BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa
tertinggal.
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN).
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal
tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan
rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan
sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di
bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta
standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan
Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan
perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman
baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman
kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di
kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk
penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran
serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim;
• Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh
perkotaan;
• Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang
dalam MP3EI dan MP3KI.
• Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang
bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
• Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan
permukiman.
• Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.
Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia
serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Tabel VII.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Seruyan
No. Isu Strategis Keterangan
(1) (2) (3)
1 Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol di sepanjang Sungai Seruyan yang berpotensi merusak kestabilan sungai
Urgensi Tinggi
2 Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman Urgensi Sedang 3 Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik
dalam skala kota maupun kawasan
Urgensi Sedang
4 Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan tidak layak huni/kumuh Urgensi Tinggi
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal
permukiman serta secara mikro mempunyai kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL
(areal penggunaan lainnya). Luasan rencana daerah permukiman di Kabupaten Seruyan adalah
296.100 Ha atau 18% dari luas kabupaten dan tersebar di beberapa kecamatan. Luas permukiman
eksisting kurang lebih 4.021,98 ha atau sekitar 0,24% dari luas Kabupaten Seruyan.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten
dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui
peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses
perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh,
jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur
dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan
bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting
lima tahun terakhir.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih
terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah
terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor
Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro
Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan
Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur
permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya
pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan
tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota
dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta
merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.
7.1.2 Sasaran Program
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan
Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa
kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
• Infrastruktur kawasan permukiman kumuh • Infrastruktur permukiman RSH
• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
• Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan) • Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
• Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil • Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) • Infrastruktur perdesaan PPIP
• Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 7.1
Alur Program Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari
kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
• Sudah tersedia DED.
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan.
Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan
komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi
• Ada unit pelaksana kegiatan.
2. Khusus
Rusunawa
• Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA • Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya • Ada calon penghuni
RIS PNPM
• Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
• Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. • Tingkat kemiskinan desa >25%.
• Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
• Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
• Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya
lainnya
• Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik • Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
• Berbasis pengembangan wilayah
• Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi
pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi)
kesehatan
• Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh
di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2)
ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,
dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah,
perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut
kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap
penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan
intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan
kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah
kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi
memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada.
Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman
kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi
penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand
Tabel VII. 2
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Di Perkotaan dan Di Perdesaan Kabupaten Seruyan Untuk 5 Tahun
Sumber : SK Kumuh Kabupaten Seruyan, 2015
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan
program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM
dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari tahun pertama hingga kelima.
Tabel VII.3
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Seruyan
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun (3) (4) (5) (6) (7) Perencanaan Penataan Lingkungan Kawasan Kumuh Kec
Hanau
KelDesa Pembuang Hulu I
1 Ha 2017 Perencanaan Penataan Lingkungan Kawasan Kumuh Kec
Seruyan Hilir
KelDesa Pembuang Hulu I
1 Ha 2017 Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP), Kab. Seruyan
Kab.
Seruyan 1 Kab/Kota 2017 Penyusunan Data Base Rumah Kabupaten Seruyan (Zona I) Kab.
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun (3) (4) (5) (6) (7) Penyusunan Data Base Rumah Kabupaten Seruyan (Zona II) Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Penyusunan Data Base Rumah Kabupaten Seruyan (Zona III) Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kab.
Seruyan
Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Perbaikan perumahan tidak/ semi permanen Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Pembangunan sarana dan prasarana perumahan Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Penyusuan Review Dokumen RP4D menjadi RP3KP Kota
Kuala Pembuang
Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Penyusuan Dokumen RP3KP Kota Pembuang Hulu Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 Identifikasi dan Penetapan Kawasan Kumuh Perkotaan Kab.
Seruyan
Kab.
Seruyan 1 Paket 2017 Penataan Kawasan Taman (RTH) Kota Kuala Pembuang Kab.
Seruyan 1 Paket 2018
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus
meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari
masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci
Tabel VII.4
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Seruyan
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA
APBN DAK APBD PROV
APBD
KAB BUMD KPS CSR DED/FS AMDAL/UKL LAHAN PENGELOLA
(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Perencanaan Penataan Kumuh Kec Seruyan Hilir
KelDesa Strategis Kab. Seruyan
Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 250
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA
APBN DAK APBD PROV
APBD
KAB BUMD KPS CSR DED/FS AMDAL/UKL LAHAN PENGELOLA
(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
semi permanen Seruyan
Pembangunan sarana dan prasarana perumahan
Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 2500
Penyusuan Review Dokumen RP4D menjadi RP3KP Kota Kuala Pembuang
Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 850
Penyusuan Dokumen RP3KP Kota Pembuang Hulu
Kab.
Seruyan 1 Paket 2016 400
Identifikasi dan Penetapan Kawasan Kumuh Perkotaan Kab. Seruyan
Kab.
Seruyan 1 Paket 2017 400
Penataan Kawasan Taman (RTH) Kota Kuala Pembuang
Kab.
7.2
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,
baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan
lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan
peraturan antara lain:
1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang
terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang
tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara
tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh
Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung,
dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung
mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat,
dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan
pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan
gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka
telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada
skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang
cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian
ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap
7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda
Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah
satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program
-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya
adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam
pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung
Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya
tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta
Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses
terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai
peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun
2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan
global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang
berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan
2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama
abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai,
yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi
isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada,
pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai
lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan
perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996
dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements
Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan
permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah
berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan
lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di
kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan
mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96%
dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU
PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan
kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan
daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi
a) Revitalisasi; b) RTH; c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan; d) penanggulangan kebakaran,
bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri,
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah
dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas
infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah
sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda
Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL
yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9
Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan
pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana
lingkunganpermukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya
di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu
dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan
pemerintah daerah dan swasta dalam;
• penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
• Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota,
kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
• Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang
diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas
lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam
pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di
seluruh Indonesia;
• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat
perhatian;
• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas
pelayanan publik dan perijinan;
• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan;
• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
• Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan
bangunan gedung termasuk pengawasan;
• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan
otonomi dan desentralisasi;
• Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam
fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan
7.2.2 Sasaran Program
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di Kabupaten Seruyan,
hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU
No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL
meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan
prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar
- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi
pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan;
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam
Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana,
baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi
bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat
rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya
kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi
pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan
Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari
- Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional
adalah:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin
kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain
itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan
masyarakat.
- Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk
sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan
lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel 6.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan
sector Penataan Bangunan Dan Lingkungan.
7.2.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan
program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota.
Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritas dari tahun pertama hingga kelima.
Tabel VII.5
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Sektor PBL Kabupaten Seruyan
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun (3) (4) (5) (6) (7) Pendampingan Penyusunan RTBL Kawasan Strategis
Destinasi Wisata Danau Sembuluh
Kec. Danau
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun (3) (4) (5) (6) (7)
Seruyan Penataan RTH Kawasan Eks Penggembalaan Sapi Kab.
Seruyan 1 Kawasan 2017 Pemetaan Kawasan Rentan Gerakan Tanah Kecamatan
Seruyan Hilir dan Kecamatan Seruyan Hilir Timur
Kec. Studi Kawasan Pengendalian Ketat Pelabuhan Teluk
Segintung dan Sekitarnya
Pelabuhan Teluk Segintung
1 Paket 2018 Studi Kawasan Pengendalian Ketat Lokasi PLTU dan
Sekitarnya
Lokasi
PLTU 1 Paket 2016 Penyusunan Rencana Tata Bangunan Lingkungan (RTBL)
Kota Kuala Pembuang
Kota Kuala
Pembuang 1 Paket 2016 Penyusunan Rencana Tata Bangunan Lingkungan (RTBL)
Kota Pembuang Hulu
Kota Pembuang Hulu
1 Paket 2016 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Kumuh Kecamatan Seruyan Hilir dan Kecamatan Seruyan Hilir Timur
Kec. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Kumuh Kecamatan Hanau
Kecamatan
Hanau 1 Paket 2016 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Koridor jalan Ais Nasution
Kooridor Jalan AIS Nasution
1 Paket 2017 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Jalan Lingkar Kota menuju Jembatan Soekarno-Hatta
Jalan Lingkar Kota
1 Paket 2017 Pembangunan Jalan Lingkungan RT.07 Desa Persil Raya Desa Persil
Raya 600 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan RT.02 dan RT.10 Desa
Sungai Undang
Desa Sungai Udang
600 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg. Rukun Keramat Desa
Sungai Undang
Desa Sungai Udang
1400 Meter 2017 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Karang Paci 1 dan 2
RT.02 Kuala Pembuang II
Kota Kuala
Pembuang 60 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Aromani RT.30 Kuala
Pembuang II
Kota Kuala
Pembuang 600 Meter 2016 Lanjutan Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Rukun RT.30
Kuala Pembuang II
Kota Kuala
Pembuang 220 Meter 2016 Pembangunan Jalan Titian Kayu Ulin RT.07 Kuala
Pembuang II
Kota Kuala
Pembuang 184 Meter 2017 Pembangunan Jalan Titian Kayu Ulin RT.16 Kuala
Pembuang II
Kota Kuala
Pembuang 60 Meter 2017 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Jambu RT.28 Kuala
Pembuang II
Kota Kuala
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun (3) (4) (5) (6) (7) Pembangunan Jalan Lingkungan RT.13 Kuala Pembuang II Kota Kuala
Pembuang 200 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Abdul Wahabnoor
RT.08 Kuala Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 200 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Usman RT.31 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 400 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Marga Rukun RT.31
Kuala Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 400 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Ahmad Yani RT.26
Kuala Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 100 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Bahagia RT.22 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 400 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.27 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 100 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.29 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 550 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.20 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 400 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.09 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Pembuang 400 Meter 2016 Pembangunan Jalan Lingkungan Gang Nasri RT.29 Kuala
Pembuang I
Kota Kuala
Tabel VII.6
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Seruyan
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA APBN DAK APBD Pendampingan Penyusunan RTBL Kawasan
Strategis Destinasi Wisata Danau Sembuluh
Kec. Danau Sembuluh
1 Kab/Kota 2017 800 2018 2018 Penataan RTH Kawasan Perkantoran Pemda
Seruyan
Kab.
Seruyan 1 Kawasan 2017 5000 2013 2016 Penataan RTH Kawasan Eks Penggembalaan Sapi Kab.
Seruyan 1 Kawasan 2017 5000 2013 2016 Pemetaan Kawasan Rentan Gerakan Tanah
Kecamatan Seruyan Hilir dan Kecamatan Seruyan Hilir Timur
Studi Kawasan Pengendalian Ketat Pelabuhan Teluk Segintung dan Sekitarnya
Pelabuhan Teluk Segintung
1 Paket 2018 300 Studi Kawasan Pengendalian Ketat Lokasi PLTU
dan Sekitarnya
Lokasi
PLTU 1 Paket 2016 300 Penyusunan Rencana Tata Bangunan Lingkungan
(RTBL) Kota Kuala Pembuang
Kota Kuala Pembuang
1 Paket 2016 400 Penyusunan Rencana Tata Bangunan Lingkungan
(RTBL) Kota Pembuang Hulu
Kota Pembuang Hulu
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA APBN DAK APBD Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Kumuh Kecamatan Seruyan Hilir dan Kecamatan Seruyan Hilir Timur
Kec. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Kumuh Kecamatan Hanau
Kecamatan
Hanau 1 Paket 2016 400 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Koridor jalan Ais Nasution
Kooridor Jalan AIS Nasution
1 Paket 2017 400 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Jalan Lingkar Kota menuju Jembatan Soekarno-Hatta
Jalan Lingkar Kota
1 Paket 2017 400 Pembangunan Jalan Lingkungan RT.07 Desa Persil
Raya Pembangunan Jalan Lingkungan RT.02 dan RT.10
Desa Sungai Undang Pembangunan Jalan Lingkungan Gg. Rukun
Keramat Desa Sungai Undang
Desa Sungai Udang
1.400 Meter 2017 700 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Karang Paci 1
dan 2 RT.02 Kuala Pembuang II
Kota Kuala Pembuang
60 Meter 2016 60 Pembangunan Jalan Lingkungan Aromani RT.30
Kuala Pembuang II Lanjutan Pembangunan Jalan Lingkungan Gg
Rukun RT.30 Kuala Pembuang II
Kota Kuala Pembuang
220 Meter 2016 110 Pembangunan Jalan Titian Kayu Ulin RT.07 Kuala
Pembuang II
Kota Kuala
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA APBN DAK APBD Pembangunan Jalan Titian Kayu Ulin RT.16 Kuala
Pembuang II Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Jambu RT.28
Kuala Pembuang II Pembangunan Jalan Lingkungan RT.13 Kuala
Pembuang II Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Abdul
Wahabnoor RT.08 Kuala Pembuang I
Kota Kuala Pembuang
200 Meter 2016 200 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Usman RT.31
Kuala Pembuang I Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Marga Rukun
RT.31 Kuala Pembuang I
Kota Kuala Pembuang
400 Meter 2016 400 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Ahmad Yani
RT.26 Kuala Pembuang I
Kota Kuala Pembuang
100 Meter 2016 100 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Bahagia
RT.22 Kuala Pembuang I
Kota Kuala Pembuang
400 Meter 2016 400 Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.27
Kuala Pembuang I Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.29
Kuala Pembuang I Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.20
Kuala Pembuang I
Kota Kuala
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA APBN DAK APBD Pembangunan Jalan Lingkungan Gang RT.09
Kuala Pembuang I Pembangunan Jalan Lingkungan Gang Nasri RT.29
Kuala Pembuang I Pembangunan Jalan Lingkungan Gang Teratai
RT.29 Kuala Pembuang I
Kota Kuala Pembuang
400 Meter 2016 400 Pembangunan Jalan Lingkungan RT.02 RW.03
Desa Pematang Limau Pembangunan Jalan Lingkungan Jalan Sejahtera
Desa Pematang Limau Pembangunan Jalan Lingkungan UPT. Tanggul
Harapan Desa Pematang Limau
Desa Pematang Limau
600 Meter 2017 600 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Pendidikan
SDN 4 RT.20 Desa Pematang Panjang
Desa Pematang Panjang
130 Meter 2017 130 Lanjutan Pembangunan Jalan Lingkungan
Pematang Derawa RT.15 Desa Pematang Panjang
Desa Pematang Panjang
100 Meter 2016 100 Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Kaca Piring
RT. 08 Desa Pematang Panjang
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA APBN DAK APBD Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Bambu RT. 16
Desa Pematang Panjang Pembangunan Jalan Lingkungan Gg Dahlia RT. 18
Desa Pematang Panjang Pembangunan Jalan Lingkungan Gg H. Muthar RT.
01 Desa Pematang Panjang
Desa Pembangunan Jalan Lingkungan Jl Akasia RT. 01
RW.01 Desa Sungai Bakau
Desa Pembangunan Jalan Lingkungan Jl Mente RT. 01 -
RT.02 Desa Sungai Bakau
Desa Pembangunan Jalan Lingkungan Jl Cemara RT. 01
RW.01 Desa Sungai Bakau
Desa Pembangunan Jalan Lingkungan Jl Jati RT. 02
RW.01 Desa Sungai Bakau
Desa Lanjutan Pembangunan Jalan Lingkungan RT. 07 -
RT.08 Desa Kartika Bhakti
Desa Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Bangun
Harja Pembangunan Jalan Lingkungan RT.01 - RT.03,
RT.04 - RT.06 Desa Halimaung Jaya
Desa Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Bangun
Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan Tahun
SUMBER PEMBIAYAAN READINESS CRITERIA APBN DAK APBD Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Tumbang
Gugup Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Tumbang
Salau Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Tumbang
Magin Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Tumbang
Setoli Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Tanjung
Tungkal Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Rantau
Betung Pembangunan Jalan Lingkungan Desa Rangkang
7.3
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik
(teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan
usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta,
dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan
air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan
sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem
penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah
tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP)
Tahun 2005 – 2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah
aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas
dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air
minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga
menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air
dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem
Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi
dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat
meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil
tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM
menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak
setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen. Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok
Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem
penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:
• Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem
penyediaan air minum;
• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air
minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran
serta masyarakat di bidang air minum.
7.3.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk
konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
6. Rencana Pengamanan Air Minum;
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan
Inovasi Teknologi.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah
masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana
dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM) yang diharapkan dapat
mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum adalah:
i. Aspek Teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang terdapat di dalam
kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan,
sistem pengolahan air, dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan
besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan perpipaan dan bukan
perpipaan
ii. Aspek Pendanaan
Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem jaringan perpipaan
maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan masyarakat dalam pembiayaan air minum,
pencapaian target pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening.
Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur pelanggan.
iii. Kelembagaan
Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola sistem penyediaan air
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah:
1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun
bukan perpipaan;
2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM;
3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan
4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.
iv. Peraturan Perundangan
Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur PDAM dll) yang
berkaitan dengan pengelolaan air minum di kota/kabupaten serta permasalahan terkait
dengan pelaksanaan/implementasi peraturan/perundangan tersebut.
v. Peran Serta Masyarakat
Berisi peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait dengan kepatuhan
membayar retribusi air, inisiatif masyarakat mengembangan SPAM di wilayah mereka,
peran serta masyarakat memelihara kuantitas dan kualitas sumber air. Diuraikan pula
permasalahan yang dihadapi terkait dengan peran negatif masyarakat dalam menjaga
keberlanjutan sumber air, jaringan yang ada dll.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
i. Permasalahan Pengembangan SPAM
Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan SPAM sesuai dengan
kondisi daerah masing-masing. Adapun permasalahan pengembangan AM pada tingkat
nasional antara lain:
1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas
a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum
seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk
b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan
pembinaan.
c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada
jaringan distribusi umumnya masih rendah.
d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih
mahal.
e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat
belum memadai.
namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.
g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air
minum yang aman.
2) Pendanaan
a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk
pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan;
b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari pinjaman
luar negeri.
c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam pengembangan
SPAM masih rendah.
3) Kelembagaan dan Perundang-Undangan
a) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM.
b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM
(PDAM).
c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan
pengelola SPAM di daerah.
4) Air Baku
a) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.
b) Kualitas sumber air baku semakin menurun.
c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak
selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.
d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik
kepentingan di tingkat pengguna.
5) Peran Masyarakat
a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi
air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan
pemerintah.
b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya
diberdayakan oleh Pemerintah.
c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang mencukupi
ii. Tantangan Pengembangan SPAM
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan, agar dapat
digambarkan, misalnya :
1) Tantangan Internal:
a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah
mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses air
minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang
berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah
adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria
yang telah disyaratkan.
b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum
dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost
recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.
c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan
tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.
d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana
disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk
memenuhi standar yang diperlukan.
e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang belum
diberdayakan.
2) Tantangan Eksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi,
sosial, dan lingkungan hidup.
b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut
pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015
dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus
berimbang dengan pembangunan perdesaan.
d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan
masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta
e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi
7.3.2 Sasaran Program
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada
saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum
secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap sumber air minum
terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan. Setiap
kabupaten/kota perlu melakukan analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing
kabupaten/kota sesuai dengan arahan dibawah ini.
A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Penyediaan Air
Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah menguraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi sistem penyediaan air minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan
penyediaan air minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun
kebutuhan pengembangan kota (development need). Pada bagian ini sudah harus diuraikan
penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen penyediaan air minum
baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta diperlihatkan arahan struktur pengembangan
prasarana kota yang telah disepakati.
Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian analisis diantaranya
adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata (real demand survey), analisis kebutuhan dasar air
minum, analisis kebutuhan program pengembangan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta
analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam Tabel VIIberikut ini.
Tabel VII. 7
Analisis Kebutuhan Air Minum di Kabupaten Seruyan
No. Uraian Kondisi
Eksisting
Kebutuhan Tahun
I
Tahun
II Tahun III Tahun IV Tahun V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Sistem Perpipaan (PDAM) a . Kebocoran (%)
b . Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c . Kebutuhan (liter/org/hari)
2. Sistem Bukan Perpipaan a . Kebocoran (%)
b . Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c . Kebutuhan (liter/org/hari)
3. Sistem Perpipaan Non PDAM
a . Kebocoran (%)
No. Uraian Kondisi Eksisting
Kebutuhan Tahun
I
Tahun
II Tahun III Tahun IV Tahun V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
c . Kebutuhan (liter/org/hari)
4. Kebocoran Total 5. Jumlah Pelanggan
a . Proporsi Sambungan Langsung
b . Proporsi Sambungan Umum
c . Jumlah Sambungan Langsung
d . Jumlah Sambungan Umum
6. Unit Konsumsi
a . Sambungan Langsung, SL
b . Sambungan Umum, SU
c . Non Domestic
7. Kebutuhan Air a . Kebutuhan Air Domestik
b . Kebutuhan Non Domestik
c . Sub Total Kebutuhan Air
8. Kebutuhan Air Rata-rata (Qr)
9. Kebutuhan Air Maksimum (Qmax)
10 .
Peak Hour Factor (Faktor Jam Puncak)
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah
Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK
tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan
Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, Dan Penyelenggaraan Serta Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum. Setiap kabupaten/kota perlu menggambarkan realisasi dan target
pengembangan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan Tabel
Tabel VII.8
Analisis Kebutuhan Program Pengembangan SPAM
No. Output Satuan Kebutuhan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
1 Layanan Perkantoran
2 Peraturan Pengembangan Sistem Air Minum 3
Laporan Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan SPAM
a. RISPAM
b. NSPK SPAM 4
Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengembangan SPAM
5 Percontohan Re-Use dan Daur Ulang Air Minum
a. Kampanye hemat air b. Aktivitas reuse & daur ulang
air
6. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi
a. PDAM yang memperoleh pembinaan
b. Pengelola air minum non PDAM yang memperoleh pembinaan
c. Laporan pra-studi kelayakan KPS
d. PDAM terfasilitasi untuk mendapatkan pinjaman Bank
e. Studi Alternatif Pembiayaan 7. SPAM Regional
8. SPAM Di kawasan MBR 9. SPAM di Ibu kota Kecamatan
(IKK)
10. SPAM Perdesaan
a. PS Air Minum Perdesaan
b. Pro Rakyat PDT 11. SPAM Kawasan Khusus
a. Kawasan pulau terluar, perbatasan, terpencil
b. Kawasan pemekaran, KAPET
c. Pelabuhan perikanan dan Pro Rakyat KKP
i. Pelabuhan perikanan
C. Program-Program Pengembangan SPAM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:
1. Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
• Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
• Kegiatan:
✓ Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
✓ Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total
• Indikator:
✓ Peningkatan kapasitas (liter/detik)
✓ Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
2. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
• Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
• Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR untuk
MBR
• Indikator:
✓ Peningkatan kapasitas (liter/detik)
✓ Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM
3. Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
• Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
• Kegiatan:
✓ Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
✓ Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total
• Indikator:
✓ Peningkatan kapasitas (liter/detik)
✓ Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
4. Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
• Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku relatif
sulit)
• Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama