• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI Meningkatkan Kemampuan Mengelola Psikomotorik Anak Hiperaktif Melalui Aktifitas Terapi Akuatik Happy Water.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI Meningkatkan Kemampuan Mengelola Psikomotorik Anak Hiperaktif Melalui Aktifitas Terapi Akuatik Happy Water."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA

PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI

AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi

Bidang Psikologi Klinis

Diajukan oleh:

Indha Nurikahapsari

T 100 005 019

PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA

PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI

AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi Bidang Psikologi Klinis

Diajukan oleh:

Indha Nurikahapsari

T 100 005 019

PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

ABSTRAKSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI

AKUATIK HAPPY WATER

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas terapi akuatik Happy Water untuk meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Subjek yang terseleksi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa yang berada disekolah umum antara usia 5-10 tahun di Surakarta yang mempunyai tingkat hiperaktifitas sedang, sebanyak 3 anak. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan teknik uji t antar kelompok ada perbedaan yaitu adanya penurunan gejala hiperaktif akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik antara kelompok subjek yang menerima aktifitas terapi akuatik Happy Water dan kelompok subjek yang tidak menerima aktifitas terapi akuatik Happy Water.

(6)

PENGANTAR

Anak adalah karunia, kehadirannya disambut dengan suka cita dan penuh harapan. Setiap orang tua selalu mendambakan anak yang sempurna dan sehat secara fisik dan psikis, sebagai modal untuk meneruskan cita-cita kedua orang tuanya. Bagi setiap orang tua memiliki anak yang cerdas dan sehat merupakan anugerah yang tiada tara. Seiring hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan harapan, terkadang Tuhan menitipkan karunia berupa anak yang mengalami perkembangan psikis dan pertumbuhan fisik yang tidak sempur na. Hambatan perkembangan disebabkan karena adanya kondisi psikis dan fisik yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Setiap hambatan perkembangan akan menimbulkan suatu dampak dan konsekuensi bagi orang tua, anak dan lingkungan, karena permasalahan tersebut dapat menghambat optimalisasi perkembangan anak.

Hambatan perilaku yang dialami anak dalam perkembangannya dapat berasal dari aspek sosial, emosi, kognisi dan fisik. Hambatan perkembangan anak yang banyak bermunculan saat ini, salah satunya adalah gangguan hiperaktif. Kondisi di Indonesia semakin lama jumlah anak yang terdiagnosa mengalami gangguan hiperaktifitas semakin meningkat, yang pada umumnya disertai dengan masalah kesulitan belajar, perilaku dan masalah emosional lainnya (Gamayanti dkk, 2005)

(7)

sekolah, kesulitan dengan kontak sosial, manja, traumatik, penyakit dalam keluarga, tingkat kelas terlalu tinggi atau terlalu rendah, hereditas, gangguan pada masa prenatal dan perinatal. Dan juga kerusakan otak seperti misalnya penyakit pada saat hamil, epilepsy, kecelakaan, disfungsi minimal otak pada anak premature); dan alergi terhadap makanan tertentu (misal pada bumbu masak: MSG atau vetsin), (Gamayanti, 2000). Hasil penelitian Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder

(8)

penyesuaian perilaku terhadap lingkungannya. Dampak tersebut akan menjadi kendala bagi anak untuk mengembangkan diri secara optimal karena didalam masyarakat sendiri seringkali dianggap anak yang nakal ataupun bodoh dan seringkali tidak tertangani secara benar.

Kondisi psikomotorik yang dimiliki anak hiperaktif tidak sesuai dengan kondisi psikomotorik usia anak-anak normal yang lainnya. Kondisi tersebut akan membawa kesulitan perkembangan sampai pada usia perkembangan selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan anak hiperaktif kurang memiliki kemampuan mengelola psikomotoriknya dan kurang bisa fokus terhadap aktifitas yang sedang dilakukan. Perlunya suatu penanganan yang khusus bagi anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif, agar mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik sehingga dapat fokus terhadap tugas yang sedang ditekuninya. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh berbagai ahli untuk menangani anak hiperaktif. Sala h satunya adalah melalui terapi perilaku, saat ini banyak terapi perilaku yang berkembang dengan berbagai metode yang ditawarkan untuk membantu anak-anak hiperaktif. Salah satunya dengan menggunakan teknik terapi air atau yang lebih dikenal dengan terapi Akuatik. Rithaudin (2008) dalam penelitiannya aktivitas Akuatik adalah sebuah aktivitas dengan menggunakan media air secara umum media tersebut dapat berupa kolam renang ataupun tempat sejenis yang mempunyai karakteristik sama yaitu dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai bentuk aktivitas fisik.

(9)

dan meningkatkan perilaku adaptif (Yilmaz, Konukman, Birkan, Ozen &Yonardag, 2010). Kegiatan Halliwick: (a) mengandalkan alam daya apung tubuh yang memfasilitasi pengembangan kontrol motor, (b) individu belajar bagaimana posisi untuk mengendalikan tubuh mereka melalui berbagai rotasi selalu bergerak dari tidak stabil kekeadaan seimbang, (c) Dengan kontrol nafas untuk mengurangi ketegangan (d) pengendalian posisi dalam turbulensi membangun kekuatan inti untuk memperkuat keyakinan individu (Grosse, 2010)

Selain itu juga anak hiperaktif melakukan terapi akuatik Happy Water harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan dan dapat dilakukan dengan mudah. Untuk anak-anak renang dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan karena itu cara yang baik untuk memberikan keuntungan dari latihan dan ketrampilan. Dengan terapi akuatik Happy Water anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif dapat menggerakkan otot-otot tubuh dengan rileks dalam suasana yang menyenangkan, karena menggerak-gerakkan tubuh didalam air dapat menyalurkan energinya.

(10)

akan meningkatkan kesehatan fisik, psikis dan psikososial. Karena anak merasa senang mendapatkan suatu stimulasi yang bervariasi.

Stimulasi tersebut dapat diterapkan pada semua anak yang sedang mengalami perkembangan psikomotorik dan gangguan konsentrasi bisa dimulai sejak dini, bahkan untuk anak-anak yang mengalami kendala seperti anak berkebutuhan khusus. Salah satunya anak yang mengalami gangguan psikomotorik dan konsentrasi adalah anak hiperaktif dan stimulasi tersebut dapat diterapkan. Apabila gejala hiperaktif banyak yang muncul, akan mengurangi kemampuan mengelola psikomotoriknya. Sehingga akan menghambat proses perkembangan didalam menjalankan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

Untuk itu anak hiperaktif harus berlatih agar mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik dan mampu berkonsentrasi. Hasil praktek ataupun latihan kemampuan mengelola psikomotorik anak hiperaktif perlu mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Lingkungan dapat menyediakan denga n memberikan berbagai fasilitas yang mendukung. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas menggunakan media air seperti kolam renang atau media yang mempunyai karakteristik yang sama seperti kolam renang.

(11)

hiperaktif. Dengan aktifitas terapi akuatik Happy Water anak hiperaktif bisa bergerak namun terbatas karena berada dimedia air. Adapun fungsi bermain sebagai media terapi dapat dijelaskan sebagai berikut: selama bermain, perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah kegiatan alamiah sudah dianugerahkan pada seorang anak.

Dalam melakukan aktifitas terapi akuatik harus menggunakan teknik yang benar agar terhindar dari cidera. Dengan didampingi oleh seorang terapis yang berpengalaman akan sangat dibutuhkan agar pelaksanakan aktifitas terapi akuatik optimal. Selain itu juga akan diperoleh manfaat selain mendapatkan kesegaran sekaligus dapat mengelola otot-otot tubuh. Salah satu teknik yang digunakan oleh peneliti adalah teknik terapi akuatik Halliwick. Menurut Yilmaz Ilker dkk (2010) metode Halliwick digunakan untuk aplikasi hidrodinamika dan tubuh mekanik.

Dengan adanya aktifitas terapi akuatik Happy Water diharapkan anak hiperaktif dapat berkonsentrasi dan mengelola otot tubuh, apabila anak hiperaktif mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik. Melalui aktifitas terapi akuatik Halliwick maka gejala hiperaktif akan mengalami penurunan secara bertahap. Karena anak hiperaktif mampu menyalurkan gerakan psikomotoriknya lebih terarah dan otot tubuhnya akan lebih lentur. Selain itu juga untuk melatih keseimbangan anak hiperaktif ketika melakukan gerakan psikomotorik sehingga dapat terkoordinir menjadi satu gerakan yang selaras.

(12)

memberikan manfaat bagi anak hiperaktif untuk mempunyai suatu kemampuan dalam mengelola psikomotorik.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa, pengaruh kemampuan mengelola psikomotorik anak hiperaktif melalui aktifitas terapi akuatik Happy Water adalah semakin tinggi gejala hiperaktif muncul, akan mengurangi kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Apabila gejala hiperaktif mengalami penurunan, maka semakin tinggi kemampuan mengelola psikomotorik.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah anak-anak dengan gejala gangguan hiperaktif berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, karena kondisi gangguan ini tidak memandang pada salah satu jenis kelamin saja. Usia anak hiperaktif yang diikut sertakan dalam penelitian adalah usia 5-10 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada saat usia tersebut anak yang mengalami gejala hiperaktif telah memasuki sekolah formal. Dari sejumlah subjek yang termasuk dalam kategori gejala hiperaktif, sebanyak delapan orang yang memenuhi kriteria untuk mengikuti pelatihan terapi olah raga renang dengan hasil skor Skala Pengelolaan Psikomotorik pada kriteria sedang.

Tabel 1

Diskripsi data observasi Skala Pengelolaan Psikomotorik

Kategori Skor Skala Pengelolaan Psikomotorik

Jumlah

Ringan 0-17 0

Sedang 18-34 8

(13)

Selanjutnya jumlah peserta kelompok eksperimen yang bersedia mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir sesi menjadi 6 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2

Identitas Subjek Penelitian

No Inisial Jenis Kelamin Usia Pendidikan

1. Za Perempuan 9 tahun SLB E

2. Am Perempuan 9 tahun SLB E

3. Rm Laki- laki 5 tahun TK

4. Rkp Perempuan 10 tahun SLB E

5. RS Perempuan 7 tahun SLB E

6. Rpw Laki- laki 7 tahun TK

Ketiga subjek yang menyatakan kesanggupannya untuk mengikuti pelatihan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan ketiga subjek yang tidak menyatakan kesanggupannya dijadikan kelompok kontrol dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3

Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik Kelompok Eksperimen

no Inisial

Jenis Kelamin

Skor Pre Test

Mean Kategori Ibu Guru Obser

v e r

Terapis

(14)

Tabel 4

Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik Kelompok Kontrol

no Inisial

Jenis Kelamin

Skor Pre Test

Mean Kategori Ibu Guru Obser

v e r

Terapis

1. RS Perempuan 23 23 27 27 25 Sedang 2. RKP Perempuan 30 29 31 28 29,5 Sedang 3. RPW Laki- laki 27 28 30 22 26,75 Sedang

Metode Pengumpulan data menggunakan skala pengelolaan psikomotorik. Skala Pengelolaan Psikomotorik diadaptasi berdasarkan skoring asesmen dan penegakan diagnosis terhadap gejala Attention Deficit Hyperactive Disorder

(ADHD) dari Margaret dkk (dalam Hamidi, 1996) terdiri dari :

Tabel 5

Blue Print Skala Pengelolaan Psikomotorik Sebelum Uji Coba

No Aspek Butir

1. Inattention 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

2. Hyperaktivity -Impulsivity 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

(15)

Tabel 6 Latihan Inti

Sesi Materi Dosisi Tujuan Gerakan Manfaat

Berdiri dalam air

Berjalan melintasi kolam 1 x keliling Merasakan gerakan kaki sambil meniup bola kecil didalam kolam

1x keliling Belajar mengatur pernafasan

Tengkurap Pegangan tangan disamping kolam sambil

Tengkurap Pegangan tangan disamping kolam sambil Merasakan indra peraba

Mengapung Tidur terlentang dalam air sambil

diguling-Keseimbangan Belajar melatih konsentrasi

Menyelam Menggunakan benda tenggelam yang berwarna, anak diminta mengambil benda tersebut didalam air

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil- hasil penelitian beserta pembahasannya, yang diakhiri dengan kelemahan dan kekurangan dari penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pertama, adanya validasi dari ahli fisioterapi terkait dengan modul, kedua sebelum pelaksanaan penelitian dan ketiga, pelaksanaan penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti.

1 .Uji Statistik Diskriptif

Tabel 7

Rangkuman Hasil Skor Rerata Pretes-Posttes Kelompok Eksperimen

Subjek Re rata Pre tes

Kategori Re rata Post tes

Kategori Selisih Pre -post tes

Gejala hiperaktif mengalami penurunan, akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik. Hasil Skala Pengelolaan Psikomotorik dari ibu berdasarkan hasil analisis data diketahui rerata empirik sebelum pelatihan sebesar 23,000. Setelah melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik 21.667.

(17)

sehingga akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang, namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis data Skala Pengelolaan Psikomotorik dari terapis diketahui rerata empirik sebelum aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 25,333. Dengan demikian sebelum melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water gejala hiperaktif yang muncul tergolong sedang. Setelah melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik sebesar 20,337. Penurunan tersebut menunjukkan gejala hiperaktif mulai berkurang, hal ini akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakuan.

Sesuai hasil analisis data observer diketahui rerata empirik sebelum pelatihan pengelolaan psikomotorik sebesar 32,000. Dengan demikian sebelum melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water gejala hiperaktif yang muncul tergolong sedang. Setelah melakukan pelatihan pengelolaan psikomotorik diperoleh rerata empirik sebesar 24,667. Penurunan gejala tersebut menunjukkan bahwa gejala hiperaktif mengalami penurunan dan akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakuan.

(18)

hiperaktif, diharapkan setelah mengikuti pelatihan tersebut subjek memiliki kemampuan mengelola psikomotorik.

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik uji t-test yaitu membandingkan skor post test pada kelompok eksperimen dan skor post tes kelompok kontrol. Hasil analisis menggunakan t-test

diperoleh nilai t hitung sebesar 3,485 dengan signifikansi 0,002 p < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor post test pada kelompok eksperimen dan skor post test pada kelompok kontrol yang ditujukkan dengan nilai probabilitas signifikan 0,002 < 0,05.

Hasil rerata skor pengelolaan psikomotorik kelompok yang tidak diberi pelatihan sebesar 25,33 sedangkan yang diberi aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 20,25. Terlebih lagi jika stimulasi yang diberikan oleh lingkungan tersebut dapat dilakukan terus menerus, sehingga anak hiperaktif mempunyai suatu kemampuan dalam mengelola psikomotoriknya. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak la hir atau merupakan hasil latihan atau praktek (Robbins, 2000). Artinya kemampuan psikomotorik anak dapat dilatih terus menerus, sehingga menghasilkan suatu kemampuan mengelola psikomotorik.

(19)

Hasil pengelolaan psikomotorik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan:

Tabel 8

Hasil Pengelolaan Psikomotorik Sebelum Perlakuan Dan Sesudah Perlakuan

Subjek Pre

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat perubahan hasil pengelolaan psikomotorik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Hal ini dapat dilihat adanya perubahan penurunan gejala hiperaktif dari subjek ZA, berdasarkan penilaian dari observer yang semula skor pre test sebesar 30 kemudian setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 12. Begitu pula sesuai hasil penilaian instruktur diawal sebelum perlakuan skor pre test sebesar 30 setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 18.

(20)

hiperaktif berdasarkan hasil penilaian dari ibu menunjukkan skor pre test sebesar 22 setelah diberikan terapi akuatik Happy Water diperoleh skor post test sebesar 20. Penilaian dari guru skor pre test sebesar 37 setelah mendapat perlakuan sebesar skor post test sebesar 24. Observer memberikan penilaian bahwa skor pre test yang diperoleh subjek Rama sebesar 35 setelah diberi perlakuan skor post test 12. Begitu pula penilaian dari instruktur yang memberikan skor pre test kepada subjek R ama sebesar 21 setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 15.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis peneliti yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi akuatik Happy Water efektif didalam mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif.

Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diberikan, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan:

1. Praktisi Pendidikan, khususnya praktisi pendidikan yang menangani anak hiperaktif dapat digunakan sebagai alternatif terapi dalam meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik

2. Praktisi Fisioterapi, sebagai alternatif terapi akuatik bagi a nak hiperaktif 3. Bagi orang tua sebagai alternatif terapi bagi anak berkebutuhan khusus

(21)

4. Kebutuhan untuk meningkatkan hasil dan manfaat penelitian tentang metode terapi akuatik Happy Water, maka saran yang perlu diperhatikan bagi penelitian selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian ini, diantaranya mempertimbangkan variabel-variabel lain sebagai variabel-variabel kontrol agar hasil yang diperoleh lebih dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Gamayanti, I. L. 2000. Aspek Psikologis Anak Dengan Gangguan Pemusatan Hiperaktifitas, Suatu Ilustrasi Khusus. Makalah (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada dan Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak.

Gamayanti,I.L., Kumara A., dan Sumaryono, S. 2005. Pengembangan Media Audio Visual Elektronik untuk Penanganan Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktifitas(GPPH) Pada Anak. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Grosse, J. Susan. 2010. The Halliwick Method: Applications for Individuals with Orthopedic Conditions. Diakses dari http://my.execpc.com/sjgrosse. Diakses pada tanggal 3 Mei 2013.

Hamidi, Zainuddin. 1996. Deteksi Dini Gejala -Gejala Hiperaktifitas Pada Anak. Surabaya: Tinjauan Kepustakaan. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Rithaudin, Ahmad. 2008. Model Permainan di Air sebagai Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi anak Sekolah Dasar kelas bawah (tesis). Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

(22)

Saputro, D. 2001. Penatalaksanaan Strategis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH/ADHD). Anima Indonesia Psychological Journal. 2001. vol 17. No 1, 11-17.

Gambar

Tabel 1
Tabel 3 Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik
Tabel 4
Tabel 6 Latihan Inti
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga temuan penting pada penelitian ini, yaitu (1) menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan teknik menyelesaikan cerita dalam pembelajaran

Host : Nah kita udah omongin kan tadi dari depan sampe belakang.. Terus udah

Karena dalam penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui elemen- elemen yang terdapat pada populasi dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Nasal (Hotmix) (DAK) pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan. Ruang Kabupaten

Dengan hormat, berdasarkan penetapan pemenang melalui LPSE, maka dengan ini kami mengundang Saudara dalam kegiatan klarifikasi dan negosiasi. paket pekerjaan Jasa

Proses pembelajaran dapat dikatakan dengan kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam yaitu kegiatan yang dilakukan dalam

9 Jun 2008 untuk menjalankan pemeriksaan ak:hir bagi Ribka Alan untuk menilai tesis Master Sains beliau yang bertajuk &#34;Penerimaan Maklumat Teknologi Pertanian

Public Relations tidak hanya berfungsi dalam menjalin hubungan dengan orang luar organisasi saja, melainkan iya harus menjaga publik intern dan ekstern nya juga karena