• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK

TANI DARMA BAKTI DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM DI

KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

ARINA PRADIAHSARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Arina Pradiahsari

(4)
(5)

ABSTRAK

ARINA PRADIAHSARI. Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Beras hitam merupakan komoditi subsektor tanaman pangan yang perlu dikembangkan karena permintaannya terus meningkat namun volume produksinya masih rendah. Kecamatan Cigudeg adalah kecamatan di Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai penghasil beras hitam. Pengusahaan beras hitam di Kecamatan Cigudeg dilakukan oleh Kelompok Tani Darma Bakti. Keberadaan kelompok tani ini dapat membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor dengan memiliki kinerja yang efektif dan strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti dan merumuskan alternatif strategi pengembangan bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam dengan pendekatan arsitektur strategik. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kinerja yang cukup efektif. Adapun alternatif strategi yang diperoleh yaitu membangun mitra kerja yang kontinu dalam penyediaan input, pemasaran produk serta penelitian dan pengembangan; meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi beras hitam untuk memenuhi permintaan; meningkatkan ketersediaan modal; penguatan kelembagaan kelompok tani; mengembangkan produk beras hitam dengan optimalisasi sumberdaya untuk memenangkan persaingan; mengembangkan produk dengan penelitian dan pengembangan berkelanjutan; dan menciptakan nama jual dan sertifikasi sebagai jaminan pada produk beras hitam yang dihasilkan. Seluruh alternatif strategi dapat diimplementasikan oleh Kelompok Tani Darma Bakti dengan rentang waktu pelaksanaannya masing–masing berdasarkan rancangan arsitektur strategik.

Kata kunci: Arsitektur Strategik, Beras Hitam, Kelompok Tani, Kinerja, Strategi Pengembangan.

ABSTRACT

ARINA PRADIAHSARI. Performance Effectiveness and Development Strategy of Darma Bakti Farmers Group in Black Rice Cultivation in Cigudeg Subdistrict Bogor Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI.

(6)

black rice cultivation with strategic architectural approach. The result of this research shows that Darma Bakti Farmers Group has quite effective performance all this time. There are alternative strategies that obtained are build a continuous partner in the provision of inputs, marketing of products as well as research and development; increase the quality, quantity, and continuity of black rice production to meet demand; improve the capital availability; farmers group institutional strengthening; develop black rice products with available resource optimization to win the competition; develop products with continuous research and development; and creating trademark and certification as a guarantee of black rice products that produced. The entire alternative strategies can be implemented by Darma Bakti Farmers Group with timescales respectively based on a strategic architecture.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

EFEKTIVITAS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK

TANI DARMA BAKTI DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM DI

KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

ARINA PRADIAHSARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor”. Shalawat serta salam senantiasa diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan suri tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan banyak ide dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Narni Farmayanti, MSc dan Rahmat Yanuar, SP MSi selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan skripsi penulis. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM yang senantiasa memberikan arahan dan dukungan dalam menjalani masa – masa perkuliahan sebagai wali akademik. Tak lupa, penulis sampaikan terima kasih kepada Ajeng Tiara Cesari, SE yang telah menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu dan Bapak atas doa, dukungan moril dan materil serta kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih dan apresiasi penulis sampaikan kepada Kelompok Tani Darma Bakti di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor yang telah bersedia menjadi objek penelitian dan membantu memberikan informasi untuk penelitian ini. Tidak lupa, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman– teman khususnya para sahabat, teman–teman Agribisnis 47 dan teman–teman sebimbingan atas segala dukungan, motivasi, kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Studi Empiris Kandungan, Manfaat dan Budidaya Beras Hitam 7

Studi Empiris Efektivitas Kinerja Kelompok Tani 9

Studi Empiris Strategi Pengembangan Kelompok Tani 10

Keterkaitan Kajian Empiris dengan Penelitian 11

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani 13

Identifikasi Lingkungan Organisasi 16

Konsep Strategi 19

Kerangka Pemikiran Operasional 22

METODE PENELITIAN 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Jenis dan Instrumentasi Data 25

Metode Penentuan Sampel 25

Metode Pengolahan dan Analisis Data 26

Analisis Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani 26

Analisis Alternatif Strategi Pengembangan 27

GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI 30

Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Darma Bakti 30

Visi dan Misi Kelompok Tani Darma Bakti 32

Lokasi dan Letak Geografis 32

Struktur Organisasi Kelompok Tani Darma Bakti 33

Gambaran Umum Karakteristik Petani Responden 34

EFEKTIVITAS KINERJA KELOMPOK TANI DARMA BAKTI 36

STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DARMA BAKTI

DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM 45

Analisis Lingkungan Kelompok Tani Darma Bakti 45

Analisis Lingkungan Internal 45

(14)

Analisis Lingkungan Eksternal 55

Identifikasi Faktor Strategis Eksternal 65

Komponen SWOT 65

Kekuatan (Strenght) 65

Kelemahan (Weakness) 67

Peluang (Opportunity) 70

Ancaman (Threath) 73

Matriks SWOT 74

Strategi S-O 76

Strategi W-O 76

Strategi S-T 77

Strategi W-T 78

Perancangan Arsitektur Strategik 78

Visi dan Misi Kelompok Tani Darma Bakti 78

Industry Foresight 78

Tantangan Organisasi 79

Sasaran Organisasi 79

Rekomendasi Program Kegiatan 79

Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan Kelompok Tani Darma

Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam 82

SIMPULAN DAN SARAN 85

Simpulan 85

Saran 85

DAFTAR PUSTAKA 86

LAMPIRAN 88

(15)

DAFTAR TABEL

1 Product domestic bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan

usaha (miliar rupiah) 2008 – 2012 1

2 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Indonesia menurut

kelompok makanan pada September 2013 2

3 Komposisi gizi pada jenis – jenis beras 3

4 Skor jawaban skala likert 27

5 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja 27 6 Luas wilayah Desa Bangunjaya menurut penggunaan tahun 2013 32 7 Karakteristik petani anggota berdasarkan tingkat usia 34 8 Karakteristik petani anggota berdasarkan tingkat pendidikan 35 9 Karakteristik petani anggota berdasarkan luas lahan yang diusahakan 35 10 Karakteristik petani anggota berdasarkan status kepemilikan lahan 35 11 Karakteristik petani anggota berdasarkan status usaha 36 12 Karakteristik petani anggota berdasarkan lamanya bertani 36 13 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma

Bakti 37

14 Identifikasi faktor strategis internal Kelompok Tani Darma Bakti 55 15 Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan

2000 tahun 2009 – 2013 56

16 Produk domestik regional bruto Kabupaten Bogor atas dasar harga

konstan tahun 2008-2012 (jutaan rupiah) 57

17 Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 - 2010 58 18 Jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 59 19 Identifikasi faktor strategis eksternal Kelompok Tani Darma Bakti 65 20 Matriks SWOT pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam

pengusahaan beras hitam 75

21 Rekomendasi program kegiatan 80

DAFTAR GAMBAR

1 Supply beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti terhadap demand

Carefour pada tahun 2013 - 2014 5

2 Model lima kekuatan porter 18

3 Kerangka pemikiran operasional 24

4 Matriks SWOT 29

(16)

7 Diagram kategori penilaian adanya pertemuan atau rapat anggota dan

pengurus secara berkala 38

8 Diagram kategori penilaian adanya rencana kerja dan evaluasi akhir

kelompok tani secara partisipatif 39

9 Diagram kategori penilaian adanya aturan atau norma tertulis yang

disepakati dan ditaati bersama 40

10 Diagram kategori penilaian adanya pencatatan atau pengadministrasian

organisasi yang rapih 41

11 Diagram kategori penilaian memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha

bersama di sektor hulu hingga hilir 42

12 Diagram kategori penilaian memfasilitasi usahatani komersial dan

berorientasi pasar 43

13 Diagram kategori penilaian pemberian pelayanan informasi dan

teknologi bagi anggota 43

14 Diagram kategori penilaian adanya jejaring kerjasama antara kelompok

tani dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan 44

15 Diagram kategori penilaian adanya pemupukan modal baik iuran dari

anggota atau penyisihan hasil usaha kelompok 45

16 Sticker kemasan produk beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti

terbaru 46

17 Saluran distribusi Kelompok Tani Darma Bakti 47 18 Teknologi tanam jajar legowo Kelompok Tani Darma Bakti 52 19 Rancangan arsitektur strategik pengembangan Kelompok Tani Darma

Bakti 82

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan skor efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti 88 2 Gambaran pendapatan usahatani per musim tanam petani beras hitam

di Kelompok Tani Darma Bakti Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor 91 (Hektar)

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dan juga memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga baik pengaruhnya bagi sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menyediakan bahan pangan, sandang dan papan bagi penduduk Indonesia. Terlebih sektor pertanian merupakan sektor dimana sebagian besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya. Hal ini terlihat dari besarnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia melalui sumbangan Product Domestic Bruto

(PDB) yang diberikannya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2014), sektor pertanian merupakan sektor penyumbang PDB terbesar kedua di setiap tahunnya setelah sektor pengolahan. Selain itu berdasarkan Tabel 1, PDB yang diberikan oleh sektor pertanian jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Pada tahun 2008, kontribusi PDB sektor pertanian mencapai 14.48 persen dan pada tahun 2012 mampu meningkat mencapai 14.50 persen dari total PDB atas dasar harga berlaku yang mampu diperoleh Indonesia.

Tabel 1 Product domestic bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (miliar rupiah) 2008 – 2012

Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010 2011 20121

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

716 656.2 857 196.8 985 470.5 1 091 447.1 1 193 452.9

•Tanaman Bahan

Pangan 349 795.0 419 194.8 482 377.1 529 967.8 574 916.3 •Tanaman Perkebunan 105 960.5 111 378.5 136 048.5 153 709.3 162 542.6

•Peternakan 83 276.1 104 883.9 119 371.7 129 297.7 145 720

•Kehutanan 40 375.1 45 119.6 48 289.8 51 781.3 54 906.5

•Perikanan 137 249.5 176 620 199 383.4 226 691 255 367.5

Status Angka : 1 = sementara Sumber: BPS (2014)

(18)

pengeluaran rumah tangga, sebagai sumber kalori maupun protein, (2) padi sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk, dan (3) padi merupakan komoditas politis. Hingga saat ini ketergantungan pangan pada komoditi padi masih sangat besar. Hal ini dikarenakan adanya budaya di

Indonesia yang berbunyi “belum makan jika belum mengkonsumsi nasi“ dan menurut data CIA World Fact Book 2006 lebih dari 95 persen penduduk di Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok1. Terlihat pada Tabel 2 yang menunjukan bahwa persentase pengeluaran penduduk Indonesia tertinggi pada kelompok makanan adalah untuk konsumsi beras (padi-padian) yaitu mencapai 7.46 persen dari total pengeluaran konsumsi makanan per kapita pada September 2013. Selain itu, tinggi nya jumlah penduduk di Indonesia yaitu mencapai 253 juta jiwa pada tahun 2014 menyebabkan Indonesia menjadi negara yang mengkonsumsi beras dengan jumlah tertinggi di dunia yakni mencapai 139 kilogram per kapita per tahun2.

Tabel 2 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Indonesia menurut kelompok makanan pada September 2013

Kelompok Makanan Persentase Pengeluaran

Padi-padian 7.46

Umbi-umbian 0.47

Ikan 3.98

Daging 1.8

Telur dan susu 2.85

Sayur-sayuran 3.91

Kacang-kacangan 1.24

Buah-buahan 1.84

Makanan lainnya 23.65

Jumlah makanan 47.2

Sumber: BPS (2014)

Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo (2012), beras terdiri dari berbagai macam jenis yaitu beras putih, beras merah, beras hitam, ketan putih dan ketan hitam. Beras hitam merupakan beras yang paling baik untuk dikonsumsi. Komoditi pangan ini memang belum sepopuler komoditi pangan lainnya namun beras hitam memiliki gizi paling baik dan memiliki begitu banyak manfaat. Manfaat-manfaat tersebut yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan chirosis), mencegah dan menyembuhkan gangguan fungsi ginjal, kanker atau tumor, kencing manis, darah tinggi, leukemia, jantung, diabetes, anemia, maag, asma, pengerasan pembuluh nadi atau asam urat, alergi makanan, kegemukan, masalah pencernaan, masalah kewanitaan, membersihkan kolesterol atau kolesterol jahat dalam darah, mengurangi peradangan, memperlambat penuaan, memperkecil resiko penyakit pembuluh darah otak dan sebagai antioksidan3. Selain itu, beras hitam diusahakan dengan pertanian organik sehingga sangat baik untuk kesehatan dan lingkungan.

1

CIA. 2006. CIA World Fact Book [Internet]. [Diakses 29 Januari 2014]. Tersedia pada: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html

2 [BKPD] Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2014. Konsumsi Beras Tertinggi di Dunia

[Internet]. [Diakses 29 Januari 2014]. Tersedia pada: http://bkpd.jabarprov.go.id/

3 Suardi D, Ridwan I. 2009. Beras Hitam Pangan Berkhasiat Belum Populer [Internet]. [Diakses 20 Desember

(19)

Berdasarkan Tabel 3, beras hitam juga merupakan jenis beras yang memiliki kandungan serat lebih tinggi 100 kali lipat jika dibandingkan jenis beras lainnya yaitu sebesar 20.1 gram. Hal ini membuat tingkat kekenyangan yang mampu diberikan beras hitam berkali lipat dan efek kenyang yang diberikan lebih lama dibandingkan jenis beras lainnya. Untuk itu, beras hitam selain sangat baik bagi kesehatan dan ramah lingkungan juga dapat membantu mengurangi jumlah konsumsi beras di Indonesia.

Tabel 3 Komposisi kandungan gizi pada jenis – jenis beras

Nama Bahan Energi

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo (2012)

Tinggi nya laju pertumbuhan populasi penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2014) yaitu sebesar 1.49 persen pada tahun 1990 hingga 2010, membuat jumlah permintaan akan beras terus meningkat. Namun seiring dengan semakin baiknya pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya dalam hal kesehatan dan lingkungan maka permintaan diikuti dengan selektivitas masyarakat dalam memilih jenis beras yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, muncul permintaan terhadap beras hitam. Beras hitam mulai diminati dan permintaan beras hitam terus mengalami peningkatan. Namun saat ini beras hitam masih terbilang langka keberadaannya karena volume produksi beras hitam di Indonesia masih sangat rendah4. Melihat hal tersebut dan mengingat begitu besarnya kandungan gizi serta manfaat dari beras hitam, maka pentingnya melestarikan keanekaragaman plasma nutfah yaitu beras hitam dan mengembangkannya untuk kesehatan. Hal ini karena dikhawatirkan keberadaan beras hitam semakin langka bahkan hampir punah atau diambil oleh pihak atau negara lain. Untuk itu, beberapa pemerintah daerah menjadikan pelestarian dan pengembangan beras hitam sebagai program atau agenda pembangunan pertaniaannya5. Salah satu daerah yang mulai menjadikan pengembangan beras hitam sebagai agenda yang ditargetkan lebih lanjut adalah Kabupaten Bogor6.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penghasil beras. Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2012), pada tahun 2012 Kabupaten Bogor memiliki total luas tanam 93 786 ha, luas panen 85 652 ha, produksi 549 154 ton dan produktivitas 64.11 ku/ha dalam pengusahaan komoditi padi. Besarnya luas lahan dan tinggi nya produksi serta produktivitas pengusahaan padi di Kabupaten Bogor

4

[DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Beras Hitam, Nasinya Bercita Rasa

Bangsawan [Internet]. [Diakses 20 Desember 2013]. Tersedia pada:

(20)

menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan komoditi padi khususnya beras hitam. Kecamatan Cigudeg merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai daerah penghasil beras hitam atau terkenal dengan “mutiara hitam” nya7. Pengusahaan beras hitam di Kecamatan Cigudeg dilakukan dan didukung oleh kelompok tani bernama Kelompok Tani Darma Bakti.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013, kelompok tani merupakan kelembagaan yang terbentuk secara non formal, ditumbuh-kembangkan dari, oleh dan untuk petani. Kelompok tani memiliki beberapa fungsi dan peran yaitu sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit penyedia sarana prasarana, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang. Tinggi rendahnya fungsi, peranan dan manfaat kelompok tani berhubungan erat dengan kinerja kelompok tani tersebut. Tidak semua kelompok tani mampu memiliki kinerja yang efektif. Salah satu contohnya terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2001). Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja Kelompok Tani di Kabupaten Halmahera Tengah Maluku Utara masih rendah atau belum efektif. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008). Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok tani penghasil beras bermutu atau beras delangu memiliki kinerja sedang atau sudah cukup efektif. Keberadaan Kelompok Tani Darma Bakti diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para petani. Kelompok Tani Darma Bakti kerap dijadikan kelompok tani percontohan dalam pengusahaan beras hitam. Namun tingkat produksi beras hitam yang mampu dihasilkan masih terbilang rendah sehingga belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Selain itu, Kelompok Tani Darma Bakti tercatat memiliki 113 anggota tetapi saat ini jumlah anggota yang aktif kurang lebih hanya berjumlah 30 anggota. Menurut BP3K setempat, hal ini dikarenakan para petani menganggap bahwa Kelompok Tani Darma Bakti merupakan usaha dari ketua kelompok semata8. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilihat bagaimana sebenarnya kinerja dari Kelompok Tani Darma Bakti. Kelompok Tani Darma Bakti juga dihadapkan pada munculnya kelompok-kelompok tani dan pesaing lainnya yang mulai mengusahakan beras hitam. Hal ini dikarenakan besarnya peluang yang ada dan keuntungan yang mampu diperoleh sedangkan budidaya yang dilakukan tidak berbeda dengan jenis beras lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka Kelompok Tani Darma Bakti perlu memiliki daya saing dan juga keunggulan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi dan mempertahankan posisi usaha serta permintaan yang ada ditengah persaingan yang terus berkembang melalui strategi pengembangan. Untuk itu, pentingnya meneliti efektivitas kinerja dan merumuskan alternatif strategi pengembangan bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam. Dengan kinerja yang efektif dan strategi pengembangan yang tepat diharapkan Kelompok Tani Darma Bakti mampu membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor.

7

Kurnia A. 2014. Kecamatan Cigudeg sebagai Penghasil Mutiara Hitam di Kabupaten Bogor [Komunikasi singkat]. Bogor: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor

8 Setiadi A. 2014. Ketidakaktifan Petani Anggota Kelompok Tani Darma Bakti [Komunikasi singkat]. Bogor:

(21)

Perumusan Masalah

Kelompok Tani Darma Bakti merupakan kelompok tani yang mengusahakan dan mengembangkan beras hitam di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keberadaan Kelompok Tani Darma Bakti diharapkan mampu mendukung dan membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor. Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Kelompok Tani Darma Bakti memiliki ketua kelompok yang aktif dan dinamis, memiliki hubungan baik dengan pihak pemerintahan dan kelompok tani lain, dan kerap dijadikan kelompok tani percontohan dalam pengusahaan beras hitam9. Dalam mengusahakan beras hitam, Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kemampuan dalam menghasilkan benih secara mandiri dan memiliki sarana prasarana serta jalur pemasarannya sendiri. Meskipun demikian, kelompok tani ini masih dihadapkan dengan berbagai kendala.

Beras hitam yang dihasilkan belum memiliki nama jual dan sertifikasi serta masih dikemas secara sederhana sehingga kurang memiliki daya jual dan daya saing. Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kemampuan manajemen yang rendah untuk menunjang usahanya. Saat ini, Kelompok Tani Darma Bakti tercatat memiliki 113 anggota namun jumlah anggota yang aktif kurang lebih hanya berjumlah 30 anggota. Menurut BP3K setempat, hal ini dikarenakan para petani menganggap bahwa Kelompok Tani Darma Bakti merupakan usaha dari ketua kelompok semata 10 . Kelompok Tani Darma Bakti juga masih memiliki keterbatasan modal dan belum mampu memenuhi permintaan yang ada, sedangkan permintaan terus mengalami peningkatan. Salah satu permintaan beras hitam yang belum dapat dipenuhi Kelompok Tani Darma Bakti adalah permintaan dari kerjasama yang terjalin dengan pihak Carefour. Berdasarkan 14 kali periode pengiriman yang dilakukan kurang lebih setiap satu bulan sekali, Kelompok Tani Darma Bakti baru mampu memenuhi maksimal satu ton dari delapan ton permintaan pihak Carefour seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Supply beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti terhadap demand Carefour pada tahun 2013 - 2014

9

[DISTANHUT] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2014. Kelompok Tani Darma Bakti [Komunikasi singkat]. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.

10

(22)

Selain itu, Kelompok Tani Darma Bakti dihadapkan pada kenyataan munculnya kelompok–kelompok tani dan pesaing lain yang mulai mengusahakan beras hitam. Hal ini dikarenakan besarnya peluang yang ada dan keuntungan yang mampu diperoleh namun budidaya yang dilakukan tidak berbeda dengan jenis beras lainnya. Menurut ketua kelompok, beberapa kelompok tani pesaing yang juga mengusahakan beras hitam di Kabupaten Bogor adalah Kelompok Tani Barokah Harapan Kita di Kecamatan Parung Panjang dan Kelompok Tani Subur di Wilayah Jasinga. Kelompok-kelompok tani tersebut mulanya memperoleh benih dari Kelompok Tani Darma Bakti. Saat ini kelompok tani tersebut juga mengusahakan beras hitam dan bersaing untuk memperoleh pasar. Berdasarkan hal tersebut maka Kelompok Tani Darma Bakti perlu memiliki daya saing dan juga keunggulan. Hal ini dilakukan guna memenuhi dan mempertahankan posisi usaha serta permintaan yang ada ditengah persaingan yang terus berkembang melalui strategi pengembangan. Terlebih lagi saat ini Kelompok Tani Darma Bakti belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Strategi pengembangan digunakan agar peluang dan sumber daya yang dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti dapat termanfaatkan dengan baik dan kendala serta ancaman yang dihadapi mampu teratasi. Strategi pengembangan juga diperlukan agar kelompok tani mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi.

Untuk itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti selama ini serta alternatif strategi pengembangan yang tepat diterapkan Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam. Dengan demikian, Kelompok Tani Darma Bakti dapat meningkatkan efektivitas kinerjaanya dan mencapai visi, misi dan tujuan yang dimiliki serta turut membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian diatas, adapun permasalahaan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kinerja yang efektif? 2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti

dalam pengusahaan beras hitam dan bagaimana rancangan pelaksanaan strateginya dilihat dengan menggunakan pendekatan arsitektur strategik?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti.

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam dengan pendekatan arsitektur strategik.

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013, perumusan strategi pengembangan dan rancangan arsitektur strategik Kelompok Tani Darma Bakti. Adapun alat analisis yang digunakan yaitu: skala likert, analisis lingkungan internal dan eksternal, matriks SWOT dan peta arsitektur strategik. Penelitian ini dengan keterbatasan yang ada yaitu belum dapat melakukan analisis pendapatan usahatani beras hitam secara lebih mendalam dan masih memiliki tingkat subjektivitas yang cukup tinggi karena lebih bersifat kualitatif. Selain itu, keterbatasan lainnya terletak pada sampel yang dipilih sebagai responden untuk menganalisis efektivitas kinerja yakni hanya petani anggota aktif.

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Empiris Kandungan, Manfaat dan Budidaya Beras Hitam

Beras hitam memiliki nama latin Oryza Sativa L. Indica. Berbeda dengan jenis beras putih ataupun beras merah, beras hitam adalah varietas lokal berwarna hitam yang hanya tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu saja. Beras hitam kebanyakan di jumpai di kawasan Asia, termasuk di Indonesia. Orang Amerika menyebut beras hitam sebagai Indonesian Black Rice atau beras hitam melati Thailand Thai Jasmine Black Rice. Pada masa kerajaan dahulu, beras hitam adalah makanan yang hanya dikonsumsi kalangan raja, sultan, para bangsawan, ataupun sebagai upeti persembahan antar kerajaan. Di Keraton Kasunanan Surakarta, beras hitam dikenal sebagai Beras Wulung. Di Sleman disebut sebagai Gempo Ireng atau Beras Jlitheng, di Bantul disebut sebagai Beras Melik dan di Subang, Jawa Barat disebut sebagai Beras Gadong. Sementara itu di negara China, beras hitam terbatas untuk dikonsumsi keluarga kaisar karena kaya akan nutrisi dan disebut sebagai Beras Terlarang atau Forbidden Rice11.

Komoditi pangan ini memang belum sepopuler komoditi pangan lainnya namun beras hitam merupakan salah satu jenis beras yang paling baik untuk dikonsumsi. Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung gizi paling baik, berbeda dengan beras putih dan jenis beras lainnya. Selain itu, beras hitam memiliki rasa yang enak, pulen dan mempunyai aroma yang wangi dengan penampilan yang spesifik dan unik. Bila dimasak, warna beras hitam menjadi pekat dengan rasa dan aroma yang menggugah selera. Pada dasarnya beras hitam berwarna ungu pekat mendekati hitam karena jenis beras ini mengandung zat antosianin dengan intensitas tinggi yang diproduksi oleh aleuron dan endospermia. Kestabilan zat antosianin bergantung pada suhu, pH, oksigen, cahaya, struktur dan konsentrasi dari antosianin serta komponen lain seperti flavonoid, protein dan mineral. Beras hitam mengandung protein dan kadar gula yang lebih sedikit. Namun beras hitam merupakan jenis beras yang memiliki kandungan vitamin E, zat besi lebih tinggi yaitu sebesar 15,52 ppm dan serat 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan jenis beras lainnya yaitu sebesar 20,1 gram. Hal–hal tersebutlah yang membuat beras hitam mampu memberikan khasiat yang paling baik jika di konsumsi dibandingkan dengan jenis beras lainnya.

11 [DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Mengenal Beras Hitam [Internet]. [Diakses

(24)

Kandungan beras hitam berupa zat antosianin berguna untuk melindungi kerusakan sel akibat oksidasi atau kontaminasi zat berbahaya seperti pengawet makanan, pewarna makanan, obat-obatan, pestisida, dan sebagainya. Selain itu zat ini juga memberi perlindungan kepada sistem kardiovaskular dan dapat berfungsi untuk melawan penyakit kanker, jantung, kencing manis dan penyakit–penyakit lainnya. Pigmen beras hitam juga kaya akan kandungan materi aktif flavanoid yang sangat berperan dalam mencegah pengerasan pembuluh nadi. Zat flavanoid yang dikandungnya lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan zat flavanoid yang dikandung beras putih biasa. Beras hitam memiliki kadar vitamin, mikroelemen, maupun asam amino yang tinggi yang berperan dalam anti penuaan, pemelihara metabolisme tubuh agar tetap prima, sehat dan membantu kekebalan tubuh terhadap serangan virus, penyakit atau bakteri. Beras hitam juga memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga mampu menjaga kestabilan gula darah dan baik dikonsumsi oleh penderita diabetes karena beras hitam memiliki efek mengenyangkan dan rasa kenyang yang panjang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari mengkonsumsi beras hitam. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan chirosis), mencegah dan menyembuhkan gangguan fungsi ginjal, kanker atau tumor, darah tinggi, leukemia, jantung, kencing manis, diabetes, anemia, maag, asma, pengerasan pembuluh nadi atau asam urat, alergi makanan, kegemukan, masalah pencernaan, masalah kewanitaan, membersihkan kolesterol atau kolesterol jahat dalam darah, mengurangi peradangan, memperlambat penuaan, memperkecil resiko penyakit pembuluh darah otak dan sebagai antioksidan12.

Ratnaningsih (2010) menjabarkan hasil penelitiannya mengenai kandungan yang dimiliki beras hitam dan kandungan produk-produk turunan dari beras hitam. Ratnaningsih (2010) menyatakan kandungan gizi beras hitam meliputi kadar abu (berdasarkan berat kering) sebesar 0.71 – 1.69 persen, kadar protein total sebesar 8.40 – 10.44 persen, kadar lemak total sebesar 2.33 – 2.88 persen, kadar serat kasar sebesar 1.09 – 1.28 persen, kadar karbohidrat sebesar 72.49 – 83.94 persen, kadar protein tercerna sebesar 4.53 – 5.66 persen, kadar zat Fe sebesar 5.64 – 8.07 ppm dan warna beras hitam adalah biru kehitaman. Kandungan antosianin total pada beras hitam berkisar antara 159.31 – 359.5 1 mg/IOO g. Aktivitas antioksidan pada beras hitam secara in vitro berdasarkan bilangan TBA sebesar 0.404 – 0.477 mg malonaldehid/kg dan pemerangkapan DPPH sebesar 68.968 – 85.287 persen. Formulasi produk makanan tradisional Yogyakarta berbasis beras hitam sudah diperoleh dengan penggunaan beras hitam berkisar 50 - 100 persen, yaitu kembang goyang, putu mayang, kue apem, putu ayu, kue semprong, nagasari, bolu kukus, dan kue lapis. Tingkat kesukaan terhadap produk makanan tradisional Yogyakarta berbasis beras hitam berkisar antara 4.00 sampai dengan 6.20 atau kategori netral sampai dengan disukai. Kandungan gizi produk makanan tradisional (berdasarkan berat kering) berkisar 2.58 – 49.89 persen air, 0.66 – 3.17 persen abu, 5.33 – 13.19 persen protein, 2.95 – 38.12 persen lemak, 4.28 – 22.06 persen serat kasar, 39.87 – 82.77 persen karbohidrat, 16.09 – 34.09 ppm Fe dan 15.35 – 56.83 mg/l00 g antosianin.

12

(25)

Menurut Sa’adah (2013) terdapat empat kelompok varietas lokal padi beras hitam yakni Melik, Cempo Ireng, Padi Hitam, dan Padi Hitam Cianjur. Berdasarkan morfologi gabah terdapat keragaman yang cukup tinggi pada karakter bentuk biji (CV = 58,01 persen), panjang beras pecah kulit (CV = 55,31 persen) dan warna beras pecah kulit (CV = 23,79 persen). Adapun motivasi utama petani membudidayakan atau menanam padi beras hitam adalah harga yang tinggi sebesar 26 persen, untuk kesehatan sebesar 14 persen, untuk pelestarian padi karena merupakan kultivar berkualitas dan untuk kemandirian petani masing - masing sebesar 12 persen. Petani penanam varietas lokal padi beras hitam sebagian besar mempraktekan pola budidaya konvensional dengan kecenderungan kepada penerapan pola pertanian organik.

Terkait dengan pola budidaya yang dilakukan pada padi beras hitam, Hadi P dan Sarwono (2013) berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa perlakuan macam pupuk kandang dan pestisida berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi beras hitam. Perlakuan macam pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, berat segar brangkasan, berat gabah kering giling per-rumpun dan berat gabah kering giling per-petak. Sedangkan perlakuan macam pestisida organik beda sangat nyata pada jumlah gabah hampa per-malai tetapi tidak beda nyata pada tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, berat segar brangkasan, jumlah gabah isi per-malai, berat gabah kering giling per-rumpun dan berat gabah kering giling per-petak.

Studi Empiris Efektivitas Kinerja Kelompok Tani

Beras hitam masih terbilang langka karena volume produksi beras hitam di Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu, komoditi beras hitam perlu dikembangkan. Keberadaan kelembagaan informal dalam sektor pertanian yaitu kelompok tani bagi para petani beras hitam dengan kinerja yang efektif, diharapkan dapat membantu para petani beras hitam meningkatkan volume produksi beras hitam di Indonesia. Dengan demikian perlu diketahui bagaimana tingkat efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti melalui analisis efektivitas kinerja.

Penelitian yang dijadikan referensi dalam mengkaji efektivitas kinerja kelompok tani adalah penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) di Kecamatan Delanggu. Kecamatan Delanggu merupakan penghasil jenis beras

bermutu dengan trademark yang dikenal “Beras Delanggu”. Tingkat efektivitas kelompok tani dianalisis dengan rumus interval, hubungan antar variabel penelitian dianalisis dengan koefisien korelasi rank Spearman, dan tingkat signifikansi diuji dengan uji distribusi t-student pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kelompok tani hamparan termasuk dalam kategori sedang. Dimana produktivitas kelompok tani termasuk dalam kategori sedang, kepuasan anggota kelompok tani termasuk dalam kategori sedang, dan semangat kelompok tani termasuk dalam kategori tinggi. Hubungan antar variabel penelitian berdasarkan nilai koefisien korelasi

(26)

hamparan. Sedangkan kehomogenan kelompok tani, dan tingkat penguasaan materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian lapangan memiliki hubungan tidak signifikan dengan efektivitas kelompok tani hamparan.

Penelitian lainnya yang menjadi referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010). Analisis efektivitas kinerja kelompok tani dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari segi produktivitas kelompok, Kelompok Tani di Kecamatan Gatak Kabupaten Sidoarjo memiliki tingkat efektivitas sedang atau cukup efektif. Sedangkan dari segi kepuasan anggota Kelompok Tani di Kecamatan Gatak Kabupaten Sidoarjo memiliki tingkat efektivitas yang juga sedang atau cukup efektif.

Penelitian yang juga menganalisis efektivitas kinerja kelompok tani adalah penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2001). Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) semakin tinggi kelas kemampuan kelompok semakin baik kinerjanya (2) efektivitas kelompok tani masih rendah yang dibuktikan dengan terjadinya perubahan produktivitas yang rendah dan tingkat keberhasilan kegiatan yang masih rendah; (3) secara umum kemampuan kelompok tani masih rendah yang dibuktikan kelompok belum mampu melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas, kelompok belum mampu memupuk modal, kelompok belum mampu meningkatkan hubungan yang melembaga dengan koperasi, kelompok belum mampu mencari dan memanfaatkan informasi serta menjalin kerjasama, walaupun disisi lain kelompok telah mampu merencanakan kegiatan dengan rekomendasi yang tepat.

Studi Empiris Strategi Pengembangan Kelompok Tani

Penelitian yang dijadikan referensi dalam membahas strategi pengembangan usaha di kelompok tani adalah penelitian yang dilakukan oleh Dudiagunoviani (2009). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis IFE, analisis EFE, analisis IE, analisis SWOT dan analisis QSPM. Hasil penelitian menunjukkan pada faktor internal yang menjadi kekuatan utama adalah memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik. Sedangkan kelemahan utama pada kelompok tani Cibeureum Jempol adalah terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit. Pada faktor eksternal peluang yang

(27)

setempat; dan 2) Perbaikan sistem manajemen keuangan pada kelompok tani Cibeureum Jempol. Sedangkan strategi WT terdiri dari: 1) Meningkatkan pendidikan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani Cibeureum Jempol; dan 2) Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baikdari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pe rtanian yang sehat, cepat dan tepat guna. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi memperluas jaringan pasar sebagai strategi prioritas.

Dengan alat analisis dan metode yang sama, hasil penelitian Dewi (2011) menyatakan bahwa peluang utama yang dihadapi oleh Gapoktan Silih Asih adalah ketersediaan bahan baku sedangkan ancaman utama adalah perubahan cuaca tak menentu. Kekuatan utama yang dimiliki adalah yang berjiwa wirausaha tinggi, disiplin dan bertanggung jawab sedangkan kelemahan yang utama adalah kurangnya ketersediaan air. Berdasarkan hasil matriks IE, unit usaha Gapoktan Silih Asih berada pada sel ke V yaitu dalam menjaga dan mempertahankan (penetrasi pasar dan pengembangan produk). Berdasarkan matriks SWOT terdapat enam strategi yang dapat diterapkan meliputi meningkatkan promosi beras SAE, meningkatkan pengembangan produk beras SAE, meningkatkan keterampilan SDM petani Gapoktan Silih Asih, meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE, mengefisiensi fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air serta memperbaiki sistem administrasi. Berdasarkan matriks QSPM yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan pengembangan produk beras SAE. Cara pengembangan produk beras SAE tersebut yaitu mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi jasa atau produk saat ini.

Penelitian lainnya mengenai strategi pengembangan usaha yang dijadikan referensi adalah yang dilakukan oleh Siahaan (2009). Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis lingkungan internal (pendekatan fungsional), analisis lingkungan eksternal (lingkungan industri dan lingkungan makro), matriks SWOT dan arsitektur strategik. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat delapans alternatif strategi yaitu mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan melalui menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan produk dengan cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik melalui menjalin kerja sama baik dengan Dinas Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik, mengembangkan produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian untuk menyangga ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk mendapatkan teknologi yang sehat, cepat, dan tepat guna.

Keterkaitan Kajian Empiris dengan Penelitian

(28)

Penelitian ini memiliki persamaan dengan kajian empiris mengenai beras hitam yaitu sama-sama mengangkat dan melakukan penelitian terkait komoditi dari subsektor tanaman pangan tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sa’adah (2013), Hadi P dan Sarwono (2013) juga Ratnaningsih (2010) terletak pada topik yang diambil, permasalahan yang dikaji, dan juga lokasi dilakukannya penelitian. Namun kajian-kajian empiris beras hitam yang telah dijabarkan dapat memberikan informasi dasar terkait komoditi beras hitam. Hasil penelitian pada kajian-kajian empiris beras hitam mampu menjelaskan varietas dari beras hitam, motivasi para petani membudidayakan beras hitam, pola budidaya beras hitam, pengaruh pupuk dan pestisida organik terhadap penanaman beras hitam serta kandungan-kandungan yang terdapat pada beras hitam juga produk turunannya.

Kajian empiris berupa penelitian terdahulu mengenai efektivitas kinerja kelompok tani dipilih peneliti karena memiliki keterkaitan dan persamaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008), Abdurrahman (2001) dan Astuti (2010) terletak pada tujuan penelitian, topik yang diambil, dan kelembagaan informal yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mengukur efektivitas kinerja pada kelompok tani, topik yang diambil yaitu efektivitas kinerja dan kelembagaan informal yang diteliti adalah kelompok tani. Sedangkan perbedaan terletak pada objek atau lokasi kelompok tani yang dipilih dan alat analisis yang digunakan serta variabel-variabel yang diperhatikan untuk menganalisis efektivitas kinerja pada kelompok tani. Selain itu yang membedakan pula, analisis efektivitas kinerja pada penelitian ini dikaitkan dengan analisis strategi pengembangan. Tidak sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008), Abdurrahman (2001) dan Astuti (2010) yang hanya menganalisis efektivitas kinerja kelompok tani saja. Hasil penelitian dari Santoso (2008) dan Astuti (2010) selaras dengan hasil dari penelitian ini yaitu kelompok tani memiliki kinerja yang sedang atau cukup efektif. Sedangan hasil dari penelitian Abdurrahman (2001) berbeda dengan penelitian ini yaitu kelompok tani memiliki kinerja yang rendah atau belum efektif. Kajian empiris terkait efektivitas kinerja mampu memberikan gambaran dan mengarahkan peneliti dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian terkait analisis efektivitas kinerja pada kelompok tani.

(29)

analisis yang digunakan pada tahap input dan pengambilan keputusan serta jenis beras yang diteliti. Jenis beras yang diteliti merupakan beras yang masih terbilang baru namun mampu memberikan begitu banyak manfaat yaitu beras hitam. Perbedaan lainnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Dudiagunoviani (2009) dan Dewi (2011) adalah matriks atau alat analisis yang digunakan pada tahap input, tahap pencocokan dan tahap pengambilan keputusan dalam menganalisis strategi pengembangan. Dudiagunoviani (2009) dan Dewi (2011) menggunakan matriks IFE dan EFE pada tahap input, matriks IE dan SWOT pada tahap pencocokan, matriks QSPM pada tahap pengambilan keputusan sedangkan penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Siahaan (2009) yaitu menggunakan analisis lingkungan internal dan eksternal pada tahap input, matriks SWOT pada tahap pencocokan dan perancangan peta arsitektur strategik pada tahap pengambilan keputusan. Selain itu yang membedakan, analisis strategi pengembangan ini dilakukan dengan dikaitkan pada analisis efektivitas kinerja. Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan Dudiagunoviani (2009), Dewi (2011) dan Siahaan (2009) hanya menganalisis strategi pengembangan saja. Kajian empiris terkait strategi pengembangan mampu memberikan gambaran dan mengarahkan peneliti menyelesaikan penelitian terkait strategi pengembangan pada kelompok tani.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani

Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2009), kinerja (performance)

adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakan nya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Robbins dalam Moeheriono (2009) mengemukakan kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M), dan kesempatan atau

opportunity (O) yaitu kinerja = f (A x M x O) artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Sedangkan menurut Moeheriono (2009) sendiri kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan dalam pengukuran. Kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur keberhasilannya.

(30)

langkah-langkah atau strategi-strategi untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai (Wibowo 2009). Menurut Moeheriono (2009), pengukuran kinerja sendiri memiliki pengertian sebagai suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi. Terdapat beberapa aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja yaitu:

1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi dengan menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi dan misinya.

2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).

3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi.

4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah atau strategi apa yang dapat diambil organisasi selanjutnya.

Kinerja merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-tiap lembaga organisasi, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta. Menurut Rintuh dan Miar (2003), lembaga dapat diartikan sebagai suatu norma atau kaidah peraturan atau organisasi yang memudahkan korrdinasi dalam membentuk harapan masing-masing yang mungkin dapat dicapai dengan saling bekerja sama. Sedangkan kelembagaan dimaksudkan sebagai tradisi dan pranata baru yang sesuai dengan tuntutan pemberdayaan dan modernisasi maupun organisasi kelompok yang mampu menghasilkan beragam produk yang dapat mengembangkan keunggulan komparatif (comparative advantage) atau keunggulan kompetitif (competitive advantage). Menurut Roland Bunch (1992) dalam Rintuh dan Miar (2003), beberapa alasan pentingnya kelembagaan yaitu: 1. Banyaknya masalah yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga seperti

pelayanan perkreditan, pembasmian hama, penyebaran inovasi pertanian dan lain-lain disamping berperan sebagai lembaga besar dalam masyarakat.

2. Dapat memberi kelanggengan pada masyarakat desa untuk terus menerus mengembangkan usahanya seperti untuk mengembangkan teknologi dan menyebarkannya, dan

(31)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 dalam Kementerian Pertanian (2013), kelompok tani adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani dipimpin oleh seorang ketua dengan sebutan kontak tani, terbentuk secara non formal, ditumbuh-kembangkan dari, oleh dan untuk petani. Ciri-ciri kelompok tani yakni: 1) Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama anggota; 2) Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani; dan 3) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya atau kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi. Adapun unsur pengikat kelompok tani adalah sebagai berikut: 1) Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama di antara para anggotanya; 2) Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya; 3) Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya; 4) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditetapkan; dan 5) Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

Menurut Kementerian Pertanian (2013), kelompok tani sebagai kumpulan dari petani memiliki beberapa fungsi dan peranan sebagai berikut:

1. Kelas belajar; kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana kerjasama; kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

3. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran; Usahatani yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

4. Unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai lembaga lain guna memajukan kegiatan kelompok.

(32)

Identifikasi Lingkungan Organisasi

Secara garis besar, lingkungan organisasi dibagi ke dalam dua kelompok lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan merupakan lingkungan yang ada di dalam organisasi atau dapat di katakan bersumber dari organisasi itu sendiri. Sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar perusahaan atau organisasi dimana perusahaan atau organisasi tidak memiliki kendali atas lingkungan tersebut. Lingkungan eksternal di bedakan menjadi dua kelompok lingkungan yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja organisasi. Sedangkan lingkungan industri adalah lingkungan yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap organisasi. Dengan mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka akan dapat dirumuskan strategi yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengambil kebijakan guna mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.

Salah satu lingkungan yang penting dianalisis dalam rangka merumuskan strategi adalah lingkungan internal. Menurut David (2006), identifikasi terhadap lingkungan internal merupakan langkah awal untuk merumuskan strategi. Identifikasi dimulai dengan menganalisis semua aspek yang ada didalam organisasi sebagai dasar pertimbangan dan perhitungan dalam menilai kekuatan dan kelemahan organisasi. Adapun aspek-aspek yang dianalisis dalam mengidentifikasi lingkungan internal yaitu:

1. Aspek pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Adapun tujuh fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, penjualan produk dan jasa, penetapan harga, perencanaan produk dan jasa, distribusi, riset pemasaran, dan analisis peluang.

2. Aspek keuangan

Kondisi keuangan menjadi ukuran terbaik untuk posisi kompetitif perusahaan dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menggunakan kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna memformulasikan strategi secara efektif. Likuiditas, leverage, modal kerja, profitabilitas, utilisasi aset, arus kas, dan modal perusahaan dapat menghapuskan beberapa strategi dari alternatif yang layak. Faktor keuangan seringkali mengubah strategi dan mengubah rencana implementasi.

3. Aspek manajemen

(33)

4. Aspek produksi atau operasi

Fungsi produksi dari suatu bisnis terdiri dari semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi atau operasi berhubungan dengan input, transformasi dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Manajemen produksi atau operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kualitas.

5. Aspek penelitian dan pengembangan

Organisasi berinvestasi pada litbang karena percaya bahwa investasi akan menghasilkan produk atau jasa yang superior dan akan memberikan keunggulan kompetitif. Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk atau memperbaiki proses produksi untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat.

6. Sistem informasi manajemen

Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Kegunaan sistem informasi manajemen adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan

hardware, software, model analisis dan database komputer.

Dalam penyusunan strategi, lingkungan eksternal sama pentingnya dengan lingkungan internal. Menurut David (2006), identifikasi lingkungan eksternal bertujuan untuk membuat daftar terbatas mengenai berbagai peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang merugikan perusahaan. Lingkungan eksternal dibagi menjadi lima kategori besar yaitu (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan; (3) kekuatan politik, pemerintah dan hukum; (4) kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan kompetitif. Namun secara umum lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan makro dan lingkungan industri. Adapun kekuatan-kekuatan yang dianalisis dalam mengidentifikasi lingkungan makro yaitu:

1. Kekuatan ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi nya maka iklim bisnis juga akan memburuk dan sebaliknya. Menurut Purwanto (2006), beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalis ekonomi suatu daerah atau negara adalah (1) siklus bisnis; (2) ketersediaan energi; (3) inflasi dalam harga barang dan jasa yaitu jika inflasi sangat tajam maka pengendalian upah dan harga dapat menjadi beban yang berat; (4) kebijakan moneter, tarif suku bunga dan devaluasi atau revaluasi mata uang relatif pada mata uang lainnya; (4) kebijakan fiskal yaitu tingkat pajak untuk perusahaan dan perorangan; (5) neraca pembayaran.

2. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan.

(34)

perubahan-perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan yang mempengaruhi perusahaan hendaknya dapat diantisipasi oleh perusahaan.

3. Kekuatan politik, pemerintah dan hukum

Faktor politik, pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman utama untuk perusahaan kecil maupun besar. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha sebaliknya, situasi politik yang kondusif akan mendukung dunia usaha. Meningkatnya persaingan global menekankan kebutuhan akan peramalan yang akurat dalam bidang politik, pemerintah dan hukum.

4. Kekuatan teknologi

Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh yang dramatis terhadap organisasi. Kemajuan teknologi mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi ketinggalan jaman (David 2006).

Menurut David (2006), kekuatan kompetitif atau lingkungan industri dapat diidentifikasi dengan menggunakan Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five -Forces Model) dari Michael R. Porter. Porter menyatakan hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan:

Gambar 2 Model lima kekuatan Porter Sumber: David (2006)

1. Potensi pengembangan produk substitusi

Perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk substitusi dalam industri yang berbeda. Keberadaan produk substitusi menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun.

2. Kemungkinan masuknya pesaing baru

Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan atau hambatan masuk yang ada.

Potensi pengembangan produk substitusi

Persaingan antar perusahaan

sejenis Kekuatan tawar

menawar pemasok

Kekuatan tawar menawar pembeli

(35)

Hambatan untuk masuk dapat mencangkup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar. Jika rintangan atau hambatan ini besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan menjadi rendah.

3. Kekuatan tawar menawar pembeli

Kekuatan tawar-menawar pembeli mempengaruhi intensitas pesaingan dalam suatu industri jika pembeli atau konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya. Kekuatan tawar menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Pembeli mempengaruhi suatu industri dengan cara tawar-menawar untuk harga yang lebih rendah, mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, semuanya dengan mengorbankan kemampulabaan industri.

4. Kekuatan tawar menawar pemasok

Kekuatan tawar-menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau jasa. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu mengimbangi kenaikan harganya.

5. Persaingan antara perusahaan sejenis

Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Intensitas persaingan di antara perusahaan sejenis yang bersaing cenderung meningkat karena jumlah pesaing semakin bertambah, karena pesaing semakin seragam dalam hal ukuran dan kemampuan, karena permintaan untuk produk industri menurun, dan karena pemotongan harga menjadi semakin umum. Persaingan juga meningkat ketika pelanggan dapat berpindah merek dengan mudah; ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi; ketika biaya tetap tinggi; ketika produk mudah rusak; ketika perusahaan pesaing berbeda dalam hal strategi, tempat mereka berasal, dan budaya; serta ketika merger dan akuisisi menjadi umum dalam suatu industri. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing (David 2006).

Konsep Strategi

(36)

khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan. Strategi bisnis dapat mencangkup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Sedangkan Salusu (2005) dalam Masyhudzulhak (2011) mengartikan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Strategi digunakan dalam organisasi bisnis untuk meningkatkan profitabilitas dan keberlanjutan usaha sekaligus memenangkan persaingan produknya di dalam pasar. Sedangkan organisasi pemerintahan menggunakan strategi untuk keberhasilan pembangunan supaya hasil pembangunan mencapai sasarannya dan bermanfaat bagi masyarakat. Selanjutnya organisasi politik menggunakan strategi untuk keberhasilannya dalam memenangkan dan merebut suara rakyat dalam pemilihan umum. Beragamnya bentuk dan karakteristik organisasi menggunakan strategi menunjukan strategi telah banyak memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan perkembangan organisasi. Peranan strategi dalam menunjang keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan, menjadikan strategi sebagai alat pendukung para pimpinan organisasi untuk mengambil kebijakan (Masyhudzulhak 2011).

Definisi Visi, Misi dan Tujuan Organisasi

Visi adalah mental image dari keadaan yang memungkinkan dan diinginkan pada masa mendatang oleh organisasi yang bersangkutan. Visi merupakan suatu pernyataan organisasi yang sangat penting, di dalam visi ada harapan dan cita – cita yang hendak dicapai suatu organisasi di masa mendatang. Misi dalam organisasi merupakan suatu perwujudan dari visi, artinya misi adalah implementasi dari kehendak visi, dengan misi organisasi tercermin bahwa organisasi tersebut terlihat jelas tujuannya, ada hubungan yang erat dan keterkaitan misi dengan strategi. Sedangkan tujuan sendiri menggambarkan keadaan masa mendatang tentang kegiatan dari organisasi yang dapat direalisasikan (Masyhudzulhak 2011). Menurut Purwanto (2006) tujuan di artikan sebagai pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman bagi manajemen perusahaan untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dengan dimensi waktu tertentu. Adapun empat alasan pentingnya tujuan bagi perusahaan ataupun organisasi yaitu:

1. Tujuan membantu mendefinisikan organisasi dalam lingkungannya 2. Tujuan membantu mengkoordinasi keputusan dan pengambil keputusan 3. Tujuan menyediakan norma untuk menilai pelaksanaan prestasi organisasi 4. Tujuan merupakan sasaran yang lebih nyata daripada pernyataan visi dan

misi.

Analisis Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT)

(37)

1. Strategi S-O (Strength-Opportunity)

Strategi S-O memanfaatkan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang-peluang eksternal yang ada. 2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal yang ada.

3. Strategi S-T (Strength-Threat)

Strategi S-T menggunakan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal yang ada.

4. Strategi W-T (Weakness-Threat)

Strategi W-T adalah taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki perusahaan serta menghindari ancaman-ancaman eksternal yang ada (David 2006).

Arsitektur Strategik

Adanya perubahan lingkungan yang cepat akan memaksa setiap organisasi yang untuk bersikap lebih adaptif dan lebih fleksibel. Menurut Yoshida (2006), arsitektur strategik merupakan pendekatan yang lebih adaptif dan lebih fleksibel dalam melakukan perencanaan strategik sekaligus sebagai solusi untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang amat cepat. Yoshida (2006) juga menyatakan bahwa arsitektur strategik adalah suatu gambar rancangan arsitektur strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas (blueprint) rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya. Arsitektur strategik merupakan alat yang dapat dimanfaatkan organisasi baik profit ataupun non profit untuk memenangkan persaingan dalam industri tertentu. Caranya adalah dengan membangun dan menggunakan kekuatan inti organisasi bersamaan dengan pengembangan sendiri batasan industri yang dimasukinya guna memperoleh peluang pasar yang lebih besar sehingga keinginan untuk build to last dapat diwujudkan. Untuk itu, kekuatan inti yang ada pada organisasi dapat dimaksimalkan untuk meraih kemenangan. Dengan arsitektur strategik, pilihan strategi yang akan diimplementasikan dapat dipetakan sehingga memudahkan pelaksana dalam membaca, memahami, melakukan atau mengimplementasikan dan mengevaluasinya.

Gambar

Tabel 1  Product domestic bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
Tabel 2  Persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Indonesia menurut kelompok makanan pada September 2013
Gambar 2  Model lima kekuatan Porter
Gambar 3  Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

melalui Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAKU). 5) Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAKU) mengkompilasikan Rencana Program Kerja dan Rencana Anggaran dari

Kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu tantang media berbasis Instagram menurut Nurbaya dkk dan hasil penelitian dari Adinda yang menyatakan bahwa ada perubahan perilaku

• Tahanan atau mangsa yang bergejala perlu memakai pelitup muka (mengikut kesesuaian) • Memastikan kebersihan tangan • Amalkan penjarakan fizikal. Pengiringan tahanan di dalam

Tesis yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN PROPOFOL INTRAVENA 10 mg/kgBB, 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB TERHADAP EKSPRESI KASPASE 3 MENCIT BALB/C DENGAN CEDERA ini

Dalam konteks keputusan investasi, seorang pengambil keputusan yang menerima umpan balik negatif atas keputusan investasi sebelumnya akan berada pada posisi atau

Graf lobster adalah suatu graf pohon yang mengandung lintasan dengan panjang maksimum dimana setiap simpul lain dari graf tersebut memiliki jarak maksimum t terhadap

Fitur-fitur yang ada pada CITRA berbeda dengan fitur yang akan disajikan dalam storytelling interaktif mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia yang akan dibuat, dimana

Lulusan Program S1 Statistika ini diharapkan, mampu memahami, merumuskan dan menerapkan konsep, model, dan beberapa metode statistik baik kuantitatif maupun