• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY BERBASIS PETA KONSEP DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY BERBASIS PETA KONSEP DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SMA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BERBASIS PETA KONSEP DAN MOTIVASI

TERHADAP HASIL BELAJAR

KOGNITIF FISIKA SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

RUTH PURNAMASARI SIGALINGGING

NIM : 8136176036

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ruth Purnamasari Sigalingging (NIM: 8136176036) “Efek Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis Peta Konsep dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Kognitif Fisika SMA”.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif fisika yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep

dengan model pembelajaran konvensional, perbedaan hasil belajar kognitif fisika antara siswa yang mempunyai motivasi belajar di atas rata – rata dengan siswa yang mempunyai motivasi di bawah rata – rata, dan interaksi antara model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep dan model pembelajaran

konvensional dengan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar kognitif fisika. Jenis penelitian ini berupa quasi eksperimen dengan desain control group pretes-postes menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian yaitu : model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional, hasil belajar fisika siswa yang mempunyai motivasi belajar di atas rata – rata lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar di bawah rata – rata. dan interaksi antara model pembelajaran

Guided Inquiry berbasis peta konsep dan model pembelajaran konvensional

dengan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar kognitif.

Kata Kunci: model pembelajaran, Guided Inquiry, peta konsep, motivasi

(6)

ABSTRACT

Ruth Purnamasari Sigalingging (NIM: 8136176036) “The Effects of Guided Inquiry Learning Model Based on Concept Mapping and Motivation Toward Cognitive Learning Outcomes of students Physic " .

This study aims to analyze the difference between the cognitive learning outcomes of students physic who are taught by Guided Inquiry learning model based on the

concept mapping and conventional learning model, the difference between the cognitive learning outcomes who have the motivation to learn at above average and below average, the interaction between Guided Inquiry learning model based

on the concept mapping and conventional learning models with motivation in improving the cognitive learning outcomes. These research was a quasi experimental with control pretest-postest design using ANAVA two ways. This research outcomes to : Guided Inquiry learning model based on concept mapping

was better than conventional learning models, learning outcomes of students physic who get motivation to learn above average was better than below average, There were an interaction between Guided Inquiry learning model based on the

concept mapping and conventional learning models with motivation in improving the cognitive learning outcomes.

Keywords : learning model , Guided Inquiry, concept mapping , motivation ,

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan. Tesis yang berjudul ”Efek Model Pembelajaran Guided Inquiry

Berbasis Peta Konsep dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Kognitif Fisika SMA”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Motlan, M.Sc., Ph.D sebagai dosen pembimbing I dan bapak

Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit,M.Si sebagai dosen penguji I, Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si sebagai dosen penguji II, Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si sebagai dosen penguji III, yang telah banyak memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.sebagai Direktur Program

Pascasarjana UNIMED dan para Asisten Direktur, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika dan para staf administrasi Program Pascasarjana yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberi ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan penulis.

(8)

ii

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tersayang, Ayahanda Drs. Israel Sigalingging, M.Pd dan Ibunda Risma Pane yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

7. Keempat adikku tercinta Andreas Sigalingging,S.T, Pujiono Sigalingging, S.Pd, Joy Sigalingging dan Uli Christina Sigalingging serta tante Ranna Dyalasta Pane, S.PdK yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan tesis.

8. Rekan seperjuangan angkatan ke XXIII Tahun Ajaran 2013 Prodi Fisika (Bu

Dewi, Pak Alex, Kak Albina, Bu Siti, Pak Israel, Kak Nove, Kak Erna, Bu Srimila, Pak Irsan, Sudirman, Sr. Rumentauli, Meri Pandia, Fitri, Ricca Fitria, Yunisa, Aplia, Merli, Kak Erni, Nesty) yang senantiasa membantu dan mendukung untuk tetap semangat dalam menyelesaikan studi dan tesis ini. 9. Sahabat – sahabat terdekat yang tidak bisa disebut satu persatu yang senantiasa

membantu dan mendukung untuk tetap semangat kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, 10 Desember 2015

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.7. Defenisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 11

2.1.1. Belajar ... 11

2.1.1.1.Pengertian Belajar ... 11

2.1.1.2.Hakikat Belajar Fisika ... 14

2.1.1.3.Pengertian Hasil Belajar ... 15

2.1.1.4.Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar... 15

2.1.1.5.Hasil Belajar Kognitif ... 16

2.1.2. Model Pembelajaran... 23

2.1.2.1. Asumsi Model Pembelajaran ... 23

2.1.2.2.Unsur-unsur Pembentuk Model Pembelajaran... 24

2.1.3. Model Pembelajaran Inkuiri ... 25

2.1.4 Model Pembelajaran Guided Inquiri (Inquiri Terbimbing) ... 29

2.1.4.1. Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiri (Inquiri Terbimbing)... 29

2.1.4.2. Karakteristik Model Pembelajaran Guided Inquiri ... 31

2.1.4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Guided Inquiri. ... 32

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Inquiri. ... 36

2.1.4.5 Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Guided Inquiri. ... 37

2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional ... 38

2.1.6 Pengertian Peta Konsep... 40

2.1.6.1 Langkah-langkah Menyusun Pembelajaran Peta Konsep ... 41

2.1.6.1 Kegunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran ... 42

2.1.7 Motivasi Belajar ... 42

2.1.7.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 42

2.1.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 45

2.2. Penelitian yang Relevan ... 46

(10)

model pembelajaran Guided Inquiri Berbasis Peta Konsep dengan

model pembelajaran konvensional………...……… 48

2.3.2. Perbedaan hasil belajar kognitif tinggi fisika siswa antara siswa yang mempunyai motivasi di atas rata - rata dan yang mempunyai motivasi di bawah rata- rata ... 50

2.3.3. Interaksi antara model pembelajaran Guided Inquiry Berbasis Peta Konsep dengan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa ... 51

2.4. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

3.3. Variabel Penelitian ... 54

3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 55

3.5. Prosedur Penelitian ... 57

3.6. Teknik Pengumpulan data dan Instrumen ... 60

3.6.1. Instrumen Tes Hasil Belajar ... 60

3.6.2. Instrumen Motivasi Belajar ... 61

3.7. Alat Pengumpul Data ... 63

3.7.1. Validitas Tes ... 64

3.7.2. Validitas Isi ... 65

3.7.3. Reliabilitas Tes ... 66

3.7.4. Tingkat Kesukaran Tes ... 67

3.7.5. Daya Pembeda Soal ... 68

3.8. Hasil Uji Coba Instrumen ... 69

3.9. Teknik Analisis Data ... 70

3.9.1. Menghitung Nilai rata-rata dan Simpangan Baku ... 71

3.9.2. Uji Normalitas Data ... 72

3.9.3. Uji Homogenitas ... 73

3.9.4. Uji Hipotesis ... 74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 79

4.1.1. Deskripsi Data ... 79

4.1.1.1. Analisis Data Tes Awal (Pretest) ... 80

4.1.1.2. Analisis Data Tes Akhir (Postest) ... 85

4.1.1.3. Analisis Data Motivasi Belajar Fisika Siswa ... 88

4.2. Pengujian Hipotesis ... 92

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 106

4.3.1. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Fisika yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta ... konsep dengan model pembelajaran konvensional ... 106

4.3.2. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif antara siswa yang memiliki motivasi diatas rata-rata dengan siswa yang mempunyai motivasi dibawah rata-rata ... 110 4.3.3. Interaksi antara model pembelajaran Guided Inquiri berbasis peta

(11)

Dalam meningkatkan hasil belajar kognitif fisika ... 112

4.4. Temuan Penelitian ... 114

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 115

BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Ranah Kognitif ... 19

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry ... 28

Tabel 2.3. Langkah - Langkah Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 32

Tabel 2.4. Sintaks Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 34

Tabel 2.5. Sintaks Model Pembelajaran Konvensional ... 39

Tabel 2.6. Hasil Penelitian yang Relevan Dengan Guided Inquiry ... 46

Tabel 3.1. Control Group Pretest- Postest Design ... 56

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA ... 56

Tabel 3.3. Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar ... 61

Tabel 3.4. Kisi-kisi instrument motivasi belajar siswa pada pembelajaran materi Suhu dan Kalor ... 63

Tabel 3.5. Kriteria Koefisien Validitas ... 65

Tabel 3.6. Derajat Raliabilitas ... 66

Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran ... 68

Tabel 3.8. Kriteria Interprestasi Daya Pembeda ... 69

Tabel 3. 9 Uji Validitas Tes ... 70

Tabel 3.10 Form Anava 2 Jalur ... 76

Tabel 4.1. Data Pretes untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80

Tabel 4.2. Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Pretes ... 81

Tabel 4.3. Normalitas Distribusi Tes Awal ( Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82

Tabel 4.4 Homogenitas Dua Varians Tes Awal ( Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83

Tabel 4.5 Uji–t Tes Awal ( Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Sample Test ... 84

Tabel 4.6 Data Postes untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

Tabel 4.7 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Postes ... 86

Tabel 4.8. Normalitas Distribusi Tes Akhir ( Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87

Tabel 4.9 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir ( Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88

Tabel 4.10 Data Motivasi Belajar Fisika Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.11 Data Tingkat Motivasi Diatas Rata – Rata dan Dibawah Rata – Rata di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.12 Normalitas Motivasi Untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91

Tabel 4.13 Homogenitas Dua Varians Motivasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Data Penelitian ... 93

Tabel 4.15 Data tingkat motivasi dan hasil belajar fisika ... 94

Tabel 4.16 Statistik Descriptif Anava ... 95

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Hierarki Ranah Kognitif Menurut Revisi

Taksonomi Bloom ... 21 Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel ... 55 Gambar 3.2. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 59 Gambar 4.1. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran

(15)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) ... 123

Lampiran 1b Bahan Ajar 1 ... 134

Lampiran 1c Lembar Kerja Siswa 1... 145

Lampiran 1d Peta Konsep 1 ... 148

Lampiran 2a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2 ) ... 149

Lampiran 2b Bahan Ajar 2 ... 160

Lampiran 2c Lembar Kerja Siswa 2 ... 166

Lampiran 2d Peta konsep 2 ... 170

Lampiran 3a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3) ... 171

Lampiran 3b Bahan Ajar 3 ... 184

Lampiran 3c Lembar Kerja Siswa 3... 189

Lampiran 3d Peta konsep 3 ... 192

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 193

Lampiran 5 Instumen Soal Suhu Dan Kalor ... 198

Lampiran 6 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 200

Lampiran 7 Sebaran Data Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 202

Lampiran 8 Analisis Validitas Tes Instrumen ... 204

Lampiran 9 Reliabilitas Tes ... 206

Lampiran 10 Tingkat Kesukaran Tes ... 208

Lampiran 11 Analisis Daya Pembeda Soal ... 210

Lampiran 12 Daftar Nama Siswa ... 212

Lampiran 13Tabulasi Data Pretes ... 213

Lampiran 14 Tabulasi Data Postes ... 215

Lampiran 15 Tabulasi Data Motivasi Belajar Siswa... 217

Lampiran 16 Penilaian Data Pretes, Data Postes Dan Data Motivasi Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 221

Lampiran 17 Tabulasi Pengelompokan Data Motivasi Belajar ... 222

Lampiran 18 Distribusi Data Penelitian ... 224

Lampiran 19 Deskriptif Statistik Data Pretes Dan Postes Kelompok Sampel ... 227

Lampiran 20 Diagram Batang Data Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 230

Lampiran 21 Deskriptif Data Motivasi Belajar ... 234

Lampiran 22 Uji Anova ... 236

Lampiran 23 Uji Scheefe (Post_Hoc) ... 237

Lampiran 24 Profile Plots ... 238

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses belajar-mengajar yang dilakukan dengan

sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan para warga masyarakat sedini

mungkin untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai,

menghayati serta mengamalkan nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai

terpuji, dikehendaki serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi

masyarakat, bangsa dan negara.

Namun pada kenyataannya, upaya yang dilakukan pemerintah melalui

peningkatan anggaran pendidikan dengan harapan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan kurang menunjukkan hasil belajar siswa yang positif. Artinya secara

umum hasil belajar siswa belum menunjukkan prestasi yang memuaskan terutama

pada mata pelajaran fisika. Hal ini disebabkan karena pelajaran fisika merupakan

pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik.

Berbicara tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia berkaitan erat

dengan bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Guru

cenderung menggunakan metode pembelajaran ceramah sehingga anak didik

merasa bosan dan malas belajar. Proses belajar mengajar merupakan interaksi

yang dilakukan antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan

Hasil yang telah diperoleh dalam studi internasional TIMSS selanjutnya

diperkuat oleh penelitian yang dilaksanakan oleh Efendi (2010) yang melibatkan

(17)

2

dalam TIMSS. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata

capaian siswa Indonesia ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying,

reasoning) masih rendah.

Dari hasil observasi di SMA N.1 Parbuluan dengan instrumen angket dan

wawancara dapat diperoleh sejumlah data. Dari hasil angket yang disebarkan

kepada 60 siswa kelas X diperoleh data bahwa 28 orang mengatakan fisika itu

sulit dan kurang menarik, 22 orang mengatakan bahwa pelajaran fisika itu biasa

saja, 4 orang mengatakan bahwa pelajaran fisika itu membosankan, dan 6 orang

mengatakan fisika itu mudah dan menyenangkan. Alasan siswa mengatakan

bahwa fisika itu sulit dan kurang menarik karena fisika tidak terlepas dari

rumus-rumus yang harus dihafal. (Diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa).

Melalui instrumen angket, diketahui bahwa terdapat perbedaan individu

siswa dalam mengalami peristiwa belajar. Sekitar 15 orang siswa menginginkan

belajar dengan praktek dan demonstrasi, 3 orang dengan mengerjakan soal-soal,

dan 12 mengatakan bahwa belajar fisika itu sambil bermain. Fisika menempati

posisi yang kedua setelah matematika sebagai pelajaran yang kurang digemari.

Adapun nilai Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) di sekolah tersebut untuk

mata pelajaran Fisika adalah 65.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Negeri

1 Parbuluan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

yag mereka temui dalam pembelajaran Fisika masih rendah. Proses pembelajaran

Fisika yang monoton dan kurang menarik, kurangnya kreativitas guru dalam

(18)

3

penggunaan laboratorium Fisika, guru jarang menggunakan alat bantu yang dapat

memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari.

Rendahnya hasil belajar ini disebabkan adanya permasalahan dalam

belajar. Siswa berpendapat bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit karena

penuh dengan rumus serta hitungan matematis. Hal itu membuat siswa menjadi

mudah merasa bosan dan malas mencatat. Hal itu menyulitkan mereka untuk

memahami dan mengulang materi – materi pelajaran fisika yang telah disajikan

oleh guru. Selain pelajaran yang sulit dan membosankan, penulis juga

menemukan bahwa model dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran

masih kurang efektif dalam menjalankan proses pembelajaran.

Berdasarkan salah satu fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika yaitu

menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip Fisika, serta memiliki pengetahuan,

ketrampilan dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2003). Tampak bahwa penyelenggaraan

mata pelajaran Fisika di SMA dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk

melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika,

memiliki kecakapan ilmiah, memiliki ketrampilan proses sains dan ketrampilan

berpikir kritis dan kreatif. Agar mata pelajaran fisika dapat benar – benar berperan

seperti demikian, maka tidak dapat ditawar lagi bahwa pembelajaran Fisika harus

dikonstruksikan sedemikian rupa, sehingga proses pendidikan dan pelatihan

berbagai kompetensi tersebut dapat benar – benar terjadi dalam prosesnya

Dari fakta tersebut terlihat bahwa masalah utama yang dihadapi oleh siswa

adalah hasil belajar yang masih rendah, ditunjukkan dengan masih sedikitnya

siswa yang mencapai KKM yang ditargetkan oleh sekolah pada mata pelajaran

(19)

4

hanya menghapal informasi, hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa pembelajaran

di kelas kebanyakan menggunakan metode ceramah. Dalam menerima informasi,

ada kemungkinan siswa lebih cenderung menghapal informasi yang didapat tanpa

mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya

(Dahar,2011).

Dari permasalahan di atas maka dapat diupayakan pemecahannya dengan

menggunakan model pembelajaran dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat

mengubah suasana pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga

menghadapkannya pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model

pembelajaran yang memperhatikan motivasi serta aktivitas penemuan pada siswa

adalah model pembelajaran Guided Inquiry. Guided Inquiry adalah kegiatan

penemuan dimana masalah dikemukakan guru kemudian siswa bekerja untuk

menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan gurusecara

intensif (Amri : 2010). Sintaks atau tahapan Guided Inquiry yang meliputi

merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan, mengolah data,

dan menarik kesimpulan.).

Model pembelajaran Guided Inquiry dipilih dengan alasan bahwasanya

model pembelajaran Guided Inquiry memberikan arah yang lebih kepada siswa

yang tidak siap untuk mengatasi masalah inquiry tanpa dukungan karena

kurangnya pengalaman dan pengetahuan atau belum mencapai tingkat

perkembangan kognitif yang diperlukan untuk berpikir abstrak (Gormally et al.,

2011). Model pembelajaran Guided Inquiry memungkinkan siswa untuk

memperoleh kedalaman pemahaman dan perspektif pribadi melalui berbagai

(20)

5

Model pembelajaran Guided Inquiry akan efektif jika dipadu dengan peta

konsep, sehingga tampak hubungan yang bermakna antara konsep – konsep dalam

bentuk proposisi – proposisi setelah melakukan kegiatan penemuan (inkuiri).

Setiap peta konsep memperlihatkan kaitan – kaitan konsep yang bermakna bagi

orang yang menyusunnya. Peta konsep dapat membantu siswa mengorganisasikan

konsep ke dalam struktur yang berarti sehingga bermanfaat untuk

mengidentifikasi konsep yang sulit dimengerti, memudahkan siswa menyusun dan

memahami isi pelajaran serta meningkatkan memori atau ingatan. Siswa akan

sadar bagian yang sudah dipahami dan yang belum dipahami dalam proses belajar

mengajar. Hal tersebut juga mendukung mengenai kebermaknaan dalam belajar.

Motivasi dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk

belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar, ini berarti motivasi akan menentukan intensitas usaha

belajar siswa. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menjadikan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan dan mengelakkan perasaan

tidak sukacita (sardiaman, 2004)

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang model pembelajaran

Guided Inquiry seperti yang dilakukan oleh Erlin Montu, dkk (2012)

menyimpulkan bahwa dalam penelitiannya terdapat perbedaan prestasi belajar

siswa dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan hypermedia

dan media riil, siswa yang menggunakan hypermedia memberikan rataan prestasi

belajar ranah kognitif yang lebih baik daripada media riil. Selanjutnya hasil

(21)

6

mapping dan inkuiri terbimbing akan menjadi metode yang cocok bagi pengajaran

konsep kimia yng sulit di tingkat SMP, ini berdasarkan fakta bahwa konsep

inkuiri terbimbing membuat guru kimia merencanakan, mempersiapkan mata

pelajaran dengan tepat.

Deta dkk (2013) yang berjudul pengaruh metode inkuiri terbimbing dan

proyek, kreativitas, serta keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar siswa

menyimpulkan adanya Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap ketrampilan prosees sains dasar siswa kelas

VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Penelitian juga dilakukan oleh Wiwin, dkk( 2013)

dengan judul Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan

Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7

Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan prosees

sains dasar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta

Adapun yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dibandingkan

dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan model pembelajaran Guided

Inquiry berbasis peta konsep dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar

kognitif tinggi fisika. Perbedaan lainnya dari peneliti terdahulu adalah tempat

penelitian, sampel dalam penelitian, materi yang akan dibawakan dalam

penelitian, dan waktu pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis merasa

termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Efek Model

Pembelajaran Guided Inquiry berbasis Peta Konsep dan Motivasi Terhadap Hasil

(22)

7

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi antara lain:

1. Siswa belum mampu menemukan masalah yang berkaitan dengan fisika

dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran Fisika.

2. Hasil belajar siswa masih rendah (belum mencapai nilai KKM)

3. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga yang menjawab

pertanyaan guru cenderung didominasi oleh beberapa orang saja.

4. Penggunaan model dan media pembelajaran yang kurang bervariasi.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi batasan

masalahnya adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Guided

Inquiry berbasis peta konsep dan model pembelajaran konvensional

2. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor

3. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Parbuluan

4. Penelitian tentang motivasi belajar

5. Hasil belajar yang diteliti pada aspek ranah kognitif.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar kogntif fisika siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep dengan

(23)

8

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif fisika antara siswa yang

mempunyai motivasi di atas rata –rata dan yang mempunyai motivasi di

bawah rata - rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Guided Inquiry berbasis

peta konsep dengan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar kognitif

fisika siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kogntif fisika siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta

konsep dengan model pembelajaran konvensional

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif fisika antara siswa

yang mempunyai motivasi di atas rata - rata dan yang mempunyai motivasi

di bawah rata - rata

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran Guided Inquiry

berbasis peta konsep dengan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar

kognitif fisika siswa

1.6. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang berkaitan

dengan ilmu pengetahuan dan juga sebagai sumbangan pikiran dan bahan

acuan bagi guru dalam memahami model pembelajaran Guided inquiry

(24)

9

Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan

informasi bagi proses pembelajaran fisika sebagai langkah strategis untuk

meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Selain itu, hasil penelitian juga

berguna bagi guru fisika dalam penggunaan model pembelajaran yang lebih

bervariasi dan bermakna di SMA

1.7.Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran Guided Inquiry (inkuiri terbimbing) merupakan salah

satu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep –

konsep dan hubungan antar konsep. Ketika menggunakana model

pembelajaran ini, guru menyajikan contoh – contoh pada siswa, memandu

mereka saat mereka berusaha menemukan pola – pola dalam contoh –

contoh tersebut dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah

mampu mendeskripsikan gagasan yang diajarkan oleh guru( David, A.

Jacobsen : 2009).

2. Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakaan

hubungan yang bermakna antara konsep – konsep dalam bentuk proposisi

– proposisi. Proposisi – proposisi merupakan dua atau lebih konsep –

konsep yang dihubungkan oleh kata – kata dalam suatu unit yang semantic

( Dahar :2011).

3. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

(25)

10

4. Hasil belajar adalah penguasaan produk fisika yang mengacu pada

perubahan kemampuan bidang kognitif yang mencakup dimensi

pengetahuan dan dimensi proses kognitif ( mengingat, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) yang dicapai

siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran fisika yang ditempuh selama

kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (

(26)

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1

Parbuluan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif fisika antara siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional. Hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep lebih tinggi dari hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

konvensional.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif fisika antara siswa yang

memiliki tingkat motivasi di atas rata – rata dan tingkat motivasi di bawah

rata – rata. Siswa yang memiliki motivasi belajar di atas rata – rata lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi di bawah rata –

rata.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi dalam

meningkatkan hasil belajar fisika. Hasil belajar optimal pada kelompok

siswa yang memiliki motivasi di atas rata – rata dan dibelajarkan dengan

(27)

112

dalam pembelajaran konvensional motivasi tidak berperan dalam

meningkatkan hasil belajar.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, pengolahan data, serta interpretasi data,

peneliti menyarankan:

1. Peneliti selanjutnya dalam menggunakan jangka waktu penelitian lebih

lama karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik

yang diajarkan dengan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis peta konsep maupun model pembelajaran konvensional.

2. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang

akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus

mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk

mudah memahami materi pelajaran nantinya.

3. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama diharapkan dapat

memilih topik materi yang sesuai dengan model pembelajaran dan sekolah

Gambar

Tabel 4.18 Uji Schefee (Post_Hoc) .................................................................
Gambar 2.1. Hierarki Ranah Kognitif Menurut Revisi                        Taksonomi Bloom  .....................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah ditcher yang dilengkapi pengeruk telah dirancang oleh Azmi Asyidda Mushoffa (2006). Dari hasil pengujian, ditcher tersebut masih memiliki kekurangan yaitu;

Diantara model pembelajaran kooperatif yang diterapkan di satuan pendidikan yang menjadi situs penelitian ini juga menerapkan model kooperatif yang didalamnya mengandung

The Role Of Calcium Carbonate As A Filler In Alkaline Paper Making.. Chicago.TAPPI

Ketegangan berlanjut ketika kedua belah pihak mengirim tentara di perbatasan kedua negara. Insiden tembak menembakpun terjadi pada tanggal 17 September 1980. Selanjutnya

fermentasi adalah bakteri, khamir (ragi/yeast) dan kapang (jamur). Amati gambar di bawah ini, apa nama produk fermentasi di bawah ini, dan jenis mikroba apa yang berperan dalam

Perbedaan hasil dari pemberian asam asetik naftalen 3,0% pada penelitian ini dengan pemberian asam asetik naftalen 3,0% pada penelitian sebelumya diduga diakibatkan oleh

This is a qualitative non-participant observational study dealing with request strategies used by English teachers of Senior High School in the teaching and

Perusahaan telah mengimplementasikan ERP pada tahap konfigurasi ERP adalah fungsi utama dari pengimplementasian ERP agar proses implementasi dapat berjalan dengan baik,