KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Denpasar telah dapat diselesaikan penyusunannya. Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Denpasar, merupakan tindaklanjut dari keikutsertaan Pemerintah Kota Denpasar dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), serta komitmen Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka meningkatkan pembangunan sektor sanitasi Kota Denpasar yang terintegrasi dan komprehensif.
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Denpasar merupakan dokumen rencana strategis sanitasi yang dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor sanitasi Kota Denpasar berjangka menengah 5 (lima) tahun kedepan (2014-2018). Strategi ini untuk mensinergikan upaya- upaya yang akan dilakukan pemerintah (pusat, provinsi, kota), sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun kelompok masyarakat. Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Denpasar disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kota Denpasar mulai Tahun 2014 hingga Tahun 2018. Dengan tersusunnya Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Denpasar diharapkan dapat mendukung program “Bali Clean and Green”
dan menjadi dokumen perencanaan legal untuk perbaikan pembangunan sanitasi Kota Denpasar.
Melalui kata pengantar ini, kami mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak terutama Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi (Pokja Sanitasi) Kota Denpasar yang telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota Denpasar. Strategi Sanitasi Kota Denpasar ini dirasakan masih jauh dari sempurna, namun kami berharap substansi dalam Strategi Sanitasi Kota Denpasar ini dapat dijadikan masukan dan pelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menjawab tantangan dan peningkatan akses masyarakat Kota Denpasar terhadap lanyanan sanitasi yang lebih baik.
Denpasar, Desember 2013 WALIKOTA DENPASAR
RAI DHARMAWIJAYA MANTRA
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan dokumen perencanaan sanitasi jangka menengah (5 tahunan) yang komprehensif dan bersifat strategis. Dengan tetap memperhatikan skala prioritas sesuai dengan kemampuan daerah. Sebagai dokumen perencanaan, SSK tidak boleh bertentangan dengan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kota Denpasar. Oleh sebab itu, dalam penyusunannya SSK harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Denpasar, Provinsi dan Nasional, Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya. Selain itu juga perlu mengacu kepada target-target Millinium Development Goals (MDGs) maupun peraturan dan perundangan yang berlaku di tingkat nasional maupun provinsi.
SSK Kota Denpasar ini merupakan Buku Induk terhadap rencana teknis pengembangan pembangunan di bidang sanitasi dan menjadi dasar serta acuan terhadap semua pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan terpadu secara berkesinambungan, SSK merupakan hasil kerja berbagai komponen Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan lembaga lain yang terkait dengan sanitasi serta stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap masalah ini. Dengan demikian, diharapkan SSK menjadi acuan dan dasar hukum bagi Pokja Kota Denpasar dalam meimplementasikan dengan memperhatikan empat ciri pendekatan yang dikembangkan, yaitu dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kota sendiri secara terintegrasi, skala kabupaten, top-down meets bottom-up dan didasarkan bukti material (evidence-based). Sedangkan Tujuan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini adalah : (1) SSK ini disusun sebagai rencana pembangunan 5 tahunan bidang/sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 ; (2) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan rencana operasional tahapan pembangunan sanitasi ; (3) Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi,masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi daerah Kota Denpasar ; (4)
SSK merupakan pedoman yang bersifat strategi dalam penanganan sanitasi Kota Denpasar yang disusun berdasarkan urutan skala prioritas.
Berpijak pada kondisi dan potensi daerah kekinian dengan memperhitungkan potensi, tantangan, dan peluang ke depan, disamping mengenali berbagai isu-isue strategis, baik di
lingkungan daerah sendiri (internal) maupun pengaruh dari luar daerah (eksternal) serta memperhatikan Visi Pembangunan Nasional 2005-2025, maka Visi Sanitasi Kota Denpasar adalah
“Terwujudnya Sanitasi Kota Denpasar Sebagai Kota Berwawasan Budaya yang Bersih, Sehat, Nyaman dan Harmonis dalam Keseimbangan Secara Berkelanjutan pada Tahun 2033”.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Ringkasan Eksekutif... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Metodologi Penyusunan ... 3
1.3 Dasar Hukum ... 4
1.4 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II KEMAJUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN SANITASI ... 6
2.1. Gambaran Wilayah Kota ... 6
2.1.1. Administrasi Wilayah ... 6
2.1.2. Kependudukan ... 9
2.1.3. Kebijakan Pembangunan ... 10
2.1.4. Kelembagaan Pemerintah Daerah ... 20
2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK ... 23
2.2.1. Air Limbah Domestik... 23
2.2.2. Persampahan ... 26
2.2.3. Drainase ... 32
2.3. Area Beresiko Dan Permasalahan Sanitasi ... 37
2.3.1. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik ... 37
2.3.2. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan ... 41
2.3.3. Area Beresiko dan Permasalahan Drainase ... 44
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI ... 47
3.1. Visi dan Misi Sanitasi ... 47
3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi... 51
3.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi ... 51
3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi ... 54
3.3. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah ... 53
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI ... 63
4.1. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik ... 65
4.2. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan ... 69
4.3. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase ... 72
4.4. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 75
BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN ... 78
5.1. Ringkasan Program Dan Kegiatan Sanitasi ... 79
5.2. Program Dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik ... 84
5.3. Program Dan Kegiatan Pengembangan Persampahan ... 90
5.4. Program Dan Kegiatan Pengembangan Drainase ... 102
5.5. Program Dan Kegiatan Pengembangan PHBS ... 113
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI ... 118
6.1. Strategi Monitoring Dan Evaluasi ... 118
6.2. Mekanisme Monev Implementasi SSK ... 126
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1.
Peta Batas Wilayah Adminsitratif Kota Denpasar ... 3
2.1. Grafik Pembagian/Luas Wilayah di Denpasar Per Kecamatan (Km2) ... 6
2.2. Peta Batas Wilayah Administratif Kota Denpasar ... 8
2.3. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Denpasar ... 13
2.4. Rencana Pola Ruang Kota Denpasar ... 17
2.5. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Denpasar ... 22
2.6. Peta Cakupan Akses Pengelolaan Air Limbah ... 26
2.7. Peta Cakupan Akses Persampahan ... 32
2.8. Resiko Banjir Dan Genangan ... 37
2.9. Peta Area Beresiko Air Limbah... 39
2.10. Peta Area Beresiko Persampahan ... 42
2.11. Peta Area Beresiko Drainase ... 45
3.1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik ... 51
3.2. Tahapan Pengembangan Persampahan ... 52
3.3. Tahapan Pengembangan Drainase ... 53
5.1. Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Perbandingan Kondisi Sanitasi Kota Denpasar dengan Target Nasional dan
Daerah ... 2
2.1. Luas Wilayah Kota Denpasar per Kecamatan ... 6
2.2. Luas Wilayah Administrasi Kota Denpasar Per Desa/Kelurahan ... 7
2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kota Denpasar 2011 ... 9
2.4. Pertumbuhan Penduduk Kota Denpasar 2007-2011 ... 10
2.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Denpasar Sampai Tahun 2016 ... 10
2.6. Rincian Rencana Pola Ruang Kota Denpasar Tahun 2030... 16
2.7. Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah ... 25
2.8. Timbulan Sampah (m3/hari) Terangkut dan Instansi yang Mengangkut ... 27
2.9. Pengelolaan Kompos Swadaya ... 30
2.10. Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Persampahan... 31
2.11. Area Genangan Tahun 2007 ... 34
2.12.
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Drainase ... 362.13. Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah ... 40
2.14. Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Persampahan ... 43
2.15. Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Drainase ... 46
3.1. Visi dan Misi ... 48
3.2. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik ... 55
3.3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan ... 56
3.4. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase ... 57
3.5. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ... 58
3.6. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD ... 59
3.7. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan ... 60
3.8. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional / Pemeliharaan Sanitasi ... 60
3.9. Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten/Kota ... 61
3.10. Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten/Kota dalam Mendanai Program /
Kegiatan SSK ... 62
4.1. Analisis SWOT Air Limbah Domestik ... 65
4.2. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik ... 67
4.3. Analisis SWOT Persampahan ... 69
4.4. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan ... 71
4.5. Analisis SWOT Drainase ... 72
4.6. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase ... 74
4.7. Analisis SWOT Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 75
4.8. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan
Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat... 77
5.1a Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... 80
5.1.b Ringkasan Indikasi Sumber Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... 81
5.1.c Ringkasan Indikasi Sumber Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... 81
5.1d Ringkasan Indikasi Sumber Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... 82
5.1e Ringkasan Indikasi Sumber Pendanaan Dan/Atau Pembiayaan Sanitasi Untuk 5 Tahun ... 82
5.2a Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik ... 85
5.2b Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan APBN ... 86
5.2c Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan APBD Provinsi Bali ... 89
5.2d Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber Pendanaan APBK Kota Denpasar ... 89
5.3a Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan ... 91
5.3b Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan APBN .. 96
5.3c Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan APBD Provinsi Bali ... 98
5.3d Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan Sumber Pendanaan APBK Kota Denpasar ... 99
5.4a Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase ... 103
5.4b Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan APBN ... 106
5.4c Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan APBD Provinsi Bali ... 109
5.4d Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan APBK Kota Denpasar ... 110
5.4e Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Sumber Pendanaan PDAM Kota Denpasar ... 112
5.5a Program dan Kegiatan Pengembangan PHBS ... 114
5.5b Program dan Kegiatan Pengembangan PHBS Sumber Pendanaan APBK Kota Denpasar ... 116
6.1. Matriks Monev Implementasi ... 121
6.2. Mekanisme Monev Implementasi SSK ... 128
6.3. Matriks Kerangka Logis ... 134
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan Pembangunan Kota Denpasar harus dapat memberikan perhatian lebih besar kepada program peningkatan kualitas lingkungan hidup, peningkatan kualitas permukiman dan kesehatan masyarakat. serta mengantisipasi permasalahan sosial. Prioritas dalam peningkatan kualitas lingkungan adalah pengelolaan sanitasi, baik sanitasi dalam kedudukan sebagai salah satu kegiatan sektoral yang menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan maupun sanitasi sebagai bagian dari system pengembangan kawasan di wilayah permukiman, pengelolaan lingkungan, peningkatan kualitas sanitasi di Kota Denpasar lebih difokuskan kepada upaya peningkatan kualitas sanitasi yang berbasis masyarakat. Sedangkan sebagai subsistem pengembangan kawasan, peningkatan kualitas sanitasi difokuskan kepada penataan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan dan mencegah terkontaminasi air tanah dari limbah hasil kegiatan manusia khususnya di lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan atau kawasan kumuh serta peningkatan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat.
Menyadari perlunya perhatian lebih terhadap sektor sanitasi, Pemerintah Kota Denpasar kemudian menyusun strategi untuk pengelolaan sanitasi, yang tertuang dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), dimana SSK merupakan dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan sektor sanitasi suatu Kabupaten / Kota, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK dibutuhkan agar pengelolaan sanitasi kabupaten bisa berjalan secara sistematis, terencana, terpadu, terintegrasi,tepat sasaran, sesuai kebutuhan, berkelanjutan dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Sebagai dokumen perencanaan, SSK tidak boleh bertentangan dengan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kota Denpasar. Oleh sebab itu, dalam penyusunannya SSK harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Denpasar, Provinsi dan Nasional, Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya. Selain itu juga perlu mengacu kepada target-target Millinium Development Goals (MDGs) maupun peraturan dan perundangan yang berlaku di tingkat nasional maupun provinsi. Tabel berikut memperlihatkan hubungan antara kondisi Kota Denpasar saat ini dengan target sanitasi dari RPJMN, Permen 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal, RPJMD Provinsi Bali, dan RPJMD Kota Denpasar.
Tabel 1.1. Perbandingan Kondisi Sanitasi Kota Denpasar dengan Target Nasional dan Daerah Sektor
Sanitasi RPJMN 2010 - 2014 Permen 14 Tahun 2010
(Standar Pelayanan Minimal)
RPJMD Provinsi Bali
2008 - 2013
RPJMD Kota Denpasar
2008- 2013
Kondisi Saat ini di Kota Denpasar Air Limbah Stop BABs pada akhir tahun 2014, perluasan
layanan air limbah meningkat dari 20 % di 16 kota (5 diantaranya system baru).
Tersedianya akses terhadap sitem
pengelolaan off site bagi 10 % total penduduk, baik melalui system sekala kota 5 % dan skala komunal 5 %, serta penyediaan akses dan eningkatan kualitas terhadap system air limbah setempat (on site) yang layak bagi 90
% total penduduk
a) Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai.
b) Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
Cakupan pelayanan air limbah (domestik perkotaan) sebesar 72 % pada tahun 2013
Cakupan pelayanan air limbah (domestic perkotaan) sebesar 72 % pada tahun 2013
Sebagian besar masyarakat masih menggunakan tangki septic
Pelayananan DSDP Tahap I sudah mencapai 8647 SR
Sanimas di Kel Ubung, Pemecutan Kaja, Tegal Kertha, Dangin Puri Kelod, Pemecutan Kelod Persampahan Meningkatnya sampah yang terangkut hingga
80% rumah tangga di daerah perkotaan a) Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan.
b) Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan.
Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan sebesar 80
% pada tahun 2013.
Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan sebesar 80
% pada tahun 2013.
Target pengurangan sampah 20%, tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan 70%
Cakupan pelayanan persampahan perkotaan pada saat ini baru mencapai 51,8 %.
Drainase Berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan
Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.
Masih terdapat
genangan dibeberapa titik pusat kota.
Melihat kondisi sanitasi di Kota Denpasar saat ini seperti pada tabel diatas, terutama pada sektor persampahan yang masih jauh dari target dengan selisih hampir 20%, maka perlu adanya pemutakhiran SSK agar target sanitasi dapat dicapai lebih terarah dan lebih relevan dengan kondisi saat ini di Kota Denpasar.
1.2. METODOLOGI PENYUSUNAN
Strategi Sanitasi Kota Denpasar ini disusun oleh Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (Pokja PPSP) secara partisipatif dan terintegrasi melalui diskusi, lokakarya, pembekalan, maupun pelatihan-pelatihan. Kegiatan Pokja tersebut dilakukan baik oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari CF (City Fasilitator) dan tim KMW (Konsultan Manajemen Wilayah). Metode dalam penyusunan SSK ini mengunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap dan menyeluruh.
Metode penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten ini, terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kabupaten saat ini (data-data dari Buku Putih Sanitasi), untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini Pokja mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kabupaten untuk memastikan kondisi saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan- permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi kabupaten. Kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri dari sub sektor air limbah, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan air bersih serta aspek pendukung. Metode yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi.
2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan dalam Visi, Misi sanitasi kabupaten, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kota. Dalam perumusan ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di kabupaten.
3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan digunakan untuk mendeskripsikan isu strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.
4. Merumuskan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah (5 tahun). Dengan analisis SWOT yaitu mengkaji Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman dan Diagram sistem sanitasi.
Secara umum metode dalam penyusunan SSK terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Pengkajian Buku Putih dan Dokumen Rujukan Lainnya
Pengkajian Buku Putih dan Dokumen rujukan lainnya dimaksudkan untuk mengingatkan kembali mengenai hal – hal yang dituliskan dakam Buku Putih maupun dokumen lainnya.
2. Penetapan Visi dan Misi Sanitasi
Setelah pengkajian buku putih dan dokumen rujukan lainnya dilaksanakan, maka dilakukan penetapan visi dan misi sanitasi kabupaten, yang akan menjadi acuan.
3. Perumusan Arah Pengembangan Strategi
Perumusan arah pengembangan strategi meliputi kebijakan dan Arahan Strategi, Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pembangunan Sanitasi, Tujuan, Sasaran pengelolaan sanitasi
A. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penyusunan SSK adalah mengacu dari Buku Putih Sanitasi dan dokumen – dokumen perencanaan strategis lainnya dari berbagai SKPD, yang menyangkut pengelolaan sanitasi kabupaten.
B. Proses Penyepakatan Data
Penyepakatan data diperoleh melalui diskusi (focus group discussion) yang dilakukan secara mendalam oleh pihak – pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi dilaksanakan untuk memberikan gambaran yang jelas terkait dengan kebutuhan daerah untuk pembangunan di sektor sanitasi.
1.3. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang RI nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
3. Undang-undang RI nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-undang RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-undang RI nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
6. Undang-undang RI nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
7. Undang-undang RI nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
8. Undang-undang RI nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
9. Undang-undang RI nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;
10. Undang-undang RI nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
11. Undang-undang RI nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
12. Peraturan Pemerintah RI nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
13. Keputusan Presiden RI nomor 7 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 – 2009;
14. Peraturan Menteri PU nomor 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman;
15. Peraturan Menteri PU nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Sistem Penyediaan Air Minum;
16. Peraturan Menteri PU nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Sistem Pengelolaan Persampahan.
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
Dokumen ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu:
Bab 1. Pendahuluan
Menggambarkan tentang latar belakang, metodelogi penyusunan, dasar hokum dan sistematika penulisan.
Bab 2. Kemajuan Pelaksanaan Pembangunan Sanitasi
Berisi tentang gambaran umum wilayah kota, kemajuan pelaksanaan SSK, area beresiko dan permasalahan sanitasi.
Bab 3. Kerangka Pengembangan Sanitasi
Berisi uraian tentang visi dan misi sanitasi, penatahapan pengembangan sanitasi, serta kemampuan pendanaan sanitasi daerah.
Bab 4. Strategi Pengembangan Sanitasi
Berisi uraian dari strategi pengembangan sanitasi pada sub sektor air limbah domestik , persampahan dan drainase.
Bab 5. Program dan Kegiatan
Berisi ringkasan yang berkaitan dengan program dan kegiatan serta uraian tentang program dan kegiatan dari masing-masing sub sektor sanitasi yaitu air limbah domsetik, persampahan dan drainase
Bab 6. Strategi Monev
Berisi mengenai strategi pelaksanaan monitoring dan evaluasi dari program dan kegiatan seanitasi yang akan dilakukan Kota Denpasar dalam rangka pencapaian target yang diharapkan.
BAB II
KEMAJUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN SANITASI
2.1. GAMBARAN WILAYAH KOTA 2.1.1. Administrasi Wilayah
Menurut letak geografis Kota Denpasar berada antara 08⁰ 35’ 31”- 08⁰ 44’ 49” Lintang Selatan, 115⁰ 10’ 23” - 115⁰ 16’ 27” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Denpasar adalah 12.778 Ha atau 2,18 persen dari luas wilayah Propinsi Bali. Tabel 2.2 yang menunjukkan jumlah luas wilayah Kota Denpasar per kecamatan. Batas wilayah Kota Denpasar adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Badung
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Badung
Sebalah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gianyar
Tabel 2.1. Luas Wilayah Kota Denpasar per Kecamatan No Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
(1) (2) (3)
1 Denpasar Selatan 49.99 2 Denpasar Timur 22.31 3 Denpasar Barat 24.06 4 Denpasar Utara 31.42
Sumber : Kota Denpasar dalam Angka, 2012 Gambar 2.1. Grafik pembagian/
Luas Wilayah di Denpasar Per Kecamatan (Km2)
Denpasar secara administratif wilayah memiliki 4 kecamatan, 43 desa/kelurahan yaitu Kecamatan Denpasar Selatan yang terdiri dari 10 Desa, Kecamatan Denpasar Timur 11 Desa/Kelurahan, Kecamatan Denpasar Barat 11 desa/kelurahan, dan Kecamatan Denpasar Utara 11 desa/kelurahan.
Tabel 2.2. Luas Wilayah Administrasi Kota Denpasar Per Desa/Kelurahan
NO KECAMATAN LUAS (HA) % Ls Wil.
I DENPASAR 1 Kelurahan Dangin Puri Kaja 142,00 1,11
UTARA 2 Desa Dangin Puri Kangin 75,00 0,59
3 Kelurahan Tonja 230,00 1,80
4 Desa Dangin Puri Kauh 72,00 0,56 5 Desa Pemecutan Kaja 385,00 3,01
6 Desa Ubung 103,00 0,81
7 Desa Ubung Kaja 400,00 3,13
8 Desa Dauh Puri Kaja 109,00 0,85 9 Kelurahan Peguyangan 644,00 5,04 10 Desa Peguyangan Kaja 536,00 4,19 11 Desa Peguyangan Kangin 416,00 3,26
Sub Jumlah 3.112,00 24,35
II DENPASAR 1 Desa Padang Sambian Klod 412,00 3,22
BARAT 2 Desa Pemecutan Klod 450,00 3,52
3 Desa Dauh Puri Kauh 190,00 1,49 4 Desa Dauh Puri Klod 188,00 1,47
5 Desa Dauh Puri 60,00 0,47
6 Desa Dauh Puri Kangin 59,00 0,46
7 Desa Pemecutan 186,00 1,46
8 Desa Tegal Harum 50,00 0,39
9 Desa Tegal Kertha 35,00 0,27
10 Desa Padang Sambian 374,00 2,93 11 Desa Padang Sambian Kaja 409,00 3,20
Sub Jumlah 2.413,00 18,88
III DENPASAR 1 Desa Dangin Puri Klod 142,00 1,11
TIMUR 2 Desa Sumerta Klod 271,00 2,12
3 Kelurahan Kesiman 266,00 2,08
4 Desa Kesiman Petilan 290,00 2,27 5 Desa Kesiman Kertalangu 405,00 3,17
6 Kelurahan Sumerta 52,00 0,41
7 Desa Sumerta Kaja 73,00 0,57
8 Desa Sumerta Kauh 89,00 0,70
9 Kelurahan Dangin Puri 65,00 0,51
10 Kelurahan Penatih 281,00 2,20
11 Desa Penatih Dangin Puri 320,00 2,50
Sub Jumlah 2.254,00 17,64
IV DENPASAR 1 Desa Pemogan 971,00 7,60
SELATAN 2 Kelurahan Pedungan 749,00 5,86
3 Kelurahan Sesetan 739,00 5,78
4 Kelurahan Serangan 481,00 3,76
5 Desa Sidakarya 389,00 3,04
6 Kelurahan Panjer 359,00 2,81
7 Kelurahan Renon 254,00 1,99
8 Desa Sanur Kauh 386,00 3,02
9 Kelurahan Sanur 402,00 3,15
10 Desa Sanur Kaja 269,00 2,11
Sub Jumlah 4.999,00 39,12
KOTA DENPASAR TOTAL JUMLAH (HA) 12.778,00 100,00 DESA/KELURAHAN
Sumber : Modifikasi Denpasar dalam angka, 2012
Gambar 2.2. Peta Batas Wilayah Adminsitratif Kota Denpasar
2.1.2. Kependudukan
Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk tahun 2011, penduduk kota Denpasar pada tahun 2011 berjumlah 804.905 jiwa yang terdiri dari 413.355 penduduk laki-laki (51,35%) dan 391.570 penduduk perempuan (48,65%).
Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah kecamatan Denpasar Barat dengan penduduk sebesar 242.622 jiwa atau sebesar 30,14% dari seluruh penduduk Denpasar yang diikuti oleh Kecamatan Denpasar Selatan 222.315 jiwa (27,62%), Kecamatan Denpasar Utara 187.914 jiwa (23,35%) dan Kecamatan Denpasar Timur (18,89%).
Kepadatan penduduk di kota Denpasar pada tahun 2011 telah mencapai 6.304 jiwa per km2. Angka ini merupakan angka tertinggi di Propinsi Bali. Dari 4 kecamatan, yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Denpasar Barat (10.084 jiwa per km2). Kemudian Kecamatan Denpasar Timur (6.815 jiwa per km2), Kecamatan Denpasar Utara (5.981 jiwa per km2) dan Kecamatan Denpasar Selatan (4.447 jiwa per km2). Sedangkan untul sex rationya secara umum penduduk laki-laki di kota Denpasar lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini terlihat dari angka sex ratio kota Denpasar sebesar 106.
Secara keseluruhan, kependudukan kota Denpasar dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kota Denpasar Tahun 2011
No Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah KK Kepadatan Penduduk (per Km2)
1 Denpasar Selatan 249917 80127 4999
2 Denpasar Timur 141268 38771 6332
3 Denpasar Barat 234182 69050 9733
4 Denpasar Utara 179538 52433 5714
Jumlah Total
2011 804905 240382 6304
2010 788589 235509 6210
2009 649762 161245 5085
2008 628909 174109 4922
2007 608595 155232 4567
Sumber : Kota Denpasar dalam Angka, 2012
Data perkembangan jumlah dan pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar tahun 2007- 2011 disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.4. Pertumbuhan Penduduk Kota Denpasar Tahun 2007 - 2011 Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk (%)
2007 466,670 -
2008 475,080 1.77
2009 508,357 6.55
2010 629,588 19.26
2011 804,905 21.78
Jumlah 49.35
Sumber : Kota Denpasar dalam Angka, 2012
Dari data jumlah penduduk diatas maka akan dilakukan proyeksi penduduk untuk 5 tahun ke depan yaitu tahun 2011 sampai 2016 menggunakan metode geometri. Pemilihan metode ditentukan berdasarkan hasil uji korelasi. Berikut ini merupakan perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Denpasar tahun 2011 sampai 2016 per kecamatan di Kota Denpasar dengan tahun dasar tahun 2011.
Tabel 2.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Denpasar Sampai Tahun 2016
No Kecamatan Tahun Proyeksi
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Denpasar Selatan 249,917 276,172 302,427 328,682 354,936 381,191
2 Denpasar Timur 141,268 156,109 170,950 185,790 200,631 215,472
3 Denpasar Barat 234,182 258,784 283,386 307,987 332,589 357,191
4 Denpasar Utara 179,538 198,399 217,260 236,122 254,983 273,844
Jumlah 804,905 889,464 974,023 1,058,581 1,143,140 1,227,699
Sumber : Hasil Analisa
2.1.3. Kebijakan Pembangunan
A. Rencana Struktur Ruang Kota Denpasar
Dalam lingkup makro, Rencana Struktur Tata Ruang Kota Denpasar diarahkan untuk meningkatkan integrasi dan keterkaitan Kota Denpasar dengan wilayah yang lebih luas yaitu :
(1) Keterkaitan dalam lingkup Wilayah Nasional
Bahwa Kota Denpasar merupakan Kota Inti dari PKN (Pusat Kegiatan Nasiona) yaitu Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan yang sekaligus KSN (Kawasan Stratgis Nasional) yaitu Kawasan Metropolitan Sarbagita, berfungsi sebagai pusat pengembangan perekonomian nasional
(2) Keterkaitan dalam lingkup Wilayah Provinsi Bali
Bahwa Kota Denpasar merupakan Ibukota Provins Bali, pusat system perkotaan Bali dan Bali Bagian Selatan, sehingga perlu dikembangkan aksesibilitas yang tinggi ke masing- masing kota-kota fungsi PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) seperti Kota Singaraja, Kota Semarapura dan Kota Negara serta kota-kota fungsi PKL (Pusat Kegiatan Lokal) seperti Kota Bangli, Kota Amlapura, Kota Seririt.
(3) Keterkaitan dalam lingkup Kawasan Metropolitan Sarbagita
Bahwa Kota Denpasar sebagai Kota Inti Kawasan Metropolitan Sarbagita membutuhkan koordinasi dan integrasi pengembangan sistem prasarana kota yang terpadu dengan Kota- Kota Satelit di sekitarnya (Kawasan Perkotaan Badung/Mangupura, Gianyar, Tabanan, Jimbaran) beserta pusat-pusat kegiatan lainnya seperti ibukota kecamatan (Kediri, Blahkiuh, Kerobokan, Sukawati, Blahbatuh) dan pusat-pusat kegiatan pariwisata (Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Tuban, Kuta, Sanur, Lebih, Ubud, dan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Tanah Lot).
Dalam lingkup mikro, Rencana Struktur Tata Ruang Kota Denpasar diarahkan untuk meningkatkan pemerataan dan hirarki pusat-pusat pelayanan kota, Bagian Wilayah Kota, lingkungan Permukiman yang didukung sistam prasarana kota yang efisein dan efektif. Dengan demikian Rencana Struktur Ruang Kota Denpasar pada dasarnya merupakan RENCANA STRUKTUR SISTEM PUSAT PELAYANAN PERKOTAAN Kota Denpasar. Rencana ini merupakan kerangka dasar pembentuk wujud tata ruang wilayah Kota Denpasar yang terdiri atas :
1. sistem pusat pelayanan kota;
2. pengembangan distribusi kependudukan; dan 3. sistem prasarana wilayah kota.
Sistem pusat pelayanan kota, mencakup : a. sistem perwilayahan pengembangan kota;
b. sistem pusat-pusat pelayanan kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan atau pemerintahan; dan
c. sistem hirarki pelayanan kegiatan kota.
Sedangkan pengembangan sistem prasarana wilayah kota, mencakup : a. sistem jaringan transportasi sebagai jaringan prasarana utama;
b. sistem jaringan energi ;
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem jaringan sumber daya air;
e. sistem jaringan air minum;
f. sistem jaringan air limbah;
g. sistem persampahan;
h. sistem jaringan drainase;
i. sistem penanggulangan bencana.
Peta rencana struktur ruang wilayah Kota Denpasar, dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Denpasar
B. Sistem Pusat Pelayanan Kota
Sistem pusat pelayanan kota merupakan gabungan dari fungsi kota yang diemban Kota Denpasar sebagai Kota Inti dari PKN (Pusat Kegiatan Nasiona) yang sekaligus KSN (Kawasan Stratgis Nasional) yaitu Kawasan Metropolitan Sarbagita. Konsekuensi dari fungsi tersebut, maka sistem pusat pelayanan kota merupakan gabungan dari system pelayanan pada skala yang lebih luas (wilayah, nasional dan internasional) dan skala pelayanan kota (skala kota, bagian wilayah kota, unit lingkungan).
Telah diuraikan pada bahasan sebelumnya bahwa Sistem pelayanan Kota terdiri dari : a. sistem perwilayahan pengembangan kota;
b. sistem pusat-pusat pelayanan kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan atau pemerintahan; dan
c. sistem hirarki pelayanan kegiatan kota.
C. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
Rencana pola ruang wilayah merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kota Denpasar yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Ukuran atau luasan fungsi fungsi lindung dan fungsi budidaya ditentukan berdasarkan kebutuhan ruang untuk berbagai kegiatan serta target proporsi pemanfaatan ruang terbangun yang diharapkan. Berdasarkan misi penataan ruang Kota Denpasar yaitu untuk mencapai kebutuhan ruang terbuka yang ingin dituju adalah 35% yang terdiri dari RTH Publik dan RTH Private, maka komposisi pemanfaatan uang harus dikelola sedemikian rupa untuk dapat mewujudkannya.
Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi:
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;
b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c. sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan d. sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
Rencana pola ruang wilayah dirumuskan berdasarkan:
a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;
b. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;
c. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah Kota Denpasar merujuk pada rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Bali, serta diserasikan dengan RTRW Kabupaten yang berbatasan yang terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kota Denpasar terdiri dari : (1) Kawasan lindung, mencakup :
a. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat:
c. kawasan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. kawasan rawan bencana; dan e. ruang terbuka hijau kota;
(2) Kawasan budidaya, mencakup :
a. kawasan peruntukan perumahan dan permukiman;
b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
c. kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan;
d. kawasan peruntukkan fasilitas pendidikan;
e. kawasan peruntukkan fasilitas kesehatan;
f. kawasan peruntukkan fasilitas rekreasi, taman dan olah raga;
g. kawasan peruntukkan fasilitas peribadatan;
h. kawasan peruntukan pariwisata;
i. kawasan peruntukkan industri dan pergudangan;
j. kawasan peruntukkan kegiatan pertahanan dan keamanan;
k. kawasan peruntukkan prasarana transportasi l. kawasan peruntukan prasarana infrastruktur kota;
m. kawasan peruntukan setra dan kuburan;
n. kawasan ruang terbuka non hijau o. kawasan peruntukan pertanian;
p. kawasan peruntukan perikanan; dan q. peruntukan kawasan pesisir dan laut
Rencana pengembangan kawasan lindung wilayah kota diarahkan seluas 1.200,1 Ha atau 8,39% dari luas wilayah Kota. Rencana pengembangan kawasan budidaya diarahkan seluas 11.577,9 Ha atau 90,61% dari total luas wilayah kota.
Peta rencana pola ruang wilayah kota dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan Rincian luas tiap komponen kawasan lindung dan kawasan budidaya, dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6.
Rincian Rencana Pola Ruang Kota Denpasar Tahun 2030
Gambar 2.4. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Denpasar
D. Kawasan Rawan Bencana
Dari sejumlah kawasan rawan bencana, yang disampaikan dalam klasifikasi kawasan lindung, yang terdapat di Kota Denpasar adalah :
Kawasan rawan bencana banjr
Kawasan rawan bencana abrasi pantai
Kawasan rawan bencana intrusi air laut
Kawasan rawan bencana tsunami
(1) Kawasan Rawan Genangan Banjir
Beberapa tempat di kawasan permukiman yang telah tumbuh seperti : Tukad Teba disekitar jalan Gunung Agung, Perumnas Monang-maning, Pemecutan dan Dauh Puri memang dulu sering mengalami banjir saat musim hujan, tetapi kini mengingat kondisi seluruh drainasenya sebagian besar sudah diperbaiki/dinormalisasi, maka daerah genangan sudah berkurang dan hanya di Perumnas Monang-maning yang masih sering terjadi banjir di musim hujan.
Lain halnya dengan daerah genangan banjir di hilir Tukad Teba – Pemecutan Klod (± 200 ha), dihilir Tukad Badung – Pemogan (± 210 ha), Panjer dan Sanur Kauh (± 85 ha) memang masih sering mengalami genangan banjir yang bersifst lebih permanent pada saat musim hujan. Mengingat daerah-daerah ini secara fisik geologis, jenis tanahnya terdiri atas alluvial yang kedap air dan susah meresapkan air ke bawah tanah, namun mengingat sebagian daerah-daerah ini relatif berkembang menjadi kawasan terbangun, maka kawasan ini perlu diwaspadai. Kawasan genangan banjir memerlukan biaya lebih untuk mengadakan pengrugan agar terhindam dari rendaman banjir. Dilain pihak pembangunan di daerah genangan akan menjadi semacam bendungan bagi air yang berada di hulunya. Kawasan genangan ini di daerah hilir yang masih merupakan sawah, mengalami kerugianpanen karena padinya terendam air.
(2) Kawasan Rawan Abrasi Pantai
Sebagian besar dari pantai berpasir sepanjang pantai Padanggalak – Mertasari rawan terhadap abrasi. Abrasi pada segmen pantai Padanggalak – Matahari Terbit belum mendapatkan Proyek Pengamanan Pantai. Selebihnya dari Pantai matahari terbit, Sanur, Semawang, Mertesari, dan Pulau Serangan telah mendapatkan Proyek Pengamanan Pantai.
Konstruksi pengamanan pantai tidak dapat dipungkiri mengganggu keindahan alami pantai dan juga menganggu kenyamanan rekreasi pantai.
(3) Kawasan Pesisir Rawan Terintutrusi Air Laut
Kawasan Rawan Pesisir Terintutrusi Air Laut untuk wilayah Kota Denpasar terdapat di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan antara lain ; Suwung, Renon, Panjer, Sesetan Sidakarya, yang telah menjangkau daratan sejauh ± 1000 m. Pada kawasan ini telah tumbuh permukiman yang relatif padat dan untuk kebutuhan supplai air bersih disarankan untuk tidak menggunakan air bawah tanah.
(4) Kawasan Rawan Gelombang Tsunami
Telah diuraikan pada data analisis bahwa Kawasan Teluk, termasuk Teluk Benoa merupakan tempat yang paling potensial terjadi tsunami, karena tempat-tempat ini topografi garis pantai cenderung menyempit sehingga mengakibatkan akumulasi dan terkonsentrasinya energi gelombang tsunami. Kawasan Teluk Benoa terdiri dari Kelurahan Serangan, Renon, Sesetan, Sidakarya, Pedungan dan Pemogan
Hasil analisis menunjukkan bahwa memperhatikan faktor topografi lahan dan bentuk garis pantai maka jangkauan rambatan gelombang bervariasi dengan tinggi genangan air di darat maksimum 5 m dan lokasi-lokasi dengan resiko tinggi genangannya di Kota Denpasar disajikan pada Gambar 5 dan seluruh desa-desa pantai di Kota Denpasar (Kelurahan Serangan, Pemogan, Pedungan, Sesetan, Sidakarya, Sanur Kauh, Sanur, Sanur Kaja, Kesiman Petilan dan Kesiman Kertalangu) ditambah Kelurahan Pemecutan Kelod, Panjer dan Renon merupakan daerah rawan terkena bencana tsunami, akan tetapi tingkat bahayanya berbeda-beda. Pulau Serangan sebagian besar beresiko tergenang dengan tinggi bervariasi 1 sampai 5 m. Di Kelurahan Pemogan, gelombang tsunami merangsek ke daratan masuk hingga sejauh lebih kurang 2 km dari Jalan By Pass Ngurah Rai, dimana daerah yang mempunyai resiko tergenang air adalah Gelogor Carik, Kajeng, Rangkansari, Tempelasjuwet, Sakah, Terunabhineka, dan Tangkas. Penjalaran gelombang tsunami di Kelurahan Pedungan juga mencapai jarak 2 km dari Jalan By Pass Ngurah Rai, lokasi yang berisiko tergenang adalah Pesanggaran, Ambengan, dan Batankendal. Di Kelurahan Sesetan, gelombang dapat masuk ke daratan hingga mencapai lebih kurang 1 km dari Jalan By Pass Ngurah Rai, lokasi yang beresiko tergenang adalah Bugis, Suwung Batankendal, Pegok dan Graha Kerthi. Di Kelurahan Sidakarya hampir seluruhnya beresiko tergenang hingga ke Kelurahan Panjer. Wilayah Sanur yang mempunyai resiko paling luas tergenang adalah Sanur Kauh.
Kelurahan Sanur, Sanur Kaja, Kesiman Petilan dan Kesiman Kertalangu hanya beresiko tergenang pada daerah pantai sejauh lebih kurang 100 – 200 m dari garis pantai, selain
karena sebagian besar daratannya bertopografi lebih tinggi dari 5 m, lokasinya juga bukan merupakan daerah teluk.
2.1.4. Kelembagaan Pemerintah Derah
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Kota Denpasar Terdiri Dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah diantaranya :
1. SEKRETARIAT DAERAH
Asisten Administrasi Pemerintahan
Asisten Administrasi Pembangunan
Asisten Administrasi Umum 2. SEKRETARIAT DPRD
3. LEMBAGA TEKNIS DAERAH
Inspektorat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
RSUD Wangaya
Badan Kepegawaian Daerah
Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi
Badan Lingkungan Hidup
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Badan Penanggulangan Bencana 4. DINAS DAERAH
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Tata Kota dan Perumahan
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dinas Kesehatan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura
Dinas Perhubungan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Komunikasi dan Informatika
Dinas Kebudayaan
Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Dinas Pariwisata
Dinas Pendapatan
Dinas Kependudukan dan Capil
Dinas Trantib dan Satpol PP
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Dinas Perijinan
Tugas Pokok dan Fungsi masing – masing SKPD yang berkaitan dengan bidang sanitasi dan struktur pemerintah daerah dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.5. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Denpasar
2.2. KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK 2.2.1. Air Limbah Domestik
Salah satu sasaran dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi. Hasil identifikasi menunjukkan kawasan-kawasan wisata sekitar Sanur dan Kuta di wilayah Kabupaten Badung telah terjadi pencemaran lingkungan terutama pada sungai, laut (pantai) dan sumur penduduk yang diakibatkan oleh air limbah.
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung yang merupukan tujuan wisata international maka peningkatan kualitas lingkungan di daerah tersebut menjadi prioritas utama. Komitmen Pemerintah Pusat, Pemerintah Prov. Bali, Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kab. Badung sangat berkomitmen dalam penyediaan sarana prasarana sanitasi antara lain dgn inisiatif pengelolaan air limbah seperti SANIMAS (Sanitasi oleh Masyarakat), pembangunan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site) melalui Denpasar Sewerage Development Project (DSDP).
Pemerintah Kota Denpasar telah melaksanakan upaya peningkatan kualitas lingkungan melalui pengelolaan air limbah sudah dilakukan. Namun masih banyak dijumpai pembuangan air limbah secara sembarangan di Kota Denpasar. Pembuangan limbah WC melalui tangki septik dan sumur resapan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan pencemaran air tanah/air sumur khususnya di area di luar cakupan pelayanan PDAM Kota Denpasar di mana sebagian penduduk masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih.
Data menunjukkan bahwa limbah tinja pada umumnya ditangani secara on-site menggunakan jamban dengan tangki septik (56% termasuk SANIMAS pada 6 lokasi) , jamban dengan leaching pit (42%) dan sekitar 2% masyarakat tidak memiliki fasilitas jamban. Limbah cair domestik sebesar 62% dibuang ke saluran drainase dan kali, 26% dibuang melalui tangki septik/leaching pit, dan selebihnya sebesar 12% dibuang ke halaman.
Sedangkan untuk penanganan limbah dari industri pariwisata, terdapat 30 – 40% hotel berbintang dan 10% hotel Melati yang mempunyai STP (Sewerage Treatment Plant). Sementara selebihnya masih menggunakan tangki septik. Mengingat bahwa IPLT Pesanggaran di Suwung sudah tidak difungsikan sejak tahun 2000, maka selama kurang lebih tiga bulan sejak IPLT Pesanggaran tersebut tidak difungsikan, lumpur tinja diolah di IPAL BTDC Nusa Dua. Selanjutnya atas inisiatif pihak swasta yang menyediakan jasa penyedotan lumpur tinja, lumpur tinja dibuang dan diolah di IPLT Kabupaten Tabanan. Keberadaan IPLT masih sangat dibutuhkan, oleh karena sistem penanganan limbah domestik, sebagian besar masih mengandalkan septik tank, yang pada gilirannya akan membutuhkan IPLT untuk mengolah lumpur tinja.
Saat ini di Kota Denpasar sedang dibangun sistem pengelolaan limbah secara terpusat melalui proyek Denpasar Sewerage Development Program (DSDP). Proyek ini dilaksanakan melalui dana pinjaman dari Japan Bank International Corporation (JBIC) dan dana pendamping
dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pada Tahap I (hingga 2010), direncanakan akan dapat melayani ± 30% penduduk kota dengan luas area pelayanan 520 ha. Area pelayanannya meliputi Kota Denpasar (Dangin Puri Kaja, Dangin Puri Kauh, Dangin Puri Kangin, Dangin Puri, Dauh Puri, Sumerta Kauh, Dangin Puri Kelod, Dauh Puri Kelod, dan Sesetan), kawasan wisata Sanur (Sanur Kaja, Sanur, dan Sanur Kauh) kawasan wisata Kuta di wilayah Kabupaten Badung.
Area di luar pelayanan DSDP dilayani dengan sistem komunal dan individual terpusat (on- site). Pada kawasan-kawasan yang mempunyai kepadatan penduduk padat dan permukiman yang kumuh, dilaksanakan program pembangunan sanitasi oleh masyarakat (SANIMAS).
Tabel 2.7. Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah
SSK (Periode Sebelumnya) SSK (Saat Ini)
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini Perbedaan
Menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat Kota Denpasar, dalam mengelola lingkungan yang berwawasan budaya.
Penyediaan sarana prasarana sanitasi salah satunya dengan SANIMAS
Limbah cair domestik :
62% dibuang ke saluran drainase dan kali;
26% dibuang melalui tangki septik/leaching pit;
Selebihnya sebesar 12%
dibuang ke halaman.
Pengelolaan limbah cair mencapai lebih dari 75%
Terdapat 6 lokasi sanimas
49%
Mewujudkan pembangunan lingkungan Kota Denpasar berkelanjutan yang berwawasan budaya
Pembangunan sistem
pengolahan air limbah terpusat (off-site) melalui DSDP
Daerah Pelayanan DSDP meliputi 10.000 sambungan (8%)
Pelayanan mencakup 30%
penduduk Kota Denpasar
22%
Gambar 2.6. Peta Cakupan Akses Pengolahan Air Limbah
2.2.2. Persampahan a. Timbulan Sampah
Jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun 2005 adalah 572.790 jiwa yang terdiri atas 155.010 kepala keluarga (KK) dan tersebar di 4 (empat) wilayahkecamatan. Tingkat kepadatan penduduk adalah 4.500 orang/km2, atau 45 orang/ha, sedangkan tingkat
kepadatan daerah terbangun mencapai 58 orang/ha. Laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,13 %.
Timbulan sampah rata–rata pada tahun 2005 adalah 2.420 m3/hari atau sekitar 545 ton/hari (estimasi kerapatan curah 225 kg/m3). Berdasarkan pertumbuhan penduduk 2,13%, maka apabila tidak ada tindakan pengurangan jumlah sampah akan bertambah sekitar 12 ton/hari.
b. Pengelolaan Persampahan
Timbulan sampah rata–rata pada tahun 2002 mencapai 2.114 m3/hari. Sampah ini berasal dari sampah yang diangkut oleh DKP Kota Denpasar 1.486 m3, PD Pasar 140 m3, Swasta 35 m3, dan oleh masyarakat 182 m3. Timbulan sampah tahun 2003 rata–rata per hari 2.176 m3.
Pada tahun 2004 timbulan sampah rata–rata per hari sebesar 2.211 m3. Dan untuk tahun 2005 timbulan sampah rata–rata 2.420 m3/hari.
Tabel 2.8. Timbulan Sampah (m3/hari) Terangkut dan Instansi yang Mengangkut Tahun DKP PD Pasar Swasta Swakelola TOTAL
2002 1.486 140 35 182 1.691
2003 1.819 140 32 185 1.850
2004 1.863 125 41 182 1.879
2005 1.980 161 98 181 2.160
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 jumlah sampah terangkut baik oleh DKP, PD. Pasar, Swasta maupun Desa Swakelola adalah 2.160 m3/hari atau 89% dari total timbulan sampah. Untuk mengendalikan volume sampah yang setiap tahunnya meningkat, Pemerintah Kota Denpasar telah melakukan berbagai upaya perbaikan. Peningkatan perbaikan ini terlihat jelas pada peningkatan sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang upaya penanganan sampah di Kota Denpasar.
Jumlah tenaga penyapuan adalah 653 orang, tenaga pengumpul 38 orang, tenaga pengangkut sampah mencapai 707 orang, tenaga TPA 31 orang, dan tenaga perawatan kendaraan & mesin 29 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pemda Kota Denpasar dalam upaya pengelolaan persampahan ini adalah transfer depo 17 unit, truk biasa 4 buah, dump truk 42 buah, arm roll 8 buah, container 32 buah dan bin 2 m3 sebanyak 50 buah.
Kebijakan–kebijakan yang memberikan peluang terhadap penanggulangan masalah sampah di Kota Denpasar ini antara lain komitmen pemerintah dalam penanggulangan sampah, adanya investor yang berminat dalam pengelolaan sampah, dan adanya sumbangan pemikiran dari berbagai instansi dan lembaga swadaya masyarakat. Namun demikian hambatan dalam upaya pengelolaan persampahan ini terutama disebabkan karena
rendahnya kesadaran masyarakat, meningkatnya konsumsi masyarakat, adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang serba menggunakan plastik dan cenderung menggunakan barang–barang sekali pakai dan adanya sampah kiriman dari wilayah sekitar. Selain itu, untuk penanggulangan masalah sampah diperlukan pembagian peran yang jelas begitu juga peraturannya.
Dalam sistem penanganan kebersihan di Kota Denpasar, kegiatannya terdiri dari 4 (empat) tahapan utama, yaitu:
Kegiatan Penyapuan
Kegiatan penyapuan terbagi dalam 2 shift yaitu shift pagi dan shift siang.
Tenaga shift pagi mulai bekerja dari jam 06.00 Wita – 11.00 Wita Tenaga shift siang mulai bekerja dari jam 12.00 Wita – 17.00 Wita
Kegiatan penyapuan ini dibagi dalam 10 sektor yaitu: Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, Sektor Barat, Sektor Tengah, Sektor Niti Mandala Renon, Sektor Sidakarya, Sektor By Pass Ngurah Rai, Sektor Pantai, dan Sektor Sanur. Setiap sektor dipimpin oleh seorang mandor, dan seluruh mandor dipimpin oleh seorang koordinator.
Kegiatan Pengumpulan
Tenaga shift pagi mulai bekerja dari jam 06.00 Wita – 11.00 Wita
Bertugas menjaga/mengawasi dan mengatur pembuangan sampah di masing –masing container dan transfer depo, yang dibuang oleh masyarakat atau dari desa swakelola, khususnya yang memakai gerobak dorong. Tenaga shift siang mulai bekerja dari jam 12.00 Wita – 17.00 Wita.
Kegiatan Pengangkutan Sampah
Kegiatan pengangkutan terbagi menjadi 4 (empat) yaitu:
Shift I mulai bekerja dari jam 05.30 wita – 10.30 wita
Bertugas menaikkan dan mengangkut sampah rumah tangga disepanjang jalan yang dilayani.
Shift II dan shift III mulai bekerja dari jam 11.00 wita – 18.00 wita
Bertugas menaikkan sampah keatas truk dari masing–masing transfer depo dan langsung membuang ke TPA.
Shift IV mulai bekerja dari jam 19.00 wita sampai selesai
Bertugas menaikkan dan mengangkut sampah rumah tangga di sepanjang jalan yang dilayani dan langsung membuang ke TPA.
Kegiatan pengangkutan dipimpin oleh 13 mandor dan seluruh mandor dipimpin oleh seorang koordinator.
Kegiatan Pembuangan Akhir
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung mulai beroperasi pada tahun 1986 dengan luas area 22 ha. Untuk mengoptimalkan pengelolaan TPA Suwung dilakukan langkah- langkah perbaikan sistem pengolahan dan penerapan teknologi bersih yang dapat menghasilkan energi listrik. Di samping itu, sampah organik di TPA diolah menjadi kompos.
c. Pengelolaan Persampahan SARBAGITA
Semakin sulitnya memperoleh lahan untuk tempat pembuangan akhir sampah mengakibatkan proses pengelolaan persampahan diarahkan pada kerjasama regional antara kabupaten/kota. Di Provinsi Bali kerjasama dalam halpengelolaan sampah ini telah dirintis oleh empat kabupaten/kota yang lebihdikenal dengan pengelolaan sampah SARBAGITA yang meliputi KotaDenpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) adalah di Suwung. Wilayah yang disediakan untuk tempat pembuangan ini adalah milik Departemen Kehutanan, dengan luas area seluruhnya sekitar 22 ha. Dari luas 22 ha ini, 10 ha digunakan untuk lokasi IPST SARBAGITA dan 12 ha tetap digunakan untuk TPA Kota Denpasar.
Sampai saat ini proyek SARBAGITA ini masih dalam tahap konstruksi, yang dikerjakan oleh investor dari Inggris yakni PT. Navigat Organic Energy Indonesia. Bila proyek ini telah beroperasi diperkirakan dapat mengolah sampah sebesar 5.000 m3 perhari atau ekivalen dengan 400 ton sampah perhari. Berdasarkan jadwal pelaksanaan proyek sebagaimana dilaporkan oleh BPKS SARBAGITA, diharapkan pada akhir Nopember 2007, IPST tersebut sudah dapat dioperasikan untuk kapasitas 200 ton sampah per hari.
d. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, Pemerintah Kota Denpasar memfasilitasi pembentukan kelompok–kelompok swakelola kebersihan yang dikoordinir oleh Desa/Kelurahan. Dalam pelaksanaan swakelola kebersihan di Kota Denpasar telah terbentuk 183 kelompok swakelola. Kelompok swakelola di Kecamatan Denpasar Timur terdapat sebanyak 27 Banjar/Kelompok, Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 60 Banjar/Kelompok, Kecamatan Denpasar Barat terdapat sebanyak 59 Banjar/Kelompok, dan di Kecamatan Denpasar Utara 37 Banjar/Kelompok.
Dari 183 kelompok swakelola tersebut, diharapkan di masa mendatang mereka menjadi Desa Sadar Lingkungan (DSL) yang mampu mengelola sampah. Dimulai dari mengumpulkan, mengangkut ke tempat pemilahan sampah dan pemrosesan sampah organik menjadi kompos. Saat sekarang baru terdapat tiga Desa Sadar Lingkungan yaitu DSL Sanur Kauh,
DSL Sanur Kaja dan DSL Tegal Kertha, sehingga masih diperlukan kampanye/promosi DSL yang lebih intensif untuk replikasi.
Tabel 2.9. Pengelolaan Kompos Swadaya
No. Lokasi Kapasitas (Kg/hari) Tenaga (orang)
1. Desa Sanur Kauh 1.000 10
2. Desa Sanur Kaja 100 4
3. Desa Tegal Kerta 50 4
Kemajuan pelaksanaan strategi sanitasi Kota Denpasar untuk sub sektor persampahan ditunjukkan pada Tabel 2.10 berikut.
Tabel 2.10. Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Persampahan
SSK (Periode Sebelumnya) SSK (Saat Ini)
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini Perbedaan
Meningkatkan pembinaan atas pembangunan, pemeliharaan dan
pengelolaan prasarana dan sarana pelayanan sampah
Terbentuknya sinergi dalam pengelolaan persampahan melalui desa sadar lingkungan dan kelompok Swakelola dalam
masyarakat.
Swakelola kebersihan: 183 kelompok masyarakat
3 Desa Sadar Lingkungan
Program KIPRAH (Kita Pro Sampah) di Ubung di bangun oleh LSM-Bali Fokus
17 Bank Sampah
42 Swakelola Kebersihan
18 Desa Sadar Lingkungan
Program juru pemantau lingkungan (Jumali)
Lomba Kebersihan Banjar
31%
Meningkatkan koordinasi pembangunan,
pemeliharaan, dan pengelolaan pembuangan akhir sampah
Pembentukan kerjasama regional pengelolaan persampahan dalam pemanfaatan sampah
Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu (IPST) di Suwung, melalui BPKS- SARBAGITA
0%
Mewujudkan pembangunan, pemeliharaan dan
pengelolaan sarana dan prasarana pelayanan kebersihan.
Peningkatan pengelolaan persampahan perkotaan yang masih jauh di bawah standar pelayanan minimum yang disyaratkan.
Kondisi Timbunan Sampah: 2.420 m3/hari
Kemampuan Sampah terangkut:
2.160 m3/hari
Transfer Depo 17 unit
Truk biasa 4 buah
Dump truk 42 buah
Arm roll 8 buah
Container 32 buah
Bin 2 m3 sebanyak 50 buah
Kondisi Timbunan Sampah: 2399,85 m3/hari
Kemampuan Sampah terangkut:
1244 m3/hari
Transfer Depo 11 unit
TPS 3R 10 unit
Truk biasa 4 buah
Dump truk 71 buah
Arm roll 14 buah
Container 80 buah
Bin 1 m3 sebanyak 30 buah
52%
Gambar 2.7. Peta Cakupan Akses Persampahan
2.2.3. Drainase
a. Sistem Drainase Kota
Terdapat 3 buah sungai yang melintasi Kota Denpasar, mengalir dari Utara ke Selatan, yaitu:
Tukad Ayung, lebar 15 – 25 m,
Tukad Badung, lebar 10 – 30 m, dan
Tukad Mati, lebar 10 – 15 m.
Ketiga sungai ini merupakan komponen penting dalam pembagian sistem drainase Kota Denpasar.
Tukad Ayung mengalir di bagian timur kota Denpasar dan bermuara di pantai Padanggalak, merupakan sungai terbesar di Bali yang melewati beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Bangli. Tukad Ayung mempunyai panjang sungai 62,50 km dengan luas daerah aliran sungai (DAS) 109,30 km2.
Tukad Badung mengalir di bagian tengah Kota Denpasar, melewati Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, bermuara di hutan mangrove di Denpasar Selatan dengan panjang sungai utama 17 km dan luas DAS 22,55 km2.
Tukad Mati mengalir di bagian barat kota Denpasar, melewati Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, bermuara di hutan Mangrove di sebelah Barat muara Tukad Badung, dengan panjang sungai 12 km dan luas DAS 25,40 km2.
Ketiga sungai ini mempunyai fungsi ganda yaitu untuk irigasi dan drainase serta fungsi ketiga, sebagai sumber air baku PDAM.
Disamping ketiga sungai-sungai utama ini, masih terdapat beberapa saluran yang berasal dari saluran irigasi.
b. Pembagian Blok Drainase
Seluruh sungai dan saluran di Kota Denpasar dibagi menjadi 5 sistem dimana masing-masing sistem terdiri dari beberapa sub sistem, seperti:
Sistem I (Sistem Tukad Badung), dengan induk Tukad Badung dan sub sistem Tukad Oongan, sub sistem Tukad Jurang, sub sistem Tukad Badung hilir dan sub sistem Tukad Badung hulu.
Sistem II (Sistem Tukad Ayung), dengan induk Tukad Ayung dan sub sistem Tukad Abian Base, sub sistem Tukad Pengengeh, sub sistem Tukad Ayung hulu dan sub sistem Tukad Ayung hilir.
Sistem III (Sistem Tukad Mati), dengan induk Tukad Mati dan sub sistem Tukad Teba, sub sistem Tukad Mati hulu dan sub sistem Tukad Mati hilir.
Sistem IV (Sistem Niti Mandala – Suwung), terdiri dari Tukad Loloan, Tukad Ngenjung, Tukad Punggawa, Tukad Panjer, Tukad Rangda dan Tukad Pekaseh.
Sistem V (Sistem Pemogan), berupa saluran kecil – kecil yang belum jelas alirannya dan saat ini masih berupa sawah atau lahan tidak produktif dan rawa-rawa.
c. Daerah Genangan
Genangan seringkali terjadi pada sebagian wilayah Kota Denpasar. Genangan tersebut sering menimbulkan kerugian berupa terganggunya aktivitas masyarakat, terganggunya arus lalu lintas (kemacetan). Sebagai kota wisata, diharapkan agar tidak terjadi genangan di jalan- jalan utama Kota Denpasar, demikian juga di pemukiman masyarakat demi terciptanya kondisi sanitasi yang sehat. Pada saat datang musim hujan, dimana curah hujan cukup besar, maka di beberapa lokasi di wilayah Kota Denpasar terdapat titik-titik genangan air.
Daerah genangan yang sering terjadi di Kota Denpasar berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 2.11. Data ini merupakan pemutakhiran data terdahulu yang disajikan dalam Buku Putih Sanitasi Kota Denpasar.
Tabel 2.11. Area Genangan Tahun 2007
No. Area Genangan Titik Lokasi Penyebab
1. Saluran drainase/ duiker di
Kel. Penatih Jl. Trengguli dan sekitarnya Tersumbat sampah 2. Saluran Pembuang Subak
Temaga Jl. Gatot Subroto Timur dan
sekitarnya Tersumbat sampah
3. Saluran drainase Jl.Waribang Jl. Waribang dan sekitarnya Tersumbat sampah 4. Saluran drainase Jl. Hang
Tuah Jl. Hang Tuah dan sekitarnya Tersumbat sampah
5. Saluran drainase Jl. Ken Arok,
A.Yani Jl. Ken Arok dan sekitarnya Tersumbat sampah
6. Saluran drainase Kel. Tonja Jl. Ratna dan Jl Kenyeri ujung
utara Tersumbat sampah
7. Saluran drainase Jl. Suli Jl. Suli dan sekitarnya Tersumbat sampah 8. Saluran drainase Cabang Tk
Teba Jl. Gunung Agung Tersumbat sampah
9. Saluran drainase Jl. Niti
Mandala Renon Jl. Tjok Tresna dan sekitarnya Tersumbat sampah 10. Saluran drainase kelurahan
renon Jl. Tk Yeh Penent Duiker/ gorong-gorong
tersumbat sampah 11. Saluran Tk. Lobong dan Tk
Loloan Jl. Tk Bilok dan sekitarnya Sampah, sedimentasi, dan pasang air laut
12. Saluran drainase lingkungan
Bumi Ayu dan Sindhu Lingkungan Bumi Ayu, SMP 9
dan sekitarnya Daerah rendah,
dikendalikan dengan pompa.
13. Saluran Tk Pekaseh Jl. P Saelus, Tk Yeh Biu dan
sekitarnya Dimensi saluran Tk Pekaseh
kurang besar 14. Sal. Drainase Tk. Ngenjung, Jl
Tk Balian Jl Tk Belian Sampah
15. Sal drainase Tk Pakerisan dan
Jl. Dewata Jl Tk Pakerisan dan Jl. Dewata Limbah, sampah 16. Tk Mati (Bendung Lange) Lingkungan Perumnas dan
sekitarnya Dikendalikan bendung gerak
17. Tk Badung (Bendung gerak) Lingkungan Dauh Puri Dikendalikan bendung gerak 18. Tk Mati (Bendung gerak) Lingkungan Dauh Puri Dikendalikan Bendung
Gerak