• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 7-11Usulan dan Prioritas Sub Bidang Pengembangan Kawasan Permuki

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan

7.5.3 Analisis Kebutuhan Drainase

Bila dilihat dari konsep awal drainase Kabupaten Lampung Timur yaitu dengan memanfaatkan saluran alam sebagai pengeringan. Kemudian berkembang pemikiran dengan membuat rencana Sistem Drainase Induk Kabupaten Lampung Timur diteruskan dengan pengembangan sistem drainase sekundernya. Kemudian dari jaringan saluran yang ada dibuat Usulan Kerangka Drainase Kabupaten Lampung Timur dengan beberapa alternatif.

Beberapa pertimbangan lain dalam pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Lampung Timur, meliputi :

1. Pengembangan sistem drainase yang berwawasan lingkungan (SDBL), dimana

penataan drainase dilakukan dengan adanya unsur konservasi air melalui pola detensi yaitu menampung air sementara dengan adanya kolam retensi/polder.

2. Jaringan drainase dengan sistem terpisah dari buangan/limbah rumah tangga

sehingga limpasan air tidak mencemari sungai dan badan penerima buangan (kolam retensi) yang multifungsi sebagai sumber air baku.

3. Memperhatikan relief lahan/topografis kawasan, dimana saluran drainase dapat

4. Memperbaiki dan meningkatkan saluran drainase jalan yang telah ada. Diterapkan pada beberapa ruas jalan yang mempunyai saluran drainase yang belum dilakukan perkerasan dengan, tetapi masih berupa saluran dari tanah. Juga ada beberapa saluran yang ditumbuhi alang-alang sehingga alirannya tidak lancar.

5. Membuat saluran drainase baru pada jalan yang belum ada salurannya serta

memanfaatkan lembah curam sebagai pengaliran air. Dengan pembangunan saluran drainase baru ini diharapkan aliran drainase yang ada di Kabupaten Lampung Timur menjadi tidak terputus satu sama lain, dimana sebelum ada saluran drainase alirannya banyak terputus.

6. Pada daerah yang relatif datar harus dibuat dengan kemiringan yang minimal,

sehingga air dapat mengalir dengan baik.

7. Pada daerah yang bergelombang dilakukan random sistem dimana kemiringan

tanahnya sangat landai dan tidak rata. Penempatan galian harus dipilih agar tidak mengganggu dalam pengolahan tanahnya, yaitu ditempatkan pada daerah terendah menuju titik pengeluaran (outlet).

Rencana pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Lampung Timur meliputi :

a. Rencana Jaringan Drainase

1) Sistem Drainase Makro dengan memanfaatkan Daerah Aliran Sungai (DAS)

yaitu Way Kambas-Jepara, Way Sekampung, dan Way Seputih dan mengembangkan dan membangun kolam retensi/polder/danau/rawa dengan memanfaatkan titik-titik lokasi genangan/kantong air potensial sebagai badan penerima limpasan air dari saluran primer, dimana kolam retensi/polder tersebut dirancang dengan kolam retensi di dalam badan air/drainase.

Danau yang ada di Kabupaten Lampung Timur berfungsi sebagai sumber pengairan teknis. Fungsi irigasi teknis dapat terlihat di kawasan Danau Jepara dengan luas genangan 220 hektar dan mempunyai aliran tiga sungai yaitu Way Abar, Way Jepara, dan Way Jejawai. Aliran irigasi dari Danau Jepara meliputi Kecamatan Way Jepara, Braja Selebah, dan Labuhan Ratu. Selain Danau Jepara, terdapat pula Danau Beringin/Way Kawat, yang letaknya berada di Kecamatan

2) Saluran Drainase Primer

Saluran primer adalah saluran yang membawa limpasan air hujan ke lokasi pembuangan akhir. Dalam hal ini yang dipersiapkan untuk menjadi saluran primer adalah pada jalan Utama. Sesuai dengan fungsinya saluran primer ini akan memilki dimensi yang relatif besar dari saluran-saluran lainnya.

Saluran drainase primer digunakan pada jalur jalan yang berjarak maksimal 500 meter dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut.

Luas daerah aliran maksimal 500 ha.

Dapat menerima limpasan air dari saluran sebelumnya.

Saluran primer ini bermuara langsung ke pembuangan akhir yakni laut dan kolam penampungan.

3) Saluran Drainase Sekunder

Saluran sekunder adalah saluran yang membawa limpasan air hujan menuju saluran sekunder. Dalam hal ini yang akan dimanfaatkan sebagai saluran sekunder adalah jaringan sungai dan anak-anak sungai yang mengalir. Untuk lebih memperlancar aliran air hujan tersebut dibuat pula saluran sekunder buatan yang merupakan saluran yang ditempatkan disepanjang jaringan jalan baik arteri maupun lokal.

Saluran drainase sekunder digunakan pada jalur jalan yang berjarak maksimal 500 meter dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut.

Luas daerah aliran drainase maksimal 15 ha.

Dapat menerima air limpasan dari saluran sebelumnya dengan mengikuti jaringan jalan lokal.

4) Saluran Drainase Tersier

Digunakan pada jalur jalan yang berjarak maksimal 200 m dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut.

Luas aliran maksimal 4 ha.

Dapat menerima air limpasan dari saluran sebelumya (saluran rumah tangga/kavling).

Dikembangkan pada jaringan jalan lingkungan permukiman penduduk. Adapun jenis saluran drainase yang akan dikembangkan di Kabupaten Lampung Timur merupakan sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup serta jaringan drainase sistem terbuka yang dibuat di sebelah kiri dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat. Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri serta jalan-jalan utama tertentu, sedangkan jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman dan disepanjang jaringan jalan.

b. Bangunan Pelengkap

1) Sambungan Persil, yaitu sambungan saluran air hujan dari gedung/bangunan

ke saluran yang berada di tepi jalan.

2) Street Inlet, yaitu lubang-lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk menampung

dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam saluran dengan tipe combination inlet yang merupakan bukaan vertical dan horizontal untuk memaksimalkan penyaringan terhadap sampah/bahan padat lainnya.

3) Gorong-gorong, yaitu bangunan perlintasan karena adanya saluran yang

melintasi jalan.

4) Bangunan Terjunan, yaitu bangunan yang berfungsi untuk mencegah

penggerusan saluran yang diakibatkan oleh kecepatan aliran dalam saluran apabila melebihi batas kecepatan maksimum yang diizinkan.

c. Integrasi Pengendalian Banjir

Beberapa kecamatan di Kabupaten Lampung Timur yang ada sering digenangi banjir meliputi Kecamatan Braja Selebah, Mataram Baru, Labuhan Maringgai, Pasir Sakti, Jabung, Waway Karya, Marga Sekampung, sekampung Udik, Sekampung,

maupun ulah manusia. Dalam hal ini maka dengan sifat morfologis dan tanah pada kawasan, maka penanganan terhadap limpasan air hujan yang tidak terkontrol dikembangkan sistem polder, dimana sistem ini dengan menyediakan kolam-kolam penampungan khusus jatuhan air hujan. Kolam retensi (retention basin) adalah saluran terbuka dengan vegetasi tertentu (rumput dan lain-lain). Kolam retensi dikenal juga dengan istilah wet pond, atau wetpool. Kolam ini digunakan untuk mereduksi kadar polutan yang terbawa aliran air hujan.

Adapun penyediaan kolam retensi dilakukan di beberapa titik genangan yang dapat dijadikan sebagai kolam retensi. Sistem kolam retenssi pada kawasan akan sinergi dengan intae (bangunan pengambil air baku), normalisasi saluran, rumah pompa serta pintu air. Untuk menjaga elevasi muka air kolam, luas minimum daerah tangkapan hujan yang diperlukan adalah sekitar 10 Ha, hingga luas maksimum sekitar 25 Ha. Namun, jika terdapat aliran air tanah yang dapat diandalkan, maka penggunaan kolam retensi pada daerah tangkapan hujan yang lebih kecil bisa dilakukan.

Sistem polder pada kawasan akan sinergi dengan kolam retensi, normalisasi saluran, rumah pompa serta pintu air. Tata cara pembuatan sistem polder diarahkan berdasarkan NSPM Pembuatan Kolam Retensi dan Polder, Dep. PU.

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan kolam retensi dan sistem polder disusun dengan memperhatikan

faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana prasarana dan sarana kota.

2) Kelayakan pelaksanaan kolam retensi dan sistem polder harus berdasarkan tiga

faktor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.

3) Ketersediaan dan tata guna lahan.

4) Kolam retensi dan kolam polder dilaksanakan berdasarkan prioritas zona yang

d. Daerah Tampungan Air

Kabupaten Lampung Timur yang terdiri dari kawasan pemukiman dan pada sebagian wilayah masih terdiri dari kawasan non terbangun, maka untuk keperluan sehari-hari, keberadaan air masih diperlukan dalam batasan-batasan tertentu sehingga diharapkan air tidak dibuang sepenuhnya. Untuk itu perlu kiranya dibuatkantampunganatausemacam embung air, sekaligus dapat dipergunakan sebagai taman kota.

Disamping itu waduk kecil (embung kota) ini diperlukan disaat-saat musim kemarau, karena pada sebagian wilayah sering terjadi kekeringan selain itu dapat memanfaatkan lahan-plahan seperti rawa dan danau untuk daerah tampungan air. Untuk mencapai hal ini memang diperlukan pemikiran lebih lanjut, baik secara teoritis maupun teknis, sehingga perlu dipersiapkan secara matang agar tidak mengalami kendala di kemudian hari.

Pada review desain drainase ini, sebagai konsep awal rencana penempatan daerah kantong-kantong air didalam kawasan perkotaan biasa memanfaatkan saluran-saluran pengeringan yang mengalami genangan dengan cara memperdalam saluran-saluran tersebut sehingga menjadi kantong-kantong air. Sedangkan untuk di luar kawasan perkotaan, pada beberapa ruas yang daerahnya retatif rendah pada saluran pengeringan biasa dimanfaatkan untuk membuat kantong-kantong air.

e. Pengelolaan Drainase Kota

Sistem drainase Kabupaten Lampung Timur dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda Kabupaten Lampung Timur serta mendapat dukungan dari Dinas PU Propinsi, baik pembangunan maupun operasional dan pemeliharaannya. Sampai dengan saat ini masyarakat tidak dikenakan biaya atas pemanfaatan sistem drainase tersebut.

Kedepan perlu adanya ketegasan terkait keharusan menyiapkan sistem drainase skala lingkungan permukiman kepada para pengembang, selama ini banyak pengembang tidak memperhatikan masalah ini, sehingga pada saat mereka

pembangunan perumahan oleh pengembang perlu mempersyaratkan adanya sistim pengaturan drainase lingkungan yang memadai.

f. Sumber dan Peluang Sumber pendanaan

Untuk pembiayaan dan pengelolaan drainase Kabupaten Lampung Timur selama ini bersumber pada pendanaan yang beberapa di antaranya tergambar dalam APBD Kabupaten Lampung Timursecara garis besar sumber pendanaan yang selama ini digunakan untuk pembangunan dan pengembangan drainase di Kabupaten Lampung Timur adalah APBD kabupaten, APBD Provinsi, serta berasal dari alokasiAPBN, dan pada beberapalokasi permukiman dibiayai langsung danaswasta (developer), dan inisiatif masyarakat. Oleh karena itu PemerintahKabupaten Lampung Timur akan terus berusaha memaksimalkan PAD untuk mengurangi ketergantungan kepada pendanaan pusat serta membuat Kabupaten Lampung Timur lebih mandiri.

Tabel 7-52Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah Kabupaten Lampung Timur

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

A

PeraturanterkaitSektor Drainase KetersediaanPeraturan

drainase (Perda,Pergub, Perwali dst)

Perda yang ada dan terkait sektor drainase relatif masih sangat kurang. Pengaturan pembagian tugas dan tanggung jawab seluruh stakeholder terkait (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat). Kelembagaan dalam pengelolaan sistem jaringan drainase yang ada di Kabupaten Lampung Timur saat ini dilaksanakan olehBappeda dan Dinas PU B Kelembagaan Bentuk Organisasi

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Ketersediaantata laksana (Tupoksi, SOP, dll) Kelembagaan dalam pengelolaan sistem jaringan drainase yang ada di Kabupaten Lampung Timur saat ini dilaksanakan oleh Bappeda dan Dinas PU Kualitasdankuantitas SDM C Pembiayaan Sumberpembiayaan(APBD Prov/Kab/kota/swasta/ masya- rakat/ dll) Sumber pembiayaan sistem drainase di Kabupaten Lampung Timur dari dana APBD dan APBN D Peran swasta dan masyarakat

(Sudah ada/belumada/bentuk kontribusi, dll) 1) Pembangunan drainase lingkungan dengan pola kerja pemberdayaan masyarakat melalui kelompok masyarakat (POKMAS). 2) Diperlukan sosialisasi terus menerus agar masyarakat ikut menjaga kelestarian lingkungan, prioritas penanganan drainase untuk pemeliharaan saluran secara rutin ataupun khusus. E Teknis Operasional PS 1 Aspek Perencanaan(Dok. MP, FS, DED) 2 A. Saluran Xprimer Xsekunder Xtersier B. Turap C. Bangunanpelengkap (gorong-gorong, pintu air,

No Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V D. Waduk,

kolamretensi,sumurresapan

Sumber : Hasil Analisis, 2014

7.5.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem

Drainase

Pelaksanaan proyek atau pembangunan adalah kegiatan yang akan dilakukan setelah adanya rekomendasi/program penanganan. Namun, mengingat seluruh program penanganan tersebut tidak dapat dilaksanakan secara bersamaan karena adanya beberapa kendala, seperti ketersediaan dana, ketersediaan lahan, dan berbagai faktor lainnya, maka program penanganan tersebut akan dibagi-bagi dalam beberapa tahapan pelaksanaan. Prioritas Proyek pengelolaan drainase berikut rencana pembiayaan disajikan dalam Tabel berikut.