EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS EKSPERIMEN RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA METHODIST 1 MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
DEDI HOLDEN SIMBOLON NIM: 8116176004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS EKSPERIMEN RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA METHODIST 1 MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
DEDI HOLDEN SIMBOLON NIM: 8116176004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i
ABSTRAK
DEDI HOLDEN SIMBOLON Efek Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan. Tesis. Medan. 2013. Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) Perbedaan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran Direct Instrusction (DI) (2) Perbedaan antara hasil belajar fisika siswa pada kelompok yang mempunyai aktivitas rendah dan aktivitas tinggi (3) interaksi tingkat aktivitas siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran Direct Instrusction (DI) terhadap hasil belajar fisika.
Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian adalah siswa kelas XI-IPA SMA Methodist 1 Medan tahun pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah sampel seluruhnya 76 orang siswa. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar dan observasi tingkat aktivitas siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan (1) terdapat perbedaan yang signifikan antara gain hasil belajar atau peningkatan hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) (2) terdapat perbedaan yang signifikan antara gain hasil belajar atau peningkatan hasil belajar fisika siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan aktivitas rendah (3) Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan tingkat aktivitas terhadap gain hasil belajar atau peningkatan hasil belajar fisika siswa.
ii ABSTRACT
DEDI HOLDEN SIMBOLON Effects-Based Guided Inquiry Learning Model Experiments Against Real And Virtual Laboratory Activity and Results Methodist High School Students Studying Physics 1 Medan. Thesis. Medan. 2013. Physics Education Study Program Postgraduate School State University of Medan (UNIMED).
This study aims to analyzed (1) The difference between the learning outcomes of students who were taught physics using guided inquiry-based learning model experiments with real and virtual laboratory learning model Instruction Direct (DI) (2) The difference between physics student learning outcomes in the group that have activity low and high activity (3) interaction activity level students who were taught using guided inquiry-based learning model experiments with real and virtual laboratory learning model Direct Instruction (DI) on learning outcomes of physics.
This study was a quasi-experimental (quasi experiment). The study population was a student of class XI-IPA Methodist 1 High School Medan of the school year 2012/2013. Sampling technique using a cluster random sampling consisting of two classes with a total sample of 76 students. Research instruments such as achievement test and observation of student activity levels. The data analysis performed by Two Way Anova.
Based on the results of data processing, concluded (1) there was a significant difference between the gain or improved learning outcomes learning outcomes of students who were taught physics using guided inquiry-based learning model experiments compared real and virtual laboratories with which students are taught using direct instructional model (Direct Instruction) (2) there was a significant difference between the gain or improved learning outcomes physics student learning outcomes that have high activity and low activity (3) there was a significant interaction between the guided inquiry-based learning model experiments with real and virtual laboratory learning model directly (Direct Instruction) with the level of activity to gain improved learning outcomes or physics student learning outcomes.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan banyak rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga pada
waktunya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal tesis ini.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan.
Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada Orang tua
penulis almarhum L.Simbolon dan ibunda tersayang R.D. Malau juga seluruh
keluarga penulis yang terkasih yang selalu memberikan dukungan baik material
maupun spiritual. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing I yaitu Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M dan dosen
pembimbing II yaitu Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Motlan, M.Sc.,Ph.D., Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si., dan Ibu
Dr. Mariati P. Simanjuntak, S.Pd.,M.Si. selaku nara sumber yang banyak
membantu penulis dalam penyempurnaan penulisan dan memberikan masukan
guna kesempurnaan isi dari tesis ini.
3. Bapak Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Medan yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan.
4. Bapak Drs. Tigor Sihombing, M.Pd., selaku guru bidang studi Fisika di SMA
Methodist 1 Medan yang telah membantu memberikan pembelajaran dengan
metode yang penulis buat.
5. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan, semoga kebersamaan dan
kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga.
6. Rekan-rekan penulis di Resimen Mahasiswa UNIMED dan Resimen
iv
Adapun yang menjadi judul tesis ini adalah “Efek Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan”. Penulis juga
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terimaksih.
Medan, 02 Agustus 2013
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 8
1.3 Batasan Masalah 9
1.4 Rumusan Masalah 10
1.5 Tujuan Penelitian 10
1.6 Manfaat Penelitian 11
1.7 Defenisi Operasional 11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 14
2.1 Kerangka Teoritis 14
2.1.1 Model Pembelajaran 14
2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri 21
2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 28
2.1.4 Eksperimen Riil 34
2.1.5 Laboratorium Virtual 36
2.1.6 Teori-Teori Belajar 40
2.1.7 Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) 49
2.1.8 Aktivitas Belajar 53
2.1.9 Hasil Belajar 55
2.1.10 Penelitian Relevan 60
vi
2.3 Hipotesis Penelitian 65
BAB III : METODE PENELITIAN 66
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 66
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 66
3.3 Rancangan dan Variabel Penelitian 67
3.4 Teknik Pengumpulan Data 70
3.5 Prosedur Penelitian 74
3.6 Prosedur Analisis Data 76
BAB IV : HASIL PENELITIAN 88
4.1 Hasil Penelitian 88
4.1.1 Deskripsi Data 88
4.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Siswa 88
4.1.3 Deskripsi Data Aktivitas Belajar Fisika Siswa 94
4.1.4 Analisis Aspek Psikomotorik Siswa 107
4.1.5 Analisis Aspek Afektif Siswa 108
4.1.6 Analisis Butir Soal 109
4.1.7 Pengujian Persyaratan Analisis Data 112
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 128
4.3 Temuan Penelitian 132
4.4 Keterbatasan Penelitian 134
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 135
5.1 Kesimpulan 135
5.2 Saran 136
DAFTAR PUSTAKA 137
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 32
Tabel 2.2. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne 45
Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung 51
Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas XI IPA 67
Tabel 3.2. Desain Penelitian 67
Tabel 3.3. Rancangan Penelitian 69
Tabel 3.4. Instrumen Observasi Tingkat Aktivitas Siswa 72
Tabel 3.5. Instrumen Test Hasil Belajar Fisika 73
Tabel 3.6 Kategori Validasi Butir Soal 77
Tabel 3.7 Kategri Riilibilitas 79
Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda 80
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 89 Tabel 4.2 Data Posts Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 89 Tabel 4.3. Data Gain Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 90 Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Pada
Kategori Butir Soal 91
Tabel 4.5. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing
Pada Kategori Ranah Kognitif 91
Tabel 4.6. Data Aktivitas Belajar Fisika Siswa Pada Kelompok Sampel 94 Tabel 4.7. Data Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah Di Kelas
DI dan Inkuiri Terbimbing 96
Tabel 4.8. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa
Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah di Kelas DI 97 Tabel 4.9. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa
Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah
di Kelas Inkuiri Terbimbing 98
Tabel 4.10. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi di Kelas
DI dan Inkuiri Terbimbing 100
Tabel 4.11. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Rendah di Kelas
DI dan Inkuiri Terbimbing 102
Tabel 4.12. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi dan
Rendah Seluruh Sampel 105
Tabel 4.13. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa 106 Tabel 4.14. Data Nilai Psikomotorik Siswa Kelas DI dan
Inkuiri Terbimbing 107
Tabel 4.15. Nilai Rata-Rata Psikomotorik Siswa
Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 107
x
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
Instrumen Butir Soal Kognitif 110
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Uji Daya Beda Instrumen
Butir Soal Kognitif 111
Tabel 4.20. Distribusi Validitas dan Daya Beda Soal 112
Tabel 4.21. Hasil Uji reliabilitas Instrumen Tes 113
Tabel 4.22. Normalitas Data Pretes Pada Kelompok Sampel 113 Tabel 4.23. Normalitas Data Postes Pada Kelompok Sampel 114 Tabel 4.24. Normalitas Gain Hasil Belajar Fisika Pada
Kelompok Sampel 115
Tabel 4.25. Normalitas Aktivitas Belajar Pada Kelompok Sampel 115 Tabel 4.26. Uji Homogenitas Varians Data Pretes
Pada Kelompok Sampel 116
Tabel 4.27. Uji Homogenitas Varians Data Postes
Pada Kelompok Sampel 117
Tabel 4.28. Uji Homogenitas Varians Gain Hasil Belajar Fisika
Pada Kelompok Sampel 117
Tabel 4.29. Uji Homogenitas Tingkat Aktivitas Belajar Fisika
Pada Kelompok Sampel 118
Tabel 4.30. Data Tingkat Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika 119
Tabel 4.31. Statistik Anova 119
Tabel 4.32. Hasil Perhitungan Gain Hasil Belajar Fisika
Menggunakan Two Way Anova dengan GLM Univariate 120 Tabel 4.33. Perbedaan Gain Hasil Belajar Fisika Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan Laboratorium Virtual Dengan Model Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction) 121
Tabel 4.34. Perbedaan Gain Hasil Belajar Fisika Antara Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas
Tinggi dan Rendah 122
Tabel 4.35. Interaksi Model Pembelajaran Dengan Aktivitas
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Hubungan Model, Pendekatan,
Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran 21
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 76
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Pada
Kategori Butir Soal 89
Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing
Kategori Ranah Kognitif 90
Gambar 4.3. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah
di Kelas DI 94
Gambar 4.4. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan
Rendah di Kelas Inkuiri Terbimbing 96
Gambar 4.5. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas
Tinggi di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 97
Gambar 4.6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Rendah
di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 99
Gambar 4.7. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi
dan Rendah Seluruh Sampel 101
Gambar 4.8. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika
Siswa Pada Tingkat Aktivitas Tinggi Dan Rendah 102 Gambar 4.9. Grafik Nilai Rata-Rata Psikomotorik Siswa
Kelas DI dan Ikuiri Terbimbing 104
Gambar 4.10. Grafik Nilai Rata-Rata Afektif Siswa
Kelas DI dan Ikuiri Terbimbing 105
Gambar 4.10. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Dengan Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Tingkat Aktivitas Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa 116
Gambar 4.1. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing
Pada Kategori Butir Soal 91
Gambar 4.2. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Fisika Belajar Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Kategori
viii
Gambar 4.3. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi
dan Rendah di Kelas DI 97
Gambar 4.4. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi
dan Rendah di Kelas Inkuiri Terbimbing 99
Gambar 4.5. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar
Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas
Tinggi di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 101 Gambar 4.6. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar
Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas
Rendah di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 103 Gambar 4.7. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar
Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas
Tinggi dan Rendah Seluruh Sampel 105
Gambar 4.8. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika
Siswa Pada Tingkat Aktivitas Tinggi Dan Rendah 106 Gambar 4.9. Grafik Nilai Rata-Rata Psikomotorik Siswa
Kelas DI dan Ikuiri Terbimbing 108
Gambar 4.10. Grafik Nilai Rata-Rata Afektif Siswa
Kelas DI dan Ikuiri 109
Gambar 4.11. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Dengan Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Tingkat Aktivitas Terhadap Gain
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus 142
Lampiran 2 Bahan Ajar 1 146
Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol Pert. 1 153
Lampiran 4 LKS Tekanan Hidrostatis 158
Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen Pert. 1 159
Lampiran 6 LKS Lab. Virtual Tekanan Hidrostatis 168
Lampiran 7 Bahan Ajar 2 170
Lampiran 8 RPP Kelas Kontrol Pert. 2 179
Lampiran 9 LKS Hukum Archimedes 184
Lampiran 10 LKS Hukum Pascal 185
Lampiran 11 RPP Kelas Eksperimen Pert. 1 186
Lampiran 12 LKS Lab. Virtual Hukum Archimedes 195
Lampiran 13 LKS Lab. Virtual Hukum Pascal 197
Lampiran 14 Bahan Ajar 3 199
Lampiran 15 RPP Kelas Kontrol Pert. 3 203
Lampiran 16 LKS Persamaan Kontinuitas 208
Lampiran 17 RPP Kelas Eksperimen Pert. 3 209
Lampiran 18 LKS Lab Virtual Persamaan Kontinuitas 219
Lampiran 19 Bahan Ajar 4 221
Lampiran 20 RPP Kelas Kontrol Pert. 4 229
Lampiran 21 LKS Hukum Bernoulli 234
Lampiran 22 RPP Kelas Eksperimen Pert. 4 236
Lampiran 23 LKS Lab Virtual Hukum Bernoulli 245
Lampiran 24 Lembar Observasi Aktivitas 247
Lampiran 25 Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes 250
Lampiran 26 Validitas Soal 262
Lampiran 27 Reliabilitas Soal 263
Lampiran 28 Tingkat Kesukaran Soal 264
Lampiran 29 Uji Daya Beda 265
Lampiran 30 Kelayakan Soal 266
Lampiran 31 Data Hasil Belajar Dan Tingkat Aktivitas Siswa 267
Lampiran 32 Nilai Psikomotor Siswa 268
Lampiran 33 Nilai Afektif Siswa 269
Lampiran 34 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar 270 Lampiran 35 Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa 273 Lampiran 36 Rekapitulasi Tingkat Aktivitas Kelas Eksperimen 278 Lampiran 37 Rekapitulasi Tingkat Aktivitas Kelas Kontrol 279 Lampiran 38 Deskripsi Data Normalitas dan Homogenitas
Hasil Belajar dan Tingkat Aktivitas Siswa 280
Lampiran 39 Hasil Uji Hipotesi Dengan One Way Dan Two Way Anova
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memengaruhi
hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus
ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran di sekolah. Pendidikan tidak
hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja, tetapi menekankan bagaimana
mengajak siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri
sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan siap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Sains merupakan bagian dari salah satu ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan
suatu proses yang dapat memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk
mengerti dan membimbing mereka menggunakan pengetahuan sains tersebut.
Pada hakekatnya sains termasuk fisika dipandang sebagai suatu proses, produk
dan sikap. Untuk itu, pembelajaran fisika perlu dikembangkan berdasarkan
hakekatnya sendiri. Fisika merupakan salah satu ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari solusi atas berbagai macam
pertanyaan tentang gejala-gejala dan fenomena alam.
Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi
dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu sains yang diterapkan di sekolah seakan-akan
tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berfikir siswa di lingkungannya. Hal
ini disebabkan karena masih kurangnya penguasaan materi oleh guru-guru sains.
Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMA oleh pusat kurikulum dan sistem
pengujian Balitbang Depdiknas, diperoleh rata-rata penguasaan kurikulum sebesar
4.33 dan rata-rata nilai penguasaan pelajaran Fisika 4.86 sedangkan guru SMP
rata-rata nilai penguasaan kurikulum 4.17 dan rata-rata penguasaan mata pelajaran
fisika 6.64 pada skala 10.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Methodist 1 Medan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian fisika siswa di sekolah tersebut
masih rendah dan pada umumnya di bawah KKM 70 untuk pelajaran fisika.
Setelah dilakukanya tes pendahuluan kepada siswa terhadap materi yang sudah
pernah dipelajari siswa sebelumnya, diperoleh hasil yang sangat rendah dengan
perolehan nilai rata-rata sebesar 50.00. Hal ini disebabkan karena kegiatan
pembelajaran yang berlangsung di kelas masih menitikberatkan peran guru
sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran. Guru juga masih
mengutamakan ketuntasan materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas belajar
siswa. Siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru, sehingga
partisipasi aktif dalam pembelajaran kurang terlihat. Hal tersebutlah yang
mengakibatkan pembelajaran hanya terfokus pada kegiatan menghafal konsep,
sehingga penguasaan konsep siswa rendah khususnya kemampuan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Kurang terlatihnya kemampuan pemecahan
masalah akan membuat siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep fisika.
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa
Hasil belajar tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini menyangkut model
pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Dalam membangun kompetensi
siswa pada suatu mata pelajaran, harusnya lebih menekankan pada apa yang siswa
kerjakan, bukan apa yang siswa ketahui. Namun pada kenyataanya, masih banyak
juga guru yang lebih banyak memberikan teori daripada praktik. Mengkonstruksi
pengetahuan siswa dengan tugas mengisi LKS dan melakukan evaluasi hasil
belajar hanya dengan soal-soal yang menekankan pada daya ingat serta
melakukan praktikum dengan suasana kelas yang teacher oriented, dimana siswa
hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru, sehingga kebanyakan siswa menjadi
pasif dan kreativitasnya pun terhambat.
Guru dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan serta mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Semua itu
agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan akhirnya dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Mengajar bukan sekedar usaha
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan siswa agar tujuan
pengajaran dapat tercapai secara optimal (Gulo,2004 dalam Kristianti). Mengajar
dalam pemahaman seperti ini memerlukan suatu model yang tepat bagi tujuan
yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional
guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar yang kaya
dengan variatif.
Sesuai dengan yang tertera dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar SMA (BNSP,2006), pembelajaran fisika di sekolah memiliki tujuan yaitu
siswa dapat mengembangkan kemampuan penalaran induktif dan deduktif,
menguasai konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam
dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam konteks pembelajaran Sains, Sund & Towbridge (1973)
menjelaskan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat memfasilitasi siswa
mengembangkan keterampilan memperoleh sesuatu yang baru (acquisitive sklills), keterampilan manipulasi (manipulative skills), dan keterampilan proses,
keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan kreatif
(creative skills) dan sikap siswa. Pandangan lain tentang pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri menurut Hebrang (2000 dalam Kristianti) dapat melibatkan
siswa secara aktif menggunakan proses sains dan kemampuan kecakapan ilmiah
dan kreatif seperti mereka menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
Keberhasilan siswa menyerap informasi dan pengetahuan dapat
ditentukan oleh keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dan transfer
pengetahuan tidak lagi berorientasi pada guru tetapi pada keterlibatan aktif siswa
pada saat proses belajar mengajar. Guru tidak lagi berperan sebagai aktor tetapi
lebih sebagai fasilitator. Kegiatan belajar lebih menekankan siswa yang aktif
mempunyai tugas untuk membuat kondisi pembelajaran yang menarik,
menyenangkan yaitu kondisi pembelajaran yang demokratis, dapat
membangkitkan siswa berani menyampaikan pendapat dan mampu
menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kondisi
pembelajaran yang seperti itu, diharapkan siswa menjadi senang terhadap
pelajaran fisika, sehingga tidak lagi menganggap fisika itu sulit dan musuh bagi
kalangan siswa pada saat mendapat pelajaran fisika, dengan demikian prestasi
belajar atau hasil belajar juga akan semakin meningkat.
Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran di kelas, peran guru masih
mendominasi suasana belajar (teacher centered) indikasinya adalah guru lebih
banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi (perintah), sementara
siswa hanya berperan sebagai objek belajar yang pasif, dimana siswa hanya
sekedar diberi informasi mengenai konsep-konsep penting dan teori-teori sains
semata, sehingga siswa kurang dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan
penyelidikan. Akibatnya siswa kurang mampu untuk menemukan sendiri
konsep-konsep tersebut. Pada kondisi lainnya, ada juga siswa yang hanya dilatih untuk
pintar menyelesaikan soal-soal, tetapi mereka kurang dilatih untuk mengaitkan
proses sains yang mereka peroleh dari kenyataan yang ada di dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang guru dituntut harus memiliki kemampuan dalam
menyampaikan materi pelajaran dengan metode pembelajaran yang tepat,
sehingga belajar menjadi suatu hal yang menyenangkan dan mudah bagi siswa.
Menurut Santosa (2002: 68 dalam Nugroho, 2012) dalam meningkatkan
kemampuan guru dalam merancang media jauh lebih mudah daripada menyuruh
seorang ahli media untuk menjadi guru. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa guru memiliki potensi untuk mengembangkan media pembelajaran secara
mandiri karena materi yang disampaikan dapat disesuaikan dengan kondisi siswa.
Untuk merancang pembelajaran hendaknya dipilih media yang benar-benar efektif
dan efisien. Media yang efektif adalah yang mampu untuk mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan. Guru dapat merancang sendiri media itu (media
by design) atau atau dibantu oleh ahli media, mungkin dapat juga membeli media
Dalam proses belajar mengajar perlu memperhatikan model dan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Joyce dan Weil
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh
siswa disetiap jenjang pendidikan, karena fisika nantinya akan menjadi dasar
dalam penguasaan teknologi. Hasil analisis konsep menunjukkan bahwa secara
label-label konsep pada materi itu mengandung atribut-atribut konsep yang
abstrak. Untuk memahami karakteristik label konsep ini diperlukan pemahaman
tentang hukum dasar fisika, hubungan sebab akibat antara besara-besaran fisika
sehingga melalui formulasi model matematik dan inferensi logika dapat dijelaskan
di berbagai gejala fisika yang berkaitan dengan karakteristik setiap label konsep
tersebut. Melihat pentingnya penguasaan konsep ini, sudah semestinya
pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus mampu memfasilitasi tercapainya
penguasaan konsep fisika siswa dan mampu mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah siswa. Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran siswa di
sekolah masih jarang dalam melibatkan dan memfasilitasi tercapainya penguasaan
materi. Guru hanya berperan dominan dalam pembelajaran, sehingga partisipasi
aktivitas siswa sangat rendah dan hasil belajar yang diperoleh jauh dari harapan.
Salah satu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi tercapainya
penguasaan konsep dan aktivitas siswa serta kemampuan pemecahan masalah
siswa adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
memperkenalkan, membiasakan, dan melatihkan siswa untuk melaksanakan
langkah-langkah ilmiah dan pengetahuan prosedural. Selain untuk menguasai
konsep, praktikum juga berdampak positif terhadap peningkatan motivasi dan
Penggunaan metode eksperimen dalam penelitian ini diterapkan dalam
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Seperti yang dijelaskan oleh Rustaman
(2005), bahwa metode eksperimen paling tepat untuk merealisasikan model
pembelajaran inkuiri atau model pembelajaran berdasarkan penemuan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diprediksi bahwa model pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan metode eksperimen mampu memfasilitasi
penguasaan konsep dan aktivitas siswa yang berdampak pada prestasi belajar
siswa.
Terdapat beberapa jenis inkuiri yang dapat digunakan sesuai dengan
keadaan siswa yang bersangkutan, diantaranya adalah Discovery Learning,
Interactive Demonstration, Guided Inquiry (Inquiry Lesson), Inquiry
Laboratoriums, Hypothetical Inquiry (Wenning, 2010). Dengan melihat keadaan
siswa yang diamati, maka jenis inkuiri yang cocok digunakan dalam penelitian ini
adalah inkuiri terbimbing, karena pada proses pelaksanaanya guru memberikan
bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa dalam merencanakan
pembelajaran dan perumusan kegiatan.
Seiring berjalannya waktu, teknologi informasi yang mengalami
perkembangan cukup pesat, yang menawarkan beberapa alternatif untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis web, animasi,
power-point, multimedia interaktif online dan offline dan masih banyak cara lain
yang dapat mendukung dan memudahkan proses belajar mengajar di kelas.
Pemanfaatan komputer sebagai salah satu media pembelajaran dihapakan dapat
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu, penggunaan komputer dapat
dapat menjadi alternatif, ketika peralatan laboratorium kurang memadai. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, dengan bantuan komputer, siswa secara langsung
berinteraksi dengan komputer yang telah dilengkapi dengan beberapa software
pembelajaran yang berisi simulasi virtual. Melalui simulasi tersebut siswa
dibimbing untuk menemukan kesimpulan akan materi yang sedang dipelajari.
Laboratorium virtual merupakan sebuah simulasi komputer yang
pada komputer (Mosterman,1994 dalam Nugroho 2012). Ada dua konsep utama
laboratorium virtual, yaitu eksperimen riil digantikan oleh komputer sehingga
eksperimen dilaksanakan dalam bentuk simulasi (eksperimen virtual) dan
eksperimen laboratorium dapat digambarkan sebagai virtual ketika eksperimen
tidak dikontrol oleh manipulasi langsung peralatan laboratorium, tetapi dengan
alat komputer. Dalam penelitian ini, laboratorium virtual menggunakan konsep
yang kedua, yaitu eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan simulasi
komputer, karena eksperimen tidak dikontrol langsung oleh peralatan
laboratorium. Laboratorium virtual dapat diakses dengan mudah melalui internet
dan dapat dipergunakan untuk mengantisipasi laboratorium riil yang belum
memadai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran selama waktu yang
singkat dengan biaya yang lebih murah. Selain itu laboratorium virtual juga
menggabungkan sumber daya teknologi dengan software yang dapat digunakan
kembali dan bersifat otomatis sesuai dengan konsep pelatihan yang benar serta
dapat dikirim ke siapa saja, dimana saja dan kapan saja (Greenberg & Research,
2004). Secara umum penggunaan laboratorium virtual dalam pembelajaran terus
berkembang terutama dalam kajian penelitian. Berdasarkan hasil penelitian,
penggunaan laboratorium virtual dalam pembelajaran berdampak positif terhadap
peningkatan penguasaan konsep, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
berfikir kritis, dan aktivitas siswa.
Dalam penelitian Ugeng Hari Prasetyo (2011) menyatakan bahwa adanya
metode demonstrasi virtual dapat meningkatkan hasil belajar, tetapi tidak ada
pengaruh antara tinggi rendahnya kemampuan awal dengan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Sudarmi (2009) menghasilkan kesimpulan
prestasi belajar siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media
laboratorium riil lebih tinggi dengan menggunakan laboratorium virtual tetapi
prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik tidak berbeda
dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
Penelitian Supi Iswari (2009) menghasilkan kesimpulan prestasi belajar
laboratorium virtual dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi prestasi
belajarnya juga lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Tarno (2010) menyimpulkan
bahwa prestasi belajar yang menggunkan media laboratorium riil lebih tinggi
daripada menggunakan laboratorium virtual. Penelitian Tarno ini menggunakan
variabel moderator kemampuan berpikir dan kreativitas. Kedua variabel ternyata
tidak memengaruhi prestasi belajar.
Penelitian yang dilakukan Demirdag, Baris, dkk (2008) berjudul
Develop A Computer Assisted Educational Materials Related To
Thermochemistrym menyatakan bahwa metode Computer Aaided Education
(CAE) memberikan efek yang lebih pada keberhasilan belajar kimia siswa, sikap
terhadap kimia dan komputer dibandingkan dengan cara tradisional.
Penelitian oleh Gerald W. Meisner, Harol Hoffman dan Mike Turner
(2008) dengan judul Learning Physics in a Virtual Environment: Is There Any?
menyimpulkan siswa yang belajar dengan menggunakan laboratorium virtual
lebih interaktif dibandingkan dengan kelas tradisional dan prestasi belajar Fisika
di kelas tradisional lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan kelas laboratorium
virtual.
Berdasarkan pernyataan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Rendahnya kualitas pembelajaran fisika di kelas yang disebabkan karena
siswa sebagian besar tidak menyukai pelajaran fisika.
2. Kesulitan belajar fisika disebabkan karena fisika banyak menggunakan
pendekatan matematika, kurang berhubungan dengan fenomena alam,
3. Untuk keberhasilan kegiatan pembelajaran perlu juga memperhatikan
model-model pembelajaran. Namun belum banyak guru yang menggunakan model-model
pembelajaran secara variatif.
4. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal yang memengaruhi prestasi
belajar fisika siswa, antara lain: kemampuan menggunakan alat ukur, sikap
ilmiah, kemampuan verbal, aktivitas belajar, gaya belajar, tingkat kecerdasan
IQ, kemampuan memori, kreativitas, motivasi berprestasi siswa, dll.
5. Pembelajaran masih kurang melibatkan peran aktif siswa dan kurang
memperhatikan karakteristik materi serta belum memanfaatkan teknologi
informasi yang ada secara optimal.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing, yang sintaksnya meliputi: guru
menghadapkan siswa pada suatu masalah, siswa mengumpulkan informasi,
eksperimen, merumuskan atau mengorganisir data yang terakhir mengadakan
analisa tentang proses inkuiri.
2. Media pembelajaran yang digunakan berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual
3. Prestasi atau hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif taksonomi Bloom
4. Aktivitas belajar siswa dikategorikan ke dalam tingkat aktivitas belajar tinggi
dan rendah
5. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dinamika Fluida
pada siswa kelas XI IPA SMA pada semester II tahun ajaran 2012/2013
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang diuraikan di atas,
maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar fisika siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran Direct
Instrusction (DI)?
2. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar fisika siswa pada kelompok
siswa yang mempunyai tingkat aktivitas tinggi dan rendah?
3. Apakah ada interaksi tingkat aktivitas siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual dengan model pembelajaran Direct Instrusction (DI)
terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan hasil belajar fisika siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran Direct
Instrusction (DI)
2. Untuk menganalisis perbedaan peningkatan hasil belajar fisika siswa pada
kelompok yang mempunyai aktivitas rendah dan aktivitas tinggi
3. Untuk menganalisis interaksi tingkat aktivitas siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil
dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran Direct Instrusction (DI)
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat memperkaya data ilmiah dan sebagai rujukan bagi
peneliti lanjutan yang berminat dalam mendalami permasalahan yang sama
2. Memberikan gambaran pada pelaksanaan pendidikan tentang penerapan
khususnya model pembelajaran inkuiri terbimbing dan pengaruhnya terhadap
peningkatan hasil belajar fisika siswa
3. Membantu guru dalam mengambil langkah yang diperlukan untuk mencari
solusi dalam kaitannya dengan masalah-masalah pelajaran yang berhubungan
dengan peningkatan hasil belajar siswa
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang efek model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium
virtual terhadap aktivitas dan peningkatan hasil belajar fisika siswa.
1.7 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan suatu defenisi yang diberikan kepada
suatu variabel dengan cara memberikan arti atau memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur variabel. Dalam penelitian ini, digunakan
istilah-istilah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, logis dan analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Gulo,2008 dalam Nugroho. S, 2012).
2. Eksperimen riil merupakan suatu cara di mana murid bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau
akibat dari sesuatu aksi. Melalui eksperimen riil siswa mempelajari fakta,
gejala, konsep, prinsip, hukum dan lain sebagainya. Sehingga selain
memperoleh pengetahuan kognitif juga dapat keterampilan/kinerja dan dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi yang baru
siswa dituntut untuk melakukan eksperimen langsung di laboratorium sesuai
dengan penuntun praktikum yang diberikan oleh guru.
3. Laboratorium virtual merupakan sebuah metode yang dapat digunakan sebagai
kolaborasi eksperimen dalam penelitian atau keterampilan dalam belajar
dimana kegiatas eksperimen didistribusikan dengan menggunakan simulasi
atau teknologi komputer. Metode eksperimen menggunakan laboratorium
virtual dibuat termasuk dalam kategori laboratorium virtual hibrida (hybrid
virtual laboratory) yang merupakan perpaduan antara pengembangan berbasis
teori dan eksperimen. Dalam hal ini, laboratorium virtual yang digunakan
sebagai ekperimen yaitu berupa software softaware simulasi Virtual Physics
Labs.
4. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual menitikberatkan pada pengembangan tingkat berfikir
siswa yang dilandaskan pada pengalaman dan keterlibatan langsung terhadap
suatu permasalahan dengan menggunakan fasilitas dan proses laboratorium
yang dapat dipraktekkan secara langsung kemudian disimulasikan secara
digital. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki sintaks atau tahapan
sebagai berikut: guru menghadapkan siswa pada suatu masalah, siswa
mengumpulkan informasi, eksperimen, merumuskan atau mengorganisir data
yang terakhir mengadakan analisa tentang proses inkuiri. Pelaksanaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan laboratorium virtual diamati
oleh observer dengan menggunakan lembar observasi.
5. Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada guru. Secara khusus dirancang untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap (Arends dalam Deo 2013)
6. Hasil belajar merujuk pada prestasi belajar yang didefenisikan sebagai
penguasaan konsep pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan pada
selama pembelajaran, lajimnya ditunjukkan degan nilai tes atau angka yang
domain kognitif dan keterampilan proses psikomotorik, yang artinya
keterampilan untuk mendapatkan konsep baru, dan untuk memperolehnya
siswa dituntut untuk dapat menemukan sendiri konsep tersebut dengan
bantuan atau bimbingan guru.
7. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan pada model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan
laboratoriun virtual. Untuk pembelajaran fisika pada materi dinamika fluida,
aktivitas belajar menentukan prestasi belajar fisika siswa. Apabila tingkat
aktivitas belajar yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajar siswa
tersebut tinggi, sebaliknya apabila tingkat aktivitas belajar siswa rendah maka
pretasi belajar siswa rendah. Penilaian tingkat aktivitas belajar fisika siswa
dilihat dengan menggunakan lembar observasi selama pembelajaran
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara gain hasil belajar atau peningkatan
hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium
virtual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa model Inkuiri Terbimbing lebih baik dari model DI dalam
meningkatkan gain hasil belajar fisika siswa.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara gain hasil belajar atau peningkatan
hasil belajar fisika siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan aktivitas rendah.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa siswa yang tingkat aktivitasnya tinggi
memiliki hasil belajar fisika yang lebih baik dan siswa yang tingkat
aktivitasnya rendah memiliki hasil belajar fisika yang rendah.
3. Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model
pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan tingkat aktivitas terhadap
gain hasil belajar atau peningkatan hasil belajar fisika siswa. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa interaksi terjadi pada kelas DI dimana pada tingkat
aktivitas tinggi dan tingkat aktivitas rendah, hasil belajarnya adalah sama.
Yang artinya, model lebih dominan dibandingkan dengan aktivitasnya.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, sesuai dengan hasil
penelitian yang didapatkan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran fisika khususnya pokok bahasan dinamika fluida, guru
dapat menggunakan media komputer berupa laboratorium virtual untuk
2. Guru hendaknya memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk merancang
pembelajaran praktikum melalui program komputer khususnya simulasi
(laboratorium virtual), sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
menstransfer materi pelajaran kepada siswa.
3. Laboratorium virtual dapat diterapkan pada pokok bahasan yang
membutuhkan praktikum untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
BIODATA ALUMNI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Nama Lengkap (sesuai Ijazah) : Dedi Holden Simbolon
Tempat Tanggal Lahir : Teluk Pule, 03 November 1987
Nim : 8116176004
Program Studi : Magister Pendidikan Fisika
Jenjang Studi : S2
Fakultas : Pascasarjana UNIMED
Ijazah Memasuki Program Studi : Pendidikan Fisika, UNIMED Tanggal Lulus (Ujian Tesis) : 27 Juni 2013
Indeks Prestasi : 3.72
Alamat Setelah Lulus : Jl. Kenari VII No. 194 Perumnas Mandala
Telepon : 085262879238
Kode Pos : 20222
Nama Ayah : Lassen Simbolon
Nama Ibu : Rukiah Dahliah Malau
Alamat Orang Tua : Jl. Kenari VII No. 194 Perumnas Mandala
Telepon : 082167850184
Kode Pos : 20222
Judul Tesis Tanggal Seminar Proposal
Efek Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan
4 April 2013
Tanggal Mulai Penelitian
22 April 2013
Tanggal Ujian Tesis
27 Juni 2013
Dosen Pembimbing Tesis 1. Prof. Dr. Sahyar , M.S., M.M. 2. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si
Medan, 02 Agustus 2013
DEDI HOLDEN SIMBOLON NIM: 8116176004
Pas Photo
3 x 4
Lampiran 1
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA Methodist 1 Medan Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/2
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah
No Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
menjelaskan pengertian fluida.
- Melakukan tanya jawab untuk
menjelaskan tekanan yang terjadi dalam fluida.
- Melakukan pengamatan untuk
mengetahui tekanan yang terjadi pada fluida statik.
- Melakukan diskusi untuk
memformulasikan tekanan
hidrostatik.
- Melakukan diskusi untuk
memformulasikan tekanan
atmosfer.
- Melakukan diskusi untuk
memberikan beberapa contoh
penerapan dalam teknologi
yang berkaitan dengan
pemanfaatan tekanan
hidrostatik dan tekanan
-Menjelaskan dan
Jam Pelajaran Buku Kajian
atmosfer.
- Melakukan diskusi kelompok
untuk membahas persoalan
yang berkaitan dengan tekanan
hidrostatik dan tekanan
atmosfer.
mengetahui dan membuktikan hukum Pascal dalam fluida statis.
- Melakukan diskusi kelas untuk
memformulasikan hukum
Pascal.
- Melakukan diskusi untuk
menjelaskan berbagai contoh penerapan hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari.
- Melakukan pengamatan untuk
mengetahui dan membuktikan hukum Archimedes.
- Melakukan diskusi untuk
memformulasikan hukum
Archimedes.
- Melakukan diskusi untuk
menjelaskan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan hukum Archimedes.
- Melakukan diskusi kelompok
untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan hukum Pascal dan hukum Archimedes.
- Melakukan tanya jawab untuk
menjelaskan tegangan
permukaan.
- Melakukan pengamatan yang
berkaitan dengan peristiwa
tegangan permukaan.
- Melakukan diskusi kelas untuk
merumuskan tegangan
permukaan.
- Melakukan tanya jawab untuk
menjelaskan gejala kapilaritas.
- Melakukan pengamatan untuk
mengetahui gejala kapilaritas.
- Melakukan diskusi untuk
menganalisis dan merumuskan adanya gejala kapilaritas.
- Melakukan diskusi kelompok
untuk membahas persoalan
yang berkaitan dengan
tegangan permukaan dan gejala kapilaritas.
- Mengerjakan kuis.
Fluida Dinamis - Melakukan tanya jawab untuk
menjelaskan fluida bergerak
dan hukum-hukum yang
mendasarinya.
- Melakukan demonstrasi di
depan kelas untuk mengamati sifat-sifat dari fluida bergerak.
- Melakukan diskusi kelas untuk
memformulasikan persamaan
kontinuitas dan hukum
Bernoulli.
- Melakukan pengamatan dan
diteruskan dengan diskusi
-Memformulasikan
hukum dasar fluida dinamik.
-Menerapkan hukum
untuk menganalisis hukum-hukum dasar fluida pada pipa venturi dan tabung pitot.
- Melakukan diskusi kelas untuk
menjelaskan beberapa
peristiwa keseharian yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari.
- Siswa melakukan diskusi
kelompok untuk membahas persoalan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
- Melakukan diskusi kelas untuk
menjelaskan beberapa
peristiwa keseharian.
- Melakukan diskusi kelompok
untuk membahas persoalan
yang berkaitan dengan materi
yang telah dipelajari.
Mengerjakan kuis.
Lampiran 2
BAHAN AJAR 1
1. Judul : Tekanan Hidrostatis dan tekanan Atmosfer
2. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah
3. Kompetensi Dasar : Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan dinamis serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
4. Indikator Pembelajaran
a. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan hidrostatis.
b. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan atmosfer.
c. Menghitung tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfer suatu fluida
d. Memformulasikan hukum dasar fluida statis.
e. Menerapkan hukum dasar fluida statis pada masalah fisika sehari-hari.
5. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai, siswa dapat:
a. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan hidrostatis.
b. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan atmosfer.
c. Menghitung tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfer suatu fluida
d. Memformulasikan hukum dasar fluida statis.
e. Menerapkan hukum dasar fluida statis pada masalah fisika sehari-hari.
6. Materi
Secara makroskopik, materi dapat digolongkan ke dalam benda padat dan fluida.
Fluida adalah suatu zat yang dapat memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk
ketika ditekan yang dapat mengalir. Zat yang termasuk fluida adalah zat cair dan gas.
Molekul-molekul di dalam fluida mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak
sendiri-sendiri. Dalam zat cair, gaya interaksi antara molekul-molekul yang disebut gaya kohesi
masih cukup besar, karena jarak antara molekul-molekul tidak terlalu besar. Akibatnya zat
cair masih tampak sebagai satu kesatuan, kita masih dapat melihat batas-batas zat cair. Selain
itu, zat cair tidak mudah dimampatkan. Lain halnya dengan gas, molekul-molekul gas dapat
Di samping itu, gas lebih mudah dimampatkan daripada zat cair. Sedangkan fluida statis
adalah adalah fluida dalam keadaan diam. Adapun pokok-pokok yang akan dipelajari pada
fluida statis adalah: tekanan hidrostatis, hukum pascal, hukum archimedes, tegangan
permukaan cair dan kapilaritas. (Tipler, 1998).
A. FLUIDA STATIS
Fluida statis adalah fluida yang tidak mengalami perpindahan bagian-bagiannya.
Pada keadaan ini, fluida statis memiliki sifat-sifat seperti memiliki tekanan dan tegangan
permukaan.
1. TEKANAN HIDROSTATIS
Tekanan (P) adalah gaya yang bekerja tiap satuan luas. Dalam Sistem Internasional
(SI), satuan tekanan adalah N/m2, yang disebut juga dengan pascal (Pa). Gaya F yang bekerja
pada permukaan seluas A dengan arah tegak lurus pada permukaan, besarnya tekanan pada
permukaan bidang tersebut adalah :
P =F
A… … …. 1
Dimana:
P = Tekanan (N/m2)
F = Gaya (N),
A = Luas permukaan (m2).
Tekanan yang dihasilkan oleh fluida (berat fluida) disebut tekanan hidrostatis. Sifat
tekanan hidrostatis :
1. Tekanan menyebar ke segala arah
2. Semakin ke bawah fluida semakin besar tekanannya.
Perhatikan gambar 1 berikut :
Massa kolom fluida adalah m = ρ.V, dengan V = A.h menunjukkan volume kolom fluida. Dengan demikian, m = ρ.V = ρ.A.h dan berat fluida w = m.g = ρ.g.A.h. Jika P0 menunjukkan tekanan di bagian atas fluida (tekanan udara) dan P menunjukkan tekanan
pada kedalaman h, maka besarnya gaya keatas yang disebabkan oleh perbedaan tekanan ini
adalah: P.A - P0.A. Besarnya tekanan pada kedalaman h dapat diperoleh dari :
P. A−P0 = ρ. g. h. A
Atau
P = P0+ρ. g. h… … … …. (2) Dimana :
P = tekanan pada kedalaman h (Pa)
P0 = tekanan di permukaan (Pa)
h = kedalaman (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2) ρ = massa jenis (kg/m3)
Jadi tekanan P pada kedalaman h selalu lebih besar daripada tekanan P0 pada
permukaannya. Titik-titik di dalam fluida yang mempunyai kedalaman yang sama selalu
mempunyai tekanan yang sama, tidak bergantung pada bentuk bejana. Pernyataan ini dikenal
dengan nama Hukum Utama Hidrostatis. Persamaan secara matematis ditulis : ∆P = P−P0 = ρ. g. h… … … …. 3
Dimana, ΔP = selisih tekanan
Misalnya kita akan menentukan massa jenis minyak dengan pipa U. Mula-mula pipa
U diisi air yang massa jenisnya telah diketahui sebagai pembanding, Lalu pada kaki kiri
dituangkan zat cair yang akan dihitung massa jenisnya. Sesuai dengan hukum utama
hidrostatis maka titik A dan titik B memiliki tekanan yang sama yakni PA = PB (karena
keduanya berada dalam air dan berada pada satu bidang datar). Titik A berada dalam zat air
pada kedalaman hA dan titik B berada dalam zat cair yang akan dihitung massa jenisnya
(minyak) pada kedalaman hB, sehingga berlaku:
ρf. g. hB =ρair. g. hA… … … … …. 4 Sehingga dapat dihitung massa jenis zat cair (minyak) tersebut :
ρf =hA hB
Penerapan hukum utama hidrostatis yang lain antara lain pada beberapa alat yang
telah diciptakan untuk mengukur tekanan, diantaranya yang paling sederhana adalah
manometer tabung terbuka, seperti diperlihatkan pada Gambar 3 di bawah.
Gambar 3. Manometer Tabung Terbuka
Manometer tersebut digunakan untuk mengukur tekanan tera yang terdiri dari
sebuah tabung yang berbentuk U yang berisi cairan, umumnya mercury (raksa) atau air.
Tekanan P yang terukur adalah berhubungan dengan perbedaan tinggi permukaan air antara
dua sisi tabung, yakni:
P−P0 =ρ. g. h… … … …. 6 Dimana:
P0 = Tekanan atmosfir
Ρ = Massa jenis fluida.
Jadi tekanan tera, P –P0 adalah sebanding dengan perbedaaan tinggi dari kolom-kolom cairan
di dalam tabung U.
Tekanan atmosfir dapat diukur dengan alat jenis manometer raksa dengan salah satu
ujung tabung tertutup, seperti pada Gambar 4 di bawah ini:
Ruang di atas kolom air raksa hanya mengandung uap air raksa, yang tekanannya
begitu kecil pada temperature biasa sehingga tekanan tersebut dapat diabaikan besarnya.
Dengan demikian dari persamaan 2.5 diperoleh tekanan atmosfir adalah P0 =ρ. g. h.
Tekanan atmosfir disuatu titik secara numerik adalah sama dengan berat kolom
udara sebanyak satu satuan luas penampang yang membentang dari titik tersebut ke puncak
atmosfir. Maka tekanan atmosfir di suatu titik akan berkurang dengan ketinggian. Dari hari
ke hari akan ada variasi-variasi tekanan atmosfir karena atmosfir tersebut tidaklah statis.
Kolom raksa di dalam barometer akan mempunyai tinggi sebesar kira-kira 76 cm di
permukaaan laut yang berubah dengan tekanan atmosfir.
Suatu tekanan yang ekuivalen dengan tekanan yang dikeluarkan oleh 76 cm raksa
pada suhu 00C di bawah gravitasi standar, g = 9,8 m/s2, dinamakan satu atmosfir (1 atm).
Massa jenis raksa pada temperatur ini adalah 13.595 kg/m3, maka satu atm adalah ekuivalen
dengan:
1 atm = (13.595 kg/m3)(9,8 m/s2)(0,76 m) = 1,013 x 105) N/m2) = 1,013 x 105 Pa.
Seringkali tekanan dispesifikasikan dengan memberikan tinggi kolom raksa pada suhu 0oC, sehinggga tekanan sering dinyatakan dalam “sentimeter raksa (cm-Hg).
7. Contoh Soal
a. Suatu tempat di dasar danau memiliki kedalaman 20 m. Diketahui massa jenis air danau 1 g/cm3 , percepatan gravitasi g = 10 m/s2, dan tekanan di atas permukaan air
sebesar 1 atm. Hitunglah tekanan hidrostatis di tempat tersebut!
Jawab:
Dik: h = 20 m
g = 10 m/s2
ρ = 1 g/cm3 = 1000 kg/m3
P0 = 1 atm = 1.013 x 105 pa
Dit: Ph= ……?
Penyelesaian:
= = 1000 3 .10 2 .20
a. Sebuah peti berukuran 2 m x 3 m x 4 m dengan massa jenis bahannya 3000 kg/m3. Jika g = 10 m/s2, hitung:
a. Berat peti
b. Tekanan maksimum peti pada tanah
c. Tekanan minimum peti pada tanah
Jawab:
Dik: Volume peti = 24 m3
ρpeti = 3000 kg/m3
g = 10 m/s2
Dit: - mpeti= ……?
-Pmax = …….?
-Pmin= …..?
Penyelesaian:
-Massa peti
= = 3000 3 .24 3 . 10 2
= 72 104�
-Tekanan maksimum peti terhadap lantai.
(Ambil luas lantai yang lebih sempit. A = 2 m x 3 m = 6 m2), sehingga:
=
� =
72 104�
6 2 = 12 10
4�/ 2
-Tekanan minimum petu terhadap lantai.
(Ambil luas lantai yang lebih luas. A = 3 m x 4 m = 12 m2), sehingga:
=
� =
72 104�
12 2 = 6 10
4�/ 2
8. Latihan/tes/Simulasi
a. Sebuah bejana berbentuk tabung mengandung lapisan minyak 0,25 m yang
mengapung diatas air yang kedalamannya 1 m. Jika massa jenis minyak 600 kg/m3
dan massa jenis air 1000 kg/m3.(a). berapakah tekanan gauge pada bidang batas
b. Perkirakan selisih tekanan hidrostatis darah diantara otak dan kaki didalam tubuh
seorang wanita yang tingginya 170 cm. Jika massa jenis darah 1,06 x 103 kg/m3 dan
percepatan gravitasi bumi g = 9,8 m/s2
c. Jelaskan konsep dasar dari hidrostatis. Apa yang anda ketahui tentang tekanan gauge
dan tekanan mutlak.
d. Hitunglah tekanan pada kedalamam 5 m dalam sebuah sungai, jika tekanan atmosfer
udara dipermukaan danau: (a) diperhitungkan, dan (b) diabaikan.
Massa jenis air = 1000 kg/m3
e. Suatu wadah berisi air raksa, dengan massa jenis 13.600 kg/m3 setinggi 76 cm.
(a). Berapa tekanan hidrostatis yang bekerja pada dasar wadah tersebut
(b). Berapa tinggi air yang setara dengan tekanan hidrostatis tersebut
9. Daftar Pustaka
Halliday dan Resnick, (1991). Fisika jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Foster, B. (1997). Fisika 2 SMU. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gibbs, K, (1990). Advanced Physics. New York: Cambridge University Press.
Martin Kanginan, (2006). Fisika XI SMU. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Munasir. (2004). Fluida Statis. Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Sekolah : SMA METHODIST 1 MEDAN
Kelas / Semester : XI (Sebelas) / Semester 2 Mata Pelajaran : Fisika
Pertemuan : 1 (Pertama)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
STANDAR KOMPETENSI
2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan
masalah
KOMPETENSI DASAR
2.2. Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan dinamisserta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
INDIKATOR PEMBELAJARAN
a. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan hidrostatis.
b. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan atmosfer.
c. Menghitung tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfer suatu fluida
d. Memformulasikan hukum dasar fluida statis.
e. Menerapkan hukum dasar fluida statis pada masalah fisika sehari-hari.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran selesai, siswa dapat:
a. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan hidrostatis.
b. Menjelaskan dan memformulasikan tekanan atmosfer.
c. Menghitung tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfer suatu fluida
d. Memformulasikan hukum dasar fluida statis.
e. Menerapkan hukum dasar fluida statis pada masalah fisika sehari-hari.
B. MATERI AJAR
1. Tekanan Hidrostatis
2. Tekanan Atmosfer
C. MODEL PEMBELAJARAN
D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Fase Kegiatan pembelajaram Metode Alat dan
Bahan Media
Alokasi
waktu Sumber Belajar
Guru Siswa siswa memimpin berdoa, memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas.
- Guru memberikan motivasi dan arahan kepada siswa menyangkut indikator dan tujuan pembelajaran
- Guru memberikan pertanyaan pembukaan berkaitan dengan tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfer
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Guru menjelaskan mengenai pengertian fluida statis dan
menjelaskan tekanan
hidrostatis dan tekanan atmosfer
- Guru melibatkan peserta didik untuk mencari informasi yang luas tentang fluida statis dan
menjelaskan tekanan
hidrostatis dan tekanan atmosfer dari berbagai sumber (buku dan internet)
Kegiatan Inti
Fase 3
- Guru memberikan bimbingan praktik serta langkah-langkah dan membagikan LKS kepada siswa
Fase 4 (Memeriksa pemahaman siswa
dan memberikan umpan balik)
Kegiatan Akhir
- Guru mengumpulkan laporan praktikum dari setiap kelompok
- Guru memberikan kesimpulan tentang tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfer, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas kelompok,
membaca dan memahami
materi berikutnya
Kegiatan Akhir
- Siswa mengumpulkan laporan praktikum mereka
- Siswa mencatat dan mendengarkan
penjelasan guru
Ceramah Tanya Jawab
20‟
Fase 5 (Latihan mandiri)
- Guru memberikan tugas-tugas mandiri berupa soal kepada siswa untuk meningkatkan
pemahamannya terhadap
materi yang telah mereka pelajari.
- Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.