• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI "X" Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Seluruh anggota populasi akan digunakan sebagai responden, berjumlah 21 orang.

Teori yang digunakan adalah teori Attachment to God dari Kirkpatrick (2005). Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang diterjemahkan dari Attachment to God Inventory (Richard Beck dan Angie McDonald, 2004) dan dimodifikasi sesuai dengan karakteristik remaja. Berdasarkan hasil pengujian validitas, diperoleh hasil 23 item yang valid, dengan nilai yang berkisar 0,426 – 0,698. Pengujian reliabilitas dengan hasil yang tergolong tinggi yaitu sebesar 0,836 pada dimensi anxiety dan sebesar 0,764 pada dimensi avoidance.

Berdasarkan hasil pengolahan data, model attachment to God yang fearful paling banyak dimiliki oleh Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung yaitu sebesar 33,3%. Sebesar 23,8% memiliki model yang secure, 23,8% memiliki model yang dismissing, dan sebesar 19,1% memiliki model yang preoccupied.

Selain itu tampak indikasi bahwa faktor kegiatan kerohanian di sekolah/ kampus cenderung memiliki keterkaitan dengan model attachment to God. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian kontribusi faktor-faktor pengaruh terhadap model attachment to God pada remaja. Hasil penelitian attachment to God ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program Komisi Remaja dan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat pembinaan berupa caregroup.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This study was conducted to determine the attachment to God model from teenager committee of Indonesia Christian Church in Bandung . The method used in this research was descriptive method with survey techniques. The entire population of this research will be used as the respondent, so this study did not use sampling techniques. The respondents who were willing to participate in this study was 21 people.

This study using Attachmnet to God theory from Lee Kirkpatrick (2005). The measuring instruments translated from attachment to God Inventory from Richard Beck and Angie McDonald (2004) had been modified based on characteristics of the teenagers. Reseacher obtained 23 valid items, with correlation coefficients ranged from 0.426 to 0.689, while the reliability on anxiety dimension is 0,836 and avoidance dimension is 0.764.

The result shown that fearful attachment to God model is the most widely owned by teenagers committee is 33.3%. The remaining 23.8% had secure attachment to God, 23.8% teenagers commitee had dismissing attachment to God, and 19.1% teenagers committee had preoccupied attachment to God.

The conclusion of this study is religious actvity in school influence the formation of the secure attachment to God. For the further research, researcher recommend to do contributing factors research to the model of attachment to God in adolescence. In addition, the research results of attachment to God can be used as a program evaluation and also making a caregroup for teenagers committee.

(3)

vii

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

1.6 Asumsi Penelitian ... 15

(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha

LANDASAN TEORI ... 16

2.1 Attachment ... 16

2.1.1 Pengertian Attachment ... 16

2.1.2 Kriteria Ikatan Attachment ... 17

2.2 Attachment to God ... 18

2.2.1 Definisi Attachment to God ... 18

2.2.2 Dimensi dan Model Attachment to God ... 19

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Attachment to God ... 22

2.3 Remaja ... 23

2.3.1 Pengertian Remaja ... 23

2.3.2 Masa Remaja Akhir ... 24

2.3.3 Perkembangan Masa Remaja Akhir ... 24

BAB III ... 27

METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Rancangan Penelitian ... 27

3.2 Skema Rancangan Penelitian ... 27

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.3.1 Variabel Penelitian ... 28

3.3.2 Definisi Operasional ... 28

3.4 Alat Ukur ... 29

(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 30

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 32

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

3.6.1 Populasi Sasaran ... 34

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 34

3.7 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV ... 36

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Populasi Penelitian ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 38

4.3 Pembahasan ... 38

BAB V ... 47

SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

5.2.1 Saran Teoretis ... 47

5.2.2 Saran Praktis ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(6)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi - kisi Alat Ukur Attachment to God... 28

Tabel 3. 2 Tabel Penilaian Alat Ukur Attachment to God... 29

Tabel 4. 1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4. 2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4. 3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 37

Tabel 4. 4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menjabat Sebagai Pengurus ... 37

(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ...L- 1 Lampiran 2 Kuesioner Attachment To God ...L- 3

Lampiran 3 Tabel Model Attachment To God ...L- 6 Lampiran 4 Validitas Dan Reliabilitas ...L- 7

Lampiran 5 Tabulasi Silang ...L- 9 Lampiran 6 Hasil Input Data Penelitian ...L- 15 Lampiran 7 Kisi-Kisi Alat Ukur Dan Data Penunjang ...L- 18

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja

Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja Kristen Protestan yang merupakan salah satu gereja dengan orientasi teologi Calvinis. GKI tersebar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Kota Bandung. GKI X Bandung memiliki

struktur organisasi yaitu Jemaat, Majelis Jemaat, dan Badan Pelayanan Jemaat. Badan Pelayanan Jemaat terbagi menjadi beberapa komisi, salah satunya adalah Komisi Remaja.

Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia 13-20 tahun. Komisi Remaja bertujuan untuk menjadi sarana bagi jemaat agar dapat bertumbuh secara rohani sesuai dengan usianya. Komisi Remaja terdiri atas pengurus Komisi Remaja dan jemaat

Komisi Remaja. Pengurus Komisi Remaja adalah jemaat remaja yang terpilih untuk berorganisasi, mengayomi dan membimbing jemaat.

Para Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung berusia 16-20 tahun. Masa pelayanan Komisi Remaja ialah selama dua tahun dengan struktur organisasi yang terdiri atas Ketua 1, Ketua 2, Sekretaris, Bendahara dan bidang-bidang yaitu Bidang Pembinaan, Bidang

Kebersamaan, Bidang Kebaktian, Bidang Seni dan Olahraga. Komisi Remaja GKI X Bandung memiliki visi menjadikan GKI X Bandung sebagai rumah bagi seluruh jemaat. Misi

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha

dasar pelayanan. Misi ketiga yaitu menjalin kerjasama dengan komisi-komisi lain di GKI X

Bandung (Rancangan Program Kerja Komisi Remaja GKI X Bandung, 2012).

Sebagai pengurus Komisi Remaja, mereka dianjurkan untuk bisa menjadi teladan bagi para jemaat remaja, mengayomi, menjadi sahabat yang mendukung dalam hal kerohanian.

Selain itu juga sebagai pengurus Komisi Remaja diperlukan komitmen untuk tetap bertahan dan tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab selama masa pelayanan yang telah ditentukan. Sebagai pengurus komisi, mereka juga tidak terlepas dari kehidupan seorang

remaja pada umumnya, mereka masing-masing memiliki masalah pribadi seperti masalah akademik dan juga masalah hubungan dengan lawan jenis. Pada masa remaja akhir seorang

remaja pada umumnya sedang berada di bangku sekolah atau kuliah. Sementara itu mereka dianjurkan untuk menjadi seorang pengurus dengan tanggung jawab yang tidak mudah. Mereka harus menjalankan tugas-tugas sebagai pengurus seperti rapat pleno setiap bulan,

menjadi ketua atau panitia dalam kegiatan non rutin (seperti: Natal, Paskah, bulan olahraga, bulan remaja, camp), mengkoordinasi kebaktian Minggu, mengikuti retreat khusus untuk

pengurus yang diadakan beberapa bulan sekali. Selain itu mereka juga diharapkan untuk mengajak jemaat remaja ikut aktif dalam kegiatan dan pelayanan, menemani dan

mendampingi jemaat remaja yang baru naik kelas dari sekolah minggu ke Komisi Remaja.

Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung dipilih dan dilakukan kaderisasi oleh Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung periode sebelumnya. Mereka memilih calon-calon

yang aktif mengikuti kegiatan di gereja, sering menjadi panitia dalam suatu acara dan yang mau memiliki komitmen untuk menjadi seorang Pengurus Komisi Remaja. Mereka juga menyiapkan para calon pengurus Komisi Remaja yang baru dengan mengadakan pelawatan

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha

khusus kerohanian, kepemimpinan dan juga teamwork. Pengurus Komisi Remaja juga memerlukan regenerasi agar Komisi Remaja dapat bertahan, baik dari segi kuantitas maupun

juga kualitas.

Sebagai pengurus komisi remaja, mereka diharapkan bisa menjadi contoh bagi para

jemaat remaja lainnya, melalui tingkah laku keseharian mereka, hubungan mereka dengan sesama pengurus ataupun dengan orang lain. Pengurus diharapkan untuk menjadi sosok yang

care, ramah, dan dapat menjadi sahabat bagi para jemaat remaja.

Masa remaja adalah masa di mana seseorang bertumbuh menuju tahap kedewasaan. Masa remaja ditandai dengan perubahan fisik yang dialami baik oleh laki-laki ataupun

perempuan. Selain perubahan fisik, pada masa remaja juga terjadi perubahan yang mencakup perubahan kognitif dan sosioemosional (Santrock, 2014). Perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur 10-20 tahun, dengan pembagian 10-15 tahun masa remaja

awal, 16-20 tahun adalah masa remaja akhir (Santrock, 2014).

Pada masa remaja akhir, seorang individu telah mencapai transisi perkembangan yang

lebih mendekati masa dewasa. (Santrock, 2014). Menurut Piaget (dalam Santrock, 2014), perkembangan kognitif remaja akhir telah sampai pada tahap formal operational. Remaja telah mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah

dan mempertanggungjawabkannya. Selain itu perkembangan religi remaja pun turut berkembang. Menurut James Fowler (1995) perkembangan iman seorang remaja akhir berada

pada tahap synthetic-conventional yaitu tahap di mana seorang remaja yang telah mampu berpikir abstrak mulai membentuk ideologi dan komitmen terhadap idealisme tertentu. Fowler (1995) juga mengatakan mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha

Para remaja memerlukan hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan agar dapat berkembang secara religi. Hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan seperti mencari dan

terus mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan dapat tampil dalam bentuk berdoa, membaca renungan setiap hari ataupun beribadah. Hubungan pribadi dengan Tuhan membuat

seorang remaja menjadi memiliki figur yang dapat diandalkan dalam menjalani berbagai peran di kehidupannya. Hubungan pribadi dengan Tuhan akan membentuk attachment to God. Attachment to God adalah ikatan afeksional yang nyata antara manusia dengan Tuhan

sebagai figur attachment (Okozi, 2010). Attachment to God akan nampak jelas pada reaksi seseorang yang berada di dalam kesulitan. Attachment to God juga tidak semata-mata

dibutuhkan ketika seseorang mengalami kesulitan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, keadaan baik atau bahagia sekalipun. Dalam keadaan sehari-hari seseorang yang memiliki attachment to God terlihat akan lebih dekat pada Tuhan, selalu mencari Tuhan, dan

menceritakan semua hal yang terjadi pada Tuhan.

Terdapat empat model attachment to God yaitu model secure, preoccupied, dismissing

dan fearful. Model secure attachment yaitu seseorang merasa nyaman dan memiliki kedekatan dalam hubungannya dengan Tuhan. Kedua adalah model preoccupied yaitu seseorang ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan namun merasa tidak layak.

Ketiga adalah model dismissing yaitu seseorang yang mengandalkan dirinya sendiri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Keempat adalah model fearful, yaitu seseorang yang takut

ditinggalkan oleh Tuhan tetapi juga menolak kedekatan dengan Tuhan (experimentaltheology.blogspot.com).

Berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang pengurus dan mantan pengurus

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha

disalahkan oleh salah seorang pengurus Komisi Pemuda. Hal tersebut membuatnya menyalahkan Tuhan dan menunjukkan sikap yang kurang sopan pada beberapa orang

pengurus Komisi Pemuda. Seharusnya seorang pengurus Komisi Remaja bisa menjadi contoh dan teladan bagi para jemaat remaja. Ada seorang anggota lain yang mundur dari

kepengurusan dengan alasan mengalami permasalahan dengan orang tuanya. Orang tuanya tidak setuju jika anaknya pulang malam karena mengikuti kegiatan di gereja dan tugas-tugas sekolahnya menjadi terbengkalai. Dia menganggap Tuhan tidak menolongnya saat dia

mengalami masalah dengan keluarga dan masalah akademik. Berdasarkan tantangan-tantangantersebut, perlu bagi seorang pengurus untuk memiliki attachment to God. Mereka

perlu kedekatan dengan Tuhan yang secure, untuk dapat menjadikan Tuhan sebagai dasar dalam segala pengambilan keputusan, sebagai tempat yang dicari jika mengalami kesulitan,

menjadikan kegiatan di gereja sebagai bentuk dari ungakapan rasa syukur kepada Tuhan.

Attachment to God yang secure juga diperlukan bagi seorang pengurus Komisi

Remaja untuk melakukan regenerasi dan mengayomi jemaat remaja. Mereka dapat

memberikan contoh pada para calon pengurus Komisi Remaja periode berikutnya. Regenerasi sangatlah diperlukan untuk keberlangsungan Komisi Remaja di GKI X Bandung. Pengurus Komisi Remaja juga diharapkan untuk mengayomi jemaatnya dengan membuat jemaat remaja

merasa diterima, merasa nyaman, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Jika seorang Pengurus Komisi Remaja memiliki attachment to God yg secure, pengurus dapat mengatasi

konflik baik dengan pengurus lain ataupun dengan orang lain dengan bijaksana tanpa harus menimbulkan rasa dendam atau terjadinya permusuhan. Memiliki hubungan baik dengan

(14)

6

Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan data yang diperoleh dari survei awal yang dilakukan pada lima orang pengurus remaja, tiga orang diantaranya memiliki kekhawatiran dan kecemasan terhadap

hubungan mereka dengan Tuhan. Seorang pengurus merasa kesulitan membagi waktu antara kuliah dan pelayanan, dia merasa takut jika Tuhan meninggalkannya karena dia tidak dapat

melayani Tuhan di gereja. Dia juga merasa takut jika Tuhan tidak lagi memperhatikan dirinya, dia merasa cemas jika Tuhan lebih menyayangi orang lain dibanding dirinya. Pengurus lain yang sedang memiliki masalah dengan pengurus lainnya, merasa iri dan menganggap dirinya

tidak bisa apa-apa dan merasa bahwa Tuhan lebih menyayangi temannya. Fenomena seperti ini merupakan ciri-ciri individu yang memiliki model preoccupied.

Berdasarkan hasil wawancara terdapat dua orang pengurus yang merasa bahwa Tuhan itu dekat dan selalu ada dalam mengatasi setiap masalah. Dalam setiap menghadapi permasalahan baik itu dengan sesama pengurus atau dengan keluarga, mereka selalu

mengandalkan Tuhan. Mereka dapat merasakan Tuhan itu selalu dekat bahkan ketika mengalami hal buruk. Mereka merasa aman dan selalu berada di bawah lindungan Tuhan

meskipun Tuhan tidak terlihat. Mereka mempertahankan hubungan yang dekat dengan Tuhan dengan cara terus berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa atau membaca firman. Fenomena ini merupakan ciri dari model attachment to God yang secure. Berdasarkan hasil survei awal,

diperoleh hasil bahwa sebagian besar pengurus Komisi Remaja memiliki attachment to God yang tidak secure. Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan sebagai Pengurus Komisi

Remaja dan berbagai tantangan, diperlukan komitmen yang kuat untuk tetap melayani Tuhan. Komitmen untuk melayani menunjukkan adanya ikatan yang kuat dengan figur yang dilayani dalam Tuhan. Idealnya seorang pengurus Komisi Remaja mempunyai attachment to God

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana model attachment to God pada pengurus

Komisi Remaja yang berada di GKI X Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran mengenai dimensi attachment to God pada pengurus Komisi Remaja yang berada di GKI X Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui model attachment to God pengurus

Komisi Remaja yang berada di GKI X Bandung dan faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan memberikan informasi bagi bidang psikologi perkembangan dan

psikologi positif mengenai gambaran model attachment to God yang dimiliki Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung.

2. Sebagai referensi dan pendorong bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut

(16)

8

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada para pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung

untuk memberi masukan mengenai penghayatan interaksi mereka dengan Tuhan, serta menjadi bahan pertimbangan untuk mencari cara-cara meningkatkan attachment to God

ke arah yang secure.

2. Memberikan informasi kepada Majelis Jemaat Pendamping Komisi Remaja GKI X Bandung mengenai gambaran attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja agar

dapat melakukan cara-cara yang tepat untuk menunjang attachment to God ke arah secure.

1.5 Kerangka Pemikiran

Komisi Komisi Remaja adalah suatu badan pelayanan yang melayani jemaat remaja berusia 13-20 tahun. Komisi Remaja terbagi menjadi pengurus Komisi Remaja dan jemaat

Komisi Remaja. Pengurus Komisi Remaja adalah jemaat remaja yang terpilih untuk berorganisasi, mengayomi dan membimbing jemaat remaja. Dalam menjalankan tugasnya

sebagai pengurus, ada tantangan yang harus dihadapi sehingga dibutuhkan kedekatan dengan Tuhan atau attachment to God. Attachment to God dapat membantu pengurus untuk terus mengandalkan Tuhan, baik dalam keadaan memiliki masalah ataupun dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu juga membuat seorang pengurus menjadi lebih komit dalam melayani Tuhan. Para pengurus Komisi Remaja dianjurkan untuk bisa menjadi contoh atau teladan bagi

para jemaat remaja.

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha

aspek perkembangan dalam masa remaja akhir. Pertama adalah perkembangan kognitif, menurut Piaget (dalam Santrock, 2014) perkembangan kognitif seorang pengurus Komisi

Remaja berada pada tahap formal-operational. Dalam tahap ini pengurus sudah mampu berpikir secara abstrak, dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang pengurus

sudah mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.Mereka dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seseorang mampu memperkirakan konsekuensi dari

tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya (Santrock, 2014). Hal ini juga berlaku bagi para pengurus Komisi Remaja, mereka mampu berorganisasi,

memecahkan masalah dalam organisasi, mengambil keputusan jika menjadi seorang ketua. Mereka dapat berpikir secara abstrak dan mempertimbangkan mana yang baik atau yang tidak baik dalam mengambil keputusan. Dalam tahap ini, dengan kemampuan berpikir abstraknya,

mereka dapat mengerti konsep Tuhan sekalipun tidak terlihat. Seorang remaja dapat berpikir mengenai kebutuhan akan ikatan dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja menjadi lebih

sadar akan pentingnya keberadaan Tuhan bagi kehidupan mereka. Bagi para pengurus Komisi Remaja, mereka memilih gereja dan berkomitmen untuk melakukan pelayanan dalam kurun waktu tertentu.

Kedua adalah perkembangan kepribadian dan sosial yaitu perubahan seseorang dalam berhubungan dengan dunianya seperti kehidupan keluarga, sekolah maupun lingkungan

gereja. Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga memiliki peran penting dalam kehidupan seorang remaja. Mereka yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang akademik. Selain itu pada masa remaja lingkungan

(18)

10

Universitas Kristen Maranatha

dengan sesama pengurus. Mereka memiliki keinginan untuk konform dengan kelompoknya. Jika mereka berada dalam kelompok yang aktif dan rajin mendekatkan diri kepada Tuhan, hal

tersebut dapat memengaruhi perilaku remaja dalam hubungannya dengan Tuhan, begitu pula sebaliknya. Dengan karakteristik remaja seperti di atas, tampak bahwa menjadi seorang

pengurus remaja akan menghadapi berbagai tantangan yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Tantangan dari dalam dirinya sendiri seperti kemampuan seorang pengurus Komisi Remaja dalam membagi waktu antara studi, keluarga, teman dan juga

kegiatan pelayanan sebagai pengurus Komisi Remaja. Tantangan yang berasal dari luar dirinya seperti teman sebaya atau teman bermain yang kurang mendukung aktivitasnya di

gereja, ataupun orang-orang terdekat yang juga kurang mendukung. Tantangan-tantangan tersebut dapat menghambat atau mendukung pelayanan mereka sebagai pengurus Komisi Remaja.

Menghadapi permasalahan seperti yang dipaparkan di atas, untuk dapat menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan kedekatan dengan Tuhan, yang disebut attachment to God yang

secure. Attachment to God yang secure membuat individu merasa lebih aman menjalani

hidupnya karena Tuhan beserta dengannya. Menurut James Fowler (1995) tahap iman seorang remaja akhir ada pada tahap synthetic-conventional yaitu tahap ketika seorang remaja yang

telah mampu berpikir abstrak mulai membentuk ideologi dan komitmen terhadap idealisme tertentu. Fowler juga mengatakan mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan

pribadi dengan Tuhan.

Ainsworth menyatakan bahwa attachment merupakan ikatan afeksi yang dibentuk mulai dari masa kanak – kanak hingga dewasa. Ikatan afeksional dapat terjadi dengan adanya

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha

Attachment to God adalah ikatan afeksional yang nyata antara manusia dengan Tuhan sebagai

figur attachment (Okozi, 2010).

Attachment to God memiliki dua dimensi yaitu dimensi anxiety dan avoidance (Beck

& McDonald, 2004). Dimensi avoidance merupakan perasaan enggan seorang pengurus Komisi Remaja untuk terlibat komunikasi yang intim dengan Tuhan dan cenderung

mengandalkan diri sendiri. Dimensi anxiety merupakan kecemasan yang dirasakan oleh seorang pengurus Komisi Remaja mengenai cinta Tuhan kepadanya, kecemasan mengenai

penolakan Tuhan kepadanya, kecemasan bahwa Tuhan lebih dekat dengan orang lain, dan kecemasan ditinggalkan oleh Tuhan. Kedua dimensi tersebut dapat membentuk empat model

attachment to God. Empat model tersebut yaitu model secure, preoccupied, dismissing, dan

fearful. Model yang pertama adalah model secure attachment merupakam gabungan dari

dimensi anxiety dan avoidance yang rendah artinya seorang pengurus Komisi Remaja merasa

nyaman dan memiliki kedekatan akan hubungannya dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja selalu mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupannya baik pada saat suka maupun

duka.

Kedua adalah model preoccupied yang memiliki dimensi avoidance rendah dan anxiety tinggi. Anxiety tinggi yang artinya pengurus Komisi Remaja ingin memiliki hubungan

yang dekat dengan Tuhan namun merasa dirinya tidak layak di hadapan Tuhan. Avoidance yang rendah yang artinya pengurus Komisi Remaja tidak menolak untuk dekat dengan Tuhan.

Pengurus Komisi Remaja merasa malu dan bersalah jika di hadapan Tuhan, sehingga terkadang mereka menjadi cemburu terhadap orang lain yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Ketiga adalah model dismissing yaitu memiliki dimensi anxiety rendah dan

(20)

12

Universitas Kristen Maranatha

mengandalkan dirinya sendiri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Anxiety yang rendah artinya pengurus Komisi Remaja menganggap dapat mengandalkan dirinya sendiri untuk

mengatasi segala permasalahan. Mereka yang merasa tidak ingin untuk terlalu terlibat dalam kegiatan kerohanian. Keempat adalah model fearful yaitu memiliki dimensi anxiety dan

avoidance yang tinggi. Anxiety yang tinggi artinya pengurus Komisi Remaja yang merasa

takut ditinggalkan oleh Tuhan. Avoidance yang tinggi artinya pengurus Komisi Remaja juga menolak kedekatan dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja yang merasa pesimistik akan

hidupnya, memandang dirinya secara negatif.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi attachment to God (Kirkpatrick, 2005),

yaitu hubungan attachment seseorang dengan orangtuanya, kegiatan di gereja, kegiatan kerohanian di sekolah atau di kampus, keadaan krisis dan distress. Faktor yang pertama adalah attachment seseorang dengan orangtuanya. Dickie et al (1997 dalam Moriarty 2007)

menemukan bahwa terdapat perbedaan pandangan seseorang dalam hubungan dengan orang tua terhadap hubungan dengan Tuhan, yang dinyatakan dalam hipotesis korespondensi dan

kompensasi. Hipotesis korespondensi mengatakan jika seseorang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya, orang tersebut akan memiliki hubungan yang baik pula dengan Tuhan. Mereka menganggap bahwa orangtua adalah sosok nyata dari Tuhan. Contohnya

persepsi ayah yang peduli dikaitkan dengan Tuhan dilihat sebagai figur yang penuh dengan kasih dan kepedulian, persepsi tentang ibu yang sabar dikaitkan dengan gambaran Tuhan yang

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha

Dalam hipotesis kompensasi, anak-anak yang attachment dengan orang tuanya terganggu akibat kehilangan dan atau keterpisahan (perceraian/ kematian), mereka kembali

kepada Tuhan sebagai figur attachment ketika adanya permasalahan (Kirkpatrick, 2005). Mereka mencari Tuhan sebagai tempat perlindungan, tempat yang memberi rasa aman dan

sebagai pengganti dari hilangnya figur attachment tersebut. Seperti pengurus Komisi Remaja yang kedua orang tuanya tidak rukun, akan mencari Tuhan dan ikut melayani di gereja karena merasa mendapatkan rasa aman ketika berada dekat dengan Tuhan. keadaan ini

memungkinkan bagi pengurus Komisi Remaja memiliki attachment to God yang secure. Faktor sosialisasi dalam hal ini adalah sosialisasi bagi pengurus remaja yaitu kegiatan

kerohanian yang dilakukan pihak Pengurus Komisi Remaja yang secara aktif melayani dan lebih sering mengikuti kegiatan pembinaan rohani, lebih sering mendengarkan Firman Tuhan, memiliki waktu pribadi dengan Tuhan melalui doa ataupun saat teduh memungkinkan

memiliki attachment to God yang secure. Faktor lainnya mengenai hubungan dengan Tuhan bisa juga mereka dapatkan dari lembaga tempat mereka bersekolah atau kuliah. Jika mereka

aktif dalam aktivitas kerohanian di sana, mereka akan memperoleh pengenalan yang lebih baik tentang Tuhan dan lebih memungkinkan untuk memiliki attachment to God yang secure. Faktor lainnya berhubungan dengan situasi-situasi yang tidak nyaman seperti krisis

dan distress, sakit dan cedera, serta kematian dan grieving. Dalam situasi-situasi tersebut dapat terlihat lebih jelas hubungan seseorang dengan Tuhannya. Argyle dan Beit Hallahmi

(1997) mengatakan individu lebih banyak berdoa dibandingkan pergi ke gereja saat mengalami keadaan yang stressful. Seperti pengurus Komisi Remaja yang mengalami keadaan stres pada saat menghadapi banyaknya tugas di kampus atau di sekolah, mereka akan

(22)

14

Universitas Kristen Maranatha

Tuhan dan memiliki attachment to God yang secure. Dalam hal kematian dan grieving, Loveland (1968 dalam Kirkpatrick 2005) mengatakan bahwa individu yang kehilangan akan

lebih religius dan banyak berdoa, namun isi spesifik dari kepercayaan dasar mereka tidak terpengaruh. Kehilangan figur attachment utama (orang tua atau pasangan) mengakibatkan

individu mencari sosok pengganti atau mengandalkan figur sekunder sebelumnya seperti mencari Tuhan. Begitu pula pada pengurus Komisi Remaja yang pernah mengalami keterpisahan atau kehilangan figur yang signifikan dalam hidupnya baik itu orang tua ataupun

saudara, mereka akan mencari sosok lain seperti mencari Tuhan sebagai figur sekunder. Keadaan ini memungkinkan bagi mereka untuk memiliki attachment to God yang secure

dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka mencari Tuhan sebagai tempat perlindungan rasa aman. Faktor krisis dan distress menunjang seorang pengurus Komisi Remaja untuk memiliki attachment yang secure.

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

Preoccupied

(23)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian ini adalah

 Pengurus Komisi Remaja berada pada usia 16-20 tahun dan sedang berada pada

tahap remaja akhir.

 Banyak tantangan yang dialami oleh pengurus Komisi Remaja, dalam melakukan

tugasnya yaitu dalam pelayanan, pembagian waktu antara keluarga, sekolah dan pelayanan di gereja sehingga dibutuhkan attachment to God.

Attachment to God diukur melalui dua dimensi yaitu dimensi anxiety dan

avoidance.

Berdasarkan tinggi rendahnya tingkat anxiety dan avoidance dapat diperoleh empat

model attachment to God, yaitu secure, dismissing, preoccupied, dan fearful. Faktor-faktor yang memengaruhi attachment to God adalah hubungan dengan

orang tua, kegiatan-kegiatan di gereja yang diikuti oleh pengurus Komisi Remaja,

(24)

47

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

diperoleh kesimpulan mengenai attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung sebagai berikut :

1. Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung lebih banyak memiliki model attachment to God yang fearful dibandingkan dengan model attachment to God yang lain yaitu

model secure, dismissing dan preoccupied.

2. Faktor yang cenderung terkait dengan pembentukan model attachment to God yang secure pada Pengurus Komisi Remaja adalah kegiatan kerohanian di sekolah atau

kampus.

5.2 Saran

Dari penelitian ini saran yang dapat diberikan peneliti, yaitu:

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai attachment to God, disarankan :

(25)

48

Universitas Kristen Maranatha

2. Melakukan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif agar dapat memahami proses terbentuknya model attachment to God pada usia remaja.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung, hasil penelitian model attachment to

God ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program kegiatan yang diadakan oleh

Komisi Remaja agar dapat membantu pengurus untuk memiliki hubungan yang dekat

dengan Tuhan.

2. Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung juga diharapkan untuk lebih terlibat dalam

kegiatan kerohanian di sekolah atau di kampusnya masing-masing sehingga dapat membantu pengurus untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan.

3. Bagi Majelis Jemaat GKI X Bandung, hasil penelitian attachment to God ini dapat

digunakan sebagai pendorong untuk membuat pembinaan sesuai dengan karakteristik remaja dan model attachment to God yang dimiliki. Pembinaan dapat dilakukan

(26)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ATTACHMENT TO GOD PADA

PENGURUS KOMISI REMAJA GKI ‘X’ BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh : Jessy Septiany

1130201

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(27)

ii

(28)
(29)
(30)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat sebagai

syarat untuk dapat menyelesaikan studi Sarjana Psikologi pada Universitas Kristen Maranatha.

Pada kesempatan ini penelitian difokuskan pada judul “Studi Deskriptif Mengenai

Attachment to God Pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung. Peneliti menyadari

bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kesediaan semua pihak yang terkait untuk dapat

memberikan kritik serta saran yang dapat membangun penelitian ini sehingga dapat berguna bagi penelitian lainnya dimasa yang akan datang.

Penyusunan dan penulisan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti

hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan dan penulisan penelitian ini, yang ditujukan kepada:

1. Ibu Dr. Irene P Edwina M.Si., psikolog, sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha, Bandung.

2. Ibu Dra. Sianiwati S Hidayat M.Si, psikolog dan Ibu Heliany Kiswantomo M.Si, psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,

masukan dan dukungan kepada peneliti selama penyusunan penelitian ini.

(31)

vi

4. Majelis Jemaat GKI X Bandung yang telah memberikan informasi terkait penelitian dan telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Staf tata usaha Fakultas Psikologi UKM yang telah banyak membantu peneliti dalam menyiapkan surat izin.

6. Ibu, ayah, nenek dan adik-adik selaku keluarga yang selalu mendukung, menyemangati, memberikan fasilitas dan mendoakan peneliti selama penyusunan dan penulisan penelitian ini.

7. Anditia, Soraya, Kartika, Yoshiana, Melisa, Madi dan teman-teman yang selalu menyemangati, mendoakan dan memberikan bantuan selama peneliti mengerjakan

penelitian ini.

8. Teman-teman penelitian payung yang telah memberikan banyak bantuan dan referensi pada peneliti dalam mengerjakan penelitian ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung peneliti selama mengerjakan penelitian ini.

Bandung, November 2016

(32)

49

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Richard. & McDonald. (2004). Attachment to God : The Attachment to God Inventory, Tests of Working Model Correspondence, and an Exploration of Faith Group Differences. Journal of Psychology and Theology, 32 (2), 92-103.

______. (2006). God as a Secure Base: Attachment to God and Theological Exploration. Journal of Psychology and Theology. 34 (2). 125-132.

Calvert, Sarah J. (2010). Attachment to God as a Source of Struggle and Strength: Exploring

the Association Between Christian’ Relationship with God and Their Emotional

Wellbeing (Disertasi). Massey University: Albany, New Zealand.

Cooper, Laura B, et al. (2009). Differentiated Styles of Attachment to God and Varying Religious Coping Efforts. Journal of Psychology and Theology, 37 (2), 134-141. Fowler, James W. (1995). Stages of Faith :The Psychology of Human Development. New

York: HarperCollins

Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Kirkpatrick, Lee A. (2005). Attachment, Evolution, and the Psychology of Religion. New York : The Guilford Press.

_______ & Rowatt, Wade C. (2002). Two Dimensions of Attachment to God and Their Relation to Affect, Religiosity and Personality Construct. 638-651.

McDonald, A., Beck, R., Steve, A., Norsworthy, L. (2005). Attachment to God and Parents: Testing the Correspondence vs Compensation Hypotheses, 21-28.

Moriarty, Glendon L., (2007). God Image Handbook for Spiritual Counseling and Psychotherapy: Research, Theory, and Practice. New York: The Haworth Pastoral Press.

Okozi, Innocent F. (2010). Attachment to God: Its Impact on the Psychological Wellbeing of Persons with Religious Vocation (Disertasi). Seton Hall University: New Jersey.

(33)

50

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Beck, R. (2006). Attachment to God, Part 3: Attachment Styles and God. (Online). (

http://experimentaltheology.blogspot.co.id/2006/12/attachment-to-god-part-3-attachment.html, diakses 14 September 2015).

Hidayat, Sianiwati S., Prasetya, Paulus H., Handayani, Vida., Savitri, Jane., Azizah, Endeh., Wardani, Ria., & Rajagukguk, Robert O. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Pedoman Pelaksanaan GKI. (2009). Jakarta: Gereja Kristen Indonesia.

Sinode GKI. (2010). Sejarah Gereja Kristen Indonesia. (Online). (http://sinodegki.org/tentang-kami/sejarah/, diakses pada 28 Januari 2016).

Gambar

Tabel 4. 4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menjabat Sebagai Pengurus ................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Yang dimaksud dengan “Pembangunan Destinasi Pariwisata” adalah upaya terpadu dan sistematik seluruh komponen Destinasi Pariwisata dalam rangka menciptakan, meningkatkan

Yield produk yang dihasilkan merupakan hasil perbandingan dari berat produk terhadap berat bahan baku limbah kemasan plastik multilayer LDPE (low density

This research represent research of case study at On Duty Monetary Organizer of Sub-Province of Lumajang period 2001-2006 with title " Analyse Efektifitas Imposition Earth

Alhamdulilah saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan barokah dan rahmat-nya dalam bentuknya, khususnya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dalam pelaksanaan kegiatan, saya selaku anggota Pengawas Satuan Pendidikan dari tanggal 16 s.d 23 April 2011, selalu datang lebih awal daripada para peserta

Jumlah Penyelenggaraan Kompetisi Olah

Bu türden ka.idelerin 、ョ、。@ kalan kaideler, ヲォィゥ@ istinbat hususunda ケ。ャョコ@ 「。ャ。イョ。@ delil olarak kabul edilmezler.69 Bunun gerekçesi, bu tarz