EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY
BERBASIS KOLABORASI DENGAN MEDIA FLASH
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF TINGGI
FISIKA SISWA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ERNA PARDEDE
NIM : 8136176010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Erna Pardede (NIM : 8136176010) “Efek Model Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash Terhadap Keterampilan
Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA” Penelitian ini bertujuan menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan prsoses sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran
guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan
pembelajaran konvensional, apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, apakah terdapat korelasi keterampilan
proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash. Populasi penelitian adalah seluruh SMA Negeri yang memiliki kurikulum,
materi ajar, tingkat kelas yang sama. Sampel dalam penelitian ini diambil secara
cluster random sampling, yaitu SMA Negeri 12 Medan sebanyak 2 kelas
berjumlah 82 orang. Kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash,
kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional. Teknik analisis data menggunakan Uji Independent T-Test dan uji korelasi dengan SPSS 17 for
windows pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa yang diberikan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif tinggi siswa yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan kemampuan kognitif
tinggi siswa,dan terdapat korelasi keterampilan proses sains siswa dengan hasil
belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash.
Kata Kunci : Guided Discovery, media flash, kolaborasi, keterampilan proses
ii ABSTRACT
Pardede, Erna (Reg. Number: 8136176010) “The Effect of Collaboration Based Guided Discovery Learning Model Collaboration Based Using Flash Media on Science Process Skill and High Level Cognitive Learning Result of Physics on Senior High Students.
This research aimed to determine is there any significant differences between Students’ Science Process Skill taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning, is there any significant differences between high level cognitive learning result of physics on students taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning and is there any correlations between students’ science process skill with high level cognitive learning result to the class taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning. The population of the research were all State Senior High students who already had curriculum, teaching material, and the same class level. The sample of the research was taken by using cluster random sampling from around 2 classes of State Senior High School 12 Medan consisting of 82 students. Experimental class was taught by using Based Guided Discovery Technique using Flash Media. Meanwhile control class was taught by using conventional teaching technique. The data analyis technique used independent T-test and correlation T-test with SPSS 17 for Windows at the significance level α = 0.05. The result of the research showed that there were significant differences between students’ science process skill taught by using Collaboration Based Guided Discovery Technique using Flash Media with conventional learning, there were significant differences between high level cognitive learning result of physics on students taught by using Flash Media with conventional technique, and there was correlations between science process skill of students with high level cognitive learning result on the class taught by using Based Guided Discovery Technique using Flash Media.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan tesis ini yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash
Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA”
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimaksih yang sedalam-dalamnya pada semua pihak yang telah membantu dalam myelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan, M,Sc, Ph.D sebagai pembimbing I dan kepada Ibu Prof.Dr.Retno Dwi Suyanti, M.Si, sebagai pembimbing II yang tidak henti-hentinya memeberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen narasumber yaitu kepada bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pasca Sarjana Unimed, kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan kepada Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si atas saran-saran dan pengetahuan yang diberikan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini dan kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED serta Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
iv
Gaol, Ibu Yunisa Dwi Jayati) dan secara khusus terimakasihku kepada teman saya Dina Fernata Purba, M.Pd yang telah memberi motivasi dan dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang kita lalui selalu terjaga.
Teristimewa penulis sampaikan buat Ibunda tercinta, R. Hutasoit, tetap mengenangmu Ayahanda Almarhum M. Pardede, dan terimaksihku kepada adinda terkasih Renova Pardede, Anto Simanjuntak, Rivai Pardede, Kusmitra yang telah memberikan doa dan dukungan moral maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat waktu. Secara khusus buat suami tercinta Fernando Simanjuntak, S.T, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat juga doa kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam upaya penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis selalu menerima saran dan kritik yang bersifat mambangun sehingga membuat tesis ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Medan, Juli 2015 Penulis,
v
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar ... 17
2.1.3 Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) ... 20
2.1.4 Guided Discovery Learning ... 25
2.1.5 Pembelajaran Kolaborasi ... 29
2.1.6 Keterampilan Proses Sains ... 33
2.1.7 Media Pembelajaran ... 37
2.1.8 Media Flash ... 39
2.1.9 Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash ... 39
2.1.10 Pembelajaran Konvensional ... 42
2.1.11 Teori Belajar Kontruktivisme ... 43
2.1.12 Teori Belajar Kontruktivisme Jean Piaget. ... 44
2.1.13 Teori Belajar Kontruktivisme Vygotsky. ... 46
2.1.14 Teori Belajar Kontruktivisme Brunner. ... 47
2.1.15 Penelitian Relevan ... 48
2.2. Kerangka Konseptual ... 50
2.3. Hipotesis Penelitian ... 54
BAB III. METODE PENELITIAN ... 55
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55
3.3 Rancangan danVariabel Penelitian ... 56
3.3.1 Desain Penelitian ... 56
3.3.2 Variabel Penelitian ... 57
3.4 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 58
3.5 Teknik Pegumpulan Data ... 61
3.6 Uji Coba Instrumen Peelitian ... 61
3.6.1 Validitas tes ... 61
vi
3.7 Teknik Analisis Data ... 64
3.7.1 Menghitung Rata-rata ... 64
3.7.2 Menghitung Simpangan Baku ... 64
3.7.3 Pengujian Normalitas Data ... 65
3.7.4 Homogenitas Data ... 66
3.7.5 Pengujian Hipotesis ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1 Analisis Data Instrument Tes ... 69
4.1.1 Validitas Tes ... 69
4.1.2 Realibitas Tes ... 70
4.2 Deskripsi Data Hasil Belajar ... 70
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 72
4.3.1 Uji Normalitas Data ... 73
4.3.2 Uji Homogenesis Data ... 77
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 79
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
4.6 Keterbatasan Penelitian ... 91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 94
5.1 Simpulan... 94
5.2 Saran ... 95
viii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Revisi taksonomi Bloom ... 18
Tabel 2.2 Pengetian DimensiKognitf ... 19
Tabel 2.3 Jenis Pembelajaran Penemuan ... 23
Tabel 2.4 Tahap pelaksanaan pembelajaran Guided Discovery ... 25
Tabel 2.5 Hasil penelitian yang berkaitan dengan Guided Discovery ... 43
Tabel 3.1.Desain Penelitian... 50
Tabel 3.2 RancanganPenelitian ... 51
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Nilai Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa ... 68
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Pre-test Kemampuan Kognitif Tinggi Siswa .... 68
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pre-test Keterampilan Proses Sains ... 68
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 70
Tabel 4.5 Uji Normalitas Post-test Keterampilan Proses Sains ... 70
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Kognitif Tinggi... 71
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pre-test Keterampilan Proses Sains ... 72
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Data Pre-test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 73
Tabel 4.9 Uji Homogenitas Data Post-test Keterampilan Proses Sains ... 73
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Post-test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 74
Tabel 4.11 Uji t Dua Pihak Data Post-Test Keterampilan Proses Sains ... 74
Tabel 4.12 Uji t Dua Pihak Data Post-Test Kemampuan Kognitif Tinggi ... 75
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 100
Lampiran 2 Perangkat Pembelajaran ... 101
Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 142
Lampiran 4 Validitas dan reabilitas data ... 153
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya meningkatkan kualitas individu, secara
langsung atau tidak langsung untuk menopang dan mengikuti laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam rangka mensukseskan
pembangunan yang sejalan dengan kebutuhan manusia. Hal ini sejalan dengan
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas,
2013).
Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam
kehidupan, terlebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
berkembang dengan pesat saat ini. Fisika tidak hanya memberikan sumbangan
yang nyata terhadap perkembangan teknologi melainkan juga mendidik siswa
untuk memiliki sikap intelektual dan religi dalam kehidupan.Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat cepat dan bersifat global
memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia diberbagai bidang. Manusia
dituntut berusaha tahu banyak ( knowing much), berbuat banyak ( doing much),
mencapai keunggulan ( being exelence), menjalin hubungan dan kerjasama
dengan orang lain ( being sociable), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai
2
harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran disekolah untuk dapat
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan tidak hanya bertujuan
untuk memberikan materi pelajaran saja, tetapi menekankan bagaimana siswa
untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat
mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan siap untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung
masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang prestasi siswa. Survei
Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003
menempatkan Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara, walaupun rata-rata skor
naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara
statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah
ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia
15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program
yang diukur setiap tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada
peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih
tinggi dari Tunisia.
Indonesia mengikuti TIMSS pada tahun 1999, 2003, 2007 dan 2011.
PISA tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dengan hasil tidak menunjukkan banyak
perubahan pada setiap keikutsertaan. Pada PISA tahun 2009, Indonesia hanya
menduduki rangking 61 dari 65 peserta dengan rata skor 371 sementara
rata-rata skor internasional adalah 496. Prestasi pada TIMSS 2007 lebih
3
405, dibanding tahun 2003 yaitu 411. Rangking Indonesia pada TIMSS tahun
2007 menjadi rangking 36 dari 49 negara. (Depdiknas, 2011). Tahun 2011
Indonesia peringkat 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 sedangkan skor
internasional 500. (Ahmad, 2014).
Hasil study TIMSS dan PISA ini menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa dan pengetahuan kognitif tingkat tinggi siswa
Indonesia masih rendah. Siswa belum memiliki kemampuan menyelesaikan
masalah yang dituntut berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir yang
dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan kemampuan
kognitif tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Cognitive level (HOCL) yang jika ditinjau dari ranah kognitif pada Taksonomi Bloom revisi
Anderson , berada pada level menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi.
Belajar sains merupakan suatu proses yang dapat memberikan sejumlah
pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka menggunakan
pengetahuan sains tersebut. Hakekatnya sains termasuk fisika dipandang sebagai
proses, produk dan sikap. Pembelajaran fisika perlu dikembangkan berdasarkan
hakekatnya sendiri. Fisika merupakan salah satu ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari solusi atas berbagai
pertanyaan tentang gejala-gejala alam.
Hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 12 Medan, guru masih lebih
banyak menerapkan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru yaitu
metode belajar ceramah dan diskusi, dan penilaian yang dilakukan juga masih
4
Nilai pengetahuan dari ulangan fisika siswa di sekolah tersebut juga masih
rendah dan pada umumnya di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal ) yaitu 75
untuk pelajaran fisika.
Pembelajaran yang dilakukan jarang menggunakan media tertentu.
Kegiatan praktikum melatih keterampilan proses sains siswa jarang dilaksanakan
dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar mengutamakan ketuntasan
materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas belajar siswa untuk menemukan
sendiri konsep-konsep yang berhubungan dengan pelajaran. Guru mengajar fisika
lebih menekankan pada perumusan matematis dan kurang melibatkan
pengamatan oleh siswa untuk menemukan sendiri walaupun pembelajaran dengan
metode diskusi sehingga siswa merasa kesulitan memahami konsep fisika yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan pada umumnya siswa tidak
menyukai pelajaran fisika.
Hasil belajar tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah kualitas pembelajaran. Membangun kompetensi siswa pada suatu mata
pelajaran, harusnya menekankan pada apa yang siswa kerjakan, bukan apa yang
akan diketahui. Kenyataannya masih lebih banyak guru mengajar teori saja,
mengkontruksi pengetahuan siswa dengan memberikan tugas mengerjakan LKS
dan melakukan evaluasi belajar dengan memberikan soal-soal yang menekankan
pada daya ingat. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMA oleh pusat
kurikulum dan sistem pengujian Balitbang Depdiknas, diperoleh rata-rata
penguasaan kurikulum sebesar 4,33 dan rata-rata penguasaan pelajaran fisika 4,86
sedangkan guru SMP rata-rata penguasaan kurikulum 4,17 dan rata-rata
5
Guru fisika dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu
memilih pembelajaran yang tepat, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan serta mencapai hasil belajar yang optimal. Fisika adalah bagian
dari sains yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam.
Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah guided discovery learning
atau pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran penemuan
terbimbing (guided discovery) merupakan pembelajaran yang melatih dan
membimbing siswa untuk belajar, memperoleh pengetahuan, dan membangun
konsep-konsep yang mereka temukan untuk diri mereka sendiri. Discovery
adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery
merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif
menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan
pengetahuan sendiri, (Sani, 2013).
Discovery learning sebuah model pengajaran yang menekankan
pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu
disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan
keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui proses penemuan pribadi.
Discovery learning menekankan pada pengalaman belajar aktif yang berpusat
pada anak-anak, yang anaknya menemukan ide-idenya sendiri dan mengambil
maknanya sendiri, (Arends, 2008).
Penelitian (Fathur,dkk ,2012), menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery terbimbing dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa.
6
discovery dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. (Afifah, dkk,
2014) menyimpulkan pembelajaran guided discovery dengan media question cards bervisi SETS dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa.
(Rahmawati Y,dkk, 2014), menyimpulkan pembelajaran berbasis guided discovery dengan pendekatan SAVI lebih efektif untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa dibandingkan dengan metode yang biasa diterapkan oleh
guru pada materi peluang.
Penelitian (Khasnis, dkk, 2011), hasil belajar menggunakan metode guided discovery lebih tinggi daripada metode konvensional, dan metode guided discovery dapat mengembangkan berpikir kreatif siswa. (Alex,dkk, 2013)
menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika yang
diberi metode guided discovery daripada menggunakan pembelajaran
konvensional. Selanjutnya (Mirasi, dkk, 2013) menyatakan rata-rata hasil belajar
dengan menggunakan metode guided discovery lebih tinggi daripada rata-rata
hasil belajar metode pembelajaran lain.
Kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan pembelajaran guided discovery menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat
peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Mengaplikasikan
pembelajaran guided discovery, guru yang berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Penelitian ini mengarahkan siswa untuk memiliki
7
dalam hal ini adalah Keterampilan Proses Sains. Keterampilan Proses Sains
merupakan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
Keterampilan Proses Sains merupakan seperangkat kemampuan yang
dipindahkan sesuai dengan banyak disiplin ilmu yang mencerminkan sifat ilmuan,
(Kumari, 2008). Proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh
pengetahuan dari pengalaman sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih
kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta
dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru
diperolehnya. Siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta
dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap serta nilai yang
dituntut melalui pengembangan keterampilan proses sains. Penelitian (Riantinio
dan Wasis, 2014) menyimpulkan keterampilan berfikir kritis siswa pada materi
elastisitas mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberi perlakuan
pembelajaran berorientasi keterampilan proses sains dengan model guided discovery. (Ilmi,dkk,2012) menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan
penerapan metode guided discovery terhadap keterampilan proses sains siswa
kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali.
Guru fisika harus tahu bagaimana menumbuhkan kemampuan siswa yang
akan dijadikan sebagai dasar yang diperlukan untuk hidup mandiri secara sosial
dan memiliki keterampilan kerja, maka dalam penelitian ini digunakan
pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi. Kolaborasi pembelajaran
memfasilitasi keberhasilan siswa menyerab informasi dan pengetahuan yang dapat
ditentukan oleh keatifan siswa selama proses belajar mengajar dan transfer
8
siswa selama proses belajar-mengajar. Pembelajaran kolaborasi menuntun siswa
saling belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Pembelajaran kolaborasi adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih
orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama, tidak
seperti belajar sendirian, orang yang terlibat dalam pembelajaran kolaborasi
memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain, meminta informasi
satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain dan memantau pekerjaan satu
sama lain. Pembelajaran kolaborasi mengacu pada lingkungan dan metodologi
kegiatan peserta didik melakukan tugas umum di mana setiap individu tergantung
dan bertanggung jawab satu sama lain, hal ini juga termasuk percakapan dengan
tatap muka dan diskusi. Penelitian (Azis,dkk, 2013) menyimpulkan pembelajaran
kolaboratif yang diterapkan telah berhasil meningkatkan aktifitas belajar siswa.
Seiring berjalannya waktu, teknologi informasi mengalami perkembangan
cukup pesat, yang menawarkan beberapa altternatif media pembelajaran untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti pembelajaran berbasis web, flash,
power – point, yang dapat mendukung dan memudahkan proses belajar-mengajar
di kelas. Media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan
dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud mempertinggi kegiatan
belajar-mengajar dalam segi mutu, (Santoso dalam Hosnan,2013).
Selanjutnya (Hamalik dalam Hosnan,2013) menyatakan media pendidikan
adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam rangka mengaktifkan
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Hasil penelitian tentang pemanfaatan media pembelajaran oleh (Hasibuan, 2012)
9
guided discovery menggunakan macromedia flash dapat meningkatkan
kecerdasan logik matematik dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian yang berjudul “ Efek Model Pembelajaran Guided Discovery
Berbasis Kolaborasi Dengan Media Flash Terhadap Keterampilan Proses
Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA ”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan di kelas masih pembelajaran konvensional yang
berpusat pada guru
2. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan proses sains
menjadi pasif dan kurang terlihat
3. Siswa kesulitan belajar fisika dan tidak menyukai pelajaran fisika disebabkan
guru mengajar lebih banyak mengajar menggunakan pendekatan matematika
(rumus –rumus)
4. Guru jarang menggunakan media pembelajaran.
5. Hasil belajar belum maksimal, rata-rata di bawah kriteria ketuntasan minimal.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, baik dari segi kemampuan,
10
dijangkau oleh peneliti. Batasan masalah dalam penelitian ini agar lebih terarah
adalah
1. Pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
2. Media pembelajaran yang digunakan media flash yang sudah tersedia dan
sesuai dengan pokok materi fluida statis
3. Hasil belajar dibatasi pada pengetahuan taksonomi Bloom revisi Anderson
tingkat tinggi materi Fluida Statis, dan keterampilan proses sains siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang diuraikan di atas,
maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan antara keterampilan prsoses sains siswa yang
diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar kognitif tingkat tinggi fisika
siswa yang diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis
kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional ?
3. Apakah terdapat korelasi keterampilan proses sains siswa dengan hasil belajar
11
1.5.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
keterampilan prsoses sains siswa yang diajar dengan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan
pembelajaran konvensional
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar hasil belajar kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajar dengan
pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi keterampilan proses sains siswa
dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan
pembelajaran guided discovery.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara
praktis.
1. Manfaat teoritis
a. sebagai referensi, bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka
acuan bagi peneliti lanjutan yang berminat dalam mendalami permasalahan
12
b. memperkaya ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran guided discovery dan
pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa
2. Manfaat Praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi guru melakukan inovasi
dan mencari solusi tentang masalah-masalah pelajaran yang berhubungan
dengan peningkatan hasil belajar fisika siswa
1.7. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan suatu defenisi yang diberikan kepada
suatu variabel dengan cara memberikan arti atau suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel, dan yang dimaksud dalam penelitian ini :
1. Guided discovery learning sebuah model pembelajaran yang menekankan
pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci
suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses
belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui proses
penemuan pribadi. Guided Discovery learning menekankan pada
pengalaman belajar aktif yang berpusat pada anak-anak, yang anaknya
menemukan ide-idenya sendiri dan mengambil maknanya sendiri, (Arends,
2008).
2. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat kemampuan yang
dipindahkan sesuai dengan banyak disiplin ilmu yang mencerminkan sifat
ilmuan, (Kumari, 2008). Keterampilan proses sains yang dinilai dan
digunakan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains dasar
13
mengelompokkan, keterampilan mengukur, keterampilan memprediksi dan
keterampilan mengkomunikasikan.
3. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah
95
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang
telah diuraikan pada Bab IV, maka diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa
yang diberikan model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis
kolaborasi menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif tinggi siswa
yang diberikan pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi
menggunakan media flash dengan pembelajaran konvensional, dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided discovery berbasis
kolaborasi menggunakan media flash lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan kognitif tinggi siswa.
3. Terdapat korelasi yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa
dengan hasil belajar kognitif tingkat tinggi pada kelas yang diberikan
96
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sesuai
dengan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran guided discovery berbasis kolaborasi dengan mendia
flash dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa.
2. Pemilihan simulasi media flash tidak hanya menekankan kesesuaian simulasi
dan konsep, perlunya pertimbangan akan sampainya pesan simulasi media
flash terhadap pengguna.
3. Hendaknya dalam pembelajaran fisika guru tidak hanya sekedar mentransfer
konsep-konsep fisika, akan tetapi memikirkan dan melaksanakan bagaimana
proses konsep-konsep itu terjadi, dipahami, dikuasai dan dipraktekkan oleh
97
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, R., Rusilowati, A., Supriyadi, (2014) Keefektifan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Media Question Bervisi SETS Dalam Membelajarkan Kebencanaan Alam Terintegrasi Dalam Ipa,Unnes Physics Education Journal, 2014, 6-11.
Alex, A., M., Fajemidagba, Olubusuyi M., (2013) Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria, Journal of Education and Practice Vol.4, No.12, 2013, 82-86.
Ahmad, Z., (2014) Perbandingan PeningkatanKemampuan Koneksi Matematisi Siswa SMP Antara Yang Mendapatkan Pembelajaran Dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget Dan Hasweh, Bandung : UPI, 1-2.
Arends, (2008), Learning to Teach,Jilid 2, Yogyakarta :Pustaka Pelajar Arikunto, S., (2001), Dasar-DasarEvaluasiPendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Azis, A., A., Adnan, Muis, A., Taiyeb, M., Faisal., (2013), Penerapan
Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 Melalui Lesson Study Berbasis Sekolah Di SMA N 8 Makassar, Makassar : UNM.
Castranova, J.A.,(2002) Discovery Learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional learning in effectiveness in the 21st
Century? http://www.googlewebligt.com, diakses tanggal 20 januari 2015
Dahar, R.W, (2006), Teori-TeoriBelajar, Jakarta : Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 StandarKompetensi
Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama http://www.puskur.com,
diakses tanggal 20 Januari 2015
Departemen Pendidikan Nasional.(2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013,.Jakarta :Depdiknas
Fathur, Rohim, Susanto, H., Elianawati, (2012) Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Unnes Physics Education Journal, 2012. 1-5.
Hamalik, O., (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Harlen, W., (1992),Unesco Sourcebook For Science In the Primary School, Unesco, France.
98
Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematis Terhadap Hasil Belajar Fisika SMAN 1 Kota Subulussalam, Medan :Universitas Negeri Medan
Holden, D., (2013) Efek Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Rill Dan Laboratorium Virtual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Methodist 1 Medan, Medan : Universitas Negeri Medan
Hosnan, M. (2014), Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21,, Jakarta:Ghalia Indonesia
Ilmi A.N. (2012), Pengaruh Penerapan Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali tahun Pelajaran 2011/2012.Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2, Mei 2012, 44-52.
Istarani, (2012). Model Pembelajaran Inovatif, Medan : CV Iscom Medan.
Khasnis, B.Y., Aithal, M., (2011), Guided Discovery Method A Remedial Measure In Mathematics. International Referred Research Journal, Vol 2, 2011, 21-22.
Kumari, U., N., Rao, D., B., (2008) Science Process Skill Of Students, Discovering, New Delhi : Publishing House PVT.LTD.
.
Mirasi, W., Osodo, J., Kibirige, I., Comparing Guided Discovery and Exposition with Interaction Methods In Teaching Biology In Secondary Schools. Journal of Social Science, Vol 4. No 14, 2013, 81-87.
Moore, K.,D., (2009) Effective Instructional Strategies, Amerika: Sage Publications.
Purwanto, C.,E.,Nugroho, S.,E., Wiyanto, (2012) Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis,Unnes Physics Education Journal, 2012, 26-32.
Riantinio A., Wasis (2014) Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Proses Sains Dengan Model Guided Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas XI SMA Negeri 1 KrianSidoarjo, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No. 1 tahun 2014. 19-24.
Sadiman, A., (2008), Media Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
99
Sani, R.A., (2013), Inovasi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.
Sani, R.A., (2014), Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara.
Settlage, J., Southerland, S., A., (1998), Teaching Science Yo Every Chil, , New York : Routladge.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito,
Sukmadinata, N.S., Jamiat, A.N., Ahman., (2010), Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung : Refika Aditama.
Tawil M., Liliasari (2014) Keterampilan – Keterampilan Sains Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makassar: UNM
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktiviitik. Jakarta: PresentasiPustaka,
Uside N. O., (2013) Effect Of Discovery Method On Seconary School Student’s Achievement In physics In Kenya. Journal ISSN Vol. 2 No. 3, 351-358. Yurahly D., (2013), Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction