• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Darma Bakti yang berlokasi di Kampung Nanggung, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cigudeg merupakan kecamatan yang terkenal dengan “mutiara

hitam“ nya di Kabupaten Bogor dan Kelompok Tani Darma Bakti merupakan kelompok tani dimana uji coba penanaman beras hitam oleh BP3K wilayah Cigudeg, Jasinga dan Sukajaya pertama kali dilakukan. Kelompok Tani Darma Bakti juga merupakan kelompok tani yang kerap dijadikan percontohan dan panutan bagi kelompok tani lainnya khususnya dalam pengusahaan beras hitam. Pertimbangan lainnya dalam pemilihan lokasi penelitian yaitu Kelompok Tani Darma Bakti juga dilakukan berdasarkan saran yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor serta pihak BKP5K karena Kelompok Tani Darma Bakti dinilai aktif dan memiliki hubungan baik dengan pemerintah. Selain itu, beras hitam dinilai sangat potensial dan menjadi salah satu agenda pengembangan di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.

Jenis dan Instrumentasi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) di lokasi Kelompok Tani Darma Bakti, wawancara mendalam dengan beberapa responden ahli dan pengisian kuesioner dengan dipandu oleh peneliti. Data primer yang diperoleh meliputi gambaran umum, visi, misi, tujuan, sasaran, industry foresight, tantangan kelompok, persepsi anggota terhadap kinerja kelompok serta informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani Darma Bakti. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur pada penelitian terdahulu, buku, jurnal-jurnal, internet, artikel, dan literatur yang berhubungan dengan topik, permasalahan dan komoditi yang dianalisis. Untuk data penunjang dikumpulkan data-data dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BKP5K, BP3K, UPT setempat dan juga dari BPS.

Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan untuk responden ahli dan juga petani anggota. Instrumen pendukung lainnya adalah komputer, alat pencatatan dan alat perekam (voice recorder) untuk mendukung proses wawancara.

Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel untuk menganalisis efektivitas kinerja kelompok tani dilakukan dengan purposive sampling dengan pertimbangan bahwa responden yakni 30 petani anggota yang aktif dapat merepresentasikan kondisi kinerja kelompok saat ini. Metode penentuan responden untuk perumusan strategi pengembangan dilakukan dengan purposive sampling dengan pertimbangan bahwa responden merupakan responden ahli yang benar-benar berkompeten dan

memiliki informasi yang dibutuhkan peneliti terkait beras hitam dan Kelompok Tani Darma Bakti. Adapun responden ahli tersebut yaitu Pak Murjia (Ketua Kelompok Tani Darma Bakti), Pak Abdurrahman (Sekertaris Kelompok Tani Darma Bakti), dan Pak Rian (Penyuluh Pendamping Lapangan) beserta Pak Agus (Ketua BP3K setempat).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif untuk mendeskripsikan gambaran umum, visi, misi, tujuan, sasaran, industry foresight, tantangan kelompok, serta informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani Darma Bakti. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang ditransfer dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner kemudian diolah menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel lalu diinterpretasikan. Pada penelitian ini dilakukan analisis berupa analisis efektivitas kinerja dan analisis alternatif strategi pengembangan. Adapun alat analisis yang digunakan adalah skala likert, analisis lingkungan, matriks SWOT dan arsitektur strategik.

Analisis Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani

Pengukuran efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti dilakukan berdasarkan persepsi dan penilaian baik oleh pengurus kelompok tani sendiri maupun oleh petani-petani anggota yang aktif dengan menggunakan skala likert. Menurut Sugiono (2012), skala likert merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial disebut juga sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Pada penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti. Kemudian yang menjadi indikator variabel atau titik tolak ukur adalah kesembilan upaya kelompok tani yang kuat dan mandiri menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petanis. Adapun indikator variabel tersebut yaitu (1) Adanya pertemuan atau rapat anggota dan pengurus yang berkala; (2) Adanya rencana kerja kelompok dan evaluasi akhir kelompok tani secara partisipatif; (3) Adanya aturan atau norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama; (4) Adanya pencatatan atau pengadministrasian organisasi yang rapih; (5) Memfasilitasi kegiatan usaha bersama di sektor hulu hingga hilir; (6) Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar; (7) Memberikan pelayanan informasi dan teknologi bagi anggota; (8) Adanya jejaring kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan; dan (9) Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha kegiatan kelompok. Selanjutnya indikator- indikator tersebut ditransformasikan menjadi item-item instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dengan kuesioner. Untuk mengisi kuesioner, responden diminta untuk memberikan jawaban yang terdiri dari tiga kategori

pilihan jawaban, dimana masing-masing jawaban tersebut memiliki tingkatan skor yaitu 1–3. Tingkatan skor jawaban tersebut masing-masing memiliki definisi yang dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4 Skor jawaban skala likert

Skor Jawaban Skala Jawaban

3 Jawaban yang paling mendukung

2 Jawaban yang mendukung

1 Jawaban yang tidak mendukung

Sumber: Sugiono 2012

Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan selang untuk menentukan keberadaan efektivitas kinerja kelompok tani. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor terendah yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban.

Dimana total skor tertinggi atau skor ideal (kriterium) dan total skor terendah diperoleh dari:

Setelah diperoleh nilai selang, selanjutnya selisih antara total skor tertinggi atau skor ideal dan total skor terendah dibagi menjadi tiga berdasarkan nilai selang sehingga menghasilkan tiga selang kategori penilaian efektivitas kinerja kelompok tani. Selang kategori penilaian pertama atau selang terendah menyatakan bahwa upaya atau kinerja Kelompok Tani Darma Bakti belum efektif atau kinerja kelompok tani rendah. Selang kategori penilaian kedua menyatakan bahwa upaya atau kinerja Kelompok Tani Darma Bakti cukup efektif. Selang kategori penilaian terakhir atau selang tertinggi menyatakan bahwa upaya atau kinerja Kelompok Tani Darma Bakti efektif. Pada penelitian ini selang yang diperoleh adalah 400 dengan nilai skor tertinggi 1800 dan terendah 600.

Tabel 5 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti

No Kategori Penilaian Selang Kategori Penilaian

1 Belum efektif 600 – 1 000

2 Cukup efektif 1 001 – 1 400

3 Efektif 1 401 – 1 800

Analisis Alternatif Strategi Pengembangan

Metode pengolahan dan analisis data untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan pada penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu: 1) Tahap pengumpulan data (input stage) dengan analisis lingkungan internal dan eksternal;

2) Tahap pencocokan (matching stage) dengan menggunakan matriks SWOT; dan 3) Tahap perancangan arsitektur strategik. Data diolah secara kualitatif guna mendeskripsikan lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan, lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, rekomendasi alternatif strategi dan rancangan arsitektur strategik yang dapat diterapkan untuk pengembangkan Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam. Tahap Pengumpulan Data (Input Stage)

Tahap pertama atau tahap pengumpulan data (input stage) digunakan untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Pada tahap ini data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua yaitu data internal dan data eksternal. Berdasarkan David (2006), pengumpulan data internal dilakukan dengan menganalisis lingkungan internal menggunakan pendekatan fungsional. Lingkungan internal dianalisis melalui identifikasi terhadap aspek manajemen, keuangan, produksi operasi, pemasaran, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen. Tujuan mengidentifikasi lingkungan internal adalah untuk menentukan faktor–faktor strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan Kelompok Tani Darma Bakti. Pengumpulan data eksternal dilakukan dengan menganalisis lingkungan eksternal yang dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri (kompetitif). Berdasarkan David (2006), lingkungan makro dianalisis dengan mengidentifikasi kekuatan ekonomi, sosial, budaya, demografi dan lingkungan, politik, pemerintah dan hukum, serta teknologi. Sedangkan lingkungan industri dianalisis dengan menggunakan Model Lima Kekuatan Porter yaitu potensi pengembangan produk substitusi, kemungkinan masuknya pesaing baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan persaingan antara perusahaan sejenis. Tujuan mengidentifikasi data eksternal adalah untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang menjadi peluang dan ancaman Kelompok Tani Darma Bakti.

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan pada perumusan alternatif strategi bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor- faktor strategis internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak dan efektif. Pada penelitian ini alat yang digunakan pada tahap pencocokan adalah matriks SWOT. Menurut David (2006), matriks SWOT terdiri dari komponen kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Dengan komponen yang dimiliki, matriks SWOT akan membantu mengembangkan empat tipe alternatif strategi yaitu: 1. Strategi S-O (Strength-Opportunity)

Strategi S-O memanfaatkan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang-peluang eksternal yang ada. 2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal yang ada.

3. Strategi S-T (Strength-Threat)

Strategi S-T menggunakan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman- ancaman eksternal yang ada.

4. Strategi W-T (Weakness-Threat)

Strategi W-T adalah taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki perusahaan serta menghindari ancaman-ancaman eksternal yang ada.

Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel yaitu empat sel faktor (S, W, O, dan T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu: 1) Membuat daftar faktor-faktor peluang eksternal perusahaan.

2) Membuat daftar faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan. 3) Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan.

4) Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.

5) Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-O.

6) Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang eksternal perusahaan yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-O.

7) Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan ancaman-ancaman eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi S-T.

8) Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal perusahaan dan ancaman- ancaman eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-T (David 2006).

Gambar 4 Matriks SWOT Sumber: David (2006) Tahap Perancangan Arsitektur Strategik

Berdasarkan pada Yoshida (2006), perumusan arsitektur strategik dilakukan dengan mempertimbangkan input – input berupa hasil identifikasi terhadap visi, misi dan tujuan, industry foresight, tantangan yang dihadapi dan sasaran yang ingin dicapai oleh Kelompok Tani Darma Bakti. Pada penelitian ini, arsitektur strategik diturunkan dari hasil matriks SWOT berupa strategi SO, WO, ST dan WT yang diperoleh sebelumnya dengan menggunakan input dari hasil analisis lingkungan internal dan ekstenal. Arsitektur strategik juga diperoleh dengan meninjau hasil analisis terhadap efektivitas kinerja. Dengan

mempertimbangkan input - input yang telah diperoleh, masing-masing alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT dikembangkan secara lebih rinci menjadi rekomendasi program-program kegiatan dengan rentang waktu tertentu.

Program-program yang dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan tersebut lebih mudah untuk dipahami dan diimplementasikan oleh organisasi khususnya kelompok tani. Rentang waktu pengimplementasian arsitektur strategik Kelompok Tani Darma Bakti ditetapkan selama enam tahun (2014-2020). Penetapan lamanya rentang waktu selama enam tahun berdasarkan keinginan dari ketua kelompok untuk mencapai sasaran kelompok pada tahun 2020. Selain itu diharapkan pada tahun tersebut kondisi lahan yang digunakan sudah kembali sehat dan tidak lagi mengandung unsur kimia. Tahapan perancangan arsitektur strategik pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kerangka perancangan arsitektur strategik Kelompok Tani Darma Bakti

Dokumen terkait