibedakan menjadi kebutuhan air domestik serta nondomestik.

a. Kebutuhan Domestik Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air

bersih untuk rumah tangga dengan standar kebutuhan air

perkotaan sebesar 80 liter/orang/hari

b. Kebutuhan Nondomestik Kebutuhan nondomestik adalah

kebutuhan air bersih untuk kegiatan perdagangan dan perkantoran

serta fasilitas sosial. Standar yang digunakan adalah 20%

hingga25% dari total kebutuhan air bersih untuk kegiatan

domestik. Sedangkan untuk pelayanan umum menggunakan 10%

(45)

LAPORAN AKHIR 7-45 Selain itu dalam perhitungan kebutuhan air bersih untuk

Kabupaten Lebong juga harus mempertimbangkan kehilangan air

(tingkat kebocoran) dan kebutuhan air pada hari maksimum.Beberapa

persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a) Penyediaan kebutuhan air bersih

1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup

dari perusahaanair minum atau sumber lain sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, dan

2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau

sistem penyediaanair bersih lingkungan, maka tiap rumah

berhak mendapat sambungan rumahatau sambungan halaman.

b) Penyediaan jaringan air bersih

1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan

sambungan rumah,

2) Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa pvc, gip atau

fiber glass;dan

3) Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan

menggunakan gip.

c) Penyediaan kran umum

1) Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa,

2) Radius pelayanan maksimum 100 meter,

3) Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30

liter/orang/hari, dan

4) Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan sni

(46)
(47)

LAPORAN AKHIR 7-47

7.6. Prasarana Air Limbah

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah

sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam

peraturan/perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata

cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di

perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara

Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman

tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan

perumahan yang berlaku.

Air buangan merupakan air sisa yang dihasilkan oleh kegiatan

rumah tangga, kegiatan komersil maupun kegiatan dalam rangka

pelayanan umum. Hal ini menjadi penting mengingat kondisi tersebut

menjadi penilaian dalam perencanaan jaringan/saluran drainase,

sehingga menjadi kesatuan pelayanan yang baik. Jumlah besaran air

limbah buangan diasumsikan 80% dari jumlah kebutuhan air bersih

per kecamatan di Kabupaten lebong. Untuk lebih jelas dapat di lihat

pada tabel perkiraan air buangan pada tahun proyeksi per kecamatan

di Kabupaten lebong.

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang

harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a) Tangki septik,

b) Bidang resapan, dan

(48)

LAPORAN AKHIR 7-48 Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem

pembuangan air limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan

plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan membuat tangki septik

tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan

sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat

disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara

pengolahan lain.Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang

resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan

bersama yang dapat melayani beberapa rumah.Fakta di lapangan

masih ada masyarakat yang membuat/mendirikan WC langsung ke

parit-parit. Walau dari pihak pemerintah sudah melakukan penyuluhan

dan sosialisasi penggunaan tangki septik, dan telah dilakukan

pembersihan, tetap saja beberapa masyarakat mendirikannya kembali.

Hal ini juga menjadi pekerjaan bagi perangkat daerah dalam

melakukan program ke depannya. Sehingga diharapkan setiap unit

bangunan tempat tinggal akan memiliki unit tangki septik sendiri.

7.7. Rencana Aksi Investasi Bidang Infrastruktur Kabupaten

lebong

7.7.1. Program Penataan Bangunan Dan Lingkungan

1. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

1) Desiminasi Peraturan Perundang-Undangan

2) Peningkatan/ Pemantapan Kelembagaan Bangunan Gedung

(49)

LAPORAN AKHIR 7-49 4) Pelatihan Teknis Tenaga Pendata Harga Satuan dan

Keselamatan Bangunan Gedung

5) Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

6) Pembinaan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

7) Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

8) Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung

9) Percontohan Pendataan Bangunan Gedung

10) Percontohan Aksessibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan

Dukungan Sarana dan Prasarana Pusat Informasi

Pengembangan Permukiman dan Bangunan

2. Penataan Lingkungan Permukiman

1) Bantuan Teknis Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

2) Bantuan Teknis Penataan RTH

3) Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan

Permukiman Kumuh

4) Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan

Permukiman Nelayan

5) Dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan

(50)

LAPORAN AKHIR 7-50

Tabel 7.9 MatriksProgram Sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan

TAHUNI TAHUNII TAHUNIII TAHUNIV TAHUNV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

I Peraturan Penataan

Bangunan 14 Kawasan 5 Kawasan 4 Kawasan 2 Kawasan 2 Kawasan 1 Kawasan

II Penyelenggaraan

Bangunan Gedung 12 Bangunan 3 Bangunan 3 Bangunan 2 Bangunan 2 Bangunan 2 Bangunan

III Penyelenggaraan

Penataan Bangunan 27 Ha 6,5Ha 6,5Ha 4,5Ha 3 Ha 6,5Ha

7.7.2. Program Pengembangan Permukiman

1. Pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh

1) Penataan dan Peremajaan Kawasan

2) Bantuan Teknis Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

3) Penyusunan Ranperda RP2KPKP

4) Peningkatan Kualitas Permukiman

2. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

1) Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan

Desa

2) Pengembangan Kawasan Agropolitan

3) Pengembangan PS Kawasan Eks Transmigrasi

5) Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

6)Penanganan Infrastruktur Desa Terpencil dan Desa

(51)

LAPORAN AKHIR 7-51 3. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Rawan

Bencana dan Pasca Bencana

1) Pembangunan Infrastruktur Pemukiman Rawan Bencana

2) Pengembangan Kawasan Relokasi Bencana

Tabel 7.10. Matriks Program Sektor Pengembangan Kawasan

Permukiman

TAHUN I TAHUNII TAHUNIII TAHUN IV TAHUN V

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

I Kawasan Permukiman Kumuh 5.150,18 4.635,00 4.403,40 4.183,20 3.974,12 3.576,71 II Kawasan Permukiman Perdesaan 46.565 41.906,97 39.813,01 37.822,11 35.931,75 32.338,58 III Kawasan Permukiman Khusus (Pasca Bencana) 92,62 83,36 79,19 75,23 71,47 64,323

7.7.3. Program Pengembangan PLP

1. Program Pengelolaan Drainase

1. Peningkatan Kelembagaan Pengelolaan Drainase

1) Perkuatan intuisi dan SDM

2. Pengembangan Pengelolaan

1) Pengembangan perencanaan (master plan/outline plan,

feasibility study, detailengineering design (DED)

2) Peningkatan/ Pembangunan Saluran Baru

3) Pemeliharaan Bangunan Pelengkap

4) Pembuatan Sumur Resapan

5) Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan

6) Rehabilitasi Saluran dan Bangunan

(52)

LAPORAN AKHIR 7-52 1) Penyuluhan/ Kampanye dan Peningkatan Partisipasi

Masyarakat

2) Pengembangan Pelibatan Swasta

Tabel 7.11. Matriks Program Pengelolaan Drainase

NO. KAWASAN KONDISI

EKSISTING

SASARAN PROGRAM

TAHUN I TAHUNII TAHUNIII TAHUNIV TAHUNV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Kawasan Komersial(%) 2 5 8 12 14 20

2 Kawasan Permukiman (%) 3 5 7 10 12 75

3 Tidak Terlayani (%) 95 90 85 78 74 5

Sumber : Dokumen SSK Kab. Lebong 2013

2. Program Pengelolaan Persampahan

1. Kelembagaan

1) Perkuatan intuisi dan SDM

2. Teknis Operasional

1) Pengembangan perencanaan dan Program

2) Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana

3) Pewadahan dan Pengumpulan Sampah

4) Pemindahan dan Pengumpulan Sementara

5) Sistem Pengangkutan

6) Pengembangan TPA Regional

7) Pengembangan Pengelolaan Gas dari TPA melelui Clean

Development Mechanism (CDM)

8) Pengembangan Pengelolaan Sampah Terintegrasi dengan

Pengelolaan Air Limbah dan Drainase

3. Sistem Pembiayaan

1) Pengembangan Mekanisme Pendanaan

2) Pengembangan Mekanisme Pembiayaan

4. Peraturan/ Perundangan

1) Pengembangan Pengaturan Persampahan

(53)

LAPORAN AKHIR 7-53 1) Pengembangan peran serta masyarakat

2) Pengembangan Peran serta Swasta

Tabel 7.12. Matriks Pengelolaan Persampahan

NO. SISTEM

KONDISI EKSISTING

(%)

SASARAN PROGRAM(%)

TAHUN I TAHUNII TAHUNIII TAHUNIV TAHUNV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber : Dokumen SSK Kab. Lebong 2013

3. Program Pengelolaan Air Limbah

1. Peningkatan Kelembagaan Pengelolaan Air Limbah

1) Perkuatan intuisi dan SDM

2. Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistem On Site

1) Pengembangan perencanaan (master plan/outline plan,

feasibility study, detailenginering design (DED)

2) Penyediaan PS sanitasi sistem on-site

3) Pembangunan PS sanitasi sistem on site skala komunitas

berbasis masyarakat(SANIMAS)

4) Penyediaan Prasarana pengumpulan lumpur tinja (truk tinja)

5) Pembangunan IPLT

6) Peningkatan operasi dan pemeliharaan sistem Pengelolaan

lumpur tinja

(54)

LAPORAN AKHIR 7-54 b. '- IPLT

3. Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistem Off Site

1) Pembangunan PS air limbah mendukung kawasan RSH

2) Peningkatan Operasi dan pemeliharaan :

a. '- Sistem Jaringan Perpipaan

b. '- IPLT

4. Peningkatan Pendanaan

1) Pengembangan sistem pembiayaan pengelolaan air limbah

2) Peningkatan mekanisme retribusi

3) Pengembangan mekanisme peningkatan sumber

pembiayaan

5. Pengembangan Peraturan/ Perundangan

1) Penyediaan Peraturan dan Pedoman Layak Guna

2) Penerapan Sanksi dan Reward

6. Peningkatan Peranserta Masyarakat Dan Swasta

1) Penyuluhan/ Kampanye dan Peningkatan Partisipasi

Masyarakat

2) Pengembangan Pelibatan Swasta

Tabel 7.13. Matriks Pengelolaan Air Limbah

NO. SISTEM

KONDISI EKSISTING

(%)

SASARAN PROGRAM(%)

TAHUN I TAHUNII TAHUNIII TAHUNIV TAHUNV

(55)

LAPORAN AKHIR 7-55

3 Lain-lain Tidak Memenuhi Syarat 57 57 53 46 38 29

B Sistem Off-site 0 0 0 0 0 0

1 Skala Kota 0 0 0 0 0 0

2 Skala Wilayah 0 0 0 0 0 0

Total 100 100 100 100 100 100

Sumber : Dokumen SSK Kab. Lebong 2013

7.7.4. Program Pengelolaan Air Minum

1. Penurunan Kebocoran

1) Pengadaan

a. Paket 1. Distribusi Bagi

i. '- Pengadaan Pipa 150 mm

ii. '- Pengadaan Pipa 100 mm

b. Paket 2. Distribusi Pelayanan

i. '- Pengadaan Pipa 75 mm

ii. '- Pengadaan Pipa 50 mm

c. Paket 3. Sambungan rumah

i. '- Pengadaan Accessories

ii. '- Pengadaan water meter

2) Konstruksi

a. Paket 1. Distribusi Bagi

i. '- Pengadaan Pipa 150 mm

ii. '- Pengadaan Pipa 100 mm

(56)

LAPORAN AKHIR 7-56 176

i. '- Pengadaan Pipa 75 mm

ii. '- Pengadaan Pipa 50 mm

c. Paket 3. Sambungan rumah

i. '- Pengadaan Accessories

ii. - Pengadaan water meter

2. Peningkatan Kapasitas Dan Perluasan Layanan

1) Pembebasan Lahan

2) Bangunan Penangkap air

3) Bangunan Produksi

4) Peralatan Mekanikal elektrikal bagian produksi

5) Utilities Gedung

6) Recervoir dan Fasilitas Distribusi

7) Jaringan PIPA

8) Crossing (Sungai dan jalan)

9) Meter Induk

10) Koneksi

11) Supervisi

12) Detail Engineering Desain

13) Training dan Penyuluhan

14) Studi air Baku

15) Administrasi Proyek

(57)

LAPORAN AKHIR 7-57

Tabel 7.14. Matriks Kebutuhan Sektor Pengembangan SPAM

Sumber : Data PDAM TTE Kabupaten Lebong

NO. URAIAN SASARAN PROGRAM

KONDISI EKSISTING

SASARAN PROGRAM

TAHUN I TAHUNII TAHUNIII TAHUNIV TAHUNV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Sistem Perpipaan

Kebocoran (%) 60 % 50% 40% 30% 15% 10%

Cakupan

PelayananPenduduk (%) 25,04 % 32% 40% 48% 58% 63,5% Kapasitas Terpasang 74,24 Lt/Detik 81,66Lt/Detik 89,09Lt/Detik 96,51Lt/Detik 107,65Lt/Detik 111,36Lt/Detik Idle Capacity 14,84 Lt/detik 13,36Lt/Detik 12,02Lt/Detik 10,82Lt/Detik 9,20Lt/Detik 8,74Lt/Detik

2. Sistem Bukan Perpipaan

Cakupan

(58)

-58

Tabel 7.15. Matriks Usulan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

KODE

KEGIATAN

URAIAN KEGIATAN

LOKASI

VOLUME

SATUAN

APBN

2413

Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan

24.622.207.000

2413.001

Peraturan Penataan Bangunan

5.550.000.000

2413.001.002

Penyusunan Standar/Pedoman Bidang Penataan Bangunan

5.550.000.000

Penyusunan RTBL Kawasan Kota Lama Muara aman

Kampung Muara Aman

1

RUU/RPP/SPK

1.000.000.000

Penyusunan RTBL Kawasan Danau Tes

Tes

1

RUU/RPP/SPK

600.000.000

Penyusunan Desain dan DED Kawasan Kota Lama Muara aman

Pasar Muara Aman

1

RUU/RPP/SPK

350.000.000

Penyusunan Desain dan DED Kawasan Danau Tes

Tes

1

RUU/RPP/SPK

350.000.000

Penyusunan studi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kab.Lebong

Pasar Muara Aman

1

RUU/RPP/SPK

250.000.000

Penyusunan Desain dan DED Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kab.Lebong

Pasar Muara Aman

1

RUU/RPP/SPK

350.000.000

Penyusunan RTBL Kawasan Danau 7 Warna

Air Dingin

1

RUU/RPP/SPK

250.000.000

Penyusunan DED Kawasan Danau 7 Warna

Air Dingin

1

RUU/RPP/SPK

300.000.000

Penyusunan RTBL Kawasan Suban Air Panas

Air Putih

1

RUU/RPP/SPK

200.000.000

Penyusunan DED Kawasan Suban Air Panas

Air Putih

1

RUU/RPP/SPK

250.000.000

Penyusunan DED Pusat kota Tubei dan Pemerintahan

Pelabai

1

RUU/RPP/SPK

600.000.000

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Lebong

Kabupaten Lebong

1

RUU/RPP/SPK

500.000.000

Penyusunan RTBL Kawasan Danau Menghijau (Danau Lupang)

Mubai

1

RUU/RPP/SPK

250.000.000

Penyusunan DED Kawasan Danau Menghijau (Danau Lupang)

Mubai

1

RUU/RPP/SPK

300.000.000

2413.003

Penyelenggaraan Bangunan Gedung

13.820.000.000

2413.003.002

Pembangunan Bangunan Gedung Hijau

13.820.000.000

Pembangunan Gedung Kantor Dinas Perumahan, Permukiman dan Perhubungan

Lebong Atas

1

Unit

1.200.000.000

Gambar

Tabel 7. 2. Perkiraan Air Buangan Kabupaten lebongPer
Tabel 7. 3. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten lebong Tahun 2018
Tabel 7. 4. Perkiraan Kebutuhan Sarana Persampahan Tahun 2018
Tabel di atas memperlihatkan jumlah sampah yang dihasilkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti memilih kegiatan employee relations untuk diteliti, hal tersebut karena belum ada penelitian mengenai employee relations dalam hal family gathering di

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung sebagai instansi pemerintah memiliki posisi strategis dalam pengembangan dakwah Islam. Salah satu hal yang menjadi

[r]

Bupati/Walikota sudah membentuk lembaga yang menangani rehabilitasi hutan dan lahan (misalnya Dinas yang mengurusi kehutanan atau Kelompok Kerja RHL), maka lembaga ini

Roda gigi merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari suatu poros ke poros yang lain dengan rasio kecepatan yang konstan dan memiliki

Karena itik, entog dan mandalung merupakan unggas air diduga pengukuran produksi panas pada saat pemberian pakan produksi uap air (H 2 O) meningkat, kelembaban dan

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia, terlihat bahwa proporsi kejadian anemia lebih tinggi pada kelompok usila yang

Laskar Wanita Mintarjo, Komplek Perkantoran Gunung Gare Kota Pagar Alam mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2014, seperti