• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SECARA TEMATIK MELALUI METODE MUELLER DI KELAS I SD NEGERI 060808 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SECARA TEMATIK MELALUI METODE MUELLER DI KELAS I SD NEGERI 060808 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

SECARA TEMATIK MELALUI METODE MUELLER

DI KELAS 1 SD NEGERI 060808 MEDAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

TIURMAIDA SITUMEANG NIM. 8116182029

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

Tiurmaida Situmeang, 8116182029. Peningkatan Kemampuan Membaca

Permulaan Secara Tematik Melalui Metode Mueller Di Kelas 1 SD Negeri 060808 Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan secara tematik melalui metode Mueller di Kelas I SD Negeri 060808 Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan metode Mueller, penelitian dilaksanaan selama 2 siklus yang setiap siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan dengan waktu 2x35 menit. Subyek penelitian ini adalah lima puluh siswa kelas I. Pengumpulan data menggunakan tes kemampuan membaca permulaan dan observasi proses pembelajaran. Observasi dilakukan pada setiap tindakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa yang berkembang selama pembelajaran berlangsung. Analisis data dengan tehnik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pembelajaran pada siklus I secara proses maupun hasil menunjukkan peningkatan hasil belajar dengan rata-rata 13,47, 2) pembelajaran pada siklus II berdasarkan proses dan hasil pembelajaran menunjukkan peningkatan lebih yaitu 16,26. Secara klasikal tingkat ketuntasan siswa sebesar 70% meningkat menjadi 86%. Berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan bahwa metode Mueller dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan secara tematik siswa dan membuat pembelajaran siswa lebih menyenangkan.

(3)

ABSTRACT

Tiurmaida Situmeang, 8116182029. Improved Literacy Starters In Through

Thematic Mueller Method In Class 1 060808 SD Negeri Medan.

This study aims to improve the reading skills beginning thematically through Mueller method.

This research is a class act. The subjects of this study were fifty grade I. Data collection used is the ability to read the beginning of the test, observation learning process. Observations made on any action to obtain data on student activities that develop during the learning takes place. Data analysis was descriptive nature.

The results showed: 1) Learning in the first cycle in the process and the results showed improved learning outcomes with an average of 13,47, 2) in the second cycle based on learning processes and learning outcomes show an increase over the 16,26. In classical mastery level of 70% of students increased to 86%. Based on the findings it can be concluded that Mueller method can improve the ability of students to read the beginning of thematic learning and make students more enjoyable.

(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

SECARA TEMATIK MELALUI METODE MUELLER

DI KELAS 1 SD NEGERI 060808 MEDAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

TIURMAIDA SITUMEANG NIM. 8116182029

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(5)
(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Progran Studi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan tahun 2013 yang berjudul “Peningkatan Membaca Permulaan Secara Tematik Melalui

Metode Mueller Di Kelas I SD Negeri 060808 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan moral maupun material dari banyak pihak yang tidak disebutkan satu persatu. Tidak ada kata yang paling indah untuk diucapkan selain terimakasih yang sedalam dalamnya penulis haturkan kepada mereka yang telah meringankan beban dan membukakan pikiran selama penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT Yang Mha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan rahmat dan hidayahNya kepada mereka yang telah membantu penulis.

(9)

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, yang telah member kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S2).

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur PPs Universitas Negeri Medan, yang telah membantu dan memberikan izin penelitian dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Deny Setiawan, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar dan Ibu Dr. Anita Yus, M. Pd selaku sekretaris Progran Studi Pendidikan Dasar yang telah banyak memberikan masukan demi untuk perbaikan tesis ini.

4. Para Bapak/Ibu Dosen di Progran Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Hizrah Syahputra Harahap, S. Pd selaku Staf Administrasi Progran Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membantu penulis sejak dalam perkuliahan sampai pada penyelesaian tesis.

6. Ibu Kepala Sekolah Dasar Negeri 060808 Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas, beserta seluruh staf dan karyawan yang juga membantu penulis dalam melakukan penelitian untuk menyusun tesis ini.

(10)

8. Rasa haru dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Ibunda Rosmala Tarihoran dan anak-anak tersayang Dini Mawaddah Hasibuan, Rusman Habibi Hasibuan, Adrian Mufti Hasibuan, Hidayahtul Fitriah Hasibuan, Annisa Rahman Hasibuan yang telah memberikan do’a

dan dukungan yang tulus kepada saya selama masa pendidikan di Pasacasarjana Unimed sampai pada penulisan tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, terdapat kelemahan dan kekurangan oleh karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan tesis ini. Harapan penulis semoga tesis ini menjadi bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

2.1.4. Karakteristik Pembelajaran Tematik. ... 28

2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 33

2.1.6 Metode Mueller ... 34

2.1.7 Keunggulan dan kelemahan metode Mueller ... 42

2.2. Kerangka Konseptual ... 41

2.3. Hipotesis Tindakan ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Tempat dan Lokasi Penelitian ... 44

3.2 Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian ... 44

3.3 Jenis Penelitian ... 44

3.4 Rancangan Penelitian ... 46

3.5 Defenisi Operasional ... 48

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.7 Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 52

3.8 Analisis Data ... 57

(12)

BAB IV HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN ... 62

4.1Pelaksanaan dan Temuan Penelitian Pada Siklus I ... 62

4.1.1 Deskripsi data Pra Tindakan ... 62

4.1.2. Deskripsi Data Siklus I ... 65

4.1.3 Hasil Membaca Permulaan Siklus I ... 71

4.1.4 Observasi Siklus I ... 80

4.1.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Metode Mueller Siklus I ... 83

4.1.6 Hasil Dokumentasi Foto Siklus I ... 85

4.1.7 Hasil Refleksi I ... 86

4.2Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 88

4.2.1 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II ... 88

4.2.2. Hasil Membaca Permulaan Aspek Ketepatan Menyuarakan Tulisan ... 90

4.3 Observasi Siklus II ... 98

4.3.1 Observasi Proses Tindakan ... 98

4.3.2 Hasil Observasi Siklus II ... 101

4.3.3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Metode Mueller Siklus II ... 103

4.3.4 Dokumentasi Foto Siklus II ... 105

4.3.5 Hasil Refleksi Siklus I dan Siklus II... 105

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 106

4.4.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa ... 107

4.4.2 Hasil Pembelajaran Membaca Permulaan ... 109

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Proses Pembelajaran dengan Contextual Teaching

Learning (CTL) ... 35

Tabel 2.2. Proses Pembelajaran Metode Mueller yang Disesuaikan….. ... 36

Tabel 3.1. Instrumen Mengukur Kemampuan Membaca Permulaan ... 50

Tabel 3.2 Rubrik Membaca Permulaan ... 51

Tabel 3.3 Aktivitas Belajar Membaca Permulaan Secara Tematik Melalui Metode Mueller ... 54

Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Siswa Terhadap Pembelajaran ... 56

Tabel 3.5 Indikator Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran ... 56

Tabel 4.1. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Pratindakan ... 63

Tabel 4.2. Persentase Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Pada Siklus I 69 Tabel 4.3. Hasil Perolehan Aspek Ketepatan Menyuarakan Tulisan Siklus I 71

Tabel 4.4. Hasil Perolehan Aspek Kewajaran Lafal ... 73

Tabel 4.5. Hasil Perolehan Aspek Kewajaran Intonasi ... 74

Tabel 4.6. Hasil Perolehan Aspek Kelancaran ... 75

Tabel 4.7. Hasil Perolehan Aspek Kejelasan Suara ... 76

Tabel 4.8. Hasil Perolehan Aspek Pemahaman Isi Atau Makna Bacaan ... 78

Tabel 4.9. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Siklus I ... 79

Tabel 4.10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.11. Lembar Obsevari Keterlaksanaan Metode Mueller Dalam Membaca Permulaan Siklus I ... 84

Tabel 4.12. Perbandingan Skor Rata-rata Tes Prasiklus dan Tes Siklus I Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD. Negeri 060808 Medan ... 87

Tabel 4.13. Tingkat Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Siklus II ... 89

Tabel 4.14. Hasil Perolehan Aspek Ketepatan Menyuarakan Tulisan Siklus II 91 Tabel 4.15. Hasil Perolehan Aspek Kewajaran Lafal Siklus II ... 92

Tabel 4.16. Hasil Perolehan Aspek Kewajaran Intonasi SIklus II ... 93

Tabel 4.17. Hasil Perolehan Aspek Kelancaran Siklus II ... 94

Tabel 4.18. Hasil Perolehan Aspek Kejelasan Suara Siklus II ... 95

Tabel 4.19. Hasil Perolehan Aspek Pemahaman Isi Atau Makna Bacaan Siklus II 99 Tabel 4.20. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Siklus II ... 93

Tabel 4.21. Perbandingan Skor Rata-rata Tes Siklus I dan Tes Siklus II Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD. Negeri 060808 Medan ... 100

Tabel 4.22. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 103

Tabel 4.23. Lembar Obsevari Keterlaksanaan Metode Mueller Dalam Membaca Permulaan Siklus II ... 104

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembelajaran Terpadu Model Webbed ... 31 Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas 2 Silkus Model Elliot ... 45 Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Permulaan

Pra tindakan dari Setiap Aspek ... 65 Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Membaca Permulaan Siswa... 70 Gambar 4.3. Diagram Batang Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I

Dari Setiap Aspek ... 79 Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Skor Rata-rata Tes Pratindakan dan

Tes Siklus I Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD. Negeri 060808 Medan ... 88 Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Membaca Permulaan Siswa... 90 Gambar 4.6. Diagram Batang Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I

Dari Setiap Aspek ... 99 Gambar 4.8. Diagram Batang Perbandingan Skor Rata-rata Tes Siklus I dan Tes

Siklus II Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD.

Negeri 060808 Medan ... 101 Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Skor Rata-rata Tes Prasiklus, Tes

Siklus I, dan Siklus II Kemampuan Membaca Permulaan Siswa

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Kriteria Penilaian Membaca Permulaan ... 122

Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 123

Lampiran 3: Wacana Sederhana ... 130

Lampiran 4: Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 131

Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 132

Lampiran 6: LLeemmbbaarr AAkkttiivviittaass SSiisswwaa ((LLAASS)) ... 113377 L Laammppiirraann 77:: LLeemmbbaarr AAkkttiivviittaass SSiisswwaa ((LLAASS)) ... 113388 L Laammppiirraann 8:8: Lembar Observasi Keterlaksanaan Mueller dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus I... 139

Lampiran 9: Lembar Observasi Keterlaksanaan Mueller dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus II ... 140

Lampiran 10: Lembar observasi kegiatan siswa siklus I ... 141

Lampiran 11: Lembar observasi kegiatan siswa siklus II ... 142

Lampiran 12: Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Pratindakan ... 143

Lampiran 13: Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Siklus I ... 144

Lampiran 14: Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Siklus II ... 145

Lampiran 15: Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pratindakan ... 146

Lampiran 16: Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 147

Lampiran 17: Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 148

Lampiran 18: Foto Dokumentasi Siklus I ... 149

Lampiran 19: Foto Dokumentasi Siklus II ... 150

Lampiran 20: Instrumen Mengukur Kemampuan Membaca Permulaan ... 151

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai.Hal ini disebabkan dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dengan penggunaan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulis. Bahkan ketika mimpi pun manusia selalu menggunakan bahasa. Pendidikan bahasa merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi manusia.

Dalam kehidupan manusia terutama dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai peranan yang sangat penting. Karena membaca merupakan suatu alat komunikasi yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meraih kemajuan. Dengan jalan membaca kita dapat memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan. Apalagi dimasa sekarang ini sebagian besar informasi tersebut disampaikan dalam bentuk tulisan. Dengan kenyataan tersebut maka menuntut kita pada penguasaan ketrampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan aspek yang sangat penting terutama bagi orang yang sedang belajar. Karena dalam prosesnya kegiatan belajar itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca. Keberhasilan belajar itu sangat dipengaruhi oleh salah satunya ialah penguasaan keterampilan membaca. Membaca merupakan dasar pemahaman akan konsep-konsep ilmu pengetahuan yang termuat dalam suatu pembelajaran, sebab materi-materi maupun petunjuk tugas-tugas banyak disampaikan melalui tulisan.

(18)

2

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajarannya keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan dalam porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Bahan pembelajaran pemahaman diambil dari bahan mendengarkan, membaca, yang meliputi kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau dituliskan. Dengan demikian penguasaan keterampilan membaca perlu pembinaan serta upaya peningkatan. Adapun pembinaan diantaranya dilakukan melalui pendidikan dasar Dalam hal ini sekolah dasar merupakan pembinaan yang pertama untuk membekali anak didiknya dalam bidang penguasaan ketrampilan membaca yang bermanfaat bagi anak didik sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(19)

3

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mereka mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1990). Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.

Pembelajaran bahasa Indonesia memberi bekal kepada siswa terutama mengenai keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan membaca. Membaca merupakan keterampilan dasar bagi siswa. Karena untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan penting lainnya tergantung pada membaca. Dengan membaca siswa akan memperoleh informasi, ilmu, dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Melalui membaca, dapat diperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan.

(20)

4

lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa SD, keterampilan ini sangat berkaitan dengan seluruh proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Tanpa keterampilan membaca, anak-anak tidak dapat belajar dan memiliki sedikit kesempatan untuk berhasil di sekolah maupun di luar sekolah.

Setiap guru yang mengajar di kelas I pasti menginginkan anak didiknya mampu membaca dengan lancar. Dengan kemampuan membaca akan memudahkan siswa mempelajari mata pelajaran yang lain. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga sejak di SD siswa dibekali keterampilan membaca. Hal ini didukung oleh pendapat Akhadiah (Zuchdi dan Budiasih 1996/1997 : 49) yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca mempunyai peranan yang sangat penting, sebab melalui pembelajaran membaca guru dapat memilih wacana yang dapat memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesia, wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan dan sebagainya.

(21)

5

harus melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan agar kelas selalu dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan UU RI tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003 pasal 40 yang berbunyi : pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan diologis. (Depdiknas, 2003 : 39)

Sesuai dengan usia siswa kelas I yang suka bermain maka pelajaran membaca permulaan dibawa ke suasana permainan yang menyenangkan misalnya, membaca dengan menggunakan permainan bahasa, dengan harapan belajar sambil bermain dapat meningkatkan kemampuan siswa yang tidak lancar dalam membaca permulaan.

(22)

6

menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk

secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Sering guru yang mengajar membaca dan menulis permulaan pada kelas I Sekolah Dasar belum mempunyai strategi belajar mengajar secara efektif dan efisien. Seharusnya guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas I SD yang tentunya berbeda dengan kondisi siswa pada kelas yang lebih tinggi.

(23)

7

fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis; (b) siklus belajar anak selalu berulang. (c) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya; (d) minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya; (e) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu; (f) kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak; (g) bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kelas 1 SD; (h) kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak; (i) pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak; (j) proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru; dan (k) lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan.

(24)

8

dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara belajar, konsep belajar, dan pembelajaran bermakna. Dengan demikian pembelajaran pada kelas rendah sekolah dasar khususnya kelas I oleh beberapa ahli sebaiknya dilakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Fakta di lapangan menunjukkan, tidak semua guru pada kelas rendah sekolah dasar melaksanakan pembelajaran tematik, termasuk guru kelas 1 SD Negeri 060808 Medan dan salah satunya adalah kelas dimana peneliti merencanakan melaksanakan yakni kelas I . Pelaksanaan pembelajaran di kelas I SD N 060808 Medan, untuk setiap mata pelajaran masih dilakukan secara terpisah (parsial) dan menggunakan media papan tulis (belum menggunakan benda-benda di sekitar sebagai alat belajar). Pada semester ganjil tahun pembelajaran 2012/2013 didapatkan data hasil belajar 50 orang siswa kelas I SD Negeri 060808 Medan rata-rata nilai gabungan (IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia) = 61,88 dengan prosentase ketuntasan = 35,14 % , rata-rata nilai IPA = 60,57 dengan prosentase ketuntasan = 35,14 % (nilai KKM = 65), rata-rata nilai Matematika = 64,24 dengan prosentase ketuntasan = 86,49 % (nilai KKM = 60), dan rata-rata nilai Bahasa Indonesia = 60,84 dengan prosentase ketuntasan = 35,14 % (KKM = 65). Hasil belajar baru mencakup aspek kognitif dan belum menyentuh aspek psikomotor maupun aspek afektif seperti, kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran di kelas.

(25)

9

Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar Lerner (dalam Abdulrahman, 2003: 200). Capaian kemampuan membaca siswa kelas I SD 060808 , belum berhasil secara maksimal. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dinilai gagal. Salah satu faktor yang dimaksud adalah metode yang digunakan pada pembelajaran membaca masih belum sesuai.

Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan secara tematik siswa kelas 1 SD Negeri 060808 Medan dan tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar maka metode yang diterapkan adalah metode Mueller.

1.2Identifikasi Masalah

(26)

10

(2) Guru belum terbiasa mempergunakan berbagai sumber belajar, (3) kurang memiliki keterampilan membaca, (4) metode yang digunakan dalam membaca permulaan belum sesuai.

1.3Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah tentang kemampuan membaca permulaan dengan pembelajaran tematik pada kelas 1 di SD Negeri 060808 Medan dengan metode Mueller, maka pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut: penyusunan rencana pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam membaca permulaan secara tematik melalui metode Mueller pada standar kompetensi yang sudah ditentukan dalam pembelajaran yaitu aspek membaca. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak. Pengukuran hasil belajar dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil belajar.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan

pembelajaran tematik melalui metode Mueller di kelas 1 SD Negeri 060808 Medan?”

1.5 Tujuan Penelitian

(27)

11

melakukan perbaikan perilaku belajar secara aktif dan kontekstual dalam pembelajaran.

1.6Manfaat Penelitian

(28)

114

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian ini didasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemamampuan membaca permulaan secara tematik melalui metode Mueller meningkat dengan sangat baik. Hal ini dikuatkan oleh hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan II yang mengalami peningkatan dengan sangat memuaskan dengan metode Mueller.

Dengan menggunakan metode Mueller dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan respon siswa dalam proses membaca permulaan secara tematik. Hal ini diketahui dari skor rata-rata kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus I adalah 13,47 meningkat menjadi 16,26 pada siklus II. Secara klasikal, tingkat ketuntasan kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus I sebanyak 35 orang siswa (70%) meningkat menjadi 43 orang siswa (86%) dari 50 orang siswa yang mengikuti tes.

Penerapan metode Mueller dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini diketahui dari setiap aspek penilaian proses pembelajaran dengan skor rata-rata 16,26 sampai pada siklus II. Pembelajaran membaca permulaan dengan metode Mueller sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga memberikan motivasi dalam membaca.

(29)

115

5.2 Implikasi

Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Secara tematik Melalui Metode Mueller Di Kelas I SD Negeri 060808

Medan” yang dilakukan sebanyak dua siklus sapat meningkatkan proses

pembelajaran membaca permulaan. Mengacu pada simpulan tersebut, maka metode pembelajaran diharapkan dapat diterapkan di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran membaca permulaan secara tematik.

Dengan penerapan metode Mueller guru perlu mempersiapkan benda-benda yang biasa ada di sekitar kita yang juga dapat dibawa oleh siswa sebagai bahan belajar. Selain dapat digunakan meningkatkan kemampuan membaca permulaan juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta motivasi semangat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu guru hendaknya harus kreatif dan aktif dalam menerapkan metode pembelajaran metode Mueller, sehingga dapat menumbuhkan rasa senang kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran agar siswa tidak jenuh.

Diharapkan pada kepala sekolah dan beberapa lembaga yang berwenang untuk pengembangan penerapan metode Mueller, perlu dilakukan pembinaan atau pelatihan bagi guru agar penerapannya diterapkan dengan baik.

5.3 Saran

Penelitian ini digunakan sebagai alternative pembelajaran membaca permulaan dan mengatasi kesulitan membaca di kelas I SD. Setelah penelitian dilaksanakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

(30)

116

dapat membuat anak lebih senang dalam belajar. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan membaca permulaan dapat menggunakan metode Mueller sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang efektif.

2. Bagi sekolah, dengan dijadikannya sekolah ini sebagai objek penelitian diharapkan kiranya guru-guru yang mengajar di kelas awal dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Mueller khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca.

4. Bagi guru yang akan menerapkan metode Mueller ini di kelas, harus melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Diantaranya merancang rencana pembelajaran dengan pengelolaan waktu yang efektif pada setiap pertemuan pembelajaran dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk mendukung suksesnya pembelajaran.

(31)

DAFTAR RUJUKAN

Abbas, 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Adler, Mortimer J. 2007. How to Read a Book. Jakarta: PT. Indonesia Publishing. Akbar dan Sutama, 2006 Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk

Kelas 1 dan Kelas 2 Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Anwar, Khairil. 1997. Pelaksanaan Latihan Membaca Permulaan di Sekolah Dasar Negeri Kotamdya Banjarmasin. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rienika Cipta

Dasna, I Wayan. 2007. Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Ilmiah. Malang: BPSG.

Depdikbud, 1991/1992. Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, 2006. Model Penilaian Kelas KTSP SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas, 2006. Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) : SD kelas I – IV. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Eko Jaya.

Ehri, Linea, C, 1987. Learning To Read and Spell Words, Journal Of Reading Behaviour. XIX, 6-28

Forgarty, R. 1991. How to integrate The Curriculla.IIIinois: IRI/Skylight Publishing, Inc

Goodchild, Rachel. 2004. The Joy of Reading. Jakarata: PT Elex Media Komputindo.

(32)

Heriantoko, 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Permainan Mase Pada Anak Tuna Grahita Ringan Kelas II SLB/C TPA Jember.

Hurlock, 1978. Perkembangan Anak: Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Imandala, Lim, 2009. Remedial Membaca dengan Metode Fernade Bagi Anak Deklesia: Jurnal.

Karli Hilda, Pembelajaran Tematik dan Pembelajaran Fragmented di Sekolah Dasar. Jurnal Penabur Pendidikan, 13. 71-79.

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) da Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kusnawanto, Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD dengan Metode Mueller

Kwartolo, 2007. Mengimplementasikan KTSP dengan Pembelajaran Partisipatif dan Tematik Menuju Sukacita dalam Belajar (Joy in Learning), Jurnal Pendidikan Penabur – 9, 66-80

Maryati, 2012. Pemanfaatan Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Kelas I MI Nurul Islam Pontianak Barat. Artikel Penelitian Universitas Tanjung Pura. Pontianak.

Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mueller, Stephanie. 2006. Panduan Belajar Membaca Jilid 1 dengan Benda-benda di Sekitar Kita untuk Anak usia 3-8 Tahun. Jakarta: Erlangga for Kids.

Mueller, Stephanie. 2006. Panduan Belajar Membaca Jilid 2 dengan Benda-benda di Sekitar Kita untuk Anak usia 3-8 Tahun. Jakarta: Erlangga for Kids.

Muslicj and Suyono, 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio-Visual Untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian Kependidikan.

Nurgiantoro, Burhan 2011. Penilaian Otentik dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

(33)

Pattiha, Hawa. 2006. Penerapan strategi Think-Pair-Share dalam Meningkatkan Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan pada Siswa Kelas II SDN Sumbesari II Malang. Thesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Poespoprodjo dan Gilarso, 1985 Respository upi edu/operator/upload/s kom 060898 chapter 2.

Pressley, M, 2001. Effective Beginning Reading Instruction. Executive Summary and Paper Commissioned by The National Reading Conference Chicago, IL: National Reading Confreance.

Pusat Kurikulum, 2006. Panduan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Setiamihardja, 2009. Pendekatan Tematik di Kelas I Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar. 11, 42-46

Seva Andini Kusnawanto, Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD dengan Metode Mueller. .

Slamet, St. Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Slavin Robert, E, 2009. Efective Beginning Reading Program: E Best-Evidence Syn Thesis. Johns Hopkins University and University of York. 1-60

Soedarso, 2001. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Solin, Mutsyuhito 2010. Membaca dan Menulis Permulaan Dalam Persfektif Kberaksaraan. Jurnal Tematik Prodi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana Unimed: Medan.

Sriwilujeng, Diah dkk. 2007. Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik untuk SD kelas 1 semester 2. Malang: esis.

Sulistyarini, Dian. 2007. Peningkatan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan dengan Menggunakan Media Kotak Ajaib sebagai Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan) pada Siswa Kelas I SD Negeri Jatra Timur Banyuates Sampang. Skiripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

(34)

Sukartiningsih, 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas I Sekolah Dasar Melalu Media Kata Bergambar. Jurnal.

Suryadi, 2009. Model Pembelajaran Pengembangan Minat Baca Tulis Anak Prasekolah. Jurnal Tematik Prodi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana Unimed: Medan.

Syafi’ie, 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato

Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia Pada Pakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Malang.

Tarigan, 2010. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 2003. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Vacca, Jo Anne. 1991. Reading and Learning to Read. New York: Harper Collins Publisher.

Wardani, I GAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca Strategi Pengantar dan Tekniknya. Depdikbud.

Gambar

Tabel 4.25. Perbandingan Skor Rata-rata Tes Pratindakan,  Tes Siklus I, dan Tes Siklus II Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD
Gambar 2.1. Pembelajaran Terpadu Model Webbed .........................................

Referensi

Dokumen terkait

Tower telekomunikasi baik untuk pemancar Gelombang Micro Digital ( GMD ) maupun untuk BTS (Base Transceiver System) pemancar HP, Untuk GMD biasanya memancarkan

Risk factors that affecting VAP incidence in GICU RSMH Palembang are APACHE II score, duration of antibiotic, duration of ventilator and re-intubation..

Pada proses ini dilakukan pembacaan sumber data dari tabel transaksi di database penduduk yang kemudian di lookup dengan beberapa tabel dimensi,yaitu tabel

Untuk memperoleh data yang lebih mendalam dilakukan wawancara (In-depht interview) dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonmi di

Organisasi dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu organisasi manufaktur dan jasa, masing-masing memiliki tantangan unik pada fungsi operasinya. Terdapat

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala Berkat dan Kasih Karunia yang dilimpahkan-Nya, selama penulis menjalani kuliah sampai dengan menyelesaikan penulisan

Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pernyataan sebelum memilih salah satu dari 4 (empat) alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda.. Jawablah dengan

Dari latar belakang masalah diatas maka secara umum dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ” Seberapa Besar Pengaruh Kepemilikan Media Televisi Oleh Tokoh