• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat

ABSTRAK

Budidaya sayuran organik memiliki peluang untuk dikembangkan di Kota Pontianak dan Kabupaten Kuburaya Provinsi Kalimantan Barat, tetapi pengembangannya menghadap beberapa permasalahan teknis budidaya, pemasaran dan kelembagaan. Penelitian ini bertujuan menginventarisir kendala dan prospek pengembangan budidaya sayuran organik di Kota Pontianak dan Kabupaten Kuburaya Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan April s/d November 2011. Data primer dikumpulkan melalui diskusi dan wawancara langsung dengan petani, sedangkan data sekunder berasal dari evaluasi internal dan desk study yang dilakukan oleh BPTP Kalimantan Barat.

Hasil kajian menunjukkan bahwa Petani sayuran di Kota Pontianak memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis budidaya dalam pengembangan sayuran organik, dibandingkan mayoritas petani di Kabupaten Kubu Raya, namun petani di dua lokasi ini memiliki masalah yang sama dalam pemasaran dan kelembagaan. Salah satu permasalahan krusial dalam upaya pengembangan sayuran organik adalah penyediaan akses pasar bagi produk-produk sayuran organik. Pola pengembangan kedepan diharapkan berupa suatu kegiatan yang dibangun bersama antar instansi pelaksana pendampingan, sehingga kegiatan yang sampai kepada pengguna (petani) memiliki visi dan misi yang sama.

Katakunci: Sayuran organik, pendampingan, Pemasaran, Kelembagaan, Pen- dampingan

PENDAHULUAN

Pertanian organik merupakan praktik budidaya ramah lingkungan, yang sangat baik diterapkan secara massal, karena menurunkan emisi terutama CO2, CH4 dan N2O. Selain itu, kegiatan pertanian organik mendukung kearifan lokal seperti penerapan adat dan pemanfaatan sumberdaya lokal. Peluang pengembangan pertanian organik sangat besar. FAO memprediksikan pasar global pangan organik yang tahun 2006 senilai US $ 40 miliar, akan mencapai US $ 70 miliar tahun 2012. Di tingkat nasional, tren positif kegiatan pertanian organik terlihat dari pertambahan luas areal pertanian organik di Indonesia. Pada tahun 2004, International Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM) melansir, Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0,09%) lahan pertaniannya untuk pertanian organik. Namun pada 2010, Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang merupakan anggota dari IFOAM, mencatat luas area pertanian organik Indonesia seluas 238.872,24 Ha. Hal ini berarti terjadi peningkatan luas area pertanian organik hampir 600% selama kurun waktu 6 tahun.

(2)

292

Kalimantan Barat perlu segera mengambil peluang ini. Selain untuk memenuhi permintaan pasar dunia, masyarakat Kalimantan Barat sendiri adalah konsumen sayuran yang loyal. Di kota Pontianak, sayuran organik memiliki banyak peminat baik perorangan maupun perkumpulan, dan peminat ini diyakini akan terus tumbuh. Di tingkat produsen, beberapa tahun terakhir beberapa petani telah membudidaya sayuran secara organik, namun tidak terorganisir dan tersebar di beberapa lokasi secara sporadis.

Pengembangan budidaya sayuran organik telah mendapat dukungan dari instansi pemerintah, LSM, maupun organisasi, baik di tingkat pusat maupun daerah, sesuai dengan kapasitas masing-masing lembaga/institusi. Di Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, telah dilaksanakan kegiatan pendampingan guna mendukung pengembangan kawasan sayuran organik, yang melibatkan Dinas Pertanian Kota/kabupaten/

Provinsi dan BPTP Kalimantan Barat. Masing-masing kota/kabupaten di Kalimantan Barat memiliki komoditi unggulan daerah yang berbeda, dan menjadikannya sebagai fokus komoditi pada kegiatan pendampingan. Di Kota Pontianak, pendampingan kawasan hortikultura diarahkan pada pengembangan kawasan sayuran organik karena daerah ini memang merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Kalimantan Barat. Sebaliknya Kabupaten Kuburaya memiliki beberapa komoditi unggulan lain, yaitu Nenas, Pisang dan Jeruk. Kajian ini bertujuan untuk menginventarisir kendala dan prospek pengembangan budidaya sayuran organik yang memanfaatkan sumberdaya lokal di Kotamadya Pontianak dan Kabupaten Kuburaya Provinsi Kalimantan Barat.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Pontianak (Kecamatan Pontianak Utara) dan Kabupaten Kuburaya (Kecamatan Ambawang dan Sungai Raya), pada bulan April s/d November 2011. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui diskusi dan wawancara langsung dengan petani. Sebaliknya data sekunder dikumpulkan melalui evaluasi internal BPTP Kalimantan Barat dan desk study berdasarkan pendampingan program pengembangan kawasan hortikultura tahun 2010.

Penelitian ini mengacu pada kegiatan Kajian Pola Pendampingan Inovasi pada Program Strategis Kementerian Pertanian di Propinsi Kalimantan Barat.

Teknisnya dilaksanakan dengan mengundang sebanyak 30 orang petani di setiap lokasi, kemudian dilakukan sosialisasi tentang maksud dan tujuan penelitian. Setelah diberikan arahan secukupnya, petani yang hadir dibagi menjadi 3 kelompok diskusi. Aspek yang dibahas di setiap kelompok dibedakan, yaitu (1) aspek budidaya, (2) aspek pemasaran, dan (3) aspek permodalan dan kelembagaan. Setiap kelompok diskusi dipandu oleh seorang pendamping dari BPTP Kalimantan Barat, untuk menggali permasalahan dan harapan terkait dengan pelaksanaan kegiatan pendampingan, dengan batasan pembahasan sesuai aspek masing-masing kelompok. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengacu pada panduan yang telah disiapkan oleh tim.

(3)

organik sebagai komoditi unggulan. Sementara itu, di Kota Pontianak selama kurun waktu 2010 s/d 2011 telah dilakukan beberapa kegiatan pendampingan di antaranya: demplot sayuran organik, sekolah lapang GAP/SOP, kunjungan lapang, penyediaan teknologi informasi, dan bantuan saprodi (Gambar 1).

Gambar 2. Gambaran sinergisme pola pendampingan yang diharapkan dari Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kota/Kabupaten dan BPTP.

Hasilnya, petani sayuran di Kota Pontianak telah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai terutama teknis budidaya dibandingkan mayoritas petani di Kabupaten Kubu Raya. Dalam aspek pemasaran dan kelembagaan, rata-rata petani memiliki pemahaman dan kendala yang sama antara petani di Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak. Aspek pemasaran dan kelembagaan merupakan faktor kunci keberhasilan dari kegiatan agribisnis sayuran organik. Ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan sayuran organik di Kalimantan Barat masih memiliki tantangan yang besar untuk dipecahkan. Kinerja pendampingan belum berhasil menjawab akar permasa- lahan yang dihadapi petani sayuran. Walaupun demikian, kegiatan pendamping- an mampu meningkatkan pemahaman petani tentang budidaya sayuran organik.

Kondisi umum kegiatan budidaya sayuran disajikan pada Tabel 1.

Gambaran umum peluang dan kendala pengembangan A. Kota Pontianak

Permasalahan petani cenderung lebih homogen dan sudah mengarah kepada upaya dan kendala yang muncul pada pengembangan kawasan sayuran organik.

(4)

294

Kegiatan pendampingan yang telah dilakukan selama ini antara lain:

demplot sayuran organik, sekolah lapang GAP/SOP, kunjungan lapang, penyediaan teknologi informasi, dan bantuan saprodi

‐ Adanya kegiatan pendampingan tersebut telah membuka wawasan petani tentang pertanian organik dan mampu memotivasi untuk menerapkannya di lapangan.

Beberapa petani bahkan telah mencoba memasarkan produk sayuran organik secara mandiri ke swalayan lokal, meskipun menghadapi kendala keterbatasan modal.

Tabel 1. Kondisi umum kegiatan budidaya, pemasaran dan kelembagaan petani di Kota Pontianak dan Kabupaten Kuburaya

Aspek Kota Pontianak Kabupaten Kubu Raya

Budidaya - Persiapan & pengolahan lahan seca- ra konvensional dengan tebas bakar - Tidak ada perlakuan benih sebelum

penyemaian

- Abu dan kotoran ayam disebar di bedengan ditambah dengan pupuk organik dan disiram dengan MOL - Pengendalian OPT menggunakan

pestisida organik buatan pabrik

- Persiapan dan pengolahan lahan secara konvensional dengan cara tebas bakar - Tidak ada perlakuan benih sebelum

penyemaian

- Pengetahuan tentang OPT rendah, Pe- ngendalian pestisida dengan coba-coba.

Pemasaran - Hasil panen dijual di pasar tradisional, tukang jajah sayur sisanya diberikan ke agen

- Sayuran dijual dalam bentuk segar - Penjualan juga dilakukan dengan

borongan tanpa ada pengkelasan atau klasifikasi

- Harga ditentukan oleh pasar

- Hasil panen dijual ke agen, harga ditentukan agen.

- Sayuran juga dijual dipasar tradisional, atau dititipkan di warung

- Petani menjual sayuran dalam bentuk segar.

- Belum ada pengetahuan cara pengemasan sayuran

- Penjualan kadang-kadang berdasarkan permintaan pasar

Permodalan dan Kelem- bagaan

- Modal terbatas

- Peran Gapoktan belum optimal - Terkadang pertemuan kelompok tani

membahas permasalahan dari budi- daya sampai dengan paska panen.

- Modal terbatas

- Poktan dan gapoktan dibentuk hanya formalitas karena tidak melibatkan petani - Terkadang petani/poktan mencari sendiri

sendiri pinjaman modal

B. Kabupaten Kubu Raya

‐ Permasalahan pada aspek budidaya, pemasaran dan kelembagaan cukup beragam dan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan kultur budaya masyarakat. Petani penduduk asli cenderung menyerap inovasi teknologi lebih terbatas dibandingkan petani pendatang.

Petani/kelompok tani yang memiliki sumber penghasilan lain diluar ko- moditi hortikultura cenderung memiliki permasalahan lebih beragam/

kompleks. Di Desa Pancaroba, petani umumnya memiliki mata pen- caharian lain dari perkebunan karet, sehingga budidaya sayuran kurang berkembang dan terbatas dibanding petani di Desa Ampera yang bertanam sayuran secara intensif sebagai mata pencaharian utama.

‐ Antusiasme petani/kelompok tani di suatu kawasan mencerminkan potensinya dalam pengembangan kawasan hortikultura

Pengetahuan budidaya dan pengendalian OPT pada tanaman sayuran masih minim, dan belum ada kegiatan budidaya sayuran organik.

Umumnya teknis budidaya dilakukan secara konvensional, sehingga memerlukan pendampingan lebih intensif.

(5)

Budidaya - Harga abu dan kotoran ayam mahal - Pupuk dan pestisida organik sulit

didapat dan harganya mahal

- Kualitas dan daya adaptasi benih kurang sesuai

- Pengetahuan petani cara pengendalian OPT kurang

Pemasaran - Persaingan harga cenderung dimonopoli oleh pihak-pihak tertentu - Pasar lebih cenderung meminta produk

dengan tampilan fisik yang mulus

- Harga sayuran tidak stabil - Gapoktan kurang berfungsi dalam

pemasaran hasil Permodalan

dan Kelem- bagaan

- Asosiasi petani sayur organik belum legal

- Program kerja yang belum berjalan - Kurangnya pelatihan dan pembinaan

yang terjadwal

- Petani berjalan sendiri dalam pemasaran

- Modal usaha kurang - Belum cara pinjam modal

- Belum pernah pelatihan atau bimbingan dalam pengajuan pinjaman

- Program KUR sulit diakses dan jika ada harus pakai jaminan

Tabel 3. Harapan petani dalam upaya pengembangan budidaya sayuran organik

Kota Pontianak Kabupaten Kubu Raya

Budidaya - Pupuk dan pestisida organik mudah didapat dan murah

- Pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida organik - Perbaikan bentuk fisik sayur

- Adanya alat-alat pengolahan lahan - Adanya pendampingan dan

penyuluhan intensif tentang teknologi budidaya

- Adanya demplot pertanian organik Pemasaran - Harga di pasar bisa stabil

- Tersedi pasar sayuran organik - Tersedianya teknologi pengolahan

untuk produk sayuran organik - Perlu penyuluhan sayuran organik

- Adanya kepastian harga jual sayur - Adanya kios pertanian untuk

menampung sayuran

- Standarisasi harga sayuran organik - Adanya sentuhan teknologi agar

harga dipasaran bisa bersaing Permodalan dan

Kelembagaan

- Peran serta pemerintah, khususnya dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk menguatkan fungsi kelompok tani, Asosiasi, dan gapoktan

- Adanya pendampingan

kelembagaan yang terjadwal oleh instansi terkait

- Adanya tambahan modal - Pelatihan atau bimbingan

mendapatkan akses permodalan - Adanya kemudahan untuk

mengakses permodalan

- Mengaktifkan poktan dan gapoktan

Gambaran pola pendampingan eksisting

Pendampingan program pengembangan kawasan hortikultura sayuran organik oleh Dinas Pertanian kota/provinsi dan BPTP belum harmonis dalam pra- pelaksanaannya.

Gambaran pola pengembangan ke depan

Pola pendampingan kedepan diharapkan berupa suatu kegiatan yang dibangun bersama antar instansi pelaksana pendampingan, sehingga kegiatan yang sampai kepada pengguna (petani) memiliki visi dan misi yang sama.

Melalui pola pendampingan yang sinergis, diharapkan akan terjadi percepatan adopsi inovasi teknologi budidaya sayuran organik. Tantangan dalam aspek pemasaran dan kelembagaan yang selama ini menjadi hambatan utama dalam pengembangan budidaya sayuran organik, akan lebih mudah diperoleh jalan keluarnya.

(6)

296

KESIMPULAN

1. Petani sayuran di Kota Pontianak memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis budidaya dalam pengembangan sayuran organik, dibandingkan mayoritas petani di Kabupaten Kubu Raya, namun petani di dua lokasi ini memiliki masalah yang sama dalam pemasaran dan kelembagaan. Salah satu permasalahan krusial dalam upaya pengembangan sayuran organik adalah penyediaan akses pasar bagi produk-produk sayuran organik.

2. Pola pengembangan kedepan diharapkan berupa suatu kegiatan yang dibangun bersama antar instansi pelaksana pendampingan, sehingga kegiatan yang sampai kepada pengguna (petani) memiliki visi dan misi yang sama.

Gambar

Gambar 2. Gambaran sinergisme pola pendampingan yang diharapkan dari Dinas     Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kota/Kabupaten dan BPTP
Tabel 1. Kondisi umum kegiatan budidaya, pemasaran dan kelembagaan petani di Kota Pontianak  dan Kabupaten Kuburaya
Tabel 3.  Harapan petani dalam upaya pengembangan budidaya sayuran organik

Referensi

Dokumen terkait

Seiring waktu berjalan terkadang dapat dijumpai dalam praktek dilapangan, pada saat surat perjanjian pemborongan pembangunan rumah huni telah terjadi perubahan

Menurut Sutoro Eko (2013), pelaksanaan kegiatan pemberdayaan BUMDesa yang dilakukan secara serentak memperlihatkan langkah yang instan dalam membangun BUMDesa tanpa

Secara terbuka dapat dilakukan dalam suatu acara khusus yang diselenggarakan untuk deklarasi pembentukan PKBM baik dilakukan hanya di lingkungan

kooperatif tipe Investigasi kelompok pada materi trapesium di kelas VII. Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah data kemampuan guru mengelola pembelajaran,

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Pemanfaatan AutoCad dalam Penyelesaian Tugas Terhadap

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terhadap kajian Etika dan Estetika Cerita Panji Sekar Karya Sunan Pakubuwono IV menjelaskan tentang nilai etika dan unsur estetika

(1) Harapan terhadap terhadap layanan di PGPAUD UNJ adalah kualitas SDM yang menunjang (dosen dan karyawan) sehingga mampu memberikan layanan pendidikan dan administrasi yang

Ma hine Learning Appli ations to Self-Organizing Networks: Cell Sele tion and Coverage and Capa ity Optimization Use Cases... A knowledgments Firstly, I would like to express my sin