1 1.1 Latar Belakang
Persalinan ditandai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi dan pendataran serviks. Adanya nyeri persalinan ternyata dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid.1-8 Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak.1-8 Keadaan demikian disebut sebagai sindrom takut-tegang nyeri (fear-tension pain syndrome) 1,6,8,9
Bonica dalam penelitiannya terhadap 2.700 parturien di 121 pusat obstetri dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15% persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri yang sangat hebat.7
Menurut Reeder kira-kira 25% ibu bersalin memiliki daya tahan tinggi, mampu mengatasi nyeri persalinan, sehingga proses persalinannya berjalan normal. Nyeri persalinan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien, menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria.10 Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri apabila tidak dikoreksi , yang akan menyebabkan terjadinya partus lama. Untuk alasan ini maka salah satu prinsip dasar obstetri modern adalah mengurangi nyeri selama persalinan, dengan menggunakan analgesia yang adekuat.9,11,12
Metode yang digunakan untuk mengukur nyeri saat ini adalah unidimensi yang mempunyai satu variabel pengukur intensitas nyeri dan multidimensi. Metode unidimensi diantaranya verbal rating scale (VRS), numerical rating scale (NRS) dan visual analogue scale (VAS).1,10,13
Ada dua cara penanggulangan nyeri persalinan, yaitu noninvasif dengan hydrotherapy, massage therapy, aromatherapy, herbal therapy, bioelectromagnetics
(transcutaneous electrical nerve stimulation) dan patient controlled analgesia
(intravenous, intramuscular opioid) dan metode invasif berupa analgesia epidural,
analgesia spinal, dan intrathecal labour analgesia.14-6
persalinan namun tidak mempengaruhi his atau kemajuan persalinan. Ada dua jenis analgesik yaitu analgesik nonopioid seperti golongan salisilat, parasetamol, dan analgesik antiinflamasi nonsteroid dan analgesik opioid seperti tramadol, petidin, meperidin, dan lain-lain. Golongan salisilat, parasetamol, dan analgesik antiinflamasi nonsteroid bekerja menghambat biosisntesis prostaglandin, sedangkan analgesik opioid bekerja sebagai analgesik murni untuk nyeri sedang sampai berat, misalnya tramadol, termasuk opioid lemah, bersifat nonnarkotik dengan mekanisme kerjanya tidak menghambat prostaglandin melainkan menghambat pelepasan serotonin yang dihasilkan oleh nyeri persalinan.17-9
Ada beberapa teknik pemberian analgesia persalinan invasif, seperti intrathecal labor analgesia, dan continuous epidural analgesia.20-1 Teknik pemberian analgesia ini juga memiliki keuntungan dan kerugian, seperti pada continuous epidural analgesia, dapat terjadi partus lama, menurunkan partisipasi
ibu pada persalinan dengan menurunkan daya ekspulsi pada kala II, mempunyai risiko untuk timbulnya hipotensi, dan membutuhkan ketrampilan khusus dalam memberikan anestesia ini. Pada intrathecal labour analgesia (ILA), sering timbul risiko pasca tindakan seperti postdural puncture headache, mual, muntah, pruritus dan hipotensi, serta kemungkinan terjadinya depresi pernapasan akibat pemberian yang terlalu tinggi.17-8,20-2
anestesi, memerlukan monitoring yang minimal, memberikan komplikasi yang rendah insidensnya, dan dapat diberikan pada wanita yang takut akan anestesi regional.
Mengingat di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung belum dilakukan penelitian ini, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian ini.
Adapun tema sentral permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin, bradikinin, substansi P, dan serotonin, akan membangkitkan stres yang menimbulkan sekresi hormon seperti katekolamin dan steroid dengan akibat vasokonstriksi pembuluh darah sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin. Pemberian analgetik diperlukan dalam mengurangi nyeri persalinan sehingga dapat mengurangi hipoksia janin.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pemberian tramadol intramuskular pada persalinan dapat mengurangi nyeri persalinan ?
1.2.2 Apakah pemberian tramadol intramuskular pada persalinan akan mempengaruhi tekanan darah, nadi, dan respirasi ibu ?
1.2.3 Apakah pemberian tramadol intramuskular pada persalinan akan mempengaruhi bunyi jantung janin ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh tramadol intramuskular sebagai analgesia dalam mengatasi nyeri pada persalinan pervaginam.
1.3.2 Menilai pengaruh tramadol intramuskular terhadap tekanan darah, nadi, dan respirasi ibu.
1.3.3 Menilai pengaruh tramadol intramuskular terhadap bunyi jantung janin.
1.4 Kegunaan Penelitian
Diharapkan dengan analgesia proses persalinan berlangsung tanpa nyeri,
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah primigravida parturien di ruang bersalin Rumah Sakit jejaring: Rumah Sakit Umum dr. Syamsuddin Sukabumi, Rumah Sakit Umum Cibabat, Rumah Sakit Umum Majalaya, dan Rumah Sakit Umum Ujung Berung serta bersedia mengikuti penelitian. Subjek harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
2.1.1 Kriteria Inklusi
1. Primigravida berusia 20–35 tahun 1. Kehamilan aterm
2. Janin tunggal, hidup, presentasi belakang kepala
3. Persalinan kala I fase aktif dengan pembukaan serviks antara 3-5 cm 4. Kehamilan dan persalinan tanpa penyulit
5. Persalinan secara pervaginam 2.1.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang mendapat akselerasi persalinan. 2. Gangguan pernapasan
3. Riwayat alergi obat-obatan
2.2 Metode Penelitian
2.2.1 Bentuk dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan uji klinik secara acak dan pengamatan tersamar tunggal. Penelitian dilakukan terhadap parturien primigravida yang dikelompokkan pada dua kelompok, yaitu perlakuan dan tanpa perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan tramadol dan kelompok tanpa perlakuan tidak diberikan tramadol kemudian dinilai nyeri persalinan dengan menggunakan visual analogue scale, tekanan darah, nadi dan frekuensi pernapasan ibu serta bunyi jantung janin .
Rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
Tanpa Perlakuan Injeksi tramadol 100 mg
I.M
Kriteria Inklusi
Randomisasi
1. Nyeri Persalinan
2. Tekanan darah , Nadi, dan Respirasi ibu
2.2.2 Cara Pemilihan dan Ukuran Sampel
Subjek penelitian adalah primigravida parturien di ruang bersalin rumah sakit jejaring: Rumah Sakit Umum dr. Syamsuddin Sukabumi, Rumah Sakit Umum Cibabat, Rumah Sakit Umum Majalaya, dan Rumah Sakit Umum Ujung Berung serta bersedia mengikuti penelitian. Pemilihan subjek penelitian ke dalam kelompok perlakuan dilakukan secara acak.
Jumlah sampel ditentukan berdasarkan taraf kepercayaan (confidence interval) 95% dan kekuatan uji (power test) 80% dengan menetapkan persentase nyeri pada kelompok normal tanpa perlakuan sebesar 80% dan kelompok yang mendapatkan perlakuan diharapkan nyeri dapat diturunkan sampai sekitar 40%.21
Besar sampel ditentukan untuk menguji perbedaan dua proporsi, pada penelitian ini dengan menggunakan rumus :
N = [ Zά √ 2 p (1-p) + Zβ √ p1 (1-p1) + p2 (1-p2)]²
(p1 – p2)²
dengan Zά dan Zβ diperoleh dari tabel distribusi normal standar, untuk taraf
kepercayaan 95% , Zά = 1,96 dan untuk power test 80% Zβ = 0,84.
Jadi:
N = [ 1,96 √ 2 (0,6) (0,4) + 0,84 √ 0,8 (0,2) + ),4 (0,6)] ² (0,8-0,4)²
Jadi besar sampel adalah 22 orang perkelompok dengan kemungkinan dikeluarkan sekitar 10%, maka diperlukan sampel sebesar:
N’ = 1 x 22 = 24 orang perkelompok 1-0,1
2.2.3 Batasan Operasional
Batasan dan penilaian kriteria di atas adalah:
1. Primigravida adalah seorang pasien yang baru pertama kali hamil
2. Persalinan aterm adalah jika pasien bersalin pada usia kehamilan antara 37 sampai 42 minggu dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram.
3. Persalinan kala I, yaitu mulai awal persalinan sampai dengan pembukaan serviks lengkap, dibagi dua yaitu kala I fase laten dan kala I fase aktif
4. Persalinan kala II, yaitu mulai pembukaan serviks lengkap sampai dengan lahir bayi.
5. Persalinan kala III, yaitu periode setelah lahirnya bayi sampai lahir plasenta. 6. Nyeri persalinan adalah rasa sakit yang dirasakan oleh ibu saat bersalin
dinyatakan dengan nilai visual analogue scale 1 sampai 10.
8. Tekanan darah adalah penilaian keadaan ibu selama persalinan dilakukan tujuh kali pada menit ke-0, 30, 60, 120, 240, kala II dan kala III dengan menggunakan sfigmomanometer, dinyatakan dengan mmHg.
9. Nadi adalah penilaian keadaan ibu dengan memeriksa denyut nadi selama satu menit, dilakukan tujuh kali pada menit ke-0, 30, 60, 120, 240, kala II dan kala III.
10.Respirasi adalah penilaian frekuensi pernapasan selama satu menit, yang dilakukan tujuh kali pada menit ke-0, 30, 60, 120, 240, kala II, dan kala III. 2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus–Desember 2006 di ruang bersalin rumah sakit jejaring: Rumah Sakit Umum dr. Syamsuddin Sukabumi, Rumah Sakit Umum Majalaya, Rumah Sakit Umum Cibabat, dan Rumah Sakit Umum Ujung Berung. 2.4 Variabel Penelitian
2.4.1Variabel Independen Pemberian tramadol
2.4.2 Variabel Dependen Nyeri persalinan
2.5 Tata Kerja Penelitian
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis, dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi, dan respirasi kemudian secara acak dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan.
Prosedur Randomisasi:
Buat persetujuan terlebih dahulu dengan pasien sebelum melakukan
penelitian.
Jika terpilih bilangan random (baca 1 digit) genap maka perlakuan adalah AB.
Jika terpilih bilangan random (baca 1 digit) ganjil maka perlakuan adalah BA. Satu bilangan random untuk dua pasien ( A = perlakuan, B = tanpa perlakuan).
Selanjutnya pada kelompok perlakuan diberikan tramadol 100 mg intramuskular pada saat kala I fase aktif (pembukaan 3-5 cm dan pendataran 70–90 %).
Pada kelompok perlakuan diberikan tramadol 100 mg intramuskular bila persalinan telah mencapai kala I fase aktif (pembukaan 3-5 cm , pendataran 70–90 %) sedangkan kelompok tanpa perlakuan tidak diberikan obat apapun. Dilakukan penilaian rasa nyeri dengan menggunakan metode VAS (visual analog scale) yaitu derajat nyeri diberi angka 0–10 , angka 0 menyatakan tidak nyeri, dan angka 10 menyatakan nyeri hebat.
waktu-waktu yang telah ditentukan, kedua oleh pengamat dengan menilai mimik penderita.
Penilaian nyeri dikelompokkan menjadi:
nyeri derajat 1 (nyeri ringan bila nilai VAS 0-3) nyeri derajat 2 (nyeri sedang bila nilai VAS 4-6) nyeri derajat 3 (nyeri berat bila nilai VAS 7-10)
Nyeri dinilai sebelum obat diberikan (0 menit) dan setelah 30 menit, 60 menit, 120 menit, 240 menit, dan pada saat pembukaan lengkap sampai kala III berakhir, demikian juga tekanan darah, nadi, respirasi ibu dan bunyi jantung janin.
2.6 Pengolahan Data/Analisis Statistik
Data penelitian yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan program statistik SPSS versi 10 , yaitu proporsi nyeri diuji secara uji chi kuadrat dan Eksak Fisher, tekanan darah dan nadi diuji secara uji t, frekuensi respirasi diuji secara chi kuadrat dan bunyi jantung janin diuji secara uji t , dan kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.
2.7 Implikasi Etik pada Penelitian
Kerugian yang dirasakan subjek penelitian yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah:
1. Risiko dampak samping yang mungkin timbul 2. Menyangkut data/rahasia pribadi subjek
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Dari periode penelitian bulan Agustus 2006 sampai Desember 2006, didapatkan 48 primigravida parturien yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 24 orang setelah dilakukan random termasuk dalam kelompok perlakuan, dan 24 orang lagi termasuk dalam kelompok tanpa perlakuan. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Karakteristik Subjek Penelitian Kelompok Karakteristik
Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan (n = 24)
Kemaknaan
Usia (tahun)
x (SB) 24,4 (4,1) 23,3 (3,4) t = 1,0
Rentang 20 - 35 20 - 31 p = 0,322
Pendidikan
SD 6 4 x 2 = 4,316
SMP 9 8 p = 0,229
SMU 4 10
PT 5 2
PNC (kali)
2 1 0 x 2 = 0,0
3 - 6 4 5 p = 1,0
> 7 19 19
Berat badan bayi (gram)
x (SB) 3.100 (287) 3.187,5 (382.8) t = 0,9 Rentang 2.500 – 3.700 2.500 – 3.800 p = 0,375
Keterangan: t = uji t; x 2 = uji chi kuadrat
Tabel 3.2 Perbandingan Rerata Sistole pada Kedua Kelompok Penelitian Kelompok
Sistole Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 122 (7,2) 120 (8,1) 1,13 0,263
Rentang 110 - 130 110 - 130 Menit ke-30
X (SD) 108 (9,9) 106 (6,4) 1,03 0,306
Rentang 100 - 130 100 - 120 Menit ke-60
X (SD) 105 (8,3) 103 (4,9) 1,06 0,296
Rentang 100 - 120 100 - 110 Menit ke-120
X (SD) 108 (9,9) 106 (6,4) 1,03 0,306
Rentang 100 - 130 100 - 120 Menit ke-240
X (SD) 122 (7,2) 120 (8,1) 1,13 0,263
Rentang 110 - 130 110 - 130 Kala II
X (SD) 122 (4,1) 123 (4,8) 0,96 0,340
Rentang 120 - 130 120 - 130 Kala III
X (SD) 101 (3,8) 103 (4,9) 1,64 0,109
Rentang 100 - 110 100 - 110
Keterangan: t = uji t
Tabel 3.3 Perbandingan Rerata Diastole pada Kedua Kelompok Penelitian Kelompok
Diastole Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 80 (7,5) 78 (6,4) 1,04 0,305
Rentang 70 - 90 70 - 90
Menit ke-30
X (SD) 75 (5,1) 75 (5,9) 0,00 1
Rentang 70 - 80 60 - 80
Menit ke-60
X (SD) 80 (7,5) 78 (6,4) 1,04 0,305
Rentang 70 - 90 70 - 90
Menit ke-120
X (SD) 80 80 0,00 1
Rentang 80 80
Menit ke-240
X (SD) 80 80 0,00 1
Rentang 80 80
Kala II
X (SD) 81 (3,3) 80 (6,5) 0,83 0,4
Rentang 80 - 90 70 - 90
Kala III
X (SD) 76 (4,9) 73 (4,9) 1,75 0,08
Rentang 70 - 80 70 - 90
Keterangan: t = uji t
Tabel 3.4 Perbandingan Rerata Nadi pada Kedua Kelompok Penelitian Kelompok
Nadi Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 86 (5,8) 85 (4,6) 0,75 0,457
Rentang 80 - 100 80 - 96
Menit ke-30
X (SD) 82 (3,8) 82 (3,7) 0,08 0,939
Rentang 74 - 88 74 - 90
Menit ke-60
X (SD) 82 (3,8) 82 (3,7) 0,08 0,939
Rentang 74 - 88 74 - 90
Menit ke-120
X (SD) 81 (1,7) 82 (2,0) 1,22 0,229
Rentang 80 - 84 80 - 84
Menit ke-240
X (SD) 81 (1,7) 82 (2,0) 1,22 0,229
Rentang 80 - 84 80 - 84
Kala II
X (SD) 88 (1,3) 88 (1,3) 0,00 1
Rentang 88 - 92 88 - 92
Kala III
X (SD) 80 (1,3) 80 (1,3) 0,00 1
Rentang 80 - 84 80 - 84
Keterangan: t = uji t
Tabel 3.5 Perbandingan Respirasi pada Kedua Kelompok Penelitian. Kelompok
Respirasi Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
X2 Nilai p
Menit ke-0
20 20 16 1,778 0,182
24 4 8
28 0 0
Menit ke-30
20 21 13 6,882 0,03
24 0 2
28 3 9
Menit ke-60
20 21 13 6,882 0,03
24 3 2
28 0 9
Menit ke-120
20 21 13 6,882 0,03
24 3 2
28 0 9
Menit ke-240
20 21 13 6,882 0,03
24 3 2
28 0 9
Kala II
20 0 0 7,377 0,066
24 13 4
28 11 20
Kala III
20 21 20 0,167 0,682
24 3 4
28 0 0
Tabel 3.6 Perbandingan Derajat Nyeri Berdasarkan Persepsi Pasien. Kelompok
Derajat Nyeri Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
X 2 Nilai p
Menit 0 4,15 0,042
ringan - -
sedang 6 14
berat 18 10
Menit 30 - 0,004 *)
ringan - -
sedang 24 15
berat - 9
Menit 60 9,38 0,002
ringan - -
sedang 21 11
berat 3 13
Menit 120 14,72 < 0,001
ringan - -
sedang 21 7
berat 3 17
Menit 240 33,57 < 0,001
ringan - -
sedang 21 1
berat 3 23
Kala II - 1,0 *)
ringan - -
sedang 1 -
berat 23 24
Kala III - 0,701 *)
ringan - -
sedang 21 19
berat 3 5
Tabel 3.7 Perbandingan Derajat Nyeri Berdasarkan Data Pengamat Kelompok
Derajat Nyeri Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
X 2 Nilai p
Menit 0 4,15 0,042
ringan - -
sedang 10 17
berat 14 7
Menit 30 - 0,004 *)
ringan - -
sedang 24 16
berat - 8
Menit 60 9,38 0,002
ringan - -
sedang 21 11
berat 3 13
Menit 120 14,72 < 0,001
ringan - -
sedang 21 8
berat 3 16
Menit 240 - < 0,001*)
ringan - -
sedang 21 1
berat 3 23
Kala II - 1,0 *)
ringan - -
sedang 1 -
berat 23 24
Kala III - 0,701 *)
ringan - -
sedang 21 19
berat 3 5
Tabel 3.8. Perbandingan Bunyi Jantung Janin pada Kedua Kelompok Perlakuan
Kelompok Bunyi Jantung Janin Perlakuan
(n = 24)
Tanpa Perlakuan
(n = 24)
t Nilai p
Menit ke-0
X (SD) 140,7(6,1) 143,5(6,1) 1,60 0,116 Rentang 130 - 152 136 - 154
Menit ke-30
X (SD) 142,2(5,7) 142,6(4,6) 0,06 0,956 Rentang 134 - 154 134 - 154
Menit ke-60
X (SD) 142,0(5,2) 144,2(5,7) 1,44 0,158 Rentang 136 - 152 136 - 148
Menit ke-120
X (SD) 142,0(5,1) 143,4(6,0) 0,86 0,396 Rentang 136 - 148 140 - 152
Menit ke-240
X (SD) 142,8(5,1) 142,7(5,5) 0,11 0,914 Rentang 134 - 154 134 - 156
Kala II
X (SD) 137,8(12,0) 137,8(9,6) 0,03 0,979 Rentang 120 - 156 120 - 156
Keterangan: t = uji t
Tabel 3.9 Perbandingan APGAR pada Kedua Kelompok Perlakuan Kelompok
APGAR
Perlakuan (n = 24)
Tanpa Perlakuan (n = 24)
Kemaknaan
APGAR 1 menit
0 - 3 0 0 X 2 = 1,778
4 - 6 8 5 P = 0,182
> 7 16 19
APGAR 5 menit
0 - 3 0 0 P ef = 1,0
4 - 6 0 0
> 7 24 24
Keterangan: Pef = nilai p berdasarkan uji Eksak Fisher.
Rerata APGAR 1 menit dan 5 menit tampak pada Tabel 3.9 pada kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05).
4.1 Pembahasan
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .
Berdasarkan kelompok usia subjek penelitian, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok, baik dengan perlakuan maupun tanpa perlakuan. Rerata kelompok usia subjek penelitian adalah 24,4 tahun pada kelompok perlakuan dan 23,3 tahun pada kelompok tanpa perlakuan. Jadi kedua kelompok dalam kurun reproduksi yang sehat.
Dari sebaran kelompok pendidikan , tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan terbanyak adalah SMP sembilan orang dan pada kelompok tanpa perlakuan terbanyak adalah SMU sepuluh orang.
Dari sebaran jumlah prenatal care, baik kelompok perlakuan maupun tanpa perlakuan umumnya lebih dari tujuh kali. Secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kedua kelompok.
Rerata berat badan lahir pada sampel penelitian ini 2.500 – 3.800 gram dan rerata berat badan lahir bayi pada kelompok perlakuan adalah 3.100 gram serta rerata berat badan lahir pada kelompok tanpa perlakuan adalah 3.187,5 gram.
Pada penelitian ini tampak bahwa subjek penelitian merupakan suatu populasi yang homogen dan layak untuk diperbandingkan.
4.1.2 Perbandingan Rerata Tekanan Darah
kelompok dalam batas normal antara 70–90 mmHg. Observasi dilakukan dari menit ke-0 sampai kala III menunjukkan rerata sistole pada kelompok perlakuan adalah antara 101–122 mmHg dengan rentang 100–130 mmHg, dan diastole 75–81 mmHg dengan rentang 70–90 mmHg. Pada kelompok tanpa perlakuan didapatkan rerata sistole 103–123 mmHg dengan rentang 110-130 mmHg serta diastole 73–80 mmHg dengan rentang 70–90 mmHg. Long dan Yue menemukan tidak adanya perbedaan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik, serta heart rate pada pasien yang diberikan tramadol intravenus.23 Rerungan juga tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan nadi.24 Hal ini disebabkan tramadol bekerja sentral pada neurotransmitter noradrenergik dan serotonergik dengan meningkatkan aktivitas saraf penghambat monoaminergik. Peningkatan aktivitas tersebut menyebabkan transmisi nyeri dihambat, tekanan darah dan nadi tidak akan meningkat. Pemberian secara intramuskular menyebabkan absorbsi terjadi lebih lambat, sehingga efek sampingnya lebih kecil. 4.2.3 Perbandingan Rerata Nadi
serta heart rate pada pasien yang diberikan tramadol intravenus.23 Rerungan juga tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan nadi.24 Hal ini disebabkan karena tramadol bekerja sentral pada neurotransmitter noradrenergik dan serotonergik dengan meningkatkan aktivitas saraf penghambat monoaminergik. Peningkatan aktivitas tersebut menyebabkan transmisi nyeri dihambat, tekanan darah dan nadi tidak akan meningkat. Pemberian secara intramuskular menyebabkan absorbsi terjadi lebih lambat , sehingga efek sampingnya lebih kecil.
4.2.4 Perbandingan Respirasi
membandingkan pemberian tramadol secara intramuskular dengan epidural juga tidak menemukan adanya depresi pernapasan.21 Rerungan tidak menemukan adanya depresi pernapasan pada pemberian tramadol dalam mengatasi nyeri persalinan.24
4.2.5 Perbandingan Derajat Nyeri
Rerata derajat nyeri pada persalinan kala I fase aktif dengan metode visual analogue scale adalah derajat sedang–berat , skor 4-6 sampai 7–10. Beberapa
4.2.6 Perbandingan Bunyi Jantung Janin
Penilaian bunyi jantung janin pada menit ke-0 sampai kala II pada kedua kelompok penelitian dinyatakan tidak bermakna secara statistik ( p>0,05). Pada observasi yang dimulai dari menit ke-0 sampai kala II didapatkan rerata bunyi jantung janin bervariasi antara 137,8 (12,0) – 142,8 (5,1) kali/menit dengan rentang 120–156 kali/menit pada kelompok perlakuan dan 137,8 (9,6)–143,5 (6,2) kali/menit dengan rentang 120–156 kali/menit pada kelompok tanpa perlakuan. Sardesai tidak menemukan adanya komplikasi pada neonatus setelah pemberian tramadol 50 mg intramuskular.25
4.2.7 Perbandingan APGAR
Penilaian APGAR 1 menit dan 5 menit pada kelompok perlakuan dan tanpa perlakuan tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Pada kelompok perlakuan didapatkan delapan kasus dengan asfiksia ringan –sedang pada APGAR 1 menit dan 16 kasus tidak asfiksia, hal ini menunjukkan pemberian tramadol tidak mempengaruhi APGAR. Sardesai dkk, tidak menemukan adanya komplikasi pada neonatus setelah pemberian tramadol 50 mg intramuskuler.25
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemberian tramadol intramuskular dapat mengurangi nyeri persalinan pada kala I, tetapi tidak mampu mengurangi nyeri persalinan pada kala II dan kala III.
2. Pemberian tramadol intramuskular tidak mempengaruhi tekanan darah, nadi dan respirasi ibu.
3. Pemberian tramadol intramuskular tidak mempengaruhi bunyi jantung janin dan APGAR bayi.
5.2 Saran
Injeksi tramadol intramuskular dapat digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan kala I.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anita A, Ocviyanti D, Wishnuwardhani SD, Handaya. Gambaran intensitas nyeri pada persalinan menggunakan metode VAS dan VRS. MOGI. 2002; 26(4):hal 189–250.
2. Read DG. Childbirth without Fear. Edisi ke-5. New York: Harper and Row;1984:hal. 26–35.
3. Bonica JJ. The nature of the pain of parturition. Dalam : Bonica JJ. McDonald JS. Principles and practice of obstetric analgesia and anesthesia. Philadelphia: Williams and Wilkins;1995:hal. 243–73.
4. Schats R. Deleterious effect of parturition pain. Dalam: Muhimin M, Sembalangi H, Iskandar S, Wulung RL. Penanggulangan nyeri pada persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1986:hal.3–6 5. Kliot DA. Kliot H. Emotional components of labor and delivery. Dalam : Zatuhni GI. Laferla JJ, Gynecology and obstetrics. Connecticut : Lippincott Co;1989:hal.1–13.
7. Bonica JJ, McDonald JS. The pain of childbirth. Dalam: Bonica JJ. The management of pain. Edisi ke-2. Philadelphia: Lea & Febiger;1995:hal. 243–73.
8. Jatmika W. Hubungan skor kecemasan dengan lama persalinan kala I. Tesis. Semarang: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;1999.
9. Mulyata St. Pendekatan psikologis dapat berperan sebagai analgesi nyeri persalinan. Surakarta. Bagian Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta/RSUD Dr. Moewardi;2004:hal.251–60.
10.Reeder SJ. Maternity nursing, family, new born, and women’s health care. Edisi 18. Lippincott,Philadelphia;1997:hal.573-616.
11.Sirait RH. Pengaruh penambahan epinefrin pada kombinasi morfin dan bupivakain intratekal dalam mengatasi nyeri persalinan ditinjau dari lama analgesia, lama persalinan dan efek samping. Tesis. Bandung. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2002.
13.Katz J. Melzack R. Pain measurement in persons in pain. Dalam : Wall PD. Melzacks R . Textbook of Pain. Edinburg : Churchill Livingstone;1994:hal. 337–51.
14.Gentz B. Alternative therapies for the management of pain in labor and delivery. Clin.Ob Gynecol.2001;44:hal. 704–32
15.Shepherd D. Pain relief in labour (serial online) (diakses 15 Januari 2006). Tersedia dari : http // www. Womens health. Co.uk.
16.Rudra A. Pain relief in labour – review article (serial online) (diakses 15 Januari 2006) Tersedia dari : http // www nda.ox.ac.uk. html.
17.Birnbach DJ. Analgesia for labor. NEJM. 1997;337:hal.1764–6.
18.Bricker L, Lavender T. Parenteral opioids for labor pain relief : a systematic review. AJOG.2002:186(5):1-30 .
19.Wilmana PF. Analgesik antipiretik, analgesik anti-inflamasi non steroid dan obat pirai. Dalam : Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4 . Jakarta. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1995: hal.207-22. 20.Camann W. Pain relief during labor. NEJM.2005;352:hal. 718 – 20.
22.Biswass MK, Craigo SB. The course and conduct of normal labor & delivery. Dalam : DeCherney AH. Pernoll ML . Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis & Treatment, Edisi ke-8. Connecticut : Appleton & Lange;1994:hal. 202–26.
23.Long J, Yue Y. Patient controlled intravenous analgesia with tramadol for labor pain relief. Chin Med J. 2003;116(11):hal.1752–5
24.Rerungan E. Penggunaan modifikasi analgesia balans sebagai metode pengelolaan nyeri persalinan normal. Tesis. Makassar. Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas Hasanuddin;2002.
PERBEDAAN LAMANYA NYERI PASCA SALIN PADA LUKA EPISIOTOMI DIBANDINGKAN DENGAN RUPTUR PERINEUM
SPONTAN
Tita Husnitawati Madjid
BAGIAN UPF. BSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN
BANDUNG
No. Pasien Bilangan Random Perlakuan / Tanpa perlakuan
1 0 A
2 0 B
3 5 B
4 5 A
5 2 A
6 2 B
dst dst dst
48 0 B