• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1509232861BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYAAA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1509232861BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYAAA"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 7 RENCANA

PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA

KARYA

(2)

7.1 Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman diidentifikasikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas

lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,

serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau pedesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan

perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman

kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan

perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan

perundangan, antara lain :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(3)

masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya

kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Pasal 4 mengamatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),

penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan

(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh (butir f)

3. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun

khusus, dan rmuah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah sarunya terkait dengan penanggulangan kawasan

kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayananan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di

kawasan perkotaan sebesar 0% pada tahun 2019.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

7.1.2.1 Isu Strategis

Isu-isu general yang dapat ditangkap untuk perkembangan permukiman dan

perkembangan perumahan di perkotaan Kabupaten Lampung Timur:

a. Embrio aktifitas kota tersebar sepanjang jalur Lintas Timur Kabupaten Lampung

Timur. Aktifitas kegiatan cenderung linier, mulai dari pintu masuk Kabupaten

Lampung Timur hingga sepanjang jalur Lintas pantai Timur, yang sekarang disebut

(4)

fasilitas umum dan fasilitas sosial hingga permukiman didominasi

pertumbuhannya hanya pada layer pertama pada koridor ini.

b. Kondisi ‘stag’ di ibukota Kabupaten Lampung Timur sekaligus pusat pemerintahan.

Kondisi ini dapat dilihat bahwa tidak mengalami perkembangan terutama sektor

perekonomian karena faktor kultural masyarakat, seiring dengan tidak

berkembangnya pertumbuhan perumahan baru.

c. Pusat-pusat permukiman perkotaan dan sistem jaringan infrastruktur tidak

terdefinisi dan terintegrasi secara jelas. Kondisi tersebut dapat dilihat bahwa

pertumbuhan permukiman pada satu kawasan, sebagai permukiman kampung

dengan pertumbuhan perumahan baru memiliki infrastruktur yang tidak saling

terintegrasi. Demikian halnya dengan jalan-jalan akses perumahan baru yang tidak

terintegrasi dengan sistem jaringan utama perkotaan, seperti sistem jaringan

jalan, sistem jaringan drainase maupun sistem pembuangan persampahan.

stag

Invasi lahan

konservasi dan lahan produktif dan area pesisir maupun bantaran sungai

Embrio aktifitas kota tersebar sepanjang koridor Lintas Pantai Timur/ Lintas Timur Pusat-pusat

permukiman

(5)

Gambar 7.1Isu-isu General Perkembangan Permukiman Kabupaten Lampung Timur

d. Invasi lahan konservasi dan lahan produktif, dimana kondisi ini mulai tampak pada

kawasan-kawasan konservasi, seperti Taman Nasional dan lahan produktif, seperti

pertanian/ sawah, kawasan pesisir dan bantaran yang seharusnya memiliki

sempadan baik sebagai jalur inspeksi maupun proteksi pesisir maupun bantaran.

e. Menurunnya Kualitas Lingkungan Permukiman

Penurunan kualitas lingkungan permukiman terutama pada kawasan perkotaan,

seperti di Labuhan Maringgai, Bandar Sribawono, Way Jepara, Pekalongan dan

Sukadana yang pada umumnya dihuni oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan

rendah, termasuk khususnya yang berada di daerah bantaran sungai,pasar, muara

sungai dan pantai. Penurunan kualitas lingkungan terkait dengan menurunnya

kemampuan masyarakat didalam memelihara prasarana dan sarana dasar

lingkungannya.

f. Keberadaan Kawasan Permukiman Kumuh

Di Kabupaten Lampung Timur masih banyak ditemukan kawasan permukiman

kumuh, baik dalam lingkup kecil (tersebar) maupun lingkup luas dan

terkonsentrasi (kawasan) khususnya pada kawasan perkotaan seperti di Labuhan

Maringgai, Bandar Sribawono, Way Jepara, Pekalongan dan Sukadana.

Keberadaan kawasan permukiman kumuh membawa persoalan yang rumit karena

terkait dengan masalah status tanah, kultur sosial budaya, ekonomi masyarakat,

dan penyediaan sarana prasarana lingkungan. Proses penanganan kawasan

permukiman kumuh belum ada realisasi yang kongkrit dan masih sebatas

studi-studi perencanaan dan penataan lingkungan.

Adapun kajian isu-isu permukiman yangberpengaruhterhadap

pengembanganpermukiman saat ini di Kabupaten Lampung Timurdapat dilihat pada

tabel berikut.

(6)

No Isu Strategis Keterangan 1 Embrio aktifitas kota tersebar sepanjang jalur Lintas

Timur Kabupaten Lampung Timur

Aktifitas kegiatan cenderung linier, mulai dari pintu masuk Kabupaten Lampung Timur hingga sepanjang jalur Lintas pantai Timur, yang sekarang disebut jalur Lintas Timur. 2 Kondisi ‘stag’ di ibukota Kabupaten Lampung Timur

sekaligus pusat pemerintahan

Ibukota Kabupaten (Sukadana) tidak mengalami perkembangan terutama sektor perekonomian karena faktor kultural masyarakat, seiring dengan tidak

berkembangnya pertumbuhan perumahan baru

3 Pusat-pusat permukiman perkotaan dan sistem jaringan infrastruktur tidak terdefinisi dan terintegrasi

Jalan akses perumahan baru yang tidak terintegrasi dengan sistem jaringan utama perkotaan, seperti sistem jaringan jalan, sistem jaringan drainase maupun sistem pembuangan persampahan

4 Invasi lahan konservasi dan lahan produktif Kawasan konservasi, seperti Taman Nasional lahan produktif, seperti pertanian/ sawah, kawasan pesisir dan bantaran yang

seharusnya memiliki sempadan baik sebagai jalur inspeksi maupun proteksi pesisir maupun bantaran.

5 Penurunan kualitas lingkungan permukiman Kawasan perkotaan Labuhan Maringgai, Bandar Sribawono, Way Jepara, Pekalongan dan Sukadana yang pada umumnya dihuni oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah, termasuk khususnya yang berada di daerah bantaran sungai, pasar, muara sungai dan pantai

6 Keberadaan Kawasan Permukiman Kumuh Labuhan Maringgai, Bandar Sribawono, Way Jepara, Pekalongan dan Sukadana terkait dengan masalah status tanah, kultur sosial budaya, ekonomi masyarakat, dan penyediaan sarana prasarana lingkungan. 7 Menghilangnya Budaya Rumah/Permukiman Berciri

Tradisional

Dinamika perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan besarnya tekanan pengaruh luar.

8 Kelembagaan Perumahan Belum mantapnya sistem dan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

9 Tata Ruang dan Pembangunan Permukiman Pertumbuhan permukiman dan perumahan belum dibawahi dalam satu kawasan khusus, seperli KASIBA (Kawasan Siap Bangun) dan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun).

10 Terjadinya Masalah Lingkungan dan Bencana yang serius

Bencana banjir.

(7)

7.1.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang akan mendominasi pengunaan

lahan. Kebutuhan akan perumahan dan permukiman akan meningkat sejalan dengan

pertumbuhan penduduknya. Kondisi ideal yang diharapkan adalah bila setiap keluarga

menempati 1 unit tempat tinggal. Diasumsikan bahwa satu keluarga berjumlah 5 jiwa,

asumsi ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan perumahan sedang

bagi perhitungan ruang bagi pengembangan perumahan dan permukiman yang

didasarkan pada asumsi luas rata-rata persil rumah yang ditepati.

Pusat permukiman sebagai salah satu ciri kawasan perkotaan dimana pada daerah

tersebutmempunyaikegiatanutamabukanpertaniandengansusunanfungsikawasanseba

gaitempatpermukiman perkotaan,pemusatan dan distribusi pelayananjasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan

ekonomi.Seiringdenganpertambahanjumlahpenduduk,kepadatanpendudukKabupaten

Lampung Timur selama tahun 2002 – 2006 mengalami kenaikan hingga pada tahun2006

sebesar177 jiwa/km2. Berdasarkan kriteria tingkat kepadatan penduduk di

KabuaptenLampungTimur,

dapatdiinterpretasikanbahwakawasanpadatpendudukmempunyaicirikekotaan.Kecama

tan yangmempunyaitingkatkepadatan pendudukdibawah170 jiwa/km2 merupakan

kawasan yang memiliki kepadatan penduduk rendah danmemilikiciri kekotaan yang

rendah pula. Kecamatan yang tergolong kategori ini adalah : Kecamatan Way

Bungur, Braja Selebah, Marga Sekampung, Labuhan Ratu dan Sukadana.Sedangkan

kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk 171-290 jiwa/km2 termasuk kategori

kawasan dengan kepadatan penduduk sedang dan dapat dikatakan sudah mulai

memiliki tingkatkekotaan yanglebihtinggi,meliputi: Kecamatan Kibang, Bumi Agung,

Gunung Pelindung, Melinting, Pasir Sakti, Raman Utara, Waway Karya, Purbolinggo,

Batanghari Nuban, Bandar Sribhawono, Marga Tiga, Jabung, Way Jepara dan

Sekampung Udik.

Kawasan dengan tingkatkepadatan tinggi di Kabupaten Lampung Timur

(8)

Kecamatan Mataram Baru, Pekalongan (angka kepadatan terbesar mencapai 430

jiwa/km2), Batanghari Sekampung dan Labuhan Maringgai.

Secara umum, kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Timur terdiri atas

kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. Luaskawasan

daerah permukiman di Kabupaten Lampung Timur berdasarkan RTRW adalah

6.80 persen dari total luas pemanfaatan lahan di Kabupaten Lampung Timur atau

dengan luas mencapai ± 36.226,70 hektare.

Perkembangan ekonomi wilayah yang sangat dinamis akan berpengaruh terhadap

sebaran penduduk di wilayah bersangkutan. Kecenderungan sebaran penduduk

mengikuti perkembangan industri, perdagangan dan jasa perdagangan di sepanjang

jalur regional.

Karakteristi wilayah dengan kepadatan yang tinggi di Kabupaten Lampung Timur dapat

dikatakan sudah memiliki tingkat kekotaan yang tinggi juga. Hal tersebut dipengaruhi

oleh kegiatan yang banyak didominasi oleh kegiatan dan usahaperdagangan , jasa dan

industri serta munculnya sarana dan prasarana dasar yang tumbuh sebagai akibat dari

adanya aglomerasi kawasan permukiman.

Sedangkan karakteristik wilayah dengan tingkat kepadatan rendah hingga sedang,

cenderung memiliki ciriwilayah perdesaan. Hal ini dipengaruhi olehkegiatan

penduduknya yang banyak didominasi oleh kegiatan dan usahapertanian. Kawasan

perdesaan banyak tersebar hampir merata diseluruh wilayah Kabupaten Lampung

Timur. Sebagian besar kawasan permukiman perdesaan lebih berorientasi pada

lahanpertanian dan perkebunan.Karakteristikaktivitas

pedesaanmerupakankawasanagraris, sehingga kegiatan keseharian dan

mobilitas penduduk banyak terjadi hanya dari rumah tempat tinggal hingga areal

persawahan/ perkebunan mereka.

Tabel 7-2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Lampung Timur

(9)

1 Surat Keputusan Bupati Lampung Timur

B. 89/15/SK/2014 Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Lampung Timur

Menetapkan lokasi lingkunganperumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Lampung Timur tahun 2014.

Sumber : SK Bupati Lampung Timur, Tahun 2014

Kondisi rumah dan lingkungan permukiman di Kabupaten Lampung Timur secara umum

cukupbaikjika dilihat dari kondisi kelayakan hunian,keamanan,dan kenyamanan.

Namun demikian, di Kabupaten Lampung Timur juga masih terdapat daerah yang

termasuk kawasan permukiman yang kurang layak huni, kawasan yang termasuk

permukiman kurang layak huni tersebar dibeberapa desa antara lain terdapat di daerah

kawasan bantaran sungai,pasar, muara sungai dan pantai seperti Labuhan Maringgai,

Bandar Sribawono, Way Jepara, Pekalongan dan Sukadana.

Kondisi permukimandi kawasan tersebut

cenderung tidak teratur,kondisi Prasarana dan

Sarana Dasar (PSD) yang ada kurang tertata dengan

baik.Karakteristik permukiman kumuh di

Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut:

1) Kondisi fisik lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan,

yaitu tidak tersedianya prasarana dan sarana dasar (PSD) permukiman.

2) Tata letak bangunan yang tidak teratur dan kondisi fisik bangunan yang tidak layak

huni , material / bahan bangunan yang digunakan umumnya bersifat semi permanen

atau non permanen.

(10)

3) Kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini

dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan terhadap lahan perumahan, semakin

tingginya harga tanah dan tingkat perekonomian dan penghasilan masyarakat di

kawasan tersebut yang tergolong rendah.

Tabel 7-3Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Lampung Timur

NO Kecamatan Kelurahan Lingkup RW

1 Labuhan

Margasari Dusun 10 dan

11

Sumber: Sumber : SK Bupati Lampung Timur, Tahun 2014

Keterangan *) Data Tidak tersedia

Jika dilihat dari kondisi bangunan rumah di Kabupaten Lampung Timur dapat

dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu rumah permanen, semi permanen dan

temporer. Kriteria pengelompokkan ini berdasarkan pada penilaian visual yang

dilakukan pada saat observasi di Kabupaten Lampung Timur.

a) Rumah Permanen

Merupakan rumah yang menggunakan batu dan beton sebagai bahan

konstruksinya. Bangunan rumah permanen banyaknya terdapat pada wilayah

perumahan/pemukimanperkotaan, pusat pendidikan, perkantoran dan perumahan

yang berada di sepanjang jalan utama.Pola rumah permanen bersifat linear

(11)

Kondisi Permukiman di Kabupaten Lampung Timur Sekitar Jalan LintasKabupaten

b) Rumah semi permanen

Rumah yang sebagian menggunakan konstruksi batu, sementara sisanya

menggunakan kayu atau bahan sejenisnya. Bangunan dengan konstruksi semi

permanen banyak terdapat pada wilayah kecamatan-kecamatan yang sedang

berkembang. Pola rumah semi permanen ini kebanyakan bersifat linear

disepanjang jalan utama dan menyebar diwilayah-wilayah yang masih luas.

c) Rumah Temporer

Bangunan dengan konstruksi temporer merupakan bangunan yang sifatnya

sementara dan bahan bangunannya menggunakan kayu atau bambu. Jenis

bangunan ini tidak mengelompok pada suatu kawasan perumahan, tetapi

lokasinya menyebar. Kebanyakan berada dilokasi perkebunan dan pertanian.

Status kepemilikan rumah di kabupaten Lampung Timur dibedakan dalam

beberapa kategori diantaranya Milik sendiri, Kontrak, Sewa, Sewa Beli, Rumah Dinas,

Rumah Milik Anggota, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 7-4Rumah Tangga dan Status Penguasaan Tempat Tinggal Di Kabupaten Lampung Timur

No StatusPenguasaan BangunanTempatTinggal

JumlahRumah

Tangga Persentase(%)

1 Miliksendiri 213.353 91,56

2 Kontrak 3.441 1,40

(12)

4 Belisewa 6.020 2,58

5 RumahDinas 903 0,39

6 Rumahmilikorangtua 7.224 3,10

Jumlah 233.048 100

Sumber : RTRW Lampung Timur 2011–2031

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa status penguasaan bangunan tempat

tinggal milik sendiri di Kabupatan Lampung Timur sebanyak 213.353 unit atau setara

91,56% dari jumlah rumah tangga menempati jumlah tertinggi dalam penguasaan

bangunan. Hal ini berarti mudahnya membangun rumah bagi penduduk Kabupaten

Lampung Timur karena ketersediaan lahan yang cukup serta dapat memanfaatkan

bahan bangunan lokal yang ada dan murah untuk membangun rumah. Selain itu,

pemanfaatan tenaga kerja setempat dapat mengurangi angka pengangguran desa.

Tabel 7-5 Data Kondisi RSH

No Lokasi RSH (nama kaw, kec & kel)

Tahun

Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni

Kondisi Prasarana CK

Yang Ada 1

2

3

Sampai dengan saat ini program pengembangan Rumah Sederhana Sehat (RSH) di

Kabupaten Lampung Timur belum ada sehingga program pembangunan prasarana cipta

karyayang akan dikembangkan pada kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH) seperti

(jalan lingkungan/drainase/ MCK/SPAM, TPST dan sebagainya) tidak dapat terlaksana.

Oleh karena itu kedepannya pemerintahdaerah harus dapat melakukan upaya untuk

memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilanrendah dan

terjangkau.Pemenuhan kebutuhan tersebut salah satunya dengan pengadaanRumah

Sederhana Sehat (RSH). Walaupun RSH diperuntukkan bagi masyarakatberpenghasilan

rendah,tetapi RSH harus layak, terjangkau, memenuhi persyaratankesehatan,

keamanan dan kenyamanan serta berwawasan lingkungan.

(13)

1

2

3

Pengertian rumah susun sederhana sewa (RUSUNAWA) yaitu bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian

yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan

merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status

penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi

utamanya sebagai hunian.

Sampai dengan saat ini program pengembangan rumah susun sederhana sewa di

Kabupaten Lampung Timur belum ada sehingga program pembangunan prasarana cipta

karyayang akan dikembangkan pada kawasan Rusunawa seperti (jalan

lingkungan/drainase/ MCK/SPAM, TPST dan sebagainya) belum terlaksana.

Tabel 7-7Data Program Perdesaan

No Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa

Program Tahun 2013

1 Drainase/Saluran Jalan Batanghari Nuban Sukacari 449.00 Hok -

-2 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Gunung Tiga 59.00 M3 -

-3 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Cempaka Nuban 8.00 M3 -

-4 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Cempaka Nuban

-

-5 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Cempaka Nuban

-

-6 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Gedung Dalam -

-7 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Gedung Dalam

-

-8 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Kedaton Induk -

-9 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Kedaton Induk

-

-10 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Kedaton Induk

-

(14)

-No Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa

12 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Tulung Balak

-

-13 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Tulung Balak

-

-14 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Batanghari Nuban Tulung Balak

-

-15 Drainase/Saluran Jalan Gunung Pelindung Nibung 14.00 M3 -

-16 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Gunung Pelindung Pelindung Jaya

-

-17 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Gunung Pelindung Pelindung Jaya 66.00 M3

-

-18 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Taman Pajar 23.00 M3 -

-19 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Taman Endah 22.00 M3 -

-20 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Purbolinggo Taman Endah 1.00 unit

-

-21 Saluran Irigasi (Pembawa,

Pembuang) Purbolinggo Tanjung Inten 9.00 M3

-

-22 Jalan Telford/Onderlaagh Way Bungur Tanjung Tirto 52.00 M3 -

-23 Jalan Telford/Onderlaagh Way Bungur Toto Projo -

-24 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Toto Projo 6.00 M3

-

-25 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Toto Projo

-

-26 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Way Bungur Toto Projo

-

-Program Tahun 2012

1 Sumur Bor Sukacari 3 Unit -

-2 Jalan Telford/Onderlaagh Gunung Tiga 4,470 meter -

(15)

-No Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur

20 Jalan Telford/Onderlaagh Taman Bogo 1416meter -

-21 Jalan Telford/Onderlaagh Tanjung Inten 1534meter -

-22 Talud Way Mili 1,043meter -

-1 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Sukacari 1604meter -

-2 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Sukacari 5unit

-

-3 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Gunung Tiga 1564.5meter -

-4 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Gunung Tiga 6unit

-

-5 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Gunung Tiga 1unit

-

-6 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Negara Ratu 1460meter -

-7 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Negara Ratu 2unit

-

-8 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Negara Ratu 5unit

-

-9 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Gedung Dalam 1585meter -

-10 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Gedung Dalam 7unit

-

-11 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Sukaraja Nuban 1525meter -

-12 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Sukaraja Nuban 8unit

-

-13 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Bumi Jawa 1520meter -

-14 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Bumi Jawa 8unit

-

-15 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Bumi Jawa 1unit

(16)

-No Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa

16 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Trisno Mulyo 1629meter -

-17 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Trisno Mulyo 1unit

-

-18 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Trisno Mulyo 1unit

-

-19 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Trisno Mulyo 2unit

-

-20 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Kedaton 1 (Satu) 1866.5meter -

-21 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Kedaton 1 (Satu) 1unit

-

-22 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Kedaton 1 (Satu) 2unit

-

-23 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Kedaton 2 (Dua) 1500.75meter -

-24 Jembatan Beton / Permanen Batanghari Nuban Kedaton 2 (Dua) 1unit -

-25 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Batanghari Nuban Kedaton 2 (Dua) 1unit

-

-26 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Batanghari Nuban Kedaton 2 (Dua) 114.8meter

-

-27 Drainase/Parit Galian Tanah Batanghari Nuban Kedaton 2 (Dua) 25.3meter -

-28 Jalan Telford/Onderlaagh Batanghari Nuban Purwosari 2012meter -

-29 Sumur Bor Purbolinggo Tegal Gondo 3 unit -

-30 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tegal Gondo 988meter -

-31 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tegal Yoso 2013meter -

-32 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tanjung Inten 2013meter -

-33 Sumur Bor Purbolinggo Taman Asri -

-34 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Taman Asri 1345meter -

-35 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tambah Luhur 1715meter -

-36 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Purbolinggo Tambah Luhur 2 unit

-

-37 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Purbolinggo Tambah Luhur 2 unit

-

-38 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Purbolinggo Tambah Luhur 1 unit

-

-39 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tambah Dadi 860meter -

-40 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tambah Dadi 633meter -

-41 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Tambah Dadi -

-42 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Purbolinggo Tambah Dadi 70 unit

-

(17)

-No Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa

45 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Taman Pajar -

-46 Jalan Telford/Onderlaagh Purbolinggo Taman Pajar 969.6meter -

-47 Saluran Irigasi (Pembawa,

Pembuang) Way Bungur Toto Mulyo 1791.7meter

-

-48 Jalan Telford/Onderlaagh Way Bungur Tambah Subur 1093meter -

-49 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Tambah Subur 2 unit

-

-50 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Tambah Subur 2 unit

-

-51 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Tambah Subur 5 unit

-

-52 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Way Bungur Tambah Subur 60unit

-

-53 Jembatan Beton / Permanen Way Bungur Tanjung Kencono 1 unit -

-54 Jalan Telford/Onderlaagh Way Bungur Tanjung Kencono 1568.6meter -

-55 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Way Bungur Kali Pasir 664meter

-

-56 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Kali Pasir

-

-57 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Kali Pasir

-

-58 Jalan Telford/Onderlaagh Way Bungur Tegal Ombo 528.7meter -

-59 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Way Bungur Tegal Ombo 180meter

-

-60 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Tegal Ombo 1 unit

-

-61 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Tegal Ombo 1 unit

-

-62 Saluran Irigasi (Pembawa,

Pembuang) Way Bungur Tegal Ombo 612meter

-

-63 Jalan Telford/Onderlaagh Way Bungur Taman Negeri 1529.5meter -

-64 Rehab/Perbaikan Jembatan Beton Way Bungur Taman Negeri 1 unit -

-65 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Way Bungur Taman Negeri 1 unit

-

-66 Drainase/Saluran Jalan Gunung Pelindung Pempen 915meter -

-67 Jalan Telford/Onderlaagh Gunung Pelindung Negeri Agung 1496.1meter -

-68 Drainase/Saluran Jalan Gunung Pelindung Negeri Agung 45meter -

-69 Jalan Paving Block Gunung Pelindung Negeri Agung 68meter -

-70 Jalan Paving Block Gunung Pelindung Negeri Agung 151meter -

-71 Gorong-gorong Plat beton/Plat

Duiker Gunung Pelindung Negeri Agung 13 unit

-

-72 Jalan Telford/Onderlaagh Gunung Pelindung Nibung 2004.4meter -

(18)

-No Program/Kegiatan

Lokasi

Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa

74 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Gunung Pelindung Way Mili 280meter

-

-75 Jalan Telford/Onderlaagh Gunung Pelindung Pelindung 1300meter -

-76 Plengsengan/Talud

Perkuatan/Dinding Penahan Gunung Pelindung Pelindung 100meter

-

-77 Drainase/Saluran Jalan Gunung Pelindung Pelindung 100meter -

-Sumber : RIS PNPM Provinsi Lampung

7.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan

permukiman di Kabupaten Lampung Timur pada dasarnya karena sebagian masyarakat

belum memahami dengan baik sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk

menyamakan persepsi pentingnya pembangunan permukiman untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan kawasan menjadi lebih maju dan mandiri. Disisi lain

masih banyaknya rumah penduduk yang tidak layak huni sehingga perlu penanganan

serta penyediaan sarana dan prasarana pendukungnya, seperti: jalan lingkungan,

sanitasi, air minum dll.

Permasalahan lain yang sering muncul yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap

pembangunan di lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang

di perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi

masyarakat dan masyarakat migran untuk datang dan tinggal karena kemudahan

aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi

kumuh karena lahan dan ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti:

sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat

jualan atau bahkan sebagai tempat hunian. Permasalahan ini juga dihadapi oleh

Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, sehingga perlu dilakukan penataan kawasan

menjadi lebih baik dan mampu mendukung perekonomian kawasan baik di kawasan

perdesaan maupun kawasan perkotaan.

(19)

masyarakat yaitu melalui musyawarah/ rembug desa untuk menentukan skala prioritas

permasalahan yang segera harus ditangani sehingga mampu menggerakkan

perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Permasalahan dalam

pengembangan permukiman Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut:

Tabel 7-8Identifikasi Permasalahan dan TantanganPengembangan Permukiman Kabupaten Lampung Timur

No Permasalahan

Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi 1 Aspek Teknis

Kecamatan Sukadana lebih memilih untuk tinggal di luar kecamatan tersebut karena tingginya kriminalitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal. 3. Urbanisasi dan migrasi

yang tinggi.

1. Kesulitan terbentukmya perumahan baru karena tingginya tingkat kriminalitas, sehingga sektor perekonomian yang dapat menambah pendapatan tidak berkembang. 2. Pertumbuhan permukiman linier

sepanjang jalan Lintas Timur. 3. Pertumbuhan perumahan baru

skalamenengah di kawasan berbatasan kota Metro Penyediaan perumahan untuk kawasan hinterland, dimana harga lahan yang dimiliki murah. 4. Permukiman kumuh nelayan

mengintervensi kawasan pesisir pantai dan bantaran sungai dengan menempati lahan-lahan ilegal.

5. Limitasi

pembangunanpermukiman kawasan bantaran sungai dan kawasan konservasi Taman Nasional Way Kambas.

1.Penambahanpermukiman

yangbarutermasukperumahanvertikal. 2.Kawasan Pekalongan yangberada pada

entranceKabupaten Lampung

Timursekaligusberbatasandengankawasan hinterland

kotaMetromemilikikecenderunganpertumbuhan perumahan baru

3.Memudahkan masyarakat dalam memiliki rumah melalui penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

2 Aspek Kelembagaan Masih terjadinya fungsi Cipta Karya dan Tata Ruang.

Lokasi pengembangan perumahan khususnya kepada developer / pengembang dimana pembangunan perumahan dan permukiman tidak sesuai dengan arahan perencanaan tata ruang yang berlaku

Adanya upaya membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak huni terutama bagi masyarakat segmentasi ekonomi menengah ke bawah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pemerintah memberikan program sistem Kredit Kepemilikan Rumah bagi masyarakat,dan TAPERUM bagi PNS / TNI / Polri.

3 Aspek Pembiayaan Pembangunandan pengembangan kawasan permukiman

(20)

No Permasalahan

Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi Sarana Dasar (PSD)

penunjangnya saat ini belum mampumemenuhi Sarana Dasar (PSD) permukiman yang memadai.

Adanya campur tangan dari pihak luar dalam keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

1.Pengadaan perumahan melalui subsidi KPR-Rumah Sangat Sederhana;

2.Memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pembangunan permukiman terutama permukiman untuk masyarakat kurang mampu;

5 Aspek Lingkungan Permukiman Pertumbuhan infrastruktur jalan di perumahan baru kawasan perkotaan terutama kawasan infrastruktur jalan terintegrasi antara akses perumahan dan perkotaan, sehingga butuh dokumen masterplan jalan

Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan

Distribusi air minum belum menyeluruh terlayani dan masih mengandalakan sungai sebagai

pemenuhankebutuhan air bersih

Kesulitan mencari sumber air baru Perlu adanya koordinasi antar pemerintah Kabupaten Lampung Timur dengan wilayah berbatasan dan pemerintah provinsi mengenai masalah sektor air bersih agar menggunakan SPAM Regional

Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase dan penanganan drainase belum terpadu.

Sistem drainase yang tidak

terintegrasi dari skala permukiman hingga skala perkotaan karena perencanaan parsial dan tidak memiliki dokumen masterplan drainase

Di daerah yang akan berkembang dan belum ada saluran drainasenya disarankan untuk menambah saluran-saluran drainase baru. Kemudian dialirkan ke saluran-saluran drainase primer. Sebaliknya dilengkapi dengan kolam-kolam retensi juga.

Pelayanan sistem

Adanya alternatif lahan baru untuk memindahkan Lokasi TPA yang berada di Desa Muara Jaya ke lokasi TPA yang baru dengan sistem

pengolahan sanitary landfill dan meningkatkan/ memperbaiki manajemen/ pengelolaan

(21)

No Permasalahan

Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi olehmasyarakat persyaratan kesehatan karena

kurangnya informasi

Sumber:Hasil Identifikasi, 2014

7.1.2.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Rencana pengembangan permukiman dari tingkat kepadatan penduduk kecamatan di

Kabupaten Lampung Timur hingga akhir tahun rencana diklasifikasikan sebagai berikut:

 Kawasan permukiman berkepadatan tinggi diarahkan pada Kecamatan

Sukadana, Kecamatan Way Jepara dan Kecamatan Labuhan Maringgai.

 Kawasan permukiman berkepadatan sedang diarahkan pada Kecamatan

Pekalongan, Kecamatan Sribhawono, Kecamatan Sekampung Udik, Kecamatan

Jabung, Kecamatan Marga Tiga, Kecamatan Pasir Sakti dan Kecamatan

Purbolinggo.

 Kawasan permukiman berkepadatan rendah diarahkan pada Kecamatan

Sekampung, Kecamatan Raman Utara, Kecamatan Melinting, Kecamatan

Gunung Pelindung, Kecamatan Marga Sekampung, Kecamatan Batanghari,

Kecamatan Metro Kibang, Kecamatan Batanghari Nuban, Kecamatan Bumi

Agung, Labuhan Ratu, Kecamatan Baru, Kecamatan Waway Karya, Kecamatan

Braja Sebelah dan Kecamatan Way Bungur.

Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya

bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan

berusaha, serta dapat memberikan manfaat:

a. meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan prasarana dan

sarana permukiman;

b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta

kegiatan ekonomi sekitarnya;

c. tidak mengganggu fungsi lindung;

d. tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;

e. meningkatkan pendapatan masyarakat;

(22)

g. menyediakan kesempatan kerja;

h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pada umumnya semua kecamatan di Kabupaten Lampung Timur memiliki kesesuaian

untuk wilayah permukiman penduduk yang perkiraan luas seluruhnya mencapai

182.405,45 Ha atau 34,25% dari luas wilayah kabupaten. Hal ini berarti bahwa cukup

besarnya daerah yang dapat menampung kegiatan masyarakat yang prosentase

ketersediaannya masih sekitar 65,77% dari kemampuan lahannya dengan kemampuan

lahan terbesar terdapat di Kecamatan Sukadana (25.885,17 ha). Namun terdapat

kecamatan tertentu yang penggunaan lahannya sudah melebihi kemampuannya,

seperti yang terjadi pada Kecamatan Waway Karya, Bandar Sribhawono, Labuhan Ratu,

dan Raman Utara.

Kondisi tersebut juga terjadi di hampir seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten

Lampung Timur, hanya saja tingkat pertumbuhan kebutuhan rumah tidak sama pada

masing-masing kecamatan. Wilayah kecamatan yang ditaksir memiliki tingkat

kebutuhan rumah paling rendah adalah kecamatan Bumi Agung. Dari hasil perhitungan,

pertumbuhan kebutuhan rumah di Kecamatan Bumi Agung rata-rata mencapai 0,4% per

tahun, sehingga kebutuhan rumah pada tahun 2015 diperkirakan sebanyak 2,559 unit.

Secara keseluruhan total kebutuhan rumah di Kabupaten Lampung Timur hingga tahun

2030 diprediksikan sebanyak 141,340 unit untuk menampung 1,177,917jiwa penduduk.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 7-9Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun

NO URAIAN UNIT TAHUN KET

I II III IV V

1 JumlahPenduduk Jiwa 349,652 356,610 363,706 370,944 378,326

Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 194 197 201 205 209

Proyeksi Persebaran

Penduduk Miskin Jiwa 26,399 26,924 27,460 28,006 28,564

2 Sasaran Penurunan

Kawasan Kumuh Ha

3 Kebutuhan Rusunawa TB 4 Kebutuhan RSH unit

5 KebutuhanPengembangan

(23)

Tabel 7-10Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan Untuk 5 Tahun

NO URAIAN UNIT TAHUN KET

I II III IV V

1 JumlahPenduduk Jiwa 628,133 640,633 653,382 666,384 679,645

Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 178 182 186 189 193

Proyeksi Persebaran

Penduduk Miskin Jiwa/Km2 47,424 48,368 49,330 50,312 51,313

2 Desa Potensial untuk

Agropolitan Kws

Bandar Sribhawono

Pekalongan

3 Desa Potensial untuk

Minapolitan Kws

Labuhan

Maringgai Way Panet Kuala Seputih

4 Kawasan

5 Kawasan Perbatasan Kws Pekalongan Batanghari

6 Kawasan Permukiman

Pulau-Pulau Kecil Kws

Pulau

Komoditas Unggulan Kws

Labuhan Maringgai

Bandar

Sribhawono Pekalongan

7.1.2.5 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan

perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan terdiri dari :

1) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan, serta

penyediaan permukiman dengan kegiatan-kegiatan peningkatan pemberdayaan

masyarakat.

2) Program penyehatan lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penanganan

drainase pengendalian banjir flood control.

3) Peningkatan pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui

perluasan jaringan distribusi sambungan rumah, hidran umum dan terminal air.

4) Program penataan bangunan, yakni penyusunan pengendalian tata bangunan dan

(24)

5) Peningkatan kualitas permukiman kumuh khususnya yang berada di daerah

bantaran sungai,pasar, muara sungai dan pantai seperti di Labuhan Maringgai,

Bandar Sribawono, Way Jepara, Pekalongan dan Sukadana.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan Perdesaan terdiri dari :

1) Pengembangan kawasan permukiman pedesaan untuk kawasan potenisal

(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

7.1.2.6 Usulan Program dan Kegiatan

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi

eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun

usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan

pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun

dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menetukan prioritas dari tahun pertama

hingga kelima.

Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan

kegiatan pengembangan permukiman kabupaten/kota yang disusun berdasarkan

prioritasnya dengan usulan pembiayaan baik dari APBD Kabupen/Kota, APBD Provinsi,

APBN, maupun dari masyarakat dan swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan

(25)
(26)
(27)

7.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk

mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya

wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan

lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan

berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam

penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan

selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan

yang produktif dan berkelanjutan.

Secara idealnya perlu disusun dan diberlakukan upaya pengendalian pemanfaatan

untuk setiap bagian kota berdasarkan hasil identifikasi pemerintah daerah setempat.

Prioritas penanganan terutama dilakukan pada daerah atau pusat-pusat kota yang

mempunyai pertumbuhan cepat dan memerlukan pengendalian yang lebih tepat, ketat

dan khusus, seperti pada pusat-pusat perdagangan, kawasan wisata, kawasan

bersejarah, kawasan permukiman, atau pada kawasan-kawasan yang dari segi geografis

memerlukan perhatian khusus, seperti perairan, perbukitan dan lain-lain.

Rencana Penataan Bangunan Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan panduan dan

arahan terhadap lingkungan binaan pada daerah-daerah yang dapat memenuhi

kepentingan atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya setempat dan daya

dukung lahan yang optimal. Panduan dan arahan lingkungan binaan (urban design

guidelines) tersebut dapat melalui panduan yang bersifat mengendalikan

pengembangan bagian kota / lingkungan, panduan perancangan kelompok bangunan /

lingkungan, panduan perlindungan bangunan dan lingkungan bersejarah, panduan

perijinan maupun melalui panduan program investasi.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan

peraturan antara lain :

1) UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan

(28)

kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk

didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,

serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 Tahun 2011 juga di amantkan pembangunan kaveling tanah yang

telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam pembangunan,

penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana

tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 Tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung diselenggarakan

secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya

persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah :

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas

tanah ;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada

RTBL yang di tetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas

bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak

lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup

keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudian, UU No.28 tahun 2002 juga

mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi

kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga

diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(29)

fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan

bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan

bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah

daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai

acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan dan

lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam menyusun dan pelaksanaan dokumen

RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,

dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun

perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,

kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari

jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui

peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang

berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan

indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan

Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

7.2.2.1 Isu Strategis

Pada saat ini terjadi degradasi kualitas lingkungan di wilayah Kab. Lampung Timur,

(30)

Kerusakan Ekologi Perkotaan

Terjadi degradasi dan kerusakan baik lingkungan (seperti : terjadinya pencemaran

air/sungai, pantai, udara dan kebisingan) maupun yang berdampak pada sosial

budaya setempat (seperti: konflik sosial, kriminalitas dan sebagainya).

Kurangnya kelengkapan kenyamanan (amenitas) kawasan, seperti kurang

memadainya prasarana bagi pejalan kaki, tapak kawasan yang buruk, jalan dan

ruang yang tidak memberikan fasilitas kebutuhan manusia, tidak tersedianya

estetika ruang bentuk kota yang bisa memanusiawikan lingkungan, tidak

tersedianya petunjuk arah, arah dan tujuan yang sulit (way-findings), dan lingkungan

yang semakin tidak ramah terhadap anak-anak, orang tua, penyandang cacat, dan

kaum perempuan.

Untuk saat ini usaha yang dilakukan penmerintah dalam menata tata kotanya masih

belum optimal, masih banyak terjadi pembangunan gedung tanpa memperhatikan

dasar-dasar pembangunan, baik itu berkaitan dengan izin pendirian bangunan atau

pengaturan intensitas bangunan (KDB, KLB, Ketinggian Bangunan). Selain itu sulitnya

pengendalian pendirian bangunan di pinggir-pinggir sungai, pasar, dan pesisir pantai.

Hal ini juga kaitannya dengan budaya masyarakat yang dari dulu sudah tinggal di pinggir

sungai. Sehingga perlu perencanaan yang matang dalam mengatasi permasalahan

tersebut. Membangun Kota yang tertata rapi, namun dalam perwujudannya tanpa

merugikan masyarakat itu sendiri.

Di beberapa Kecamatan sudah ada pembagian fungsi lahan yaitu sebagai pusat

pemerintahan, perdagangan/jasa, permukiman, ruang terbuka, atau fungsi lahan

lainnya. Beberapa bangunan dan penciptaan kondisi lingkungan juga sudah dicapai

sesuai dengan rencana, seperti pendirian bangunan pemerintah Kabupaten Lampung

Timur di kawasan Sukadana yang sudah sesuai dengan fungsi lahannya dan Area Ruang

Terbuka yang ada di sepanjang jalan utama perkotaan Sukadana. Akan tetapi, walaupun

dalam hal pendirian bangunan dan lingkungan sudah sesuai, masih banyak aspek yang

patut diperhatikan, seperti yang disebutkan diatas mengenai koefisien dasar bangunan

(31)

NO KEGIATAN SEKTOR PBL ISU STRATEGIS SEKTOR PBL

1 Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ; b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran

di perkotaan ;

c. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal ;

d. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal ;

e. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2

Penyelenggaraan Bangunan Gedung danRumah Negara

a. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kabupaten. b. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset

gedung dan rumah negara ;

c. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3

Pemberdayaan Komunitas dalamPenanggulangan Kemiskinan

Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan

Sumber: Hasil Identifikasi, 2014

7.2.2.2 Kondisi Eksisting

A. Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Lampung Timur secara umum saat ini

diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan

yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata

letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas. Untuk

lebih detailnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7-13Fungsi Bangunan di Kabupaten Lampung Timur

Fungsi Bangunan Lokasi

Perdagangan dan Jasa Kec. Sukadana, Kec. Way Jepara, Kec. Labuhan Maringgai, Kec. Pekalongan, Kec. Sekampung Udik, Kec. Bandar Sribhawono, Kec. Purbolinggo.

Pemukiman Seluruh kecamatan

Pendidikan dan Kantor Untuk Pendidikan difokuskan pada seluruh Kecamatan, sedangkan perkantoran di Kec. Sukadana

Bangunan Tradisional Bersejarah

 Desa Tadisional Wana (Kec. Melinting)

 Sesat Agung (Kec.Sukadana)

 Museum Budaya (Kec. Sukadana)

 Taman Nasional Purbakala Pugung Raharjo (Desa Pugung Raharjo, Kec. Sekampung Udik)

(32)

Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari

bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas

pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum bangunan-bangunan fasilitas umum ini

seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga

lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terurama kawasan

pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan

pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana. Dari sisi

historis banyak bangunan – bangunan dan kawasan di Kabupaten Lampung Timur yang

memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan kawasan peninggalan

sejarah.

Bangunan-bangunan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan

perdagangan dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja

memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai perbedaan ini bisa didasarkan pada

lokasi bangunan, fungsi bangunan, umur atau usia bangunan dan nilai historis

bangunan. Bangunan yang berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai

ekonomi yang lebih tinggi dari pada yang berda di pedesaan. Begitupula bangunan

fungsi perdagangan biasanya memilkii nilai ekonomi yang lebih tinggi dari pada

bangunan perkantoran, pendidikan ataupun pemukiman. Bangunan yang memiliki nilai

historis sejarah dan berumur tua lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan

berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan

tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan tersebut serta nilai sejarah/historis

bangunan.

a. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan.

Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten Lampung

Timur disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan

kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya.

Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada Aturan-aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk

daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, maka

(33)

b. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran

Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penanggulangan

bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang

pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan

bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat,

perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana

hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang

telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat

penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang

tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik

materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini

dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini

belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

c. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan

Kabupaten Lampung Timur telah menyusunPeraturan Daerah No. 12 Tahun 2000,

tentang Peraturan Bangunan Gedung yang diterapkan di Kabupaten Lampung Timur,

namun rencana tata bangunan dan lingkungannya(RTBL) masih dalam tahap

penyusunan, kondisi penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten

Lampung Timur selama ini telah dilaksanakan melalui proses perizinan, seperti IMB,

izin reklame dan lain-lain. Selain itu Pemerintah Kabupaten Lampung Timur

berencana pada tahun depan untuk menyusun Studi Master Plan Perkotaan yang

akan menjadi salah satu acuan/pedoman dalam pengembangan tata ruang baik

untuk penataan bangunan dan gedung, penataan hutan kota dan ruang terbuka

(34)

Tabel 7-14Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/PeraturanBupati/Peraturan lainnya

Amanat JenisProduk

Pengaturan Nomor & Tahun Tentang

1 Praturan Daerah No 13 Tahun 2013 Bangunan Gedung

Harus memuat perizinan, perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, kelayakan bangunan gedung agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 13 Tahun 2013,

tentang peraturan bangunan gedung yang diterapkan di Kabupaten Lampung Timur

adalah :

1. Jalan Negara, GSB minimal 27 meter dari as jalan dan GSP minimal 13,5 meter

darias jalan.

2. Jalan Propinsi, GSB minimal 21 meter dari as jalan dan GSP minimal 10,5 meter

dari as jalan.

3. Jalan Kabupaten, GSB minimal 19 meter dari as jalan dan GSP minimal 9,5

meter dari as jalan.

4. Jalan Kecamatan, GSB minimal 14,5 meter dari as jalan dan GSP minimal 7,25

meter dari as alan.

5. Jalan Desa, GSB minimal 13 meter dari as jalan dan GSP minimal 6,5 meter dari

as jalan.

6. Jalan Dusun, GSB minimal 12 meter dari as jalan dan GSP minimal 6 meter dari

as jalan.

7. Untuk daerah blok pemerintahan mempunyai Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

40 % dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 3,0.

8. Untuk daerah blok fasilitas sosial mempunyai Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

35 % dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 2,5.

9. Untuk daerah blok jasa dan perdagangan mempunyai Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) 45 % dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 4,0.

(35)

11.Untuk daerah blok pendidikan mempunyai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 35

% dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 3,2.

Berdasarkan peraturan ini, fungsi bangunan di Kabupaten Lampung Timur terdiri dari

6 fungsi, yakni bangunan rumah tinggal, bangunan sarana pendidikan, bangunan

tempat usaha, bangunan sarang walet, bangunan industri dan bangunan lain-lain

(pagar, menara/tower, tempat menjemur padi/huller dan lain-lain).

Kualitas bangunan di Kabupaten Lampung Timur dapat diklasifikasikan kedalam 3

kategori, yaitu bangunan dengan kualitas baik, bangunan dengan kualitas sedang dan

bangunan dengan kulaitas kurang baik. Sebaran bangunan berdasarkan klasifikasi

tersebut di Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut:

1. Bangunan dengan kualitas baik.

Bangunan dengan kualitas baik ini terdapat di kawasan perdagangan di jalan-jalan

utama kota dan kawasan perumahan formal dan bangunan-bangunan baru.

2. Bangunan dengan kualitas sedang.

Bangunan dengan kualitas sedang ini terdapat di sepanjang jalan-jalan utama dan

jalan-jalan lingkungan pada kawasan permukiman terutama di kota-kota kecamatan.

3. Bangunan dengan kualitas kurang baik.

Bangunan dengan kualitas kurang baik ini tersebar di beberapa kawasan teruatama

di perdesaan dan permukiman yang berada di kawasan pesisir pantai. Jumlah

bangunan kelompok ini permanen kecil dan lokasinya tersebar diantara

bangunan-bangunan dengan kualitas sedang, kebanyakan merupakan bangunan-bangunan semi

permanen dan temporer. Tata letak bangunan tidak teratur sehingga menimbulkan

kesan kumuh serta kondisi lingkungan kurang baik.

Penataan Lingkungan Permukiman

Tabel 7-15Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan

Tradisional/Bersejarah RTH PemenuhanSPM Penanganan Kebakaran

(36)

Kawasan

Tradisional/Bersejarah RTH PemenuhanSPM Penanganan Kebakaran

Nama

Pemerintah Kabupaten Lampung Timur melalui Dinas Pekerjaaan Umum mengeluarkan

suatu prosedur tentang perizinan kepada seluruh warga masyarakat Kabupaten

Lampung Timur yang akan melaksanakan pembangunan/menggunakan lahan dan hak

atas tanah/sertifikat diharuskan memiliki izin peruntukan penggunaan tanah

(Keterangan Rencana Kota) dari Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. Keterangan

Rencana Kota (KRK) merupakan syarat utama untuk mendapatkan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB).

Proses untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten Lampung

Timur adalah dengan mengajukan permohonan tertulis dengan melampirkan

persyaratan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk bangunan yang lebih

dari dua lantai harus mempunyai perhitungan konstruksi, dan untuk bangunan dengan

bentangan lebih dari sepuluh meter harus mempunyai perhitungan konstruksi.

a. Penataan Lingkungan Permukiman

Pertambahan penduduk dan perkembangan berbagai kegiatan di Kabupaten

Lampung Timur mempengaruhi kondisi penataan lingkungan permukiman.

Kualitas lingkungan permukiman cenderung semakin mengalami penurunan.

Terdapat beberapa kawasan permukiman yang mengalami penurunan kualitas

lingkungan akibat perkembangan kegiatan yang terjadi disekitarnya dan juga

kawasan permukiman lainnya yang berada di bawah standar lingkungan sehat dan

(37)

Kondisi penataan lingkungan permukiman di Kabupaten Lampung Timur dilakukan

dengan melaksanakan beberapa Program Penataan Bangunan dan Lingkungan

(PBL), namun masih belum optimal.

Mengingat masih terdapat bangunan rumah tinggal yang kondisinya kurang

memadai, pemerintah daerah berupaya dengan memberikan penyuluhan–

penyuluhan dalam pemberian izin mendirikan bangunan kepada masyarakat.

Dalam penataan lingkungan terkait pencegahan dan penanganan terhadap bahaya

bencana kebakaran yang mungkin terjadi, pemerintah daerah Kabupaten

Lampung Timur belum memiliki ke depan membuat Rencana Induk Sistem Proteksi

Kebakaran (RISPK).

Demikian juga ketersediaan lahan yang ada untuk ruang publik sebagai ruang

terbuka hijau masih kurang mendapat perhatian dikarenakan sebagaian besar

wilayah Kabupaten Lampung Timur masih termasuk kawasan perdesaan. Dengan

demikian masih diperlukannya upaya penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten

Lampung Timur.

b. Penataan Lingkungan Kawasan Wisata

Penataan bangunan dan lingkungan juga diperlu dilakukan di lokasi lingkungan

kawasan wisata guna menjaga keasrian dan keberlanjutan lingkungan kawasan

wisata yang merupakan potensi daerah. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur

telah mulai melakukan kegiatan penataan beberapa kawasan wisata yang ada.

Akan tetapi upaya–upaya penataan tersebut belum ditunjang dengan sarana dan

prasarana yang memadai, kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal di sekitar

kawasan wisata dan juga belum adanya dokumen perencanaan (master plan)

sebagai pedoman penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lampung

Timur.

Kabupaten Lampung Timur merupakan bagian dari Propinsi Lampung yang

termasuk dalam "Wilayah Tujuan Wisata C" dalam strategi pengembangan wisata

(38)

Tabel 7-16Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

No Kawasan/Kecamatan Jumlah BG Negara Berdasarkan Fungsi

Tabel 7-17Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

No Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan

(P2KP) Tahun

Kegiatan Pemberdayaan Lainnya

1 Pesikan - Labuhan Maringgai Sanimas 2013

2 Bandar Negeri - Labuhan

Maringgai Sanimas 2013

Sumber : Daftar Kegiatan Satker Plp Prov. Lampung, 2010-2014

7.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan

Dukungan bantuan teknis dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan di

Kabupaten Lampung Timur masih terbatas. Hal ini disebabkab karena masih terbatas

dokumen–dokumen perencanaan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

yang merupakan acuan/pedoman pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan di

lapangan, seperti : Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), Penyusunan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), revitalisasi kawasan dan bantuan teknis

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Sasaran kegiatan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Lampung

(39)

 Terselenggaranya penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lampung

Timur, terutama penataan lingkungan permukiman dan penataan bangunan juga

gedung dan rumah negara.

 Tersedianya dokumen perencanaan tata bangunan dan lingkungan sebagai

pedoman pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan.

 Tersedianya prasarana dan sarana pendukung dalam penataan bangunan dan

lingkungan di Kabupaten Lampung Timur, penataan Ruang Terbuka Hijau dan

taman kota sebagai ruang publik.

 Terselenggaranya tata bangunan dan lingkungan dengan prasarana dan sarana

yang memadai pada kawasan wisata yang ada di Kabupaten Lampung Timur.

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan

tantangan yang antara lain:

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung

 Kurangnya prasarana dan sarana hidran kebakaran, bahkan dari yang ada banyak

yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung serta rendahnya

kualitas pelayanan publik dan perijinan

2. Permasalahan dan tantangan di Bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien

 Masih banyaknya asset negara yang tidak teradministrasi dengan baik

3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

 Masih adanya permukiman kumuh yang tersebar di beberapa kecamatan

terutama di kawasan pesisir pantai.

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan

gedung bersejarah, padahal mempunyai potensi wisata yang baik.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk

(40)

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain

4. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Lampung

Timur

 Masih banykanya jumlah penduduk miskin.

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pembangunan.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan

penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya

Pokok-pokok permasalahan dan tantangan dalam penataan lingkungan di Kabupaten

Lampung Timur adalah sebagai berikut :

1. Menurunnya daya dukung lingkungan diantaranya dengan meningkatnya

lingkunngan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

2. Kondisi fisik dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan

serta kondisi fisik lingkungan yang tidak kurang memenuhi persyaratan teknis

dikarenakan tidak tersedianya prasarana dan sarana permukiman yang memadai.

3. Tata letak bangunan kurang teratur dan kondisi bangunan kurang baik, bahan

bangunan yang digunakan bersifat semi permanen

4. Sangat berkurangnya taman-taman dan ruang terbuka hijau di beberapa lingkungan

permukiman dan di pusat–pusat kegiatan masyarakat.

5. Kurang prasarana dan sarana pendukung di kawasan cagar budaya dan kawasan

wisata.

6. Hutan kota di wilayah belum optimal berfungsi sebagai ruang terbuka hijau karena

kondisi tanaman yang tidak terpelihara dengan baik

7. Masih sangat kurangnya pohon-pohon peneduh dan pohon untuk mengurangi

polusi di sepanjang jalan-jalan utama kota dan di sekitar wilayah industri.

Tabel 7-18Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Gambar

Tabel 7-3Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Lampung Timur
Tabel 7-4Rumah Tangga dan Status Penguasaan Tempat Tinggal Di Kabupaten
Tabel 7-11Usulan dan Prioritas Sub Bidang Pengembangan Kawasan Permuki
Tabel 7-13Fungsi Bangunan di Kabupaten Lampung Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

• EIS adalah sistem berbasis komputer untuk mendukung manajer puncak dalam mengakses informasi (dalam dan luar) secara mudah dan relevan dengan CSF (Critical Success Factor)

1) Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar meskipun terdapat beberapa kekurangan pada siklus I yakni langkah

Oleh karena itu, menarik untuk mengamati secara empiris bagaimana tanggung jawab sosial (yang sering disebut kinerja sosial) yang telah dilakukan di dalam

Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun sebesar 0,85 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,83 persen, Kota Kediri dan Kota Malang masing-masing sebesar 0,78 persen,

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia, terlihat bahwa proporsi kejadian anemia lebih tinggi pada kelompok usila yang

Output : Relay motor hanger maju (Hngr) Relay motor hoist depan turun (R1D) Relay motor hoist depan naik (R1U) Relay motor hoist belakang turun (R2D) Relay motor hoist belakang

Pendekatan lainnya, di samping storyboard, adalah melengkapi dengan flowchart game yang akan menunjukkan gambaran umum alur game. Secara umum game ini memiliki tiga.. tahap,