• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Ekonomi terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi pada Pengunjung di Apotek "X" Kota Pangkalpinang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Ekonomi terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi pada Pengunjung di Apotek "X" Kota Pangkalpinang."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI

PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

Aditya Yanuardi, 1210224

Pembimbing I: Cindra Paskaria, dr., MKM. Pembimbing II: Rosnaeni, Dra., Apt.

Swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat sendiri untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Sebanyak 66% orang sakit di Indonesia melakukan swamedikasi untuk menyembuhkan keluhan ringan, meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan dan mengatasi gejala penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan. Pada provinsi Bangka Belitung, persentase penyimpanan obat (obat keras, obat bebas, obat tradisional, antibiotik, dan obat-obat yang tidak teridentifikasi) sekitar 46,0%. Menurut WHO 50% obat-obatan diresepkan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien.

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan, status ekonomi, rasionalitas, dan hubungan tingkat pengetahuan dan status ekonomi terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung di apotek X Kota Pangkalpinang.

Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode incidental sampling dan diperoleh 106 responden.

Hasil penelitian untuk tingkat pengetahuan 40,6%, status ekonomi 65,1%, rasionalitas 83,0%. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap rasionalitas dengan p-value adalah 0,046, nilai Odds Ratio 3,48, sedangkan hubungan status ekonomi terhadap rasionalitas tidak signifikan.

Simpulan tingkat pengetahuan sedang, status ekonomi baik, rasionalitas kurang, terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap rasionalitas, sedangkan status ekonomi terhadap rasionalitas tidak memiliki hubungan.

(2)

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE AND ECONOMIC STATUS TOWARD RATIONALITY IN THE PRACTICE OF SELF-MEDICATION IN CONSUMER IN PHARMACY X PANGKALPINANG

Aditya Yanuardi, 1210224

1st Tutor : Cindra Paskaria, dr., MKM. 2nd Tutor : Rosnaeni, Dra., Apt.

Self-medication is a behaviour in which an individual self-administer a medicine to treat symptoms or illness. Approximately 66% patients in Indonesia practise this to aid their symptoms, increase the affordability of access to treatment, and aid disease’s symptoms before seeking help from paramedics. In the province of Bangka Belitung, the percentage of medicine storage is nearly 46%. WHO, in regard to the rational use of medicine, states that 50% of medicine in the world is incorrectly, ineffectively, inefficiently given to patients.

This analtical, cross sectional study aimed at figuring out the level of knowledge, economical status, rationality and the correlation between level of knowledge and economic status to rationality in the practice of self-medication in consumer in pharmacy X Pangkalpinang.

This study used questionnaire and by using incidental sampling method, 106 respondents were available for this study.

The results of the study showed the level of knowledge 40,6%, economical status 65,1%, rationality 83%. It found the correlation between level of knowledge and rationality with p value of 0,046, Odds Ratio of 3,48 and no significant correlation between economic status and rationality.

This concludes that people have moderate level of knowledge, good level of economic status, low level of rationality and there is a correlation between level of knowledge and rationality. However, there is no significant correlation between economic status and rationality.

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Indentifikasi Masalah ... 4

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 5

1.4.1 Manfaat Akademis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 5

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 5

1.5.2 Hipotesis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengetahuan ... 7

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 7

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 8

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan ... 9

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan ... 10

(4)

2.2.1 Definisi Swamedikasi ... 12

2.2.2 Perhatian Dalam Pelaksanaan Swamedikasi ... 14

2.2.3 Golongan Obat Yang Dapat Digunakan Dalam Swamedikasi ... 16

2.3Status Ekonomi ... 17

2.3.1 Definisi Status Ekonomi ... 17

2.3.2 Tingkat Ekonomi ... 18

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Status Ekonomi ... 19

2.4Penggunaan Obat Yang Rasional Dan Tidak Rasional ... 20

2.4.1 Penggunaan Obat Yang Rasional ... 20

2.4.2 Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional ... 24

2.5Informasi Umum Obat ... 26

2.5.1 Penggolongan Obat ... 26

2.5.2 Obat Wajib Apotek ... 27

2.5.3 Informasi Kemasan, Etiket, dan Brosur ... 28

2.5.4 Tanda Peringatan ... 29

2.5.5 Cara Pemilihan Obat ... 29

2.5.6 Cara Penggunaan Obat ... 30

2.5.7 Efek Samping ... 30

2.6Kota Pangkalpinang ... 31

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1Bahan-Alat Penelitian ... 33

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.3Prosedur Penelitian ... 33

3.4Rancangan Penelitian ... 34

3.4.1 Jenis Penelitian ... 34

3.4.2 Desain Penelitian ... 34

3.4.3 Definisi Operasional ... 34

3.5Prosedur Pengampilan Sampel... 37

(5)

3.5.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 38

3.6Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6.1 Sumber ... 39

3.6.2 Pengumpulan Data ... 39

3.7Pengolahan dan Analisis Data ... 39

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

3.7.2 Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Data Sosiodemografi ... 42

4.2Tingkat Pengetahuan ... 44

4.3Distribusi Status Ekonomi ... 51

4.4Rasionalitas ... 51

4.5Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi ... 59

4.6Hubungan Status Ekonomi Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 63

5.2Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 70

(6)
[image:6.595.110.508.190.727.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1Distribusi Jenis Kelamin, Usia, dan Pekerjaan Responden ... 42 4.2Distribusi Pendidikan Responden ... 43 4.3Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Menurut

Saudara/I/Bapak/Ibu,Benarkah Arti Kata Swamedikasi Adalah Suatu Cara Mengobati Penyakit Dengan Menggunakan Obat Yang Dibeli Tanpa Resep Dokter” ... 44 4.4Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah Obat-Obat

Yang Memiliki Tanda Lingkaran Warna Hijau Atau Biru Pada Kemasannya Adalah Obat-Obat Yang Boleh Dibeli Tanpa Resep Dokter” ... 44 4.5Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah Jenis Obat

Batuk Yang Diminum Untuk Mengobati Batuk Kering Sama Dengan Obat Batuk Untuk Mengobati Batuk Berdahak” ... 45 4.6Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah Oralit Adalah

Obat Yang Paling Dianjurkan Untuk Diminum Ketika Mengalami Diare” ... 45 4.7Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah Parasetamol

Adalah Obat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengobati Demam Dan Juga Sakit Kepala” ... 46 4.8Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Jika Parasetamol

Diminum Sebagai Obat Demam Tanpa Resep Dokter, Apakah Obat Boleh Diminum Hingga Lebih Dari 2 Hari” ... 47 4.9Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah Obat-Obat

(7)

4.10 Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Jika Dosis Obat Adalah 3x Sehari, Apakah Berarti Obat Seharusnya Diminum Setiap 8 Jam” ... 48 4.11 Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah Indikasi

Yang Ada Di Kemasan Obat Berisi Keterangan Tentang Penyakit Yang Dapat Diobati Dengan Obat Tersebut” ... 49 4.12 Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Jika Menyimpan

Obat Di Rumah, Apakah Setiap Obat Harus Disimpan Di Dalam Kemasan Aslinya” ... 50 4.13 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Penggunaan

Obat Swamedikasi ... 50 4.14 Distribusi Status Ekonomi ... 51 4.15 Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Pada Responden ... 51 4.16 Distribusi Indikator Ketidaktepatan Pada Kriteria Ketepatan

Pemilihan Obat ... 51 4.17 Distribusi Responden Tentang Ketepatan Dosis Obat ... 53 4.18 Distribusi Indikator Ketidaktepatan Pada Kriteria Ketepatan Dosis

Obat ... 54 4.19 Distribusi Terjadinya Efek Samping Obat Pada Responden ... 55 4.20 Distribusi Data Efek Samping Obat Yang Paling Banyak Terjadi ... 55 4.21 Distribusi Adanya Kontra Indikasi Terhadap Obat Yang Digunakan

Oleh Responden ... 56 4.22 Distribusi Adanya Interaksi Obat Yang Digunakan Oleh Responden .... 57 4.23 Distribusi Polifarmasi Pada Responden ... 58 4.24 Distribusi Rasionalitas Responden Mengenai Penggunaan Obat

Swamedikasi ... 58 4.25 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Rasionalitas Penggunaan

Obat Swamedikasi Dengan Uji Chi-Square... 59 4.26 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Rasionalitas Penggunaan

(8)
(9)
[image:9.595.125.501.211.587.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1Tanda Golongan Obat ... 27 2.2Tanda Peringatan Pada Kemasan Obat ... 29 2.3Peta Tematik Kota Pangkalpinang ... 33 4.1Distribusi Jenis Obat Berdasarkan Subkelas Farmakologi Pada Indeks

Klasifikasi MIMS Yang Digunakan Responden ... 52 4.2Distribusi Frekuensi Keluhan Penyakit Yang Paling Banyak Dialami

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Hasil uji Chi-Square Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan

Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pada Pengunjung

Di Apotek X Kota Pangkalpinang ... 70

2. Hasil uji Regresi Logistik Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pada Pengunjung Di Apotek X Kota Pangkalpinang ... 72

3. Hasil uji Chi-Square Penelitian Hubungan Status Ekonomi Terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pada Pengunjung Di Apotek X Kota Pangkalpinang ... 75

4. Kuesioner Penelitian ... 77

5. Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 80

6. Surat Persetujuan Penelitian Yang Telah Disetujui Responden ... 81

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hal kelangsungan hidup. Dalam hal ini, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2009).

Setiap individu tentunya pernah mengalami suatu perubahan perilaku sewaktu-waktu. Dalam hal ini, perubahan perilaku yang diutamakan adalah perubahan perilaku sehat menjadi perilaku sakit. Perubahan perilaku tersebut didasari oleh adanya penurunan dari kekuatan-kekuatan penahan, hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut (Notoatmodjo, 2014). Keadaan sakit (illness) belum tentu sama dengan penyakit (disease), tetapi selalu mempuyai relevansi psikososial. Sakit berkaitan dengan penilaian seseorang terhadap kondisi tubuhnya, tetapi penyakit berkaitan dengan gangguan pada organ tubuh berdasarkan diagnosis medis (Supardi, Jamal, & Herman, 2000). Akibat dari perubahan perilaku sehat menjadi perilaku sakit. Individu akan berupaya untuk mencari penyembuhan atau pengobatan sendiri, sesuai dengan pengetahuan, keyakinan atau kepercayaannya. Swamedikasi dapat diartikan sebagai pengobatan sendiri atau self-medication, merupakan pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit (Badan POM RI, 2014). Swamedikasi menjadi alternatif yang banyak dipilih masyarakat untuk meredakan atau menyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan dan mengatasi gejala penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan (Kartajaya, 2011).

(12)

informasi, termasuk didalamnya informasi mengenai kesehatan, masyarakat akan lebih mudah dan terbuka dalam pengobatan, termasuk pengobatan alternatif. Masyarakat jadi lebih berani dalam mengambil keputusan untuk melakukan swamedikasi (Kartajaya, 2011).

Pada penelitian di delapan negara menunjukkan bahwa iklan di televisi dan iklan obat bebas memiliki pengaruh yang tinggi terhadap swamedikasi. Dari hasil yang ditemukan, Inggris Raya merupakan negara dengan swamedikasi tertinggi yaitu 54%. Sedangkan negara dengan tingkat swamedikasi terendah adalah Spanyol yaitu 26% (WSMI, 2015).

Pada penelitian lainnya, konsumen di sepuluh Negara menunjukkan hasil persentase swamedikasi di Afrika Selatan dan Amerika Serikat memiliki persentase tertinggi dengan masing-masing hasil, yaitu 37% dan 33%. Sedangkan persentase terendah adalah Italia yaitu 20% (WSMI, 2015).

Berdasarkan hasil susenas tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan ke dokter (34%). Walaupun demikian, persentase swamedikasi di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat swamedikasi di Amerika Serikat yang mencapai 73% (Kartajaya, 2011).

(13)

Apotek dan toko obat atau warung merupakan sumber utama mendapatkan obat rumah tangga dengan proporsi masing-masing 41,1% dan 37,2%. Kemudahan dalam penggunaan obat juga didukung adanya peningkatan jumlah apotek dan toko obat di Indonesia dan terjadi suatu perkembangan baru dalam pelayanan penjualan obat melalui apotek. Kini apotek tidak hanya mau melakukan pengiriman obat ke rumah, tapi juga buka 24 jam, hingga melayani pemesanan melalui internet (Kartajaya, 2011). Kemudahan ini semacam memiliki kontribusi dalam swamedikasi. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang memperoleh obat di toko obat atau warung lebih tinggi di pedesaan. Sebanyak 23,4% rumah tangga memperoleh obat langsung dari tenaga kesehatan (nakes). Semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan, cenderung semakin rendah memperoleh obat dari sumber nakes (Kemenkes RI, 2013).

Pada provinsi Bangka Belitung, penyimpanan obat sekitar 46,0% oleh penduduk, dengan rerata jumlah jenis obat yang disimpan adalah 2,9. Sedangkan, proporsi rumah tangga yang menyimpan obat keras adalah 84,0% (Kemenkes RI, 2013).

Dalam penggunaan obat rasional, WHO mengatakan lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien (WHO, 2002). Penggunaan yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan atau kurang dan kesalahan dalam penggunaan obat resep ataupun tanpa resep. Masalah-masalah yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain polifarmasi, penggunaan yang berlebihan dari anitbiotika dan injeksi, kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan panduan klinis, serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (WHO, 2002).

(14)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mengenai penggunaan obat

swamedikasi pada pengunjung apotek X kota Pangkalpinang.

2. Bagaimana gambaran status ekonomi pengunjung apotek X kota Pangkalpinang.

3. Bagaimana gambaran rasionalitas mengenai penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung apotek X kota Pangkalpinang.

4. Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung apotek X kota Pangkalpinang.

5. Apakah terdapat hubungan status ekonomi terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung apotek X kota Pangkalpinang.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mengenai penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung apotek X.

2. Untuk mengetahui gambaran status ekonomi pengunjung apotek X.

3. Untuk mengetahui gambaran rasionalitas mengenai penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung apotek X.

4. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi pada pengunjung apotek X.

[image:14.595.117.515.158.705.2]
(15)

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat akademis

Manfaat akademis dari karya tulis ini adalah memberikan gambaran tingkat pengetahuan, status ekonomi dan rasionalitas, serta hubungan tingkat pengetahuan dan status ekonomi terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi.

1.4.2 Manfaat praktis

Bagi tenaga kesehatan, hasil karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, mutu kerja, dan ketelitian dalam pemberian obat swamedikasi untuk masyarakat, sehingga masyarakat dapat menggunakan obat secara baik dan rasional.

Sebagai pengetahuan tambahan pada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan rasionalitasnya dalam penggunaan obat swamedikasi.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka pemikiran

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah pemilihan dan penggunaan obat sendiri oleh individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998). Dalam hal ini, swamedikasi juga dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter.

(16)

obat, manajemen penyakit akut, kronik, dan berulang dan rehabilitasi, faktor lingkungan dan kesehatan masyarakat, demografi dan epidemiologi, reformasi sektor kesehatan, serta ketersediaan produk baru (WHO, 1998).

Menurut WHO, pengobatan sendiri yang bertanggung jawab dapat mencegah dan mengobati gejala dan penyakit ringan yang tidak memerlukan konsultasi medis, khususnya bagi segi ekonomi dan sumber daya yang terbatas (WHO, 1998). Setelah itu dapat meningkatkan kemampuan dalam menjaga kesehatan pada populasi yang tinggal di daerah terpencil dimana akses untuk menghubungi tenaga medis sangat sulit (WSMI, 2015).

Sebaliknya, pengobatan sendiri yang tidak bertanggung jawab akan memberikan risiko terhadap kesalahan diagnosis, keterlambatan dalam pelayanan medis, bahaya interaksi obat, salah dosis obat, salah terapi, dan penyalahgunaan obat (UNLP, 2010).

Jika swamedikasi atau pengobatan sendiri tidak tepat dalam penggunaanya, berarti pengguna obat tersebut dapat dikatakan sebagai pengguna obat yang tidak rasional. Penggunaan obat rasional adalah apabila pasien swamedikasi menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang adekuat dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Bahaudin, 2009).

1.5.2Hipotesis

Berikut ini hipotesis untuk mencari hubungan tingkat pengetahuan dan status ekonomi terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi.

1. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan pengunjung apotek X kota Pangkalpinang terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi.

(17)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan pengunjung apotek X mengenai penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 40,6%. 2. Status ekonomi pengunjung apotek X mengenai penggunaan obat

swamedikasi dalam kategori baik dengan persentase sebesar 65,1%.

3. Rasionalitas penggunaan obat swamedikasi pengunjung apotek X termasuk kedalam kategori kurang dengan persentase sebesar 83,0%. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap

rasionalitas penggunaan obat swamedikasi.

5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi.

5.2Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih banyak, dari lokasi peneletian yang lebih luas, dan dalam jangka waktu yang lebih lama.

2. Perlu diberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi, terutama obat bebas, obat bebas terbatas, atau obat tanpa resep dokter.

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Atmoko, W., & Kurniawati, I. (2009). Swamedikasi: Sebuah respon realistik

perilaku konsumen di masa krisis (Vols. 2, 3). Bisnis dan Kewirausahaan.

Badan POM RI. (2014). Menuju Swamedikasi yang Aman. InfoPOM , XV , 3 - 5. (D. M. Hadiyani, I. S. Widiyaningrum, & A. S. Wibiayu, Eds.) Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: InfoPOM.

Badan POM RI. (2014). Cermat Membaca Penandaan / Label Pada Kemasan

Obat. Jakarta: Badan POM RI.

Bahaudin, N. (2009). Retrieved Januari 19, 2015, from www2.pom.go.id/public/berita_aktual/data/makalah/implementasi.ppt BPS Kota Pangkalpinang. (2014). Statistik Daerah Kota Pangkalpinang 2014.

Pangkalpinang: Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang.

Camilleri, M., & Murray, J. A. (2012). Diarrhea and Constipation. In Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, & Loscalzo, Harrison's PRINCIPLES OF

INTERNAL MEDICINE (18th Edition ed., Vol. 1, p. 308). USA:

McGraw-Hill.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 3-14.

Depkes RI. (2008). Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan , 0. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . (2009). Profil Kesehatan Indonesia

2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia .

Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional. (2007). Pedoman Pengobatan Dasar

di Puskesmas 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dunia Baca. (2011). Retrieved Oktober 1, 2015, from http://duniabaca.com:

http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.html

(20)

Erabaru (Epoch Times Indonesia). (2015). Epoch Times Erabaru. Retrieved Januari 13, 2016, from WHO Mengeluarkan Kriteria Baru Kelompok usia: http://erabaru.net/2015/08/19/who-mengeluarkan-kriteria-baru-kelompok-usia/#

Friedman. (2004). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

GlaxoSmithKline. (2013). Panadol Extra With Optizorb Formulation. Auckland: GlaxoSmithKline.

Gonen, J. (2015). Effects of Coffee and/or Caffeine on the Gastrointestinal Tract. Calgary: GAIA Naturaphatic Clinic.

Hanson, G. R., Venturelli, P. J., & Fleckenstein, A. E. (2011). Drugs and Society. USA: Jones & Bartlett Publishers.

Harris Interactive. (2002). Attitudes and Beliefs About the Use of

Over-the-Counter Medicines: A Dose of Reality. America: Harris Interactive.

Humas Pemkot Pangkalpinang. (2015). Retrieved November 12, 2015, from Pemerintah Kota Pangkalpinang: http://www.humaspemkot-pangkalpinang.web.id/

Holford, N. H. (2012). Farmakokinetika & Farmakodinamika: Dosis Rasional & Waktu Kerja Obat. In B. G. Katzung, S. B. Masters, & A. J. Trevor,

Farmakologi Dasar & Klinik (12 ed., Vol. 1, pp. 42-46). Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

IAI. (2014). ISO Indonesia. 176. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Kartajaya, H. (2011). Self-Medication: Who benefits and who is at loss?

Markplusinsight , 2-9.

Kaushal, J., Gupta, M. C., Jindal, P., & Verma, S. (2012). Self-medication

patterns and drug use behavior in housewives belonging to the middle income group in a city in Nothern India. India: Indian Journal of

Community Medicine.

Kartono. (2006). Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN.

Kemenkes RI. (1993). Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta: Menteri Kesehatan.

(21)

Kesehatan Dasar (pp. 72-82). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2009). UU RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Retrieved 9 10, 2015, from www.hukumonline.com.

Kemendikbud. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Kemenkes RI. (2011). Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Lefterova, A., & Getov, I. (2004). Study on consumer's preferences and habits for

over-the-counter analgesics use. Cent Eur J Publ Health.

Lemeshow, S., Hosmer Jr, D. W., Klar, J., & Lwanga, S. K. (1990). Adequacy of

Sample Size in Health Studies. New York: World Health Organization.

MIMS. (2013). MIMS Edisi Bahasa Indonesia. In MIMS Edisi Bahasa Indonesia (pp. 1, 155). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

NERACA. (2013). Penjualan Obat OTC Meningkat 10%. Retrieved 12 6, 2015,

from Harian Ekonomi NERACA:

http://www.neraca.co.id/article/35813/penjualan-obat-otc-meningkat-10-industri-farmasi

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat: Prinsip-prinsip dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Pengetahuan dan Penelitian dan Metode Ilmu Pengetahuan. In Metodologi Penelitian Kesehatan (pp. 1-18). Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Konsep Perilaku Kesehatan dan Perubahan Perilaku. In

Ilmu Perilaku Kesehatan (II ed., pp. 25, 88). Jakarta: Rineka Cipta.

Peta Tematik. (2015). Administrasi Kota Pangkalpinang. Retrieved Oktober 10,

2015, from Design Map :

https://petatematikindo.wordpress.com/2015/01/17/administrasi-kota-pangkal-pinang/

(22)

Poltekes Kemenkes Surabaya. (2012). Modul Ajar Statistika Untuk Mahasiswa

Diploma IV Bidan. (S. W. Nugroho, Ed.) Surabaya: FORIKES.

Raini, M., Gitawati, R., & Rooslamiati, I. (2015). Kerasionalan Penggunaan Obat Diare yang Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia. Jurnal Kefarmasian

Indonesia , 5, 49-56.

Ramay, B. M., Lambour, P., & Ceron, A. (2015). Comparing antibiotic self-medication in two sosio-economic groups in Guatemala City: a descriptive cross-sectional study. BMC Pharmacology & Toxicology , 4.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Supardi, S., Jamal, S., & Herman, M. (2000). Peran Warung Dalam Penyediaan

Obat dan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri di Kecamatan Tanjungbintang, Lampung Selatan . Buletin Penelitian Kesehatan.

Supardi, S., & Notosiswoyo, M. (2005). Pengobatan sendiri sakit kepala, demam,

batuk, dan pilek pada masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu

Kefarmasian.

Supardi, s., & Notosiswoyo, M. (2006). Pengaruh penyuluhan obat menggunakan

leaflet terhadap perilaku pengobatan sendiri di tiga kelurahan Kota Bogor.

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan .

UNLP. (2010). (National University of La Plata) Retrieved Januari 17, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20615179

WHO. (1988). Education forhealth, a manual on health education in primary

health care. Geneva: World Health Organization.

WHO. (1998). The Role of The Pharmacist In Self-Care And Self-Medication.

Role of The Pharmacist In The Healt Care System , 3.

WHO. (2002). Promoting Rational Use of Medicines: Core Components. WHO

Policy Perspectives on Medicines , 1.

WHO. (2010). The Role Of The Pharmacist In Self-Care And Self-Medication. 1-11.

(23)

Wilmana, P. F., & Gan, S. (2012). Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. In Farmakologi

dan Terapi (5 ed., pp. 230-240). Jakarta: FKUI.

WSMI. (2014). About Self Care and Self Medication: What Is Self Medication. Retrieved Oktober 5, 2015, from World Self-Medication: http://www.wsmi.org/about-self-care-and-self-medication/what-is-self-medication/

WSMI. (2015). Responsible Self-Care and Self-Medication: A Worldwide Review

of Consumer Surveys. Retrieved Januari 14, 2015, from World

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
gambaran rasionalitas

Referensi

Dokumen terkait

Plot sebuah histogram dari tinggi gelombang dengan menggunakan interval 1 meter

Menghitung-hitung diri saat menjelang datangnya ramadhan menjadi sangat penting, sehingga setiap muslim akan mempunyai azam yang lebih kuat lagi untuk berupaya menggunakan

Akan tetapi kini anda tidak usah galau dan gelisah, karena kami Alhijaz Indowisata yang merupakan Traval Paket Umroh Murah 2015 , menawarkan berbagai paket umroh dengan

Daripada e gisi pikiran de ga prasa gka ya g buruk da e buat kejadia buruk, buka kah lebih baik e gisi pikiran de ga prasa gka ya g baik agar semuanya jadi baik.. pikiran

q) Dapat membatasi pembicaraan yang formal (tidak bergossip) kepada pihak lain, dan selalu harus menjaga nama baik EL JOHN Pageants serta pihak lainnya... Saya memahami bahwa

Penerima Manfaat Periode Bulan Januari s/d Desember Pada PSMP Toddopuli Makassar Tahun Anggaran 2016. dengan nilai HPS sebesar

2015 GAGAL karena tidak ada peserta lelang yang LULUS dalam tahap Evaluasi Teknis, dengan rincian sebagai berikut:.. Prisma Solusindo Pengalaman Tenaga Ahli Tidak

Dengan demikian, seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan